Kelainan Pada Darah: Kelompok 3

  • Uploaded by: Monika Dara
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelainan Pada Darah: Kelompok 3 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,317
  • Pages: 23
Kelainan Pada Darah Kelompok 3 Ruhul Hadawiyah

NIM 1513041031

Monika Megawati Ferdiana Dara

NIM 1513041033

Nurul April Yani

NIM 1513041034

Ita Purnamasari

NIM 1513041048

1.Apa yang dimaksud dengan anemia? Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah (jumlah sel darah merah lebih rendah dari jumlah normal) yang mengandung hemoglobin untuk menyebarkan oksigen ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal.

2. Ada berapa macam anemia? 1) Anemia Normositik Normokrom 2) Anemia Makrositik Normokrom (anemia pernisiosa) 3) Anemia Mikrositik Hipokromik (Anemia Defisiensi Zat Besi) 4) Anemia Aplastik 5) Anemia sel sabit (Sickle Cell Anemia)

Anemia Normositik Normokrom Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah / destruksi darah yang berlebih sehingga menyebabkan sumsum tulang harus bekerja lebih keras lagi dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada gambaran darah tepi. Anemia Makrositik Normokrom (Anemia Pernisiosa) Disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 Pada anemia jenis ini, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan abnormal (megaloblas). Sel darah putih dan trombosit juga biasanya abnormal.

Anemia Mikrositik Defisiensi Zat Besi)

Hipokromik

(Anemia

Keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil.

Anemia Aplastik Terjadi ketika tubuh berhenti membuat sel darah baru.

atau

tidak

cukup

Pada anemia aplastik ini tidak hanya kekurangan sel darah merah, tetapi juga sel darah putih, dan trombosit. Dengan rendahnya tingkat sel darah putih, tubuh kurang mampu melawan infeksi. Dengan terlalu sedikitnya trombosit, darah tidak bisa membeku secara normal.

Anemia sel sabit (Sickle Cell Anemia) Disebut anemia sel sabit karena memang sel-sel darah merah berbentuk seperti sabit yaitu memiliki tepi yang runcing dan tengahnya melengkung seperti huruf C. Sel-sel darah merah yang berbentuk sabit ini lebih rapuh sehingga berumur lebih pendek dibanding normal (usia normal sel darah merah = 120 hari), sedangkan kecepatan produksi sel darah merah tidak dapat mengimbanginya maka terjadilah anemia. Sel-sel darah berbentuk sabit ini dapat berbahaya karena bisa terjebak dalam pembuluh darah kecil, sehingga menghalangi aliran darah ke organ-organ tubuh.

3. Ada penyebab dari masing-masing anemia tersebut? 1)Anemia Normositik Normokrom  Hemolitik,  Pasca perdarahan akut,  Anemia aplastik,  Sindrom mielodisplasia,  Alkoholism, dan  Penyakit hati kronik.

2)Anemia Makrositik Normokrom  Penyerapan yang tidak adekuat (memadai) dari vitamin B12 (kobalamin) menyebabkan anemia pernisiosa.  Lambung tidak dapat membentuk faktor intrinsik, sehingga vitamin B12 tidak dapat diserap dan terjadilah anemia, meskipun sejumlah besar vitamin dikonsumsi dalam makanan sehari-hari. Tetapi karena hati menyimpan sejumlah besar vitamin B12, maka anemia biasanya tidak akan muncul sampai sekitar 24 tahun setelah tubuh berhenti menyerap vitamin B12.   Penyebab lainnya : pertumbuhan bakteri abnormal dalam usus halus yang menghalangi penyerapan vitamin B12, penyakit tertentu (misalnya penyakit Crohn), dan vegetarian.

3)Anemia Mikrositik Hipokromik Asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu belaka sampai usia antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayur- sayuran saja. Gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi. Kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid.

4)Anemia Aplastic  Pengobatan kanker (radiasi atau kemoterapi)  Paparan bahan kimia beracun (seperti yang digunakan dalam beberapa insektisida, cat, dan pembersih rumah tangga)  Beberapa obat (contoh nya obat rheumatoid arthritis)  Penyakit autoimun (seperti penyakit lupus)  Infeksi virus  Penyakit keluarga yang diturunkan

5)Anemia sel sabit (Sickle Cell Anemia) Mutasi gen yang merupakan hemoglobin (betaglobin protein) – yang bercampur dengan banyak zat besi yang membuat darah merah. Hemoglobin memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru menuju seluruh tubuh. Ketika Anda memiliki anemia sel sabit, kelainan pada hemoglobin membuat sel darah merah menjadi kaku, lengket, dan cacat. Gen sel sabit diturunkan dari generasi ke generasi.

4. Bagaimana cara mencegah anemia? 1. Perbanyak makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, vitamin C, dan asam folat. Zat tersebut banyak terdapat pada daging, kacang, sayuran berwarna hijau, jeruk, pisang, sereal, susu, melon dan buah beri. 2. Hindari minum kopi, teh, atau susu sehabis makan karena dapat mengganggu proses penyerapan zat besi dalam tubuh. 3. Olahraga secara teratur agar memperlanacar aliran darah. 4. Hindari mengkonsumsi minuman beralkohol.

5. Bagaimana cara mengobati anemia?

1. Transfusi darah. Tambahan darah sesuai kebutuhan akan cepat mengembalikan jumlah sel darah merah dalam kondisi normal. Namun, setelah normal, pasien hendaknya menjaga agar terus stabil. 2. Konsumsi suplemen. Pilih suplemen yang mengandung zat besi dan vitamin lengkap lainnya sebagai penunjang pembentukan sel darah merah. Namun jangan bergantung pada suplemen. Kandungan zat dalam suplemen biasanya lebih besar dari yang dibutuhkan tubuh sehingga menyebabkan kerja ginjal bertambah berat. Maka jika gejala anemia sudah hilang, lakukan pola hidup yang baik agar kesehatan ibu dan anak terjaga dan anemia tidak kambuh lagi. 3. Periksa ke dokter secara rutin dan teratur.

6. Apa yang dimaksud dengan penyakit leukimia? Apa penyebab leukimia?

 Leukemia adalah kanker darah yang berawal dalam sumsum tulang belakang, tempat sel darah dibuat. Pada leukemia, sumsum tulang belakang membuat sel darah putih yang belum matang yang disebut sel leukemik. Sel yang belum matang ini tidak berfungsi secara normal, dan mengerubungi sel yang sehat.  Faktor genetik, pernah menjalani pengobatan kanker, pernah mengalami pajanan terhadap radiasi tingkat tinggi atau zat-zat kimia tertentu, dan merokok.

7. Apakah penyakit ini dapat disembuhakan?  Leukimia ini banyak jenisnya, dan setiap masingJika dapat bagaimana caranya?

masing jenis memiliki angka harapan sembuh yang berbeda-beda pula.  Berikut ini adalah metode pengobatan yang umumnya dianjurkan untuk menangani kanker darah, antara lain: • Kemoterapi • Radioterapi • Transplantasi sel induk atau stem cell • Terapi terfokus • Terapi biologis • Penantian dengan pengawasan.

8. Bagaimana gejala-gejala seseorang yang berpenyakit talasemia? 1) 2) 3) 4)

Urine berwarna keruh Wajah terlihat pucat Kelainan bentuk tulang wajah Kulit dan bagian mata yang berwarna putih menjadi kuning (jaundice/penyakit kuning) 5) Terhambatnya pertumbuhan tubuh 6) Perut menjadi bengkak (disebabkan oleh pembesaran limpa atau hati) 7) Kekurangan sel darah merah atau anemia (menyebabkan napas terasa sesak, tubuh mudah letih, dan lesu)

9. Bagaiamana cara mengatasi talasemia tersebut?  Transfusi darah Untuk memenuhi kebutuhan sel darah merah dan hemoglobin dalam tubuh. Transfusi darah relatif aman untuk dilakukan namun memiliki efek samping peningkatan kadar zat besi dalam tubuh. Penderita juga membutuhkan beberapa pengobatan lain untuk mengatasi masalah ini.

 Terapi khelasi Transfusi darah yang sering dilakukan penderita thalasemia beresiko meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh. Kelebihan zat besi ini tidak baik untuk kesehatan karena mengganggu kerja jantung, liver, dan organ penting lainnya.Untuk mengatasi kelebihan zat besi dalam tubuh, penderita thalasemia dapat melakukan terapi khelasi. dilakukan dengan mengkonsumsi obat pengkhelasi besi misalnya Deferiprone, deferasirox, dan desferrioxamin. Obat ini bekerja dengan cara mengikat kelebihan zat besi dalam tubuh supaya efek penumpukan zat besi tidak semakin meluas ke organ-organ vital lainnya.

 Transplantasi sumsum tulang (stem cell) Stem cell diproduksi dalam sumsum tulang yang memiliki kemampun untuk menghasilkan berbagai jenis sel darah. Dengan dilakukannya transplantasi ini, stem cell dapat membantu produksi sel darah merah untuk menggantikan sel darah merah yang rusak akibat thalasemia. Namun bukan tanpa resiko, sumsum tulang juga memiliki kendala. Salah satunya adalah sulitnya mencari donor sumsum tulang yang cocok dengan tubuh penderita.

 Spelenectomy (pengangkatan limpa) Tingginya kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia mengakibatkan limpa harus bekerja keras untuk menyaring sel darah yang rusak tersebut. Jika terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan terjadinya pembengkakan limpa. Pembengkakan limpa seperti ini disebut splenomegali. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu dilakukan splenectomy atau operasi pengangkatan limpa pada pederita thalasemia.

 Terapi hormon Tingginya kadar zat besi dalam tubuh penderita thalasemia juga mempengaruhi kerja kelenjar pituitari. Kelenjar ini adalah kelenjar yang bertanggung jawab pada perkembangan dan pertumbuhan manusia. Beberapa penderita thalasemia mengalami gangguan pertumbuhan dan keterlambatan pubertas karena kondisi ini. Untuk menangani komplikasi ini penderita dapat menerima terapi hormon untuk mengatasi terhambatnya pertumbuhan dan keterlambatan pubertas.

Related Documents


More Documents from ""

Co.mam.ugotowac
May 2020 11
Tecnolgia
May 2020 14
Electricidad Practica.docx
November 2019 28
Metodo Quimica.docx
June 2020 13