MAKALAH Manajemen Perbankan “Rasio Capital”
Dosen Pengampu : Hana Tamara Putri, SE, MM
Disusun Oleh: Kelompok 11 Nama :
NIM:
1. Nur Hidayati
1700861201403
2. Natalia Simangunsong
1700861201400
3. Wardah Almardeti
1700861201230
4. Nur Maisyah
1700861201225
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BATANGHARI 2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb. Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terlebih dahulu penulis meminta maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan itu disebabkan keterbatasan pengetahuan penulis, untuk itu penulis berharap kritik dan saran daari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Dan tidak lupa pula ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan, selain itu kepada semua pihak yang telah membantu dalam upayah penulisan makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu segala kritik dan saran yang konstrutif, penulis harap demi kesempurnaanya. Semoga makalah ini berguna bagi kita sebagai penulis dan pembaca. Wasalamu’alaikum.Wr.Wb
Jambi, 24 Maret 2019
Kelompok 11
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ........................................................................................... i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2 1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Rasio Capital ...............................................................................3 2.2 Latar Belakang Capital Adequacy Ratio (CAR) .....................................3 2.3 Definisi Capital Adequacy Ratio (CAR) ..................................................6 2.4 Formula Capital Adequacy Ratio (CAR) .................................................6 2.5 Capital Adequacy Ratio (CAR) Untuk Perbankan Indonesia ..................7 2.6 Komponen Capital Adequacy Ratio (CAR) .............................................9 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .............................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sepanjang tiga dekade terakhir, pertumbuhan dan perkembangan lembaga perbankan syariah mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik di dunia internasional maupun di Indonesia. Konsep perbankan dan keuangan Islam yang pada mulanya di tahun 1970-an hanya merupakan diskusi teoritis, kini telah menjadi realitas faktual yang mencengangkan banyak kalangan. Posisi bank syariah Indonesia berada di bawah Iran, Malaysia, dan Arab Saudi, menurut BMB Islamic, sebuah lembaga konsultan keuangan bisnis dan manajemen berbasis di London. Posisi September 2011, Aset perbankan syariah nasional mencapai Rp. 126,6 triliun atau 3,8 persen dari total aset perbankan nasional. Aset Rp. 126,6 triliun tersebut tumbuh 47,8 persen secara year on year (YoY), tertinggi dalam tiga tahun terakhir, rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) bank umum syariah dan unit usaha syariah (UUS) sebesar 16 persen sedangkan rata-rata CAR bank perkreditan rakyat syariah mencapai 24,7 persen, aset tumbuh 20,56 persen, kredit 20,96 persen dan dana pihak ketiga (DPK) 21,31 persen, rasio lainnya, jumlah rekening simpanan nasabah tumbuh 9,72 persen seerta rasio CAR pada akhir Oktober 2011 mencapai 28,58 persen. Di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah juga tumbuh makin pesat. Krisis keuangan global di satu sisi telah membawa hikmah bagi perkembangan perbankan syariah. Masyarakat dunia, para pakar dan pengambil kebijakan ekonomi, tidak saja melirik tetapi lebih dari itu mereka ingin menerapkan konsep syariah secara serius. Selain itu prospek perbankan syariah makin cerah dan menjanjikan. Bank syariah di Indonesia, diyakini akan terus tumbuh dan berkembang. Perkembangan industri lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional. Harapan tersebut memberikan suatu optimisme melihat penyebaran jaringan kantor perbankan syariah saat ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.
Namun demikian masa depan dari industri perbankan syariah, akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk merespons perubahan dalam dunia keuangan. Fenomena globalisasi dan revolusi teknologi informasi, menjadikan ruang lingkup perbankan syariah sebagai lembaga keuangan telah melampaui batas
perundang-undangan
suatu
negara.
Implikasinya
adalah,
sektor
keuanganpun menjadi semakin dinamis, kompetitif dan kompleks.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah: 1. Apa definisi rasio capital? 2. Bagaimana cara menghitung rasio capital? 3. Apa definisi Capital Adequacy Ratio (CAR)? 4. Bagaimana ketentuan formula Capital Adequacy Ratio (CAR)? 5. Apa macam-macam modal bagi bank yang beroperasi di Indonesia? 6. Apa saja komponen Capital Adequacy Ratio (CAR)?
1.3 Tujuan penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan pada makalah ini adalah: 1. Untuk memahami definisi rasio capital 2. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung rasio capital 3. Untuk memahami definisi Capital Adequacy Ratio (CAR) 4. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan formula Capital Adequacy Ratio (CAR) 5. Untuk mengetahui macam-macam modal bagi bank yang beroperasi di Indonesia 6. Untuk mengetahui komponen Capital Adequacy Ratio (CAR)
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Rasio Capital Capital ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan dan cadangan pengahapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih. Rumus yang digunakan untuk mencari capital ratio adalah sebagai berikut:
Capital Ratio =
x 100%
Rasio capital dapat dihitung dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini digunakan sebagai indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktiva akibat terjadinya kerugian atas aktiva bank dengan menggunakan modalnya sendiri. CAR merupakan perbandingan antara modal sendiri dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR merupakan pejumlahan, baik itu aktiva neraca maupun aktiva administratif yang telah dikalikan bobotnya masing-masing.
2.2 Latar Belakang Capital Adequacy Rasio (CAR) Eksistensi perbankan sangat diperlukan dalam suatu negara, untuk itu perlu diadakan pengawasan pembinaan usaha agar usaha bank dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan pembinaan dan pengawasan bank menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998, yaitu: Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Dalam menjalankan fungsinya bank harus menjaga rasio kecukupan modalnya atau CAR (Capital Adequacy Ratio) (pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998). Modal juga merupakan aspek yang sangat penting untuk menilai kesehatan bank karena ini berhubungan dengan solvabilitas bank. CAR yang harus dicapai oleh bank umum itu ditetapkan sekitar 8%, dimana ketentuan mengenai jumlah CAR ini harus ditaati oleh semua bank umum. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan disiplin dan profesionalisme bagi setiap bank untuk mengelola seluruh aktiva yang dimiliki untuk mendapatkan keuntungan bagi bank. Modal digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan bank untuk menanggung risiko-risiko yang mungkin akan terjadi. Bank yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi akan lebih solvabel. Begitu juga sebaliknya bank yang mempunyai risiko yang kecil mengidentifikasikan bank tersebut kurang solvabel. Tingkat modal yang tinggi akan meningkatkan cadangan kas yang dapat digunakan untuk memperluas kreditnya, sehingga tingkat solvabilitas yang tinggi akan membuka peluang yang lebih besar bagi bank untuk meningkatkan profitabilitas-nya. Sebaliknya bank yang tingkat solvabilitasnya rendah akan mengurangi kemampuan bank untuk meningkatkan profitabilitas-nya, bahkan dapat mengurangi kepercayaan masyarakat, sehingga akan berpengaruh buruk terhadap kelangsungan usahanya. PT. BNI (Persero) merupakan salah satu tulang punggung pembangunan nasional dalam kerangka perbankan nasional. PT. BNI (persero) diharapkan berperan serta dalam mendorong pembangunan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan memberikan akses finansial kepada mereka. Oleh karena itu, kinerja dan kesehatan PT. BNI (Persero) menjadi sangat penting untuk menjaga kesehatan sektor perbankan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan UMKM. Sejalan dengan,lajunya perekonomian nasional PT. BNI (Persero) lahir sebagai bank yang memberi peranan yang sangat penting dalam memajukan perekonomian terutama di wilayah kota Makassar. Fungsi PT. BNI (Persero) tidak hanya sekedar menerima simpanan dari masyarakat tetapi juga menyalurkan kredit kepada para pengusaha. Sesuai dengan komitmen dari PT. BNI (Persero) tersebut berbagai bentuk kebijakan telah disusun dalam rangka mengembangkan
usaha dan menampung risiko kerugian. Salah satunya kebijakan dalam rangka mengembangkan usaha dan menampung risiko kerugian, maka digunakan rasio kecukupan modal minimum (CAR). CAR merupakan kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh PT. BNI (Persero) sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Semakin besar CAR maka modal bank yang digunakan untuk menghasilkan aktiva terutama aktiva dalam bentuk kredit yang diberikan juga semakin besar. Hal ini berarti bahwa semakin besar kredit yang diberikan maka semakin besar pula profit yang akan diperoleh. Tabel 1 menggambarkan Rasio Kecukupan Modal Minimum (CAR) dan Tingkat Profitabilitas pada PT. BNI (Persero) mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2005.
Data Rasio Kecukupan Modal Minimum dan Tingkat Profitabilitas pada PT. BNI (Persero), Tbk Tahun Kecukupan Modal Minimum profitabilitas Dalam persen (%) TAHUN
CAR
PROFITABILITAS
2002
20,02
2,31
2003
21,21
1,67
2004
20,21
1,90
2005
16,86
1,73
Sumber : Dokumen PT. BNI (Persero), Laporan Perhitungan Rasio Keuangan
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa rasio kecukupan modal minimum (CAR) pada tahun 2002 sebesar 20,02% sedangkan tingkat profitabilitas yang dicapai sebesar 2,31%. Selanjutnya pada tahun 2003 rasio kecukupan modal minimum (CAR) mengalami peningkatan sebesar 21,02% sedangkan tingkat profitabilitas yang dicapai mengalami penurunan sebesar 1,67%. Tahun 2004 rasio kecukupan modal minimum (CAR) mengalami penurunan sebesar 20,21% sedangkan tingkat profitabilitas yang dicapai mengalami peningkatan sebesar 1,90%. Selanjutnya pada tahun 2005 rasio kecukupan modal minimum (CAR)
mengalami penurunan sebesar 16,86% sedangkan tingkat profitabilitas yang dicapai juga mengalami penurunan sebesar 1,73%. Kenaikan atau penurunan rasio kecukupan modal pada PT. BNI (Persero) tidak selamanya berbanding lurus dengan tingkat profitabilitas yang dicapai.
2.3 Definisi Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR(Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Capital Adequacy Ratio menurut Lukman Dendawijaya (2000:122) adalah ” Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana–dana dari sumber – sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain–lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.
2.4 Formula Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank for international settlements (B.I.S) menetapkan ketentuan dan perhitungan Capital Adequacy Ratio yang harus diikuti oleh bank-bank seluruh dunia, sebagai suatu level dalam permainan kompetisi yang fair dalam pasar keuangan global. Formula yang ditentukan oleh BIS adalah “ratio minimum 8 persen permodalan terhadap aktifa yang mengandung resiko”. Ketentuan 8 % CAR sebagai kewajiban penyedian modal minimum bank, dibagi dalam 2 bagian, yaitu: 1. 4 % modal inti (tier 1) yang terdiri dari shareholder equity, preferred stock dan free reserves
2. 4 % modal sekinder (tier 2) yang terdiri dari subordinate dabt, loan loss provisions, hybrid securities dan revaluation reserves.
2.5 Capital Adequacy Ratio Untuk Perbankan Indonesia 2.5.1 Pengertian modal Modal
dibagi
ke
dalam
modal
inti
dan
modal
pelengkap.
Modal inti (tier 1) terdiri dari: 1. Modal Setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik. Bagi Bank milik koperasi modal setor terdiri dari simpanan pokok dan simpana wajib para anggotanya. 2. Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham. 3. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga (apabila saham tersebut dijual). 4. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS. 5. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS. 6. Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan 7. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS.Jumlah laba tahun lalu hanya diperhitungkan sebesar 50 % sebagai modal inti. Bila tahun lalu rugi harus dikurangkan terhadap modal inti 8. Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan.
Laba ini diperhitungkan hanya 50% sebagai modal inti.
Bila tahun berjalan rugi, harus dikurangkan terhadap modal inti.
9. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan,
yaitu
modal
inti
anak
perusahaan
setelah
dikompensasikan dengan penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut.
Bila dalam pembukuan bank terdapat goodwill, maka jumlah modal inti harus dikurangkan dengan nilai goodwill tersebut. Bank syariah dapat mengikuti sepenuhnya pengkategorian unsur-unsur tersebut di atas sebagai modal inti, karena tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan prinspprinsp syariah. Modal pelengkap (tier 2) Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk bukan dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara terinci modal pelengkap dapat berupa: 1. Cadangan revaluasi aktiva tetap 2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifkaskan 3. Modal pinjaman yang mempunyai ciri-ciri:
Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh
Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI
Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal memikul kerugian bank
Pembayaran bunga dapat ditangguhkan bila bank dalam keadaan rugi
4. Pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan bank
Mendapat persetujuan dari BI
Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan
Minimal berjangka waktu 5 tahun
Pelunasan pinjaman harus dengan persetujuan BI
Hak tagih dalam hal terjadi terjadi likuidasi berlaku paling akhir (kedudukannya sama dengan modal)
Modal pelengkap ini hanya dapat diperhitungkan sebagai modal setinggitingginya 100 % dari jumlah modal inti. Khusus menyangkut modal pinjaman dan pinjaman subordinasi, bank syariah tidak dapat mengkategorikannya sebagai modal, karena sebagaimana diuraikan di atas, pinjaman harus tunduk pada prinsip qard dan qard tidak boleh diberikan
syarat-syarat seperti ciri-ciri atau syarat-syarat yang diharuskan dalam ketentuan tersebut. Modal Pelengkap (tier 3) Modal Pelengkap (tier 3) adalah investasi subordinasi jangka pendek yang memenuhi kriteria Bank Indonesia sebagai berikut:
Berdasarkan prinsip mudharabah atau musyarakah
Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh
Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun
Tidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian dengan persetujuan BI
Terdapat klausul yang mengikat (lock-in clausule) : bahwa tidak dapat dilakukan penarikan angsuran pokok.
Terdapat perjanjian penempatan investasi subordinasi yang jelas termasuk jadwal pelunasannya.
Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
2.5.2 Tata-cara Perhitungan Kebutuhan modal minimum Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.
2.6 Komponen Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) atau biasa juga disebut Rasio Kecukupan Modal, adalah perbandingan antara modal bersih yang dimiliki bank dengan total asetnya. Dalam menghitung CAR dapat diukur dengan cara: 1. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga
Dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang tingkat keamanan simpanan masyarakat pada bank. Perhitungannya merupakan ratio modal dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga (giro, deposito, dan tabungan) sebagai berikut : Modal dan Cadangan ─────────────────
CAR =
= 10 %
Giro + Deposito + Tabungan
Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa ratio modal atas simpanan cukup dengan 10% dan dengan ratio itu permodalan bank dianggap sehat. Ratio antara modal dan simpanan masyarakat harus dipadukan dengan memperhitungkaan aktiva yang mengandung resiko. Oleh karena itu modal harus dilengkapi oleh berbagai cadangan sebagai penyangga modal, sehingga secara umum modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. 2. Membandingkan modal dengan aktiva beresiko Penentuan berapa besar kebutuhan modal minimum yang dibutuhkan oleh bank Syari’ahdidasarkan pada aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). ATMR adalah faktor pembagi (denominator) dari CAR, sedangkan modal adalah faktor yang dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal menanggung risiko aktiva tersebut. Modal CAR
=
──────── ATMR
x 100%
BABIII PENUTUP
3.1 Kesimpulan 1. Capital ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan dan cadangan pengahapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih. 2. Rasio capital dapat dihitung dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). 3. Capital Adequacy Rasio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. 4. Bank for international settlements (B.I.S) menetapkan ketentuan dan perhitungan Capital Adequacy Ratio yang harus diikuti oleh bank-bank seluruh dunia, sebagai suatu level dalam permainan kompetisi yang fair dalam pasar keuangan global. Formula yang ditentukan oleh BIS adalah “ratio minimum 8 persen permodalan terhadap aktifa yang mengandung resiko”. 5. Modal dibagi ke dalam modal inti dan modal pelengkap. 6. Dalam menghitung CAR dapat diukur dengan cara: membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga dan Membandingkan modal dengan aktiva beresiko.
DAFTAR PUSTAKA
http://ariefmuliadi30.blogspot.com/2012/06/makalah-capital-adequacy-ratiocar.html Muhammad, 2004. MANAJEMEN BANK SYARIAH. Yogyakarta http:// www.economic and islam.com Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru. 2006. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Dua.