Kekr-diy-februari-2019.pdf

  • Uploaded by: Sophie
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kekr-diy-februari-2019.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 34,939
  • Pages: 119
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

FEBRUARI 2019

VISI, MISI DAN NILAI STRATEGIS

VISI BANK INDONESIA Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik diantara negara emerging markets.

MISI BANK INDONESIA 1. 2. 3. 4.

5. 6. 7.

Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis lain. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di tingkat daerah. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem informasi Bank Indonesia.

NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA Nilai-nilai strategis Bank Indonesia adalah: (i) kejujuran dan integritas (trust and integrity); (ii) profesionalisme (professionalism); (iii) keunggulan (excellence); (iv) mengutamakan kepentingan umum (public interest); dan (v) koordinasi dan kerja sama tim (coordination and teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).

...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat... (Salah satu dari lima tugas pokok Kantor Perwakilan Bank Indonesia)

vi

kata pengantar

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena atas rahmat dan karunia-Nya, Buku “Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)” Edisi Februari 2019 dapat hadir di tangan pembaca. Buku ini merupakan terbitan berkala triwulanan yang melingkupi hasil analisis dan evaluasi kondisi perekonomian DIY terkini. Secara rinci, laporan ini mengulas pertumbuhan ekonomi DIY Triwulan IV 2018, serta asesmen prospek ekonomi pada Triwulan II 2019 dan keseluruhan tahun 2019. Kinerja perekonomian DIY pada Triwulan IV 2018 tumbuh terakselerasi dengan mencatat pertumbuhan tertinggi selama 5 tahun terakhir, yaitu sebesar 7,39% (yoy). Secara keseluruan, kinerja perekonomian DIY pada tahun 2018 juga tumbuh melesat sebesar 6,20% (yoy). Pertumbuhan ekonomi DIY yang makin kokoh ini ditopang oleh akselerasi kinerja investasi seiring dengan percepatan pembangunan infrastruktur yang makin gencar dilaksanakan menjelang tahun 2019. Sementara itu, konsumsi rumah tangga masih tumbuh positif seiring terkendalinya inflasi pada periode laporan, yaitu sebesar 2,66% (yoy). Pencapaian inflasi dimaksud merupakan yang terendah di antara provinsi lain di Jawa maupun realisasi inflasi Nasional. Ke depan, pertumbuhan ekonomi pada Triwulan I 2019 diperkirakan akan tetap tumbuh, sejalan dengan investasi yang masih berlangsung dan potensi kenaikan konsumsi sebagai dampak pelaksanaan Pemilu 2019. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Kami juga mengharapkan kerjasama dari berbagai stakeholders yang sudah baik agar dapat terus ditingkatkan di masa mendatang, sehingga tersedianya informasi dan data terkini perekonomian DIY. Selain itu, kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian ini, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mengupayakan hasil kerja yang lebih baik. Yogyakarta,

Februari 2019

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Budi Hanoto Direktur

vii

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................

v

DAFTAR ISI .............................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................

x

DAFTAR GRAFIK .....................................................................................................

xii

RINGKASAN EKSEKUTIF .........................................................................................

xvi

INDIKATOR TERPILIH TW I 2018 ..............................................................................

xviii

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ..............................................

1

1.1

Komponen Permintaan ...................................................................................

3

1.1.1

Konsumsi RT .......................................................................................

4

1.1.2

Konsumsi Pemerintah ..........................................................................

7

1.1.3

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ..............................................

8

1.1.4

Ekspor-Impor .....................................................................................

11

Komponen Penawaran (Lapangan Usaha) ..........................................................

14

1.2.1

Lapangan Usaha Konstruksi ..................................................................

15

1.2.2

Lapangan Usaha Industri Pengolahan ....................................................

16

1.2.3

Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

1.2

(Hotel dan Restoran) ............................................................................

18

Lapangan Usaha Lainnya ......................................................................

19

Pertumbuhan Ekonomi DIY Tahun 2018 ............................................................

19

OCCASIONAL PAPER: KESIAPAN PELAKU USAHA DI DIY DALAM MENGHADAPI NYIA 2019 ...........................

25

BAB 2 KEUANGAN DAERAH ...................................................................................

29

2.1

Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD-P-P DIY Triwulan IV 2018

31

2.2.

Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD-P DIY Tahun 2018 ..........

33

2.3

Anggaran dan Realisasi Pembiayaan APBD-P DIY ..............................................

35

2.4

Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD-P Kabupaten/Kota di DIY

36

2.5

Anggaran Belanja APBN DIY ............................................................................

37

1.2.4 1.3

ix

BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH...............................................................

39

3.1

Perkembangan Inflasi Triwulan IV 2018 .............................................................

41

3.2

Program Pengendalian Inflasi Triwulan IV 2018 ..................................................

45

3.3

Overview Kinerja Inflasi DIY Triwulan Tahun 2018..............................................

45

3.4

Tracking Inflasi Triwulan I 2019 ........................................................................

45

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH ..................................................................

51

4.1

Stabilitas Keuangan Daerah .............................................................................

53

4.1.1

Ketahanan Sektor Korporasi ................................................................

53

4.1.2

Ketahanan Sektor Rumah Tangga ..........................................................

55

4.1.3

Perkembangan Bank Umum di DIY .......................................................

57

4.1.4

Perkembangan Perbankan Syariah ........................................................

60

4.1.5

Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM .........................................

61

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN .................................................

65

5.1

Perkembangan Transaksi Non Tunai

..............................................................

67

5.2

Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah ..........................................................

67

5.3

Perkembangan Transaksi Penukaran Valuta Asing (Bukan Bank) di DIY ................

69

5.4

Perkembangan Transaksi Layanan Keuangan Digital di DIY .................................

70

BOKS: ELEKTRONIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN LAJU PARIWISATA DIY ................

72

BAB 6 KESEJAHTERAAN ........................................................................................

75

6.1

Kemiskinan ....................................................................................................

77

6.2

Ketimpangan Wilayah......................................................................................

81

BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ..................................................

83

7.1

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2019 .............................................

85

7.1.1

Sisi Permintaan ....................................................................................

85

7.1.2

Sisi Penawaran ....................................................................................

87

7.2

Perkiraan Inflasi Triwulan II 2019 ......................................................................

87

7.3

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi 2019 .............................................................

88

7.3.1 Sisi Permintaan ......................................................................................

88

7.3.2 Sisi Penawaran .......................................................................................

90

Perkiraan Inflasi Tahun 2019 ............................................................................

91

7.4

x

DAFTAR ISI

DAFTAR ISTILAH .....................................................................................................

93

DAFTAR SINGKATAN ...............................................................................................

96

TIM PENYUSUN ......................................................................................................

98

xi

DAFTAR TABEL Tabel 1.1

Sumber Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan..............................................

4

Tabel 1.2

Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan ..........................................................

4

Tabel 1.3

Sumber Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran .............................................

14

Tabel 1.4

Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran ..........................................................

15

Tabel 1.5

Perkembangan Industri Pengolahan...........................................................

16

Tabel 1.6

Pertumbuhan Produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) DIY ........................

16

Tabel 1.7

Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil (IMK) DIY ..........................

16

Tabel 1.8

Perkembangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum ..........................

18

Tabel 1.9

Andil dan Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan ..........................................

20

Tabel 1.10

Andil dan Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran ...........................................

20

Tabel BOKS 1 Skor Kesiapan Pelaku Usaha Sektoral di DIY ...........................................

26

Tabel BOKS 2 Hasil Regresi Kesiapan Pelaku Usaha di DIY ............................................

27

Tabel 2.1

Perkembangan Realisasi Pendapatan se-DIY s.d Triwulan IV 2018 ...............

34

Tabel 2.2

Perkembangan Realisasi Belanja se-DIY Tahun 2018 ..................................

35

Tabel 2.3

Tabel Realisasi Pembiayaan APBD-P DIY Kabupaten, dan Kota Tahun 2018 .

35

Tabel 2.4

Realisasi Belanja APBN DIY Tahun 2018 ....................................................

38

Tabel 2.5

Realisasi Belanja APBN DIY Berdasarkan Fungsi Tahun 2018 .......................

38

Tabel 3.1

Tren Perkembangan Inflasi DIY .................................................................

42

Tabel 3.2

Komoditas Penyumbang Andil Inflasi dan Deflasi Terbesar Triwulan IV 2018

44

Tabel 4.1

Perkembangan Kredit Korporasi ...............................................................

55

Tabel 4.2

Perkembangan Kredit Konsumsi Rumah Tangga .........................................

56

Tabel 4.3

Perkembangan Kredit Perbankan ..............................................................

57

Tabel 4.4

Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah DIY ............................................

60

Tabel 4.5

Penyaluran Kredit UMKM .........................................................................

62

Tabel 5.1

Perkembangan Transaksi SKNBI ...............................................................

67

Tabel 5.2

Jumlah Agen LKD di DIY..........................................................................

70

Tabel 5.3

Transaksi Layanan Keuangan Digital di DIY ................................................

71

Tabel 5.4

Penyaluran Bantuan Sosial di Wilayah DIY .................................................

71

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 6.1

Garis Kemiskinan Menurut Tipe Daerah di DIY ..........................................

79

Tabel 6.2

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) DIY...............................................

81

Tabel 6.3

Distribusi Pengeluaran Penduduk di DIY ....................................................

82

Tabel 7.1

Risiko Pendorong dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi DIY Sisi Permintaan Triwulan I 2019 ................................................................

86

Risiko Pendorong dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi DIY Sisi Lapangan Usaha Triwulan II 2019 ........................................................

87

Tabel 7.3

Risiko Pendorong dan Penghambat Inflasi Triwulan II 2019 .........................

88

Tabel 7.4

Risiko Pendorong dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi DIY Sisi Permintaan Tahun 2019 ......................................................................

89

Risiko Pendorong dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi DIY Sisi Penawaran Tahun 2019 ......................................................................

90

Upside dan Downside Risk Inflasi 2019 ......................................................

91

Tabel 7.2

Tabel 7.5 Tabel 7.6

xiii

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1

Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional ..................................................

3

Grafik 1.2

Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jawa ......................................................

3

Grafik 1.3

Struktur Konsumsi Rumah Tangga DIY ......................................................

4

Grafik 1.4

Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga DIY...............................................

4

Grafik 1.5

Perkembangan Konsumsi Barang Tahan Lama dan Penghasilan Konsumen ...

5

Grafik 1.6

Analisis Kejadian Bencana Alam dan Pertumbuhan Jumlah Wisatawan ........

5

Grafik 1.7

Perkembangan Pertumbuhan Konsumsi RT dan Pertumbuhan Jumlah Wisatawan di DIY ........................................................................

5

Grafik 1.8

Perkembangan Total Penumpang Pesawat .................................................

5

Grafik 1.9

Perkembangan Jumlah Kedatangan Penumpang Pesawat ke DIY .................

6

Grafik 1.10 Perkembangan Jumlah Keberangkatan Penumpang Pesawat dari DIY ..........

6

Grafik 1.11 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen.............................................

7

Grafik 1.12 Perkembangan Realisasi Belanja APBD DIY................................................

7

Grafik 1.13 Proporsi Komponen Investasi ...................................................................

9

Grafik 1.14 Perkembangan Investasi ...........................................................................

9

Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Properti ..................................................................

9

Grafik 1.16 Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang Investasi ......................................

9

Grafik 1.17 Perkembangan Realisasi Investasi di DIY ...................................................

10

Grafik 1.18 Struktur Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) DIY ...............................

10

Grafik 1.19 Perbandingan PMDN Sektoral ..................................................................

10

Grafik 1.20 Struktur Penanaman Modal Asing (PMA) DIY .............................................

10

Grafik 1.21 Perbandingan PMA Sektoral .....................................................................

10

Grafik 1.22 Perkembangan Likert Scale Investasi di DIY ..............................................

11

Grafik 1.23 Perkembangan Pertumbuhan Ekspor Luar negeri .......................................

11

Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor......................................................................

12

Grafik 1.25 Perkembangan Ekspor dan Nilai Tukar ......................................................

12

Grafik 1.26 Perkembangan Ekspor Tekstil...................................................................

12

Grafik 1.28 Perkembangan Ekspor Olahan Kayu .........................................................

12

Grafik 1.29 Perkembangan Ekspor Kulit .....................................................................

12

xiv

DAFTAR GRAFIK

2

Grafik 1.30 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Penumpang ke Luar Negeri .........................................................................................

13

Grafik 1.31 Perkembangan Impor Luar Negeri .............................................................

13

Grafik 1.32 Perkembangan Impor Bahan Baku ............................................................

13

Grafik 1.33 Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat ke Luar Negeri ........................

13

Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Industri Pengolahan .................................................

17

Grafik 1.35 Perkembangan Kredit Industri Pengolahan .................................................

17

Grafik 1.36 Perkembangan SBT Prompt Manufacturing Index .......................................

17

Grafik 1.37 Perkembangan SBT Kegiatan Usaha Industri Pengolahan ............................

17

Grafik 1.38 Perkembangan Length of Stay Akomodasi di DIY .......................................

18

Grafik 1.39 Perkembangan Jumlah Wisatawan DIY .....................................................

18

Grafik 1.40 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional ............................

20

Grafik 1.41 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa .............................................

20

Grafik 1.42 Pangsa Komponen Konsumsi RT 2018.......................................................

21

Grafik 1.43 Perkembangan Komponen Konsumsi RT 2018 ...........................................

21

Grafik 1.44 Perkembangan Ekspor Komoditas Unggulan DIY .......................................

22

Grafik 1.45 Perkembangan Komponen Impor DIY .......................................................

22

Grafik 1.46 Perkembangan Jumlah Wisatawan ...........................................................

23

Grafik 1.47 Perkembangan Tingkat Okupansi dan Length of Stay Akomodasi di DIY .......

23

Grafik 2.1

Pertumbuhan Realisasi Pendapatan APBD-P se-DIY Triwulan IV 2018..........

31

Grafik 2.2

Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Asli Daerah se-DIY Berdasarkan Komponennya Triwulan IV 2018 ............................................

31

Perkembangan Realisasi Belanja Langsung se-DIY Berdasarkan Komponennya Triwulan IV 2018 ............................................

32

Grafik 2.4

Perkembangan Realisasi Belanja Modal se-DIY Triwulan IV 2018.................

32

Grafik 2.5

Proporsi Realisasi Pendapatan Daerah se-DIY 2018 ...................................

33

Grafik 2.6

Perkembangan Capaian Realisasi Pendapatan se-DIY Berdasarkan Komponennya 2018 .............................................................

33

Grafik 2.7

Proporsi Realisasi Belanja APBD-P se-DIY Tahun 2018 ...............................

34

Grafik 2.8

Perkembangan Capaian Realisasi Belanja se-DIY Berdasarkan Komponennya Tahun 2018....................................................

34

Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota DIY 2018 .........

36

Grafik 2.10 Derajat Otonomi Fiskal Per Kabupaten/Kota DIY 2018 ...............................

36

Grafik 2.11 Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota DIY 2018 ........

37

Grafik 2.3

Grafik 2.9

xv

Grafik 2.13 Capaian Realisasi Belanja Daerah Kab/Kota di DIY Tahun 2018 ...................

37

Grafik 2.12 Derajat Otonomi Fiskal Per Kabupaten/Kota DIY 2018 ..............................

37

Grafik 3.1

Perkembangan Inflasi DIY dan Nasional .....................................................

41

Grafik 3.2

Perbandingan Inflasi 2018 Antar Daerah ....................................................

41

Grafik 3.3

Indeks Penjualan Riil29 Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau ................

42

Grafik 3.4

Indeks Penjualan Riil Pakaian Jadi.............................................................

42

Grafik 3.5

Tren Inflasi Sandang (mtm) .......................................................................

43

Grafik 3.7

Tren Inflasi Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (mtm) ................................

43

Grafik 3.6

Perkembangan Harga Emas Dunia ............................................................

43

Grafik 3.8

Tren Inflasi Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (mtm) ......................

44

Grafik 3.9

Perkembangan Harga Minyak Dunia ..........................................................

44

Grafik 3.10 Perkembangan Harga Beras Medium .........................................................

46

Grafik 3.12 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras .....................................................

46

Grafik 3.14 Perkembangan Harga Bawang Merah ........................................................

46

Grafik 3.11 Perkembangan Harga Beras Premium ........................................................

46

Grafik 3.13 Perkembangan Harga Telur Ayam Ras .......................................................

46

Grafik 3.15 Perkembangan Harga Bawang Putih ..........................................................

46

Grafik 3.16 Perkembangan Harga Cabai Merah ...........................................................

47

Grafik 3.17 Perkembangan Harga Cabai Rawit.............................................................

47

Grafik 4.1

Perkembangan Likuiditas Korporasi DIY ....................................................

53

Grafik 4.2

Perkembangan Rentabilitas Korporasi DIY .................................................

53

Grafik 4.3

Perkembangan Kredit dan DPK Korporasi .................................................

54

Grafik 4.4

Andil Pertumbuhan Kredit Korporasi .........................................................

54

Grafik 4.5

Distribusi Pengeluaran Rumah Tangga .......................................................

55

Grafik 4.6

Perkembangan DPK Rumah Tangga (yoy) ...................................................

56

Grafik 4.7

Perkembangan LDR, Kredit, dan DPK Rumah Tangga .................................

56

Grafik 4.8

Perkembangan LDR .................................................................................

57

Grafik 4.9

Perkembangan Kredit dan DPK (yoy) Perbankan ........................................

57

Grafik 4.10 Perkembangan Undisbursed Loan .............................................................

58

Grafik 4.11 Kontribusi Pertumbuhan Kredit (yoy) Per Sektor ........................................

58

Grafik 4.12 Perkembangan DPK Perbankan ................................................................

59

Grafik 4.13 Andil Pertumbuhan Deposito ....................................................................

59

Grafik 4.14 Perkembangan Suku Bunga Perbankan ......................................................

59

Grafik 4.15 Perkembangan Suku Bunga Simpanan .......................................................

59

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.16 Perkembangan Pembiayaan, DPK, dan FDR Bank Syariah ...........................

60

Grafik 4.17 Pangsa Perbankan Syariah ........................................................................

60

Grafik 4.18 Perkembangan DPK Bank Syariah .............................................................

61

Grafik 4.19 Imbal Hasil Pembiayaan dan DPK Bank Syariah..........................................

61

Grafik 5.1

Perkembangan Transaksi SKNBI ...............................................................

67

Grafik 5.2

Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di DIY ................................

68

Grafik 5.3

Perkembangan Pemusnahan Uang di DIY...................................................

68

Grafik 5.4

Perkembangan Temuan Uang Palsu di DIY .................................................

69

Grafik 5.5

Temuan Uang Palsu Berdasarkan Jenis Pecahan di DIY...............................

69

Grafik 5.6

Perkembangan Transaksi Valuta Asing di DIY .............................................

69

Grafik 5.7

Pangsa Valuta Asing yang Ditukarkan di DIY Tw III 2018 .............................

69

Grafik 5.8

Transaksi Penjualan Valuta Asing di DIY Tw. IV 2018 ..................................

70

Grafik 5.9

Transaksi Pembelian Valuta Asing di DIY Tw IV 2018 .................................

70

Grafik 5.10 Agen LKD di DIY .....................................................................................

70

Grafik 5.11 Frekuensi Transaksi LKD di DIY ...............................................................

71

Grafik 6.1

Perkembangan Penduduk Miskin ..............................................................

77

Grafik 6.2

Pekembangan penduduk usia kerja di DIY .................................................

78

Grafik 6.3

Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di DIY ............................

78

Grafik 6.4

Perkembangan GK dan Inflasi .................................................................

79

Grafik 6.5

Perkembangan Garis Kemiskinan ..............................................................

79

Grafik 6.6

Perkembangan GK Makanan di Perkotaan .................................................

80

Grafik 6.7

Perkembangan GK Makanan di Pedesaan .................................................

80

Grafik 6.8

Perkembangan Pertumbuhan Jumlah Penduduk Miskin ..............................

80

Grafik 6.9

Perkembangan Nilai Tukar Pertanian (NTP) ................................................

80

Grafik 6.10 Perkembangan Pertumbuhan Indeks Kemiskinan (P1) DIY ...........................

81

Grafik 6.11 Perkembangan Pertumbuhan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) DIY ..........

81

Grafik 6.12 Perkembangan Gini Ratio .........................................................................

81

Grafik 6.13 Provinsi dengan Gini Ratio Tertinggi Periode September 2018 .....................

81

Grafik 6.14 Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen Terbawah di DIY ......................................................................

82

Grafik 6.15 Perkembangan TPT Menurut Pendidikan di DIY .........................................

82

xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF Pada Triwulan IV 2018, perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) semakin solid dengan tren pertumbuhan yang terus meningkat. Kinerja ekonomi DIY tercatat tumbuh sebesar 7,39% (yoy), tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi DIY yang makin kokoh ini ditopang oleh akselerasi kinerja investasi seiring dengan percepatan pembangunan infrastruktur yang makin gencar dilaksanakan menjelang tahun 2019. Pertumbuhan investasi di DIY pada Triwulan IV 2018 dengan tumbuh sebesar 11,50% (yoy), sementara secara keseluruhan 2018 tercatat sebesar 10,17% (yoy), lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan realisasi tersebut, pertumbuhan investasi DIY tercatat sebagai pertumbuhan tertinggi dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Akselerasi investasi bersumber dari peningkatan kinerja investasi bangunan. antara lain pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang terus digenjot menjelang tahun 2019 serta pembangunan akses infrastuktur pendukungnya. Konsumsi masih tumbuh positif. Peningkatan konsumsi terutama terjadi pada konsumsi pemerintah. Walaupun tumbuh melambat pada Triwulan IV 2018, namun secara keseluruhan 2018, konsumsi pemerintah mampu tumbuh terakselerasi, yaitu dari 1,20% (yoy) pada 2017 menjadi 3,47% (yoy). Pertumbuhan konsumsi pemerintah didorong oleh naiknya capaian realisasi belanja tidak langsung di sebagian besar komponen belanja tidak langsung, terutama belanja pegawai sebagai sebagai dampak dari pembayaran dan penyesuaian komponen THR dan gaji ke 13. Sementara itu, walaupun tumbuh terbatas, konsumsi rumah tangga masih terjaga seiring terkendalinya inflasi pada periode laporan, yaitu sebesar 2,66% (yoy). Pencapaian inflasi dimaksud merupakan yang terendah di antara provinsi lain di Jawa maupun realisasi inflasi Nasional. Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi ditopang oleh akselerasi kinerja LU konstruksi, penyediaan akomodasi makan dan minum serta informasi dan komunikasi. Akselerasi kinerja konstruksi merefleksikan percepatan pembangunan infrastruktur yang terus digenjot. Sementara itu, jumlah wisatawan yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya tidak berdampak pada perlambatan LU penyediaan akomodasi makan dan minum, seiring dengan bergairahnya penyediaan makan dan minum sebagai dampak e-commerce. Lapangan usaha informasi dan komunikasi juga melanjutkan tren positif dengan terus tumbuh meningkat sejalan tren aplikasi digital yang semakin meningkat, geliat e-commerce, dan kesuksesan penyelenggaraan Indonesia Netaudio Festival 3.0 di Kota Yogyakarta pada bulan Agustus 2018. Pertumbuhan ekonomi DIY yang makin solid juga didukung oleh terjaganya stabilitas keuangan daerah di DIY, tercermin dari sektor korporasi dan rumah tangga yang masih kuat. Pada sektor korporasi, proyek strategis nasional yang mulai digarap menimbulkan efek positif bagi iklim usaha di DIY. Hal tersebut mendorong beberapa sektor korporasi untuk melakukan ekspansi. Sementara itu dari sisi rumah tangga, daya beli masyarakat masih relatif baik walaupun cenderung melambat dibanding periode sebelumnya. Dari sisi perbankan, peningkatan suku bunga acuan masih belum berpengaruh signifikan terhadap suku bunga simpanan maupun suku bunga pinjaman. Kinerja perekonomian DIY yang relatif cukup baik di 2018 mendorong perbaikan kondisi kemiskinan di DIY. Pada September 2018, tingkat kemiskinan DIY tercatat lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kendati persentase jumlah penduduk miskin di DIY menurun, namun masih di atas nasional. Lebih baiknya kinerja perekonomian DIY juga mendorong adanya perbaikan terbatas pada ketimpangan pendapatan masyarakatnya. Gini Ratio di DIY sedikit mengalami perbaikanpada September 2018. Sejalan dengan gini ratio, bila menggunakan ukuran ketimpangan Bank Dunia, tingkat ketimpangan di DIY tergolong dalam kategori ‘sedang’’.

xviii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ke depan, seiring dengan makin digenjotnya penyelesaian pembangunan infrastruktur serta kinerja konsumsi yang diperkirakan akan meningkat sebagai dampak dari pelaksanaan Pemilu 2019 dan peningkatan aktivitas pariwisata di DIY, Bank Indonesia meyakini perekonomian DIY pada tahun 2019 akan tumbuh meningkat dibanding pertumbuhan pada tahun 2018. Pencapaian tersebut tentunya tidak lepas dari dukungan inflasi yang terkendali yang sampai dengan akhir 2018 diperkirakan berada pada sasaran 3,5%±1, serta stabilitas keuangan daerah yang terjaga.

xix

INDIKATOR TERPILIH TW IV 2018 Indikator

2017

2018

I

II

III

IV

I

II

III

IV

5,12

5,16

5,41

5,25

5,41

5,92

6,04

7,39

Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) Berdasarkan Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

3,16

5,09

(0,71)

(0,48)

2,97

3,22

-0,18

2,91

Pertambangan dan Penggalian

2,03

(2,37)

2,24

11,49

8,80

11,44

11,00

10,95

Industri Pengolahan

6,18

7,00

5,61

4,35

5,97

5,00

5,56

3,98

Pengadaan Listrik, Gas

1,46

1,38

7,05

6,22

0,57

2,39

0,99

9,10

Pengadaan Air

4,14

3,84

7,11

3,55

0,77

3,76

8,05

7,82

Konstruksi

6,11

6,63

7,39

6,43

7,38

10,71

14,37

18,43

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

5,55

5,44

5,30

6,46

5,43

5,94

5,11

5,70

Transportasi dan Pergudangan

2,43

4,56

7,51

4,01

6,41

7,45

5,37

7,18

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

7,33

4,66

6,55

6,17

7,09

6,53

6,35

7,12

Informasi dan Komunikasi

7,66

6,95

5,20

4,79

6,14

6,24

6,47

7,00

Jasa Keuangan

2,43

3,81

2,67

2,43

3,55

3,06

9,59

8,34

Real Estate

4,30

4,30

5,87

5,28

5,78

5,40

5,84

5,15

Jasa Perusahaan

2,78

8,54

6,36

6,31

2,98

4,84

7,28

6,82

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,69

(0,83)

7,39

9,07

1,96

4,90

2,20

6,80

Jasa Pendidikan

4,91

4,69

6,16

6,40

5,25

5,44

6,34

6,96

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

5,21

7,15

7,59

4,62

6,11

5,58

5,76

6,74

Jasa lainnya

6,07

7,73

5,28

4,16

6,22

5,60

6,17

6,76

1,37

Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga

5,04

5,47

5,69

6,05

5,76

5,11

1,93

- Konsumsi Pemerintah

1,57

(1,99)

5,90

4,30

5,50

6,57

8,43

0,11

- Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

6,35

4,56

5,19

4,12

7,75

9,87

10,97

3,61

- Ekspor Luar Negeri

9,01

(0,77)

22,74

8,85

16,56

11,71

14,62

0,53

- Impor Luar Negeri

5,27

10,23

18,86

8,33

12,01

5,71

3,01

0,34

- Net Ekspor Antardaerah

6,10

(14,73)

34,28

2,69

50,56

15,47

-10,25

1,69

3,39

3,39

3,64

4,2

3,29

2,69

2,77

2,66

Laju Inflasi Tahunan - Kota Yogyakarta (%,yoy) Bank Umum* Aset (Rp Miliar)

60.973

62.138

64.554

66.472

65.657

67.474

68.542

70.150

Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar)

50.652

51.827

53.403

54.217

54.579

56.783

57.548

58.019

Kredit (Rp Miliar)

31.175

31.997

32.643

33.545

34.340

35.281

36.510

36.913

61,55

61,74

61,12

61,87

62,92

62,13

63,44

63,62

2,59

2,46

2,41

2,09

3,18

3,59

3,46

2,61

Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)* Aset (Rp Miliar)

5.385

5.398

5.647

5.914

5.967

6.033

6.146

6.376

Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar)

4.097

4.098

4.298

4.522

4.525

4.588

4.683

4.865

Kredit (Rp Miliar)

4.071

4.221

4.257

4.339

4.447

4.600

4.680

4.713

Loan to Deposit Ratio (%)

98,34

103,01

99,04

95,97

98,28

100,27

99,93

96,87

5,24

5,38

5,29

4,57

5,16

5,41

5,29

4,84

NPL Gross (%) *Berdasarkan Lokasi Bank

xx

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kinerja investasi melanjutkan tren terakselerasi, sehingga mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi DIY menjadi yang tertinggi selama 5 tahun terakhir, yaitu sebesar 7,39% (yoy) pada Triwulan IV 2018 dan 6,20% (yoy) secara keseluruhan 2018.

PERTUMBUHAN EKONOMI DIY

PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI DIY

PERTUMBUHAN INVESTASI DIY

PERTUMBUHAN KONSUMSI RT DIY

6,20%

5,17%

7,39%

11,5%

2,28%

(YoY)

(YoY)

(YoY)

(YoY)

(YoY)

2018

2018

Triwulan IV 2018

Triwulan IV 2018

Triwulan IV 2018

1

2

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Pada Triwulan IV 2018, kinerja perekonomian DIY tumbuh terakselerasi dengan mencatat pertumbuhan tertinggi selama 5 tahun terakhir, yaitu sebesar 7,39% (yoy). Pertumbuhan ekonomi DIY yang makin kokoh ini ditopang oleh akselerasi kinerja investasi seiring dengan percepatan pembangunan infrastruktur yang makin gencar dilaksanakan sesuai target penyelesaian tahun 2019. Di sisi lain, Andil (yoy) konsumsi rumah tangga (RT) dalam mendorong pertumbuhan ekonomi DIY masih melanjutkan tren menurun, sementara itu tren pertumbuhan investasi terus meningkat. Komponen pengeluaran konsumsi RT pada triwulan laporan tetap mampu tumbuh positif sebesar 2,28% (yoy), meskipun lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi lapangan usaha (LU), LU kontruksi memberikan andil (yoy) terbesar bagi pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan laporan, diikuti oleh informasi dan komunikasi, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta jasa pendidikan. Akselerasi kinerja konstruksi merefleksikan percepatan pembangunan infrastruktur yang terus digenjot, antara lain percepatan penyelesaian bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA), Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), revitalisasi pedestrian Kotabaru serta pelebaran jalan Imogiri menuju Dlingo. Sementara itu, kunjungan wisatawan pada high season liburan akhir tahun menjadi faktor pendorong pertumbuhan lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum. Selain itu, informasi dan komunikasi melanjutkan tren positif dengan terus tumbuh meningkat diantaranya dikontribusi oleh penyelenggaraan belanja online (Harbolnas) pada November dan Desember 2018, turut mendorong pemakaian paket data. Secara keseluruhan, kinerja perekonomian DIY pada tahun 2018 terekspansi dengan tumbuh sebesar 6,20% (yoy), tumbuh melesat dibandingkan tahun 2017 sebesar 5,26% (yoy). Pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2018 tercatat lebih tinggi dibandingkan Nasional dan Jawa. Dari sisi permintaan, pencapaian tersebut ditopang oleh investasi, sejalan dengan proyek multiyears yang dilakukan selama 2018. Sementara dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan didorong oleh lapangan usaha kontruksi, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi serta transportasi dan pergudangan yang memiliki andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2018. Ke depan, pertumbuhan ekonomi pada Triwulan I 2019 diperkirakan masih akan melanjutkan tren peningkatan, sejalan dengan investasi yang masih berlangsung dan potensi kenaikan konsumsi sebagai dampak pelaksanaan Pemilu 2019.

1.1

Komponen Permintaan

Kinerja perekonomian DIY pada Triwulan IV 2018 tumbuh terakselerasi dengan mencatat pertumbuhan tertinggi selama 5 tahun terakhir, yaitu sebesar 7,39% (yoy). Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,02% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mampu tumbuh 5,25% (yoy). Di samping itu, kinerja perekonomian DIY juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional maupun Jawa secara agregat, yang tumbuh masing-masing sebesar 5,18% (yoy) (Grafik 1.1) dan 5,72% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.2).

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jawa

3

Andil (yoy) investasi masih melanjutkan tren meningkat, seiring dengan perekonomian DIY yang sedang membangun. Pada Triwulan IV 2018, tercatat andil (yoy) investasi 3,61%, lebih tinffi dibandingkan andil konsumsi RT sebesar 1,37% (Tabel 1.1). Andil pertumbuhan investasi tersebut paling tinggi selama kurun waktu 3 tahun terakhir.

1.1.1 Konsumsi RT Komponen pengeluaran konsumsi RT pada triwulan laporan tetap mampu tumbuh positif sebesar 2,28% (yoy), meskipun lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya (Tabel 1.2). Perlambatan lebih dikarenakan dinamika perekonomian yang terjadi di domestik akibat ketidakpastian perekonomian global turut menahan belanja masyarakat. Tabel 1.1 Sumber Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan SISI PERMINTAAN

2016 2017 II III IV I II III Andil Pertumbuhan Tahunan (% yoy)

I

2018 IV

I

II

III

IV 1,37

1

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

3,00

3,14

2,57

2,94

2,95

3,16

3,05

3,36

3,46

3,30

1,45

2

Pengeluaran Konsumsi LNPRT

0,03

0,05

(0,08)

(0,10)

0,33

0,34

0,30

0,07

(0,08)

(0,09)

0,06

0,39

3

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

0,38

1,52

(0,29)

(0,44)

0,06

(0,75)

0,35

1,00

0,40

0,81

0,66

0,11

4

Pembentukan Modal Tetap Bruto

1,21

1,47

1,65

2,01

1,52

1,16

1,37

1,31

1,87

2,50

2,89

3,61

5

Perubahan Inventori

0,02

0,03

0,26

0,02

(0,00)

0,03

0,04

0,04

0,08

0,03

0,03

0,03

6

Ekspor Luar Negeri

0,16

0,60

(0,84)

0,05

0,45

(0,04)

0,98

0,45

0,82

0,60

0,73

0,53

7

Impor Luar Negeri

1,37

1,57

0,84

(0,06)

0,24

0,45

1,01

0,16

0,54

0,27

0,18

0,34

8

Net Ekspor Antar Daerah

1,64

0,17

2,50

0,23

0,09

1,77

0,35

(0,79)

(0,60)

(0,96)

0,40

1,69

PERTUMBUHAN EKONOMI

5,07

5,41

4,94

4,78

5,16

5,21

5,42

5,26

5,41

5,92

6,04

7,39

IV

I

II

III

IV

5,86 (2,72) 3,22 7,75 3,75 15,72 12,01 44,11 5,41

5,41 (3,04) 6,14 9,87 1,15 11,71 5,71 18,66 5,92

2,43 2,23 4,93 10,97 (21,71) 14,62 3,01 (38,39) 6,04

2,28 14,36 0,64 11,50 7,29 9,55 5,72 (14,17) 7,39

Keterangan: Komponen yang memiliki andil diatas 0,5%

Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan 2016

SISI PERMINTAAN 1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 5 Perubahan Inventori 6 Ekspor Luar Negeri 7 Impor Luar Negeri 8 Net Ekspor Antar Daerah PERTUMBUHAN EKONOMI

I 5,07 1,25 3,40 5,07 0,89 3,10 40,95 (48,43) 5,07

2017 III IV I II III Pertumbuhan Tahunan (% yoy) 5,13 4,26 4,90 5,04 5,47 5,55 1,78 (2,89) (3,39) 12,36 12,45 11,59 11,37 (1,75) (2,21) 3,83 (1,99) 5,90 5,79 6,34 6,44 6,35 4,56 5,19 1,22 (59,36) 4,74 (0,17) 1,15 (21,52) 11,62 (15,68) 0,99 9,01 (0,77) 22,74 50,22 17,49 (0,92) 5,27 10,23 18,86 (1,53) (61,63) (1,73) 24,11 (15,61) 27,00 5,42 4,94 4,78 5,16 5,21 5,42 II

2018

5,60 2,46 5,67 4,12 8,85 8,33 2,69 6,73 5,26

Keterangan: Arah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

Grafik 1.3 Struktur Konsumsi Rumah Tangga DIY

4

Grafik 1.4 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga DIY

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Dari sisi struktur pengeluaran RT, perlambatan terjadi terutama pada konsumsi transportasi dan komunikasi serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang merupakan pangsa terbesar kedua dan ketiga dalam komponen rumah tangga. Transportasi dan komunikasi yang memiliki pangsa mencapai 19,75% (yoy) dari konsumsi RT (Grafik 1.3), tumbuh terkontraksi sebesar -1,82% (yoy) pada triwulan laporan, melambat dibanding triwulan sebelumnya (2,19%; yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya (6,34%; yoy) (Grafik 1.4). Perlambatan konsumsi transportasi dan komunikasi sejalan dengan meningkatnya tekanan harga pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada inflasi Triwulan IV 20181. Dalam sektor transportasi, Triwulan IV menjadi peak season kedua setelah momen hari raya idul fitri. Lonjakan permintaan masyarakat untuk kebutuhan MICE dan kebutuhan liburan, menyebabkan tarif transportasi darat dan udara cenderung meningkat. Sementara itu, konsumsi perumahan dan perlengkapan rumah tangga tumbuh sebesar 3,34% (yoy) pada triwulan laporan, relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun Triwulan IV 2017. Hal ini juga sejalan dengan meningkatnya inflasi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar di Triwulan IV 20182, seiring dengan harga komoditas bahan bangunan untuk perumahan terus meningkat yang disebabkan peningkatan tarif komoditas pasir dan jasa tukang, sebagai dampak dari kebutuhan yang tinggi untuk pengerjaan proyek strategis di DIY. Perlambatan juga terjadi pada kelompok penginapan dan hotel, yang tercatat tumbuh sebesar 0,63% (yoy) pada triwulan laporan, seiring dengan adanya faktor bencana alam di akhir tahun, yaitu peringatan gelombang tinggi di pantai selatan dan status Gunung Merapi dalam level ‘’Waspada’’, berdampak pada kurangnya minat wisata masyarakat DIY untuk melakukan liburan.

Sumber : Survei Konsumen BI DIY

Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Barang Tahan Lama dan Penghasilan Konsumen

Sumber : Survei Konsumen BI DIY

Grafik 1.7 Perkembangan Pertumbuhan Konsumsi RT dan Pertumbuhan Jumlah Wisatawan di DIY

1 2 3

Sumber : BPS DIY

Grafik 1.6 Analisis Kejadian Bencana Alam dan Pertumbuhan Jumlah Wisatawan

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 1.8 Perkembangan Total Penumpang Pesawat

Pada Triwulan IV 2018, inflasi pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tercatat sebesar 1,35% (yoy). Inflasi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tercatat sebesar 0,93% (yoy) pada Triwulan IV 2018. Indeks Penghasilan Konsumen pada Triwulan IV 2018 tercatat sebesar 135,21, lebih rendah dibandingkan Triwulan III 2018 maupun Triwulan IV 2017, masing-masing sebesar 138,00 dan 136,33.

5

Perlambatan konsumsi rumah tangga juga tercermin dari perlambatan indikator Indeks penghasilan konsumen dan Indeks konsumsi barang tahan lama. Berdasarkan Survei Konsumen, turunnya konsumsi RT terindikasi juga dari indikator penurunan Indeks penghasilan konsumen di Triwulan IV 2018, yaitu dari 138,00 pada Triwulan III 2018 menjadi 135,21 (Grafik 1.5). Predikat DIY sebagai destinasi wisata yang sudah mendunia berimplikasi terhadap tingginya keterkaitan antara pertumbuhan jumlah wisatawan dengan kinerja konsumsi rumah tangga yang tercermin pada Grafik 6. Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa perlambatan pertumbuhan kunjungan wisatawan berdampak terhadap penurunan kinerja konsumsi RT di DIY. Walaupun di Triwulan IV 2018 kunjungan wisatawan sedikit membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun masih tumbuh terkoreksi, yaitu -4,41% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan Triwulan IV 2017 sebesar 9,32% (yoy) (Grafik 1.7). Sejalan dengan hal dimaksud, melambatnya penghasilan juga akan berpengaruh terhadap lebih rendahnya konsumsi barang tahan lama. Hal ini tercermin dari Indeks konsumsi barang tahan lama pada Triwulan IV 2018 yang tercatat 121,30, lebih rendah dibandingkan Triwulan III 2018 sebesar 123,17. Selain itu, perlambatan konsumsi RT juga tercermin dari perkembangan jumlah penumpang pesawat yang melambat. Pada Triwulan IV 2018, jumlah penumpang pesawat hanya tumbuh sebesar 0,08% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada Triwulan III 2018 yang tumbuh 3,21% (yoy) atau periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 15,28% (yoy) (Grafik 1.8). Perlambatan terjadi baik pada jumlah penumpang pesawat yang datang ke DIY maupun berangkat dari DIY. Statistik jumlah penumpang yang datang ke DIY tercatat tumbuh melambat sebesar -0,89% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,56% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 15,83% (yoy) (Grafik 1.9). Sementara itu, jumlah penumpang pesawat yang berangkat dari DIY mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh sebesar 1,05% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada Triwulan III 2018 (2,86%, yoy) maupun Triwulan IV 2017 (16,69%, yoy) (Grafik 1.10). Perlambatan tersebut terutama dikontribusi oleh masih terkontraksinya pertumbuhan jumlah penumpang pesawat yang berangkat dari DIY ke luar negeri sebesar -12,39% (yoy), walaupun lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh -12,39% (yoy). Pelemahan nilai tukar yang masih berlanjut berdampak terhadap mahalnya biaya perjalanan yang harus dikeluarkan ke luar negeri sehingga masyarakat cenderung mengurungkan niatnya untuk bepergian ke luar negeri.

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 1.9 Perkembangan Jumlah Kedatangan Penumpang Pesawat ke DIY

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 1.10 Perkembangan Jumlah Keberangkatan Penumpang Pesawat dari DIY

Memasuki awal tahun, kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan kembali meningkat sejalan masa persiapan kampanye menjelang Pemilu 2019, penyelenggaraan beberapa event besar pada saat low season, dan peningkatan manfaat Program Keluarga Harapan (PKH). Banyaknya event-event yang diselenggarakan pada awal tahun diperkirakan dapat mendorong peningkatan konsumsi, antara lain Jogja Heboh, Pekan Budaya Tionghoa, Tour de Gunung Purba, Tropicolourun, dan Jogja PPI (Pameran Produk Unggulan Perdagangan, Pariwisata dan Investasi). Selain itu, penyaluran bantuan sosial tahap I dimana terdapat kenaikan manfaat PKH juga dapat berkontribusi meningkatkan konsumsi masyarakat4. Indikasi peningkatan konsumsi juga tercermin 4

6

Indeks bantuan sosial PKH tahun 2019 terdiri dari dua jenis bantuan yakni Bantuan Tetap dan Bantuan Berdasarkan Komponen. Bantuan tetap setiap keluarga per tahun adalah Rp550 ribu dan PKH Akses Rp1 juta. Bantuan berdasarkan komponen setiap jiwa per tahun terdiri dari Ibu Hamil Rp2.400.000, Anak usia dini 0--6 tahun Rp2.400.000, SD/Sederajat Rp900.000, SMP/Sederajat Rp1.500.000, SMA/Sederajat Rp2.000.000, Penyandang Disabilitas Berat Rp2.400.000, Lanjut Usia 60 Tahun ke Atas Rp2.400.000.

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

dari hasil survei Bank Indonesia, dimana perkembangan terkini Survei Konsumen menunjukkan ekspektasi masyarakat masih akan terus meningkat seiring peningkatan ekspektasi kegiatan usaha5 (Grafik 1.11).

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.11 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen

1.1.2 Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah pada triwulan laporan tercatat melambat dengan tumbuh sebesar 0,64% (yoy) dibanding triwulan lalu maupun periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat tumbuh sebesar 4,93% (yoy) dan 5,67% (yoy), secara berurutan. Perlambatan pertumbuhan konsumsi sejalan dengan lebih rendahnya realisasi belanja APBD-P se DIY pada triwulan laporan. (Grafik 1.12). Pada triwulan laporan, realisasi belanja Pemda se-DIY tercatat terkoreksi -0,28% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (12,42% (yoy)) maupun Triwulan IV 2017 (15,43% (yoy)). Secara umum, perlambatan kinerja konsumsi pemerintah didorong oleh lebih rendahnya realisasi belanja tidak langsung yang mendominasi anggaran belanja daerah dengan pangsa mencapai 51,57% dari total belanja daerah. Terkoreksinya hampir di sebagian besar komponen belanja tidak langsung menjadi faktor pendorong utama terkontraksinya realisasi belanja tidak langsung. Belanja pegawai yang merupakan komponen terbesar dari belanja tidak langsung (pangsa 66,46% dari total belanja tidak langsung di 2018) tumbuh -2,41% (yoy) di Triwulan IV 2018, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun Triwulan IV 2017, yaitu masing-masing 3,71% (yoy) dan 6,92% (yoy). Lebih rendahnya realisasi belanja pegawai sejalan dengan banyaknya pegawai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemda DIY yang menjalani pensiun. Sementara itu, skema pencairan dana desa yang telah dicairkan terakhir di Agustus 2018 mendorong realisasi belanja bantuan keuangan terkoreksi negatif pada triwulan laporan.

Grafik 1.12 Perkembangan Realisasi Belanja APBD DIY 5

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Q1’19 (Februari) tercatat 146.13, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (IKK: 138,61). Kenaikan optimisme tersebut didorong oleh kenaikan persepsi rumah tangga terhadap kondisi ekonomi periode berjalan, ditunjukkan oleh kenaikan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Ekonomi (IEK), masing- masing sebesar 134,58 dan 157,67.

7

Perlambatan konsumsi pemerintah juga dikontribusi oleh lebih rendahnya realisasi belanja langsung, khususnya belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja barang dan jasa yang mendominasi struktur belanja langsung dengan pangsa mencapai 50,59% terhadap total belanja langsung, tercatat terkoreksi sebesar -2,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun Triwulan IV 2017 yang masing-masing tumbuh sebesar 27,36% (yoy) dan 36,38% (yoy). Lebih rendahnya realisasi belanja barang dan jasa di akhir tahun tak lepas dari program percepatan realisasi anggaran di masing-masing SKPD Pemerintah DIY melalui implementasi Program Pengendalian Pembangunan Daerah. Komponen lain dalam struktur belanja langsung yaitu realisasi belanja modal juga mengalami perlambatan. Pada Triwulan IV 2018, realisasi belanja modal tercatat hanya tumbuh sebesar 0,37% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun Triwulan IV 2017 yang masing-masing tumbuh sebesar 1,74% (yoy) dan 17,37% (yoy). Telah selesainya pembangunan beberapa proyek yang dibiayai APBD-P mendorong perlambatan belanja barang modal pada triwulan laporan, antara lain pengadaan tanah dalam rangka pembangunan JJLS yang direncanakan di tahun 2018, revitalisasi malioboro dan kotabaru, pembangunan bioskop indra untuk sentra Pedagang Kaki Lima (PKL) dan revitalisasi eks gedung bioskop permata. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada Triwulan I 2019 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan dana keistimewaan pada tahun 2019 diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan konsumsi pemerintah. Selain itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah juga didukung oleh pencairan Dana Desa Tahap I yang memiliki skema penyaluran baru, yaitu menjadi lebih awal pada bulan Januari 20%, Maret 40%, dan Juni 40%, serta penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) dengan skema baru6.

1.1.3 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pada Triwulan IV 2018, kinerja investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) masih melanjutkan tren akselerasi sejalan dengan percepatan penyelesaian pembangunan proyek-proyek infrastruktur di DIY. Pertumbuhan investasi di DIY pada triwulan laporan tercatat sebesar 11,50% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 10,97% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,12% (yoy). Dengan realisasi tersebut, pertumbuhan investasi DIY tercatat sebagai pertumbuhan tertinggi dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Akselerasi investasi bersumber dari peningkatan kinerja investasi bangunan. Investasi bangunan yang mendominasi komponen investasi PDRB dengan pangsa sebesar 82,43% pada triwulan laporan, tumbuh meningkat dari 11,59% (yoy) pada Triwulan III 2018 menjadi 13,01% (yoy) (Grafik 1.13). Peningkatan kinerja investasi bangunan didorong oleh pembangunan infrastruktur dan konstruksi yang terus berlanjut di DIY, antara lain pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang terus digenjot menjelang tahun 2019 serta pembangunan akses jalan pendukung, pembangunan ruas jalan jalur lintas selatan (JJLS), antara lain Jembatan Kretek 2 sepanjang 1,1 km serta ruas jalan Baron – Tepus sepanjang 1,5 km, pembangunan jalan Kokap dari rencana 4 m menjadi 12 m serta jembatannya, revitalisasi kawasan Kotabaru, pelebaran jalan Imogiri menuju Dlingo, pembangunan pipa PDAM, pembangunan rumah relokasi korban gusuran serta pembangunan 4 apartemen baru dan pembangunan hotel di wilayah Selatan DIY. Turunnya konsumsi RT terindikasi juga sejalan dengan indikasi perlambatan penurunan penghasilan masyarakat yang tercermin dari penurunan Indeks Penghasilan Konsumen di Triwulan IV 20186. Perbaikan kinerja investasi juga terkonfirmasi dari peningkatan indikator kredit properti dan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Investasi. Pada Triwulan IV 2018, penyaluran kredit properti tumbuh 10,87% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,20% (yoy) maupun periode yang sama sebelumnya 10,34% (yoy) (Grafik 1.15). Sementara itu, SBT pda Triwulan IV 2018 tercatat sebesar 17,83%, lebih tinggi dari realisasi triwulan III-2018 (SBT 12,17%) namun sedikit lebih rendah dari realisasi triwulan IV-2017 (SBT 18,35%) (Grafik 1.16).

6

8

Bansos PKH diberikan 4 kali dalam satu tahun yakni pada bulan Januari, April, Juli, Oktober. Pada tahun 2019 jumlah bantuan sosial PKH dinaikkan secara signifikan yang semula Rp19,3 triliun menjadi Rp32,65 Triliun. Penerima bantuan PKH di DIY hingga Maret 2019 mendatang diperkirakan berjumlah 12.178 KK.

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Sumber : BPS DIY

Grafik 1.13 Proporsi Komponen Investasi

Grafik 1.14 Perkembangan Investasi

Sumber : SKDU, KPW BI DIY

Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Properti

Grafik 1.16 Perkembangan Saldo Bersih Tertimbang Investasi

Selain pembangunan infrastruktur, berbagai kemudahan dan fasilitas yang diberikan juga turut mendorong geliat investasi swasta terutama PMDN. Investasi swasta pada triwulan laporan mencapai Rp569,25 miliar, lebih tinggi dibanding capaian investasi pada Triwulan IV 2017 sebesar Rp241,09 miliar. Capaian tersebut terutama didorong oleh kenaikan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dari Rp58,25 miliar pada Triwulan IV 2017 menjadi Rp540,85 miliar pada triwulan laporan (Grafik 1.17). Pembangunan bandara NYIA masih menjadi magnet investasi bagi para pelaku usaha dalam negeri yang diyakini akan terus meningkat ke depannya. Selain itu, berbagai kemudahan perizinan yang diberikan kepada para investor diantaranya melalui implementasi online single submission (OSS) serta insentif fiskal yang diberikan ditengarai menjadi daya tarik untuk berinvestasi ke DIY. Sektor tersier masih menjadi primadona di DIY yang memiliki daya tarik bagi para investor, baik investor dalam negeri maupun asing. Dari sisi PMDN, realisasi investasi di sektor tersier mendominasi investasi yang masuk ke DIY pada triwulan laporan yaitu sebesar Rp518,48miliar atau setara dengan 95,86% dari total PMDN pada Triwulan IV 2018 (Grafik 1.18). Investor dalam negeri yang menanamkan modal di DIY meyakini bahwa prospek kinerja sektor jasa masih akan terus meningkat ke depan seiring dengan keberadaan bandara NYIA7, terutama lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum yang mendominasi dengan pangsa mencapai 57,13% dari total realisasi investasi pada triwulan laporan (Grafik 1.19). Berbeda dengan investasi domestik yang tumbuh lebih tinggi, investasi asing melambat di tengah ketidakpastian ekonomi global serta adanya indikasi wait and see dari calon investor menjelang tahun politik. Pada triwulan laporan, penanaman modal asing (PMA) tercatat sebesar Rp28,39 miliar, lebih rendah dibanding capaian pada Triwulan III 2018 (Rp54,25 miliar). Pada triwulan laporan, realisasi investasi PMA didominasi sektor tersier mencapai 72,25% yang terutama berasal dari sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dengan realisasi investasi 7

Berdasarkan hasil liaison kepada pelaku usaha penyediaan akomodasi, makan dan minum yang tercermin dari Likert Scale investasi di sektor dimaksud sebesar 1,00 pada Triwulan IV 2018, lebih tinggi dibandingkan Triwulan III 2018 sebesar 0,71.

9

sebesar Rp16,46 miliar (Grafik 1.20 dan 1.21). Sementara itu, dari sisi manufaktur, industri tekstil masih dinilai memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dimana terdapat 4 perusahaan milik asing yang menanamkan modalnya dalam industri tekstil dengan nilai total nilai investasi sebesar Rp6,40 miliar.

Sumber : BKPM DIY

Grafik 1.17 Perkembangan Realisasi Investasi di DIY

Sumber : BKPM DIY

Grafik 1.18 Struktur Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) DIY

Sumber : BKPM DIY

Grafik 1.20 Struktur Penanaman Modal Asing (PMA) DIY

Sumber : BKPM DIY

Grafik 1.19 Perbandingan PMDN Sektoral

Sumber : BKPM DIY

Grafik 1.21 Perbandingan PMA Sektoral

Memasuki Triwulan I 2019, kinerja investasi diperkirakan masih melanjutkan tren peningkatan sebagai dampak dari kelanjutan pembangunan proyek multiyears. Pembangunan fisik bandara NYIA, pembangunan jalan bawah tanah (underpass) bandara NYIA sejauh 1 km di JJLS, pembangunan underpass Kentungan, potensi investasi di Kulon Progo dan Gunungkidul yang masih akan meningkat serta sejumlah 61 hotel baru yang masih menunggu izin untuk dibangun diperkirakan dapat mengakselerasi pertumbuhan investasi satu triwulan ke depan. Peluncuran Online Single Submission (OSS) pada bulan Juli 2018 yang ketentuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2018, diharapkan dapat berdampak positif terhadap peningkatan iklim usaha yang dapat menggenjot pertumbuhan investasi, khususnya di DIY.

10

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Indikator peningkatan investasi juga tercermin dari kenaikan Likert Scale liaison kepada pelaku usaha di DIY yang tercatat sebesar 1,14, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu, sebesar 0,93 dan 0,52 (Grafik 1.22).

Sumber : BI DIY

Grafik 1.22 Perkembangan Likert Scale Investasi di DIY

1.1.4 Ekspor-Impor Pada Triwulan IV 2018, net ekspor luar negeri DIY mengalami sedikit perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya didorong oleh ekspor yang tumbuh lebih tinggi dibanding impor, meskipun masih defisit. Walaupun masih tumbuh negatif sebesar -40,80% (yoy), namun lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -52,50% (yoy) namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh -37,03% (yoy). Ekspor luar negeri pada Triwulan IV 2018 tercatat tumbuh 9,55% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan Triwulan III 2017 sebesar 14,62% (yoy) namun masih lebih baik dibanding Triwulan IV 2017 yang tercatat sebesar 8,33% (yoy) (Grafik 1.23). Perlambatan ekspor terutama terjadi pada ekspor barang luar negeri yang hanya tumbuh sebesar 7,25% (yoy), sementara pada Triwulan III 2018 mampu tumbuh 13,85% (yoy). Sedangkan ekspor jasa luar negeri pada triwulan laporan tercatat sebesar 16,32% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun Triwulan IV 2017, masing-masing sebesar 16,77% (yoy) dan 17,27% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan impor meningkat 3,01% (yoy) pada Triwulan III 2018 menjadi 5,72% (yoy) pada triwulan laporan.

Sumber : BPS DIY

Grafik 1.23 Perkembangan Pertumbuhan Ekspor Luar negeri

Berdasarkan jenis komoditasnya, perlambatan pertumbuhan ekspor barang luar negeri terjadi pada komoditas utama ekspor DIY, yaitu tekstil dan pengolahan kayu. Pada Triwulan IV 2018, ekspor tekstil tercatat tumbuh sebesar 6,74% (yoy), tumbuh melambat dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,84% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang terakselerasi dengan tumbuh 24,10% (yoy) (Grafik 1.26). Sebagai faktor penghambat laju pertumbuhan industri tekstil, pelemahan nilai tukar serta peningkatan harga komoditas serat dunia sebagai bahan baku tekstil yang sebagian besar merupakan produk

11

impor turut berdampak terhadap penurunan laju ekspor tekstil8 (Grafik 1.27). Sementara itu, ekspor pengolahan kayu (mebel dan kerajinan kayu) hanya tumbuh 5,42% (yoy) pada triwulan laporan, jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,71% (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh -48,56% (yoy) (Grafik 1.28). Kenaikan ekspor pengolahan kayu sejalan dengan faktor seasonal menjelang hari raya Natal dan ekstensifikasi pasar ekspor karena peningkatan kualitas produk9. Di sisi lain, ekspor kulit tumbuh meningkat sebesar 4,82% (yoy) pada Triwulan IV 2018, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh -27,49% (yoy) (Grafik 1.29).

Sumber : Bea & Cukai

Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor

Sumber : Bea & Cukai

Grafik 1.26 Perkembangan Ekspor Tekstil

Sumber : Bea & Cukai

Grafik 1.28 Perkembangan Ekspor Olahan Kayu

8

9

12

Sumber : Bank Indonesia & Bloomberg

Grafik 1.25 Perkembangan Ekspor dan Nilai Tukar

Sumber : Bank Indonesia & Bloomberg

Grafik 1.27 Perkembangan Ekspor Tekstil dan Nilai Tukar

Sumber : Bea & Cukai

Grafik 1.29 Perkembangan Ekspor Kulit

Berdasarkan hasil FGD dengan para pelaku usaha tekstil, prospek industri tekstil dan produk turunannya di pasar global masih cukup baik terutama pasar Amerika Serikat yang pangsanya paling tinggi sehingga strategi pengembangan yang ditempuh adalah peningkatan produktivitas yang mengarah pada perluasan jangkauan medium to high market. Hal inilah yang kemudian mendorong peningkatan investasi terhadap industri tekstil melalui pengembangan mesin dan alat produksi serta penambahan lahan usaha. Berdasarkan liaison dengan pelaku usaha pengolahan kayu, keunikan desain dan kualitas material produk menjadi nilai keunggulan kompetitif dari para pelaku ekspor DIY ditunjang dengan service excellent yang diberikan kepada buyer.

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Dari sisi ekspor jasa, pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara yang masih melanjutkan pertumbuhan negatif, walaupun sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, namun jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara yang cukup dalam tersebut terjadi setelah pada periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah wisatawan mancanegara mampu tumbuh sebesar 0,36% (yoy), sedangkan pada triwulan laporan tumbuh terkoreksi -17,68% (yoy) (Grafik 1.30). Bencana yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, antara lain gempa di Bali dan Lombok serta tsunami di Palu dan Banten serta peringatan gelombang tinggi di perairan Indonesia pada akhir tahun 2018 menyebabkan sejumlah negara mengeluarkan travel advice ke Indonesia yang berdampak terhadap melambatnya pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke DIY. Kinerja impor luar negeri DIY pada Triwulan IV 2018 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Triwulan IV 2018, impor luar negeri DIY tercatat tumbuh sebesar 8,09% (yoy), lebih tinggi dibandingkan Triwulan III 2018 dan Triwulan IV 2018, masing-masing sebesar -28,08% (yoy) dan -8,48% (yoy). Kenaikan impor terjadi terutama pada impor barang luar negeri. Pertumbuhan impor barang luar negeri terekspansi dari 6,39% (yoy) menjadi 13,47% (yoy), sementara impor jasa luar negeri pada triwulan laporan tercatat terkoreksi sebesar -0,45% (yoy), turun dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya dan triwulan yang sama tahun sebelumnya (Grafik 1.31). Peningkatan impor bahan baku, dengan porsi 84,78% dari total impor DIY di tahun 2018, menjadi faktor utama pendorong lebih tingginya impor DIY pada triwulan laporan, yaitu tumbuh 7,56% (yoy) pada Triwulan IV 2018, naik signifikan dibandingkan Triwulan III 2018 maupun Triwulan IV 2017, tumbuh masing-masing sebesar -28,08% dan -8,48% (yoy) (Grafik 1.32). Optimisme pelaku usaha terhadap perekonomian ke depan, khususnya domestik, menjadikan pelaku usaha di sektor industri pengolahan melakukan penambahan kapasitasnya yang berdampak pada peningkatan kebutuhan bahan baku10. Di sisi lain, tren kenaikan harga komoditas global yang disertai pelemahan nilai tukar mempengaruhi penurunan aktivitas impor, terutama impor jasa karena mahalnya biaya perjalanan ke luar negeri (Grafik 1.33).

Sumber : BPS DIY

Grafik 1.30 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Penumpang ke Luar Negeri

Sumber : BPS DIY

Grafik 1.31 Perkembangan Impor Luar Negeri

Sumber : BPS DIY

Sumber : BPS DIY

Grafik 1.32 Perkembangan Impor Bahan Baku

10

Grafik 1.33 Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat ke Luar Negeri

Berdasarkan hasil liaison kepada 31 pelaku usaha di DIY pada Triwulan IV 2018.

13

Pada Triwulan I 2019, aktivitas ekspor diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan liaison dengan para pelaku usaha yang berorientasi ekspor di DIY11, Pelaku usaha memproyeksikan penjualan ekspor masih mengalami pertumbuhan sejalan dengan strategi perusahaan untuk melakukan ekstensifikasi pasar secara intensif dan inovasi produk guna mengakomodir permintaan pasar. Selain itu, perjanjian perdagangan bebas dengan 4 Negara Eropa, yaitu Swiss, Liechtenstein, Islandia, dan Norwegia terkait Indonesia-European Free Trade Association (EFTA) pada Desember 2018 juga berpotensi mendorong peningkatan ekspor di DIY, terutama dari produk tekstil dan pengolahan kayu. Dari sisi impor, impor barang modal pun diperkirakan akan tumbuh seiring dengan prospek peningkatan investasi dalam rangka percepatan penyelesaian proyek-proyek yang akan mencapai target operasi. Disamping itu, impor bahan baku juga diperkirakan masih tumbuh sejalan dengan optimisme pelaku usaha terhadap perkiraan perekonomian domestik yang tumbuh lebih baik. Net ekspor antar daerah mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Pada Triwulan IV 2018, net ekspor antar daerah tercatat tumbuh sebesar -14,17%, lebih tinggi dibandingkan net ekspor triwulan sebelumnya -38,39% (yoy). Peningkatan terbatas pariwisata di Triwulan IV 2018 dibandingkan dengan Triwulan III 2018 sebagai dampak high season liburan akhir tahun mendorong peningkatan kinerja antar daerah, baik ekspor maupun impornya. Namun demikian, pertumbuhan ekspor antar daerah pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan impornya. Dari sisi ekspor, ekspor antar daerah tumbuh sebesar 4,34% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (0,74% (yoy)). Sementara itu, pertumbuhan impor antar daerah pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,24% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,25% (yoy). Ke depan, kinerja ekspor dan impor antar daerah pada Triwulan I 2019 diperkirakan melambat seiring dengan berakhirnya liburan akhir tahun dan penurunan jumlah wisatawan yang dapat mempengaruhi penurunan permintaan masyarakat terutama untuk komoditas bahan pangan.

1.2

Komponen Penawaran (Lapangan Usaha)

Merespon pertumbuhan pada sisi permintaan, lapangan usaha utama di DIY secara umum juga mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Pada Triwulan IV 2018, terdapat pergeseran struktur perekonomian DIY menurut lapangan usaha (LU) dimana LU kontruksi memberikan andil (yoy) terbesar bagi pertumbuhan ekonomi DIY, diikuti oleh informasi dan komunikasi, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta jasa pendidikan. Keempat LU tersebut memberikan andil sebesar 54,77% terhadap perekonomian DIY dan andil sebesar 4,05% terhadap pertumbuhan DIY Triwulan IV 2018 (Tabel 1.3). Sebagai faktor pendorong pertumbuhan, hampir sebagian besar lapangan usaha mengalami peningkatan di Triwulan IV 2018, kecuali Industri Pengolahan, Pertambangan dan Penggalian, Perdagangan, Real Estate, dan Administrasi Pemerintahan (Tabel 1.4). Tabel 1.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran 2016 I II III IV I Andil Pertumbuhan Tahunan (% yoy) 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (0,25) 0,12 0,38 0,26 0,44 2 Pertambangan dan Penggalian (0,01) 0,00 0,01 0,01 0,01 3 Industri Pengolahan 0,64 0,57 0,60 0,78 0,79 4 Pengadaan Listrik, Gas 0,03 0,02 0,02 0,01 0,00 5 Pengadaan Air 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Konstruksi 0,58 0,37 0,50 0,58 0,56 7 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil 0,41 0,61 0,48 0,52 0,47 dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan 0,25 0,27 0,25 0,24 0,15 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,59 0,41 0,45 0,63 0,64 10 Informasi dan Komunikasi 0,79 0,71 0,81 1,22 0,81 11 Jasa Keuangan 0,12 0,47 0,05 0,09 0,10 12 Real Estate 0,44 0,33 0,36 0,37 0,32 13 Jasa Perusahaan 0,08 0,01 0,04 0,04 0,03 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 0,42 0,58 0,36 0,33 0,11 Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan 0,59 0,64 0,41 (0,51) 0,43 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,18 0,15 0,12 0,03 0,13 17 Jasa lainnya 0,21 0,16 0,10 0,16 0,16 PERTUMBUHAN EKONOMI 5,07 5,42 4,94 4,78 5,16 SISI PENAWARAN

2017

2018

II

III

IV

I

II

III

IV

0,44 (0,01) 0,91 0,00 0,00 0,63 0,47

(0,13) 0,01 0,69 0,01 0,00 0,74 0,45

(0,03) 0,06 0,56 0,01 0,00 0,67 0,54

0,32 0,04 0,78 0,00 0,00 0,65 0,45

0,27 0,06 0,66 0,00 0,00 0,99 0,51

(0,02) 0,06 0,70 0,00 0,01 1,42 0,43

0,18 0,06 0,51 0,01 0,01 1,95 0,48

0,25 0,46 0,76 0,14 0,32 0,10 (0,06)

0,40 0,65 0,59 0,08 0,42 0,07 0,57

0,22 0,58 0,55 0,09 0,38 0,07 0,73

0,33 0,67 0,65 0,13 0,42 0,03 0,13

0,41 0,62 0,69 0,11 0,40 0,06 0,35

0,29 0,58 0,68 0,33 0,42 0,08 0,17

0,40 0,68 0,80 0,30 0,37 0,08 0,56

0,42 0,18 0,21 5,21

0,54 0,18 0,14 5,42

0,56 0,12 0,12 5,25

0,46 0,16 0,17 5,40

0,48 0,15 0,16 5,92

0,55 0,15 0,17 6,03

0,61 0,18 0,19 7,39

Keterangan:

Sumber : BPS (diolah) Komponen yang memiliki andil diatas 0,5%

11

14

Berdasarkan hasil liaison kepada 13 pelaku usaha yang berorientasi ekspor pada Triwulan IV 2018

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1

Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran SISI PENAWARAN 1 2 3 4 5 6

2016 I

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (2,11) Pertambangan dan Penggalian (2,68) Industri Pengolahan 5,00 Pengadaan Listrik, Gas 20,92 Pengadaan Air 2,50 Konstruksi 6,81 Perdagangan Besar dan Eceran, dan 7 4,97 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan 4,62 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,42 10 Informasi dan Komunikasi 7,64 11 Jasa Keuangan 3,30 12 Real Estate 6,00 13 Jasa Perusahaan 6,78 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 14 5,93 Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan 6,81 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,11 17 Jasa lainnya 8,13 PERTUMBUHAN EKONOMI 5,07

2017

II

III IV I Pertumbuhan Tahunan (% yoy) 1,41 3,82 4,02 4,02 0,63 1,27 2,24 2,03 4,34 4,76 6,13 6,18 15,47 15,82 5,92 1,30 2,99 2,36 1,59 3,28 3,98 5,38 5,56 6,41

2018

II

III

IV

I

II

III

IV

5,14 (2,37) 7,00 1,38 2,65 6,98

(1,30) 2,24 5,51 7,05 4,36 7,93

(0,48) 11,49 4,35 6,22 3,55 6,43

2,97 8,80 6,00 0,57 0,77 7,38

3,22 11,44 5,01 2,39 3,76 10,71

(0,18) 11,00 5,56 0,99 8,05 14,37

2,91 10,95 3,98 9,10 7,82 18,43

7,23

5,77

6,36

5,68

5,44

5,30

6,46

5,43

5,94

5,11

5,70

4,93 4,24 6,57 13,49 4,42 0,66

4,63 4,71 7,61 1,50 5,00 3,36

4,30 6,74 11,28 2,53 5,16 3,01

2,78 6,95 7,66 2,62 4,30 2,78

4,57 4,85 6,95 3,81 4,30 8,29

7,53 6,89 5,40 2,35 5,87 6,12

4,01 6,17 4,79 2,43 5,28 6,31

6,42 7,09 5,97 3,64 5,82 2,94

7,46 6,53 6,19 2,96 5,43 4,80

5,37 6,35 6,47 9,59 5,84 7,28

7,18 7,12 7,00 8,34 5,15 6,82

7,77

4,74

4,15

1,57

(0,83)

7,39

9,07

1,96

4,90

2,20

6,80

7,33 5,53 5,82 5,42

4,77 4,78 3,48 4,94

(5,29) 1,09 5,64 4,78

4,91 5,05 6,07 5,16

4,69 6,75 7,73 5,21

6,16 7,03 5,28 5,42

6,40 4,62 4,16 5,25

5,25 6,15 6,22 5,40

5,44 5,55 5,60 5,92

6,34 5,76 6,17 6,04

6,96 6,74 6,76 7,39

Keterangan: Arah dibandingkan dengan tahun sebelumnya

Sumber : BPS (diolah)

1.2.1 Lapangan Usaha Konstruksi Kinerja lapangan usaha konstruksi di DIY tumbuh terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan lapangan usaha konstruksi pada Triwulan IV 2018 tercatat tumbuh secara signifikan mencapai 18,43% (yoy), capaian pertumbuhan tertinggi sejak 7 tahun terakhir. Capaian tersebut juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada Triwulan III 2018 (14,37%; yoy) maupun Triwulan IV 2017 (6,43%; yoy). Akselerasi pertumbuhan lapangan usaha konstruksi didorong oleh berbagai pembangunan infrastruktur yang terus berlanjut. Percepatan pembangunan bandara NYIA, pembangunan akses jalan pendukung, pembangunan ruas jalan jalur lintas selatan (JJLS), revitalisasi kawasan Kotabaru, pelebaran jalan Imogiri menuju Dlingo, pemasangan jaringan pipa PDAM, pembangunan hotel dan 4 apartemen baru, mendorong pertumbuhan lapangan usaha konstruksi pada triwulan laporan. Ke depan, seiring dengan prospek peningkatan investasi, lapangan usaha konstruksi juga diperkirakan mengalami peningkatan pada Triwulan I 2019. Percepatan penyelesaian pembangunan bandara NYIA mengejar target operasional terbatas bulan April 2019, pembangunan jalan bawah tanah (underpass) bandara NYIA sejauh 1 km di JJLS, pembangunan underpass Kentungan, potensi investasi di Kulon Progo dan Gunungkidul yang masih akan meningkat serta sejumlah 61 hotel baru yang masih menunggu izin untuk dibangun diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan lapangan usaha sektor konstruksi satu triwulan ke depan. Selain itu, relaksasi kebijakan LTV yang mulai diimplementasikan pada bulan Agustus 2018 diperkirakan dapat mendongkrak pertumbuhan investasi ke depan. Relaksasi LTV turut menguntungkan pengembang perumahan utamanya pada kebijakan KPR untuk rumah inden. Dengan demikian, konstruksi untuk pembangunan real estate ke depan diperkirakan akan mengalami peningkatkan untuk memenuhi lonjakan permintaan kebutuhan hunian dari masyarakat.

1.2.2 Lapangan Usaha Industri Pengolahan Pada Triwulan IV 2018, industri pengolahan tumbuh 3,98% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,56% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,35%. Perlambatan bersumber dari menurunnya kinerja hampir di sebagian besar industri manufaktur utama di DIY, kecuali industri furnitur (Tabel 1.5). Industri makanan dan minuman yang memiliki pangsa terbesar industri pengolahan mencapai 55,97%, pada Triwulan IV 2018 tumbuh melambat sebesar 6,40% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,06% (yoy), namun masih lebih tinggi daripada periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 5,86% (yoy). Sementara itu, industri tekstil dan pakaian jadi

15

yang mempunyai pangsa terbesar kedua (10,26%) juga menunjukkan kinerja yang lebih rendah dari 8,77% (yoy) di Triwulan III 2018 menjadi 0,33% (yoy) di triwulan laporan. Mulai normalnya produksi pasca pemenuhan permintaan untuk high season di triwulan sebelumnya menjadi faktor utama perlambatan kinerja di kedua industri tersebut. Kondisi yang berbeda terjadi di industri furnitur yang mengalami peningkatan, yaitu dengan tumbuh sebesar 9,41% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,07% (yoy). Berdasarkan hasil liaison, peningkatan di industri furnitur sejalan dengan peningkatan volume pesanan produk yang didorong oleh peningkatan permintaan kususnya di pasar domestik. Selain itu, gencarnya promosi yang dilakukan dan perluasan pemasaran juga menjadi faktor utama peningkatan kinerja industri furnitur. Perlambatan lapangan usaha industri pengolahan di DIY terjadi pada seluruh segmen skala usaha, baik industri besar dan sedang (IBS) maupun industri mikro dan kecil (IMK). Pada Triwulan IV 2018, indeks IBS cenderung melambat dari 2,37% (yoy) di Triwulan III 2018 menjadi 3,17% (yoy) pada Triwulan IV 2018 (Grafik 1.35). Perlambatan IBS didorong oleh di sebagian besar industri besar utama di DIY, kecuali industri furnitur (Tabel 1.6). Sementara itu, indeks IMK juga tercatat lebih rendah dari 5,97% (yoy) di Triwulan III 2018 menjadi 0,58% (yoy) di Triwulan IV 2018. Lebih rendahnya IMK didorong oleh perlambatan di industri kulit, kertas, dan karet. (Tabel 1.7) Tabel 1.5 Perkembangan Industri Pengolahan Lapangan Usaha

(y-on-y)

Industri Pengolahan Industri Nonmigas Industri Makanan dan Minuman Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Industri Kulit, barang dari kulit Industri kayu, barang dari kayu Industri barang galian bukan logam Industri furniture

Q4/17 4,35 4,35 5,86 3,77 -0,84 9,96 11,15 2,45

Q3/18 5,56 5,56 8,06 8,77 -8,35 6,85 4,90 7,07

(q-to-q) Q4/18 3,98 3,98 6,40 0,13 -7,28 3,92 -3,51 9,41

Q4/17 1,67 1,67 1,35 6,08 -1,12 3,73 6,22 0,09

Q3/18 1,26 1,26 2,66 -2,83 -2,24 0,20 -6,47 -3,12

(c-to-c) Q4/18 0,15 0,15 -0,21 -2,35 0,04 0,88 -2,29 2,28

Q4/17 5,74 5,74 6,44 6,74 4,49 8,06 7,08 7,05

Q3/18 5,51 5,51 7,08 7,85 -4,15 6,19 5,93 8,04

Q4/18 5,12 5,12 6,91 5,87 -4,95 5,61 3,53 8,38

III 9,30 24,00 3,14 (3,42) 6,77 4,14

IV 2,34 3,25 (1,03) (16,15) 17,17 3,17

Tabel 1.6 Pertumbuhan Produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) DIY No 1 2 3 4 5

Jenis Industri Industri Makanan Industri Pengolahan Tembakau Industri Pakaian Jadi Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Furnitur Industri Besar dan Sedang (IBS)

2017 I 5,36 14,03 43,13 37,68 7,89 9,08

II 7,23 5,83 (1,87) (27,39) 10,75 8,04

2018

III 5,55 3,61 (4,15) 5,83 14,05 5,92

IV 3,96 7,86 3,94 (3,65) 14,95 2,75

I 13,95 9,04 4,66 2,60 12,68 7,14

II (1,48) 21,60 2,01 (23,28) 60,14 5,90

Sumber : BPS (diolah)

Tabel 1.7 Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil (IMK) DIY No 1 2 3 4 5 6

Jenis Industri Industri Makanan Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Kertas dan Barang dari Kertas Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman Industri Farmasi, Produk Obat Kimia Dan Obat Tradisional Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik Industri Mikro dan Kecil (IMK)

2017 I 6,65 13,86 9,30 1,02

II 0,94 12,33 39,62 (6,68)

III 13,20 11,86 9,15 1,40

IV 9,41 9,34 8,83 (6,29)

2018 I 6,03 (8,85) 8,13 (9,24)

II 6,73 (10,21) (44,51) 10,07

III 6,86 (13,80) 3,47 1,55

IV 7,92 (24,33) (39,99) 9,43

25,76

5,05

(8,29)

(18,40)

(19,68)

0,06

8,00

23,36

6,95 10,54

13,23 13,78

(23,29) 18,25

(40,23) 3,00

(47,23) 16,56

(54,94) 6,54

(1,80) 5,97

(35,79) 0,58

Sumber : BPS (diolah)

16

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Sumber : BI DIY

Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Industri Pengolahan

Grafik 1.35 Perkembangan Kredit Industri Pengolahan

Grafik 1.36 Perkembangan SBT Prompt Manufacturing Index

Grafik 1.37 Perkembangan SBT Kegiatan Usaha Industri Pengolahan

Perlambatan LU industri pengolahan juga terkonfirmasi dari lebih rendahnya indikator kredit industri pengolahan dan SBT Prompt Manufacturing Index (PMI)12. Pada Triwulan IV 2018, penyaluran kredit industri pengolahan tercatat tumbuh sebesar 5,85% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,96% (yoy) maupun periode yang sama sebelumnya 16,40% (yoy) (Grafik 1.36). Sementara itu, SBT PMI pada Triwulan IV 2018 tercatat sebesar 51,84%, melambat dari realisasi triwulan III-2018 (SBT 63,91%) maupun realisasi triwulan IV-2017 (SBT 57,22%) (Grafik 1.37). Memasuki Triwulan I 2019, pertumbuhan kinerja industri pengolahan diprediksikan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha, SBT Industri Pengolaan diprediksikan meningkat pada Triwulan I 2019, yaitu sebesar 7,28%, lebih tinggi dibandingka triwulan sebelumnya dan Triwulan IV 2017, yaitu masing-masing sebesar 0,66% dan 4,64% (Grafik 1.38). Sementara itu, berdasarkan hasil liaison, diperoleh informasi bahwa pendorong perbaikan kinerja industri pengolahan satu triwulan ke depan diperkirakan bersumber dari pertumbuhan kinerja subsektor makanan minuman dan tembakau, khususnya makanan jadi, sejalan dengan meningkatnya permintaan via online dan pembukaan pasar baru. Pertumbuhan subsektor pengolaan kayu, khususnya kerajinan kayu, mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya buyer.

12

PMI merupakan sebuah komposit indikator yang dibuat untuk menyediakan gambaran umum mengenai kondisi sektor industri. PMI merupakan indeks komposit yang diperoleh dari lima indeks yaitu volume pesanan barang input, volume produksi (output), ketenagakerjaan, waktu pengiriman dari pemasok, dan inventory. Hasil perhitungan PMI merupakan hasil pre-assesment dari benchmarking Purchasing Managers Index (PMI) yang telah dilakukan beberapa negara. Indeks di atas 50 memberikan sinyal ekspansi usaha, sedangkan dibawah 50 memberikan sinyal adanya kontraksi.

17

1.2.3 Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (Hotel dan Restoran) Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh sebesar 7,12% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,53% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu tumbuh 6,17% (yoy). Kunjungan wisatawan pada high season liburan akhir tahun menjadi faktor pendorong pertumbuhan lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, terutama penyediaan akomodasi. Pertumbuhan kinerja penyediaan akomodasi meningkat dari 9,34% (yoy) pada Triwulan III 2018 menjadi 16,95% (yoy). Peningkatan kinerja penyediaan akomodasi sejalan dengan peningkatan Length of Stay (LOS), baik hotel bintang maupun non bintang, pada periode laporan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.38). Sementara itu, pertumbuhan lapangan usaha penyediaan makan minum pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,54% (yoy), tumbuh melambat pada triwulan lalu sebesar 5,57% (yoy) (Tabel 1.8). Tabel 1.8 Perkembangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Lapangan Usaha

(y-on-y)

(q-to-q)

(c-to-c)

Q4/17

Q3/18

Q4/18

Q4/17

Q3/18

Q4/18

Q4/17

Q3/18

6,17

6,35

7,12

-1,01

6,13

-0,30

6,21

6,65

6,77

Akomodasi

9,88

9,34

16,95

-0,32

13,47

6,61

11,13

11,63

13,06

Makan Minum

5,23

5,57

4,54

-1,19

4,31

-2,16

5,06

5,44

5,21

Akomodasi & makan minum

Q4/18

Sumber : BPS (diolah)

Perbaikan kinerja LU penyediaan akomodasi dan makan minum di Triwulan IV 2018 selaras dengan perbaikan kunjungan wisatawan. Jumlah wisatawan pada Triwulan IV 2018 tercatat sebanyak 1.460.285 orang atau tumbuh sebesar -4,41% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -15,79%(yoy) (Grafik 1.39), namun lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,32% (yoy). Membaiknya jumlah wisatawan pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi baik pada jumlah wisatawan domestik maupun wisatawan mancanagera, masing-masing tumbuh sebesar -3,85% (yoy) dan -17,68% (yoy).

Sumber : BI DIY

Grafik 1.38 Perkembangan Length of Stay Akomodasi di DIY

Grafik 1.39 Perkembangan Jumlah Wisatawan DIY

Ke depan, kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum diperkirakan mengalami peningkatan pada Triwulan I 2019 seiring dengan peningkatan industri MICE dan penyelenggaraan beberapa event untuk menarik kunjungan wisatawan. Selain itu, maraknya pembangunan hotel baru yaitu terdapat 61 hotel yang menunggu perizinan untuk dibangun pada tahun 2019 dan dibukanya moratorium hotel di Kota Yogyakarta, khususnya hotel bintang 5 dan 4, akan mengakselerasi pertumbuhan penyediaan akomodasi dan makan minum sejalan dengan perbaikan maupun penambahan dan perbaikan fasilitas akses jalan13 dan transportasi guna

13

18

Pada Januari 2019, Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan Jembatan Playen-Gedangsari (PLASARI) dan jalan penghubung 2 kecamatan di Balai Desa Ngalang Gedangsari. Jembatan sepanjang 100 meter itu menghubungkan Ngalang, Nguwot dan Gading. Pembangunan untuk mengatasi terjadinya kemacetan di jalur Wonosari-Yogyakarta.

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

mendukung perkembangan pariwisata14. Selain itu, beberapa event yang diselenggarakan pada Triwulan I 2019 juga diprediksi dapat mendongkrak kinerja LU penyediaan akomodasi dan makan minum antara lain Jogja Heboh, Pekan Budaya Tionghoa, Tour de Gunung Purba, Tropicolourun, dan Jogja PPI (Pameran Produk Unggulan Perdagangan, Pariwisata dan Investasi). Berdasarkan hasil liaison dengan pelaku usaha yang bergerak di bidang perhotelan, diperoleh informasi bahwa terdapat perubahan segmentasi pasar yang menjadi target penjualan, peningkatan frekuensi MICE, serta penyelenggaraan beberapa event berpotensi meningkatkan penjualan. Sementara dari subsektor penyediaan makan minum tercatat bahwa penjualan relatif stabil pasca mulai kembali normalnya aktivitas pariwisata setelah high season di akhir tahun. Di sisi lain, bencana alam yang kerap dan rawan terjadi, antara lain gempa dan tsunami serta erupsi gunung Merapi yang masih berlangsung dapat mempengaruhi keputusan para wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata ke DIY yang lebih lanjut berdampak terhadap perlambatan kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum satu triwulan ke depan.

1.2.4 Lapangan Usaha Lainnya Lapangan usaha lainnya yang juga mendorong pertumbuhan ekonomi DIY pada Triwulan III 2018 dengan andil cukup tinggi yaitu lapangan usaha jasa-jasa utama di DIY, antara lain lapangan usaha informasi dan komunikasi, transportasi dan pergudangan, serta jasa pendidikan. Lapangan usaha informasi dan komunikasi mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,00% (yoy) pada triwulan laporan, naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,27% (yoy). Maraknya penggunaan telepon pintar yang dapat digunakan untuk mengakses berbagai layanan, khususnya layanan belanja online ditengah potongan harga besar-besaran yang diberikan oleh para pemberi jasa untuk meningkatkan daya saing. Selain itu, penyelenggaraan promo belanja online melalui Hari Belanja Online Nasional (Halbolnas) yang diselenggarakan pada bulan November dan Desember 2018 turut mendorong peningkatan pemakaian data yang berakibat terdongkraknya kinerja informasi dan komunikasi pada triwulan laporan. Pada Triwulan IV 2018, transportasi dan pergudangan juga turut terakselerasi dengan tumbuh sebesar 7,18% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada Triwulan III 2018 (5,37%; yoy) maupun Triwulan IV 2017 (4,01%; yoy). Naiknya jasa transportasi dan pergudangan sebagai akibat dari high season liburan akhir tahun dan dampak dari pelaksanaan Harbolnas 2018. Sementara itu, jasa pendidikan tumbuh meningkat 6,96% (yoy) dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,34% (yoy), sebagai akibat dari maraknya kursus/les dalam rangka perispan menghadapi ujian masuk universitas dan ujian nasional 2019.

1.3

Pertumbuhan Ekonomi DIY Tahun 2018

Kinerja perekonomian DIY pada tahun 2018 terekspansi dengan tumbuh sebesar 6,20% (yoy), tumbuh melesat dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar 5,26% (yoy). Dari sisi permintaan, pencapaian tersebut ditopang oleh investasi sejalan dengan proyek multiyears yang dilakukan selama 2018. Sementara dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan didorong oleh lapangan usaha konstruksi, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi serta transportasi dan pergudangan yang memiliki andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2018. Pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2018 tercatat lebih tinggi dibandingkan Nasional dan Jawa. Perekonomian Indonesia mengalami kenaikan yaitu tumbuh sebesar 5,17% (yoy) pada tahun 2017 dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,07% (yoy) (Grafik 1.40). Sementara laju pertumbuhan ekonomi Jawa juga tumbuh meningkat sebesar 5,72% (yoy) (Grafik 1.41).

14

Pada awal Desember 2018, PT KAI meluncurkan kereta api bertrayek Yogyakarta-Solo-Semarang-Purwokerto (Joglosemarkerto). KA Joglosemarkerto dioperasikan karena koneksitas antara DIY dan jateng. Khususnya jalur pantai utara (pantura) dan pantai selatan (pansela). Selain itu, Wings Air (kode penerbangan IW), member of Lion Air Group meluncurkan rute baru dari Yogyakarta ke Majalengka mulai 11 Januari 2019. Jaringan ini sebagai layanan yang menghubungkan antar destinasi terutama DIY dengan Jawa Barat secara reguler.

19

Tabel 1.9 Andil dan Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan SISI PERMINTAAN 1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 5 Perubahan Inventori 6 Ekspor Luar Negeri 7 Impor Luar Negeri 8 Net Ekspor Antar Daerah PERTUMBUHAN EKONOMI

2016 4,06 (4,28) (0,00) (1,06) 0,00 (1,90) 5,28 (0,00) 4,25

Andil Tahunan (% yoy) 2017 3,94 1,04 (2,35) (1,04) 0,00 (3,16) 8,42 (0,00) 4,50

2018 2,37 0,07 0,49 2,73 0,04 0,67 0,33 0,15 6,20

Pertumbuhan Tahunan (% yoy) 2016 2017 2018 4,83 5,22 3,95 (0,92) 9,61 2,63 1,81 1,20 3,47 5,97 4,97 10,17 7,24 2,02 3,54 (0,35) 9,26 12,82 20,48 9,19 6,22 (16,55) (6,20) (3,15) 5,05 5,26 6,20 Sumber : BPS (diolah)

Tabel 1.10 Andil dan Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran SISI PENAWARAN 1 2 3 4 5 6 7

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air

Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10 Informasi dan Komunikasi 11 Jasa Keuangan 12 Real Estate 13 Jasa Perusahaan 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17 Jasa lainnya PERTUMBUHAN EKONOMI

2016 0,13 0,00 0,65 0,02 0,00

Andil Tahunan (% yoy) 2017 0,17 0,02 0,73 0,01 0,00

2018 0,19 0,06 0,66 0,01 0,01

Pertumbuhan Tahunan (% yoy) 2016 2017 2018 1,46 1,93 2,16 0,42 3,39 10,59 5,06 5,74 5,12 14,26 3,96 3,31 2,36 3,46 5,13

0,51 0,50

0,66 0,48

1,25 0,47

5,42 6,07

7,03 5,72

13,10 5,54

0,25 0,52 0,89 0,18 0,37 0,04 0,42

0,26 0,59 0,67 0,10 0,36 0,07 0,34

0,36 0,64 0,72 0,22 0,40 0,06 0,31

4,60 5,51 8,32 4,99 5,13 3,49 5,57

4,76 6,21 6,14 2,81 4,91 5,92 4,51

6,60 6,77 6,48 6,14 5,54 5,51 4,06

0,27 0,12 0,16 5,05

0,48 0,15 0,16 5,26

0,53 0,16 0,17 6,20

3,07 4,52 5,70 5,05

5,52 5,84 5,76 5,26

6,01 6,05 6,19 6,20 Sumber : BPS (diolah)

Sumber : BPS DIY

Grafik 1.40 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional

Grafik 1.41 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa

Pada 2018, andil (yoy) konsumsi rumah tangga (RT) dalam mendorong pertumbuhan ekonomi DIY menurun, sementara tren pertumbuhan investasi terus meningkat. Andil konsumsi RT tercatat sebesar 2,37%, relatif lebih rendah dibanding andil (yoy) investasi 2,73% (Tabel 1.1). Andil pertumbuhan investasi tumbuh melesat seiring masifnya pembangunan di DIY. Di sisi lain, komponen pengeluaran konsumsi RT pada periode laporan hanya tumbuh sebesar 3,95% (yoy).

20

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Pertumbuhan konsumsi RT tersebut terendah selama kurun waktu 3 tahun terakhir. Perlambatan lebih dikarenakan dinamika perekonomian yang terjadi di domestik akibat ketidakpastian perekonomian global turut menahan belanja masyarakat. Selain itu, turunnya jumlah wisatawan sebagai dampak dari banyaknya bencana alam di 201815 dan dikeluarkannya travel advice di beberapa negara untuk berkunjung ke Indonesia juga turut mempengaruhi konsumsi RT di DIY. Dari sisi struktur pengeluaran RT, perlambatan terjadi di semua komponen pembentuk konsumsi rumah tangga. Kelompok makanan dan minuman yang mempunyai pangsa terbesar dalam konsumsi rumah tangga, yaitu sebesar 37,48%, tumbuh melambat dari 4,59% (yoy) pada 2017 menjadi 3,53% (yoy). Sementara itu, komponen perumahan dan perlengkapan RT serta komponen transportasi dan komunikasi yang mempunyai pangsa terbesar kedua dan ketiga juga tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan komponen perumahan dan perlengkapan RT turun signifikan dari 6,24%(yoy) menjadi 3,76% (yoy). Sementara itu, komponen transportasi dan komunikasi tercatat tumbuh sebesar 4,61% (yoy) pada 2018, melambat dibandingkan 2017 sebesar 5,30% (yoy) (Grafik 1.42 dan 1.43).

Sumber : BPS DIY

Grafik 1.42 Pangsa Komponen Konsumsi RT 2018

Sumber : BPS DIY

Grafik 1.43 Perkembangan Komponen Konsumsi RT 2018

Pada tahun 2018, pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 3,47% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh 1,20% (yoy). Pertumbuhan konsumsi pemerintah didorong oleh naiknya capaian realisasi belanja tidak langsung pada 2018, yaitu tercatat sebesar Rp7.652,58 miliar (atau terserap 93,16%), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (91,42%). Peningkatan realisasi belanja tidak langsung, terutama didorong oleh kenaikan realisasi hampir di sebagian besar komponen belanja tidak langsung, terutama belanja pegawai sebagai dampak dari pembayaran dan penyesuaian komponen THR dan gaji ke 13. Sementara itu, kinerja investasi tumbuh melesat sejalan dengan percepatan penyelesaian pembangunan proyek-proyek infrastruktur di DIY. Pertumbuhan investasi di DIY pada periode laporan tercatat sebesar 10,17% (yoy), lebih tinggi tahun sebelumnya sebesar 4,97% (yoy). Dengan realisasi tersebut, pertumbuhan investasi DIY tercatat sebagai pertumbuhan tertinggi dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Akselerasi investasi bersumber dari peningkatan di kedua komponennya, baik investasi bangunan dan non bangunan, yang masing-masing tumbuh sebesar 10,84% (yoy) dan 7,30% (yoy) di 2018. Lebih tingginya kinerja investasi bangunan tersebut didorong pembangunan infrastruktur dan konstruksi yang terus berlanjut di DIY, antara lain pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang terus digenjot menjelang tahun 2019 serta pembangunan akses jalan pendukung, pembangunan ruas jalan jalur lintas selatan (JJLS),

15

Pada akhir Juni sampai awal Juli 2018, Gunung Agung meletus lagi. 7 negara menyikapi dengan mengeluarkan travel advice, yaitu: Inggris, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Singapura, Hong Kong, dan Kanada. Pada Agustus 2018, gempa besar melanda Lombok. Sebanyak 17 negara kembali mengeluarkan travel advice, diantaranya: Prancis, Selandia Baru, UK, Cyprus, Luxembourg, Belgia, Jerman, Kanada, Tiongkok, Australia, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Brazil, dan Swiss. Pada Oktober 2018, terjadi gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, 5 negara mengeluarkan travel advice, yaitu Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Irlandia, dan Australia. Pada Desember 2018, tsunami melanda Banten, 3 negara mengeluarkan travel advice, yaitu: Inggris, Kanada, Australia.

21

antara lain Jembatan Kretek 2 sepanjang 1,1 km serta ruas jalan Baron – Tepus sepanjang 1,5 km, pembangunan jalan Kokap dari rencana 4 m menjadi 12 m serta jembatannya, revitalisasi eks Bioskop Indra menjadi sentra Pedagang Kaki Lima (PKL) revitalisasi kawasan Malioboro dan Kotabaru, pelebaran jalan Imogiri menuju Dlingo, pembangunan pipa PDAM, pembangunan rumah relokasi korban gusuran serta pembangunan 4 apartemen baru dan pembangunan hotel di wilayah Selatan DIY. Sementara itu, kinerja investasi non bangunan juga tumbuh meningkat, dari 4,66% (yoy) menjadi 7,30% (yoy). Lebih tingginya investasi bangunan pada periode laporan sejalan dengan geliat pembangunan sistem aplikasi online, baik untuk mendukung operasional bisnis pelaku usaha maupun aplikasi kemudahan layanan yang dilakukan Pemerintah Daerah, antara lain Jogja Smart Service (JSS)16. Di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi dunia, net ekspor DIY mampu tumbuh jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2018, net ekspor DIY tumbuh sebesar 321,70% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar -5,5% (yoy). Naiknya net ekspor DIY tersebut didorong oleh terekspansinya ekspor dan relatif melambatnya impor DIY. Ekspor DIY tumbuh sebesar 12,82% (yoy) pada periode laporan, naik dibandingkan tahun lalu sebesar 9,26% (yoy). Kenaikan ekspor terutama didorong ekspor komoditas tekstil dan pengolahan kayu, yang merupakan ekspor unggulan DIY (Grafik 1.44). Berdasarkan hasil FGD dengan para pelaku usaha tekstil, prospek industri tekstil dan produk turunannya di pasar global masih cukup baik terutama pasar Amerika Serikat yang pangsanya paling tinggi sehingga strategi pengembangan yang ditempuh adalah peningkatan produktivitas yang mengarah pada perluasan jangkauan medium to high market. Hal inilah yang kemudian mendorong peningkatan investasi terhadap industri tekstil melalui pengembangan mesin dan alat produksi serta penambahan lahan usaha. Sementara itu, berdasarkan liaison, untuk industri pengolahan kayu kenaikan ekspor terutama didorong oleh perluasan pasar inovasi produk dan gencarnya pemasaran, baik melalui pameran maupun implementasi online marketing. Selain itu, pameran JIFFINA 201817 juga turut berkontribusi terhadap naiknya penjualan ekspor pengolahan kayu. Di sisi lain, impor DIY pada periode laporan tumbuh melambat, dari 9,19% (yoy) menjadi 6,22% (yoy). Penurunan impor terutama didorong oleh penurunan impor barang bahan baku dan barang modal, dengan pangsa masing-masing sebesar 84,8% dan 6,8% dari total impor 2018 (Grafik 1.45). Penurunan impor bahan baku sebagai dampak dari melambatnya lapangan usaha industri pengolahan yang hanya tumbuh 5,12% (yoy) pada periode laporan, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,74% (yoy).

Sumber : KPBC

Grafik 1.44 Perkembangan Ekspor Komoditas Unggulan DIY

16

17

22

Sumber : KPBC

Grafik 1.45 Perkembangan Komponen Impor DIY

Jogja Smart Service atau Jogja Siap Solusi (JSS) merupakan sistem pelayanan yang terintegrasi di seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Sistem ini menyatukan berbagai layanan publik dalam satu pintu, berupa daftar layanan Pemerintah Kota yang dapat diakses masyarakat dengan mengedepankan pelayanan mandiri. Aplikasi ini diluncurkan pada Juni 2018. Pada tahun 2018, Pameran JIFFINA mengangkat tema “Indonesia Original Unique Furniture and Craft Products”. Melalui tema tersebut, JIFFINA 2018 menyuguhkan furniture serta kerajinan unik. Menghadirkan 300 pelaku industri furniture dan kerajinan, JIFFINA 2018 mampu menyedot 858 buyers internasional dari 40 negara dan 2.985 buyers dari dalam negeri. Pameran ini juga disinyalir sukses membukukan transaksi on the spot sebesar 64 juta USD dan nilai transaksi tidak langsung hasil Visit Factory sebesar 6 juta USD.

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perlambatan industri pengolahan didorong oleh penurunan produk manufaktur unggulan DIY, antara lain tekstil dan pakaian jadi, kulit, kayu, dan barang galian bukan logam yang tumbuh lebih rendah pada 2018. Kenaikan ekspor pada komoditas tekstil dan pengolahan kayu belum dapat mendongkrak perbaikan kinerja di industri pengolahan. Penurunan kinerja industri pengolahan tersebut dikarenakan adanya penurunan produksi sebagai akibat penutupan pabrik di salah satu subsektor utama dan penurunan permintaan domestik serta luar negeri. Sementara itu, industri makanan dan minuman yang dominan di DIY dengan pangsa sebesar 55,70% terhadap total PDRB yang dihasilkan oleh industri pengolahan, tetap tumbuh positif sebesar 6,99% (yoy) pada tahun laporan sejalan dengan peningkatan permintaan sebagai dampak dari penggunaan e-commerce18. Dari sisi lapangan usaha, andil pertumbuhan industri pengolahan yang merupakan pangsa terbesar perekonomian DIY (12,74%) menurun, seiring dengan peningkatan pertumbuhan sektor kontruksi. Pada 2018, andil pertumbuhan industri pengolahan sebesar 0,66%, sedangkan andil sektor kontruksi sebesar 1,25%. Konstruksi tumbuh melesat dari 7,03% (yoy) pada tahun 2017 menjadi 13,10% (yoy) sebagai dampak dari terekspansinya investasi pada periode berjalan. Selain kontruksi, LU penyediaan akomodasi dan makan minum juga berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian DIY pada periode laporan. LU penyediaan akomodasi dan makan minum tercatat tumbuh dari 6,21% (yoy) pada 2017 menjadi 6,77% (yoy). Peningkatan tersebut terutama terjadi pada penyediaan makan minum. Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha di subsektor restoran diuntungkan dengan adanya pemberitaan dari media sosial dan maraknya blogger saat ini. Sementara itu, penurunan jumlah kunjungan wisatawan dan turunnya rata-rata tingkat okupansi hotel di 2018 menahan laju peningkatan LU penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh lebih tinggi. Pada 2018, jumlah wisatawan DIY tumbuh terkoreksi dari 15,93% (yoy) menjadi -7,98% (yoy) (Grafik 1.47). Sementara itu, rata-rata tingkat okupansi hotel bintang dan non bintang pada 2018 tercatat masing-masing sebesar 58,01% dan 27,14%, lebih rendah dibandingkan 2017 sebesar 59,60% dan 31,87%. Turunnya jumlah wisatawan dan tingkat okupansi hotel dimaksud terutama disebabkan banyaknya bencana alam di 2018 dan dikeluarkannya travel advice di beberapa negara untuk berkunjung ke Indonesia, yang juga berdampak pada DIY. Selain itu, berdasarkan liaison dengan pelaku usaha di sektor perhotelan, penurunan okupansi hotel juga terjadi sebagai dampak dari ketatnya persaingan bisnis akomodasi karena pesatnya pertumbuhan pilihan sewa penginapan non hotel (guest house/apartemen/private room/villa) melalui aplikasi online (misalnya airbnb, reddoorz, airy room) di Yogyakarta.

Sumber : BPS DIY

Grafik 1.46 Perkembangan Jumlah Wisatawan

18

Sumber : BPS DIY

Grafik 1.47 Perkembangan Tingkat Okupansi dan Length of Stay Akomodasi di DIY

Berdasarkan liaison kepada pelaku usaha di industri makanan dan minuman pada 2018.

23

Selain kontruksi dan penyediaan akomodasi dan makan minum, LU informasi dan konunikasi yang mempunyai pangsa 11,10% dari struktur perekonomian DIY juga tercatat tumbuh lebih tinggi pada 2018. LU informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 6,48% (yoy) pada 2018, meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 6,14% (yoy). Penyelenggaraan Indonesia Netaudio Festival ke-319 turut mendongkrak kinerja informasi dan komunikasi. Selain itu, geliat penggunaan telepon pintar yang dapat digunakan untuk mengakses berbagai layanan, khususnya layanan belanja online di tengah potongan harga besar-besaran yang diberikan oleh para pemberi jasa mendorong peningkatan pemakaian internet. Sejalan dengan hal tersebut, maraknya belanja online juga berdampak pada peningkatan LU trasportasi dan pergudangan pada periode berjalan. Pada 2018, LU trasnportasi dan komunikasi mampu tumbuh signifikan yaitu dari 4,76% (yoy) di 2017 menjadi 6,60% (yoy).

19

24

Indonesia Netaudio Festival ke-3 diselenggarakan pada Agustus 2018, dengan tema Sharing Over Netizen Explosion”. Kegiatan dimaksud bertujuan membuka sebuah ruang sosial yang menampilkan karya musik, seni media dan budaya kolektif yang dalam praktiknya menggunakan internet sebagai jalur berbagi karya dan sekaligus kritik atau masukan.

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

OCCASIONAL PAPER: KESIAPAN PELAKU USAHA DI DIY DALAM MENGHADAPI NYIA 2019 LATAR BELAKANG Bandar Udara Internasional Yogyakarta Baru (New Yogyakarta International Airport/NYIA) merupakan rencana bandara baru di DIY, yang di targetkan mulai beroperasi pada April 2019. Saat ini DIY hanya memiliki satu akses transportasi udara melalui Bandara Adisutjipto. Seiring dengan kepadatan penumpang dan keterbatasan kapasitas, pemerintah menilai kebutuhan bandara baru di DIY menjadi sangat penting. Melalui Perpres 98 tahun 2017, pemerintah mengamanatkan untuk percepatan pembangunan dan pengoperasian NYIA di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketika rencana pembangunan NYIA tertuang dalam Perda No 1 tahun 2012 tentang RTRW Kab. Kulon Progo, banyak pro kontra dari masyarakat dalam menyikapi bandara tersebut. Sebagian besar masyarakat memiliki persepsi positif dengan pembangunan bandara baru (Priangoro dan Kurniawan, 2016)20. Namun demikian sebagian masyarakat tidak setuju karena adanya dampak sosial ekonomi yang bisa menimbulkan gejolak di masyarakat lokal (Azizah, 2017)21. Ketika status pembangunan NYIA telah diputuskan, bahkan menjadi prioritas nasional, maka pelaku ekonomi harus mempersiapkan diri untuk meraih momentum dari NYIA. Potensi ekonomi keberadaan NYIA dapat diraih apabila para pelaku usaha bisa memanfaatkannya. Jika pelaku usaha dan pemerintah daerah di lokasi pembangunan bandara tidak siap, maka pelaku usaha lokal hanya akan menjadi penonton dalam pertumbuhan ekonomi di sekitar bandara. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesiapan pelaku usaha di kabupaten/kota DIY dan faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan referensi dari penelitian Achjari, dkk. (2011)22 dan Taryadi (2016)23, kesiapan pelaku usaha dalam penelitian ini diukur menggunakan faktor peluang bisnis (business opportunities), informasi (information), optimisme (optimism), keinovasian (innovativeness), dan ketidaknyamanan (inconvenience).

METODOLOGI Penelitian ini menggunakan survei pada 170 responden survei. Responden tersebut mewakili sektor (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; (ii) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; (iii) Konstruksi; dan (iv) Industri Pengolahan. Metode analisis dalam penelitian ini akan menggunakan analisis deskriptif, analisis faktor, dan analisis regresi. Analisis deskriptif dilakukan dengan mengukur rata-rata skor likert dari jawaban responden. Skala Likert disusun dengan skor berkisar antara 1 (satu) hingga 5 (lima). Klasifikasi kesiapan responden dapat dibagi berikut ini: skor ≤2,5 dikategorikan rendah; >2,5 – 3,75 dikategorikan sedang, dan >3,75 dikategorikan tinggi. Tahap terakhir adalah mengestimasi faktor yang mempengaruhi kesiapan pelaku usaha di DIY menggunakan analisis regresi linier. 20 21

22

23

Prianggoro, A. dan Kurniawan, A. (2016). ‘Persepsi Masyarakat dan Potensi Reorientasi Usaha Berkaitan dengan Pembangunan Bandara Internasional di Kulon Progo’. Jurnal Bumi Indonesia, Vol 5 No.1, Februari. Azizah, N. (2017). ‘Dampak Sosial Ekonomi Pembebasan Lahan Pembangunan Bandar Udara (New Yogyakarta International Airport): Studi Kasus Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta’. Politika: Jurnal Ilmu Politik, Vol 8 No 2, Oktober. Achjari, D., Abdillah, W., Suryaningsum, S., dan Suratman. (2011). ‘Kesiapan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Industri Kreatif untuk Mengadopsi Teknologi Informasi’. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, Vol 15 No 2 hal 143-160, Desember. Taryadi (2016). ‘Pengukuran Tingkat Kesiapan Adopsi E-Marketplace bagi UMKM Batik dengan Model E-Readiness’, Paper Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016), ISSN: 20899815, Yogyakarta.

25

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaku usaha di DIY memiliki secara umum memiliki tingkat kesiapan dalam kategori sedang dalam menghadapi beroperasinya NYIA. Skor likert kesiapan pelaku usaha di DIY secara agregat sebesar 3,21, menunjukkan tingkat kesiapan pada kategori sedang. Jika membedah kesiapan secara lebih detail, dengan adanya NYIA maka responden cenderung lebih mempersiapkan (i) rencana pemasaran baru (skor 3,46); (ii) memiliki strategi pengembangan usaha (skor 3,36); dan (iii) mempersiapkan rencana bisnis baru (skor 3,32). Sementara itu responden menilai disrupsi dari NYIA belum akan berdampak pada perubahan antisipasi perubahan organisasi/manajemen, meskipun masuk dalam kategori sedang namun memiliki skor terendah (2,75) (lihat Tabel 1). Tabel 1 Skor Kesiapan Pelaku Usaha Sektoral di DIY No

Kesiapan Pelaku Usaha

Industri Pengolahan

Konstruksi

Perdagangan

Penyediaan Akomodasi

Rata-rata

1

Mempersiapkan rencana bisnis baru

2,97

3,50

2,13

3,41

3,32

2

Memiliki strategi pengembangan

3,00

3,67

2,13

3,44

3,36

3

Melakukan perubahan bisnis

2,75

2,50

2,25

3,03

2,99

4

Menyiapkan SDM

2,97

3,83

2,25

3,31

3,26

5

Memiliki rencana pemasaran baru

3,31

3,83

2,50

3,44

3,46

6

Antisipasi perubahan lingkungan bisnis

2,97

4,00

2,38

3,35

3,29

7

Antisipasi perubahan organisasi/manajemen

2,34

3,00

2,13

2,85

2,65

2,90

3,48

2,25

3,26

3,21

Rata-rata

Secara sektoral, tingkat kesiapan pelaku usaha di DIY cenderung beragam dalam menghadapi beroperasinya NYIA. Pelaku usaha di sektor konstruksi (skor 3,48) maupun sektor penyediaan akomodasi (skor 3,26) cenderung memiliki kesiapan yang lebih tinggi dibandingkan pelaku usaha sektor-sektor lainnya. Hal ini disebabkan kinerja sektor konstruksi secara langsung memiliki dampak langsung dari pembangunan NYIA. Di tahun 2018 tingginya pertumbuhan PDRB DIY dipengaruhi oleh kinerja sektor konstruksi. Sedikit berbeda terjadi pada sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum di mana kesiapan pelaku usaha lebih disebabkan oleh faktor ekspektasi. Beroperasinya NYIA digadang-gadang akan membuka gerbang pintu masuk wisatawan baru, sehingga pelaku usaha cenderung bersiap menyambut lonjakan wisatawan. Sektor Industri Pengolahan (skor 2,90) dan Sektor Perdagangan Besar (skor 2,25) memiliki tingkat kesiapan yang lebih rendah. Pelaku usaha di Sektor Pengolahan memiliki tingkat kesiapan sedang namun berada pada batas bawah, yang disebabkan rendahnya faktor persiapan rencana bisnis baru maupun antisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sementara pada sektor perdagangan memiliki kesiapan dalam kategori rendah, yang terjadi pada seluruh faktor. Hal ini menjadi indikasi keberadaan NYIA akan membuka ruang bagi arus perdagangan lintas daerah lebih tinggi, sehingga pelaku usaha di sektor perdagangan cenderung rentan. Selanjunya seluruh item pertanyaan disusun ulang menggunakan analisis faktor24 dan menghasilkan 7 (tujuh) faktor utama yang diduga mempengaruhi tingkat kesiapan pelaku usaha. Tujuh faktor baru yang dihasilkan dari analisis faktor yaitu (i) Keinovasian, (ii) Peluang Bisnis, (iii) Optimisme, (iv) Sosialisasi, (v) Ancaman Kelangsungan Bisnis, (vi) Ancaman Biaya, dan (vii) Pengetahuan. Ketujuh variabel tersebut selanjutnya dilakukan regresi linier untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kesiapan pelaku usaha. Hasil regresi menunjukkan kesiapan pelaku usaha di DIY secara individual dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh faktor Keinovasian, Peluang Bisnis, Optimisme, Sosialisasi, dan Ancaman Biaya. Nilai koefisien determinasi menunjukkan 69,20 persen variasi variabel kesiapan pelaku usaha dapat dijelaskan oleh ketujuh variabel tersebut.

24

26

Analisis faktor dilakukan untuk mengekstraksi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pelaku usaha. DeCoster, J. (1998). ‘Overview of Factor Analysis’

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1

Tabel 2. Hasil Regresi Kesiapan Pelaku Usaha di DIY Variabel (Constant) Keinovasian Peluang Bisnis Optimisme Sosialisasi Ancaman keberlangsungan bisnis Ancaman biaya produksi Pengetahuan a. Dependent Variable: Kesiapan Pelaku Usaha R-squared : 0,692 F-stat

Coef -6.228E-17 .633 .354 .189 .277 .052 .223 .029

Std. Error .043 .044 .044 .044 .044 .044 .044 .044

t .000 14.517 8.116 4.335 6.348 1.203 5.106 .662

prob 1.000 .000* .000* .000* .000* .231 .000* .509

: 51,953*

*Signifikan pada alfa 1%

Kesiapan pelaku usaha di DIY paling besar dipengaruhi oleh Faktor Keinovasian pelaku usaha dengan koefisien 0,63. Secara spesifik inovasi yang secara positif mendorong kesiapan pelaku usaha diantaranya inovasi pemasaran, inovasi teknologi informasi, dan inovasi produk. Semakin banyak keinovasian yang dibuat maka semakin tinggi tingkat kesiapan pelaku usaha di DIY menghadapi beroperasinya NYIA 2019. Faktor Peluang Bisnis berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kesiapan. Pelaku usaha percaya bahwa keberadaan bandara baru akan mendorong peluang bisnis baru, membuka pasar baru, dan membangun jembatan relasi terkait informasi dan bisnis pelaku usaha. Sadarnya pelaku usaha akan adanya peluang bisnis baru mempengaruhi kesiapan pelaku usaha. Faktor Optimisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kesiapan. Optimisme dari pelaku usaha digambarkan dengan siapnya pelaku usaha dalam menghadapi risiko kompetisi bisnis dengan adanya keberadaan NYIA. Hasil regresi menunjukkan pelaku usaha optimis dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan akibat beroperasinya NYIA, serta optimis bahwa keberadaan bandara baru akan meningkatkan usahanya. Faktor Sosialisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kesiapan. Adanya sosialisasi dari pemerintah membuat pelaku usaha mendapatkan informasi kemanfaatan Bandara NYIA bagi pelaku usaha. Pemerintah telah memberikan informasi cukup terkait proses pembangunan dan peluang-peluang bisnis dengan keberadaan bandara baru. Dengan adanya sosialisasi, pelaku usaha menjadi lebih mengerti tentang kemanfaatan yang didapat dari adanya bandara NYIA sehingga pelaku usaha siap dalam menghadapi keberadaan NYIA. Faktor Ancaman biaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kesiapan. Keberadaan NYIA diperkirakan akan meningkatkan biaya-biaya produksi maupun non produksi. Meningkatnya perkiraan beban tersebut mendorong perusahaan untuk mengubah rencana bisnis. Adanya perubahan rencana bisnis dan anggaran perusahaan ini menunjukkan bahwa pelaku usaha telah siap hadapi NYIA 2019. Secara general faktor ancaman keberlangsungan bisnis dan faktor pengetahuan tidak berpengaruh signifikan terhadap kesiapan pelaku usaha di DIY. Hal ini merupakan sinyal positif bagi perekonomian DIY, di mana pelaku usaha tidak signifikan merasakan keberadaan NYIA akan menjadikan ancaman bagi keberlangsungan bisnisnya. Sementara itu pengetahuan terkait progres pembangunan tidak signifikan pengaruhnya dalam meningkatkan kesiapan pelaku usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku usaha lebih membutuhkan sosialisasi manfaat dari NYIA dibanding pengetahuan progres pembangunannya.

27

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis dan pembahasan dari penelitian ini, terdapat beberapa temuan sebagai berikut: 1.

Secara umum kesiapan pelaku usaha di DIY masuk dalam kategori moderat dalam menghadapi beroperasinya NYIA 2019. Tiga faktor tertinggi yang mengindikasikan kesiapan pelaku usaha di DIY yaitu pelaku usaha di DIY telah memiliki rencana pemasaran baru, memiliki strategi pengembangan usaha, dan mempersiapkan rencana bisnis baru.

2.

Secara sektoral, pelaku usaha yang bergerak di sektor konstruksi dan akomodasi makan minum cenderung lebih siap dalam menghadapi NYIA. Sementara pelaku usaha di sektor industri pengolahan maupun sektor perdagangan memiliki kesiapan yang lebih rendah.

3.

Tingkat kesiapan pelaku usaha di daerah Kulon Progo, Yogyakarta, serta Sleman cenderung lebih tinggi. Pelaku usaha di daerah Bantul dan Gunungkidul cenderung lebih tidak siap karena adanya kesenjangan ekonomi di kedua daerah tersebut.

4.

Kesiapan pelaku usaha di DIY secara positif signifikan dipengaruhi oleh faktor-faktor keinovasian, peluang bisnis, optimisme, sosialisasi, dan ancaman biaya. Faktor keinovasian memiliki pengaruh paling besar dalam menentukan kesiapan pelaku usaha di DIY. Faktor ancaman kelangsungan bisnis dan pengetahuan tentang NYIA tidak berpengaruh secara statistik terhadap kesiapan pelaku usaha di DIY.

Beberapa hal yang direkomendasikan terkait hasil penelitian ini adalah: 1.

Pemerintah daerah diharapkan terus meningkatkan sosialisasi dan membantu pelaku usaha mengantisipasi perubahan lingkungan ekonomi dan bisnis yang kemungkinan akan terjadi dengan beroperasinya NYIA 2019. Di sisi lain diharapkan memperbanyak mencari informasi dan mengolahnya untuk menyusun rencana bisnis baru atau perbaikan dari rencana bisnis yang ada untuk antisipasi beroperasinya NYIA 2019. Pelaku usaha perlu melakukan inovasi produk, produksi, dan pemasaran untuk menangkap peluang bisnis dengan beroperasinya NYIA 2019.

2.

Pemerintah Daerah diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas SDM di daerahnya agar peluang kesempatan kerja yang muncul dengan beroperasinya NYIA justru tidak direbut oleh tenaga kerja dari luar daerah. Pemerintah Daerah juga dapat memfasilitasi para pengusaha lokal agar bisa menangkap peluang bisnis yang ada. Keberpihakan pemerintah daerah pada pelaku usaha lokal diperlukan agar pelaku usaha lokal ikut menikmati keberadaan NYIA, khususnya bagi pelaku UMKM.

28

BAB 2

KEUANGAN DAERAH

Tingginya capaian belanja tidak langsung mendorong naiknya konsumsi pemerintah di 2018. Sementara itu, terakselerasinya pertumbuhan ekonomi DIY baik pada Triwulan IV 2018 maupun 2018 secara keseluruhan belum berdampak pada perbaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

REALISASI PENDAPATAN DAERAH

REALISASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH

REALISASI BELANJA DAERAH

REALISASI BELANJA TIDAK LANGSUNG

REALISASI BELANJA LANGSUNG

100,75%

106,82%

90,82%

93,16%

88,45% 29

2018

2018

2018

2018

2018

30

BAB 2

KEUANGAN DAERAH

Pada Triwulan IV 2018, realisasi pendapatan Pemerintah Daerah se-DIY25 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun Triwulan IV 2017 sebagai dampak dari melambatnya penyerapan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan. Turunnya realisasi PAD seDIY pada triwulan laporan terutama didorong oleh terkoreksinya realisasi Pajak Daerah yang merupakan kontributor PAD terbesar. Di sisi lain, penyerapan Pendapatan Lain-lain tumbuh meningkat yang didorong oleh realisasi pendapatan dana hibah. Di sisi belanja, realisasi belanja APBD-P se-DIY pada triwulan laporan tercatat tumbuh melambat sejalan dengan perlambatan kinerja konsumsi pemerintah. Perlambatan tersebut terutama didorong oleh realisasi belanja tidak langsung dan belanja barang dan jasadi belanja langsung. Program Pengendalian Pembangunan Daerah yang diimplementasikan Pemda DIY mendorong lebih tingginya capaian realisasi belanja pemerintah menjadi lebih cepat. Secara keseluruhan 2018, pencapaian realisasi pendapatan Pemerintah Daerah se-DIY tercatat meningkat. Lebih tingginya capaian realisasi pendapatan daerah di DIY didorong oleh realisasi Dana Perimbangan. Sementara itu, terakselerasinya pertumbuhan ekonomi DIY di 2018 belum berdampak pada perbaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah daerah se-DIY tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Turunnya capaian realisasi belanja langsung di 2018 sebagai akibat dari lebih rendahnya capaian realisasi komponen utamanya, yaitu belanja modal dan belanja barang dan jasa. Di sisi lain, naiknya capaian realisasi belanja tidak langsung mendorong lebih tingginya pertumbuhan konsumsi pemerintah pada 2018. Secara keseluruhan, anggaran APBD-P-P Pemerintah Daerah se-DIY pada 2018 mengalami suplus sebesar Rp1.141,43 miliar, atau naik 36,64% (yoy) dibandingkan tahun lalu.

2.1

Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD-P-P DIY Triwulan IV 2018

Pada Triwulan IV 2018, realisasi pendapatan Pemerintah Daerah se-DIY melambat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun Triwulan IV 2017. Pada triwulan laporan, realisasi pendapatan Pemda se-DIY tercatat tumbuh terkoreksi sebesar -0,97% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya dan Triwulan IV 2017 masing-masing tumbuh sebesar 7,97% (yoy) dan 13,20%. Lebih rendahnya realisasi pendapatan tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya penyerapan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan, yang masing-masing terkoreksi sebesar -11,91% (yoy) dan -10,87% (yoy).

Grafik 2.1 Pertumbuhan Realisasi Pendapatan APBD-P se-DIY Triwulan IV 2018

Grafik 2.2 Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Asli Daerah se-DIY Berdasarkan Komponennya Triwulan IV 2018

Turunnya realisasi PAD se-DIY pada triwulan laporan tertutama didorong oleh terkoreksinya realisasi Pajak Daerah yang merupakan kontributor PAD terbesar. Pangsa komponen pajak daerah di 2018 adalah 67,02% dari total PAD. Pada triwulan laporan, pajak daerah tumbuh terkoreksi sebesar -2,49% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu, masing-masing sebesar 7,94% (yoy) dan 17,35% (yoy). Terkontraksinya pajak daerah sejalan dengan lebih rendahnya kinerja penyediaan makan dan minum yang tercatat sebesar 4,54% (yoy) pada triwulan laporan, tumbuh melambat pada triwulan lalu sebesar 5,57% (yoy). 25

APBD Provinsi dan APBD Kota/Kabupaten

31

Sementara itu, penyerapan Pendapatan Lain-lain tumbuh meningkat. Pada Triwulan IV 2018, Pendapatan Lain-lain tercatat tumbuh sebesar 43,04% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (tumbuh 30,76% (yoy). Naiknya penyerapan Pendapatan Lain-lain di Triwulan IV terutama didorong oleh realisasi pendapatan Dana Hibah, sejalan dengan pemberian bantuan rehabilitasi dan rekontruksi (siklon cempaka) sebesar Rp65,12 miliar26. Di sisi belanja daerah, realisasi belanja APBD-P se-DIY pada triwulan laporan tumbuh melambat sejalan dengan perlambatan kinerja konsumsi pemerintah. Pada triwulan laporan, realisasi belanja Pemda se-DIY tercatat terkoreksi -0,28% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (12,42% (yoy)) maupun Triwulan IV 2017 (15,43% (yoy)). Perlambatan tersebut terutama didorong oleh realisasi belanja tidak langsung yang terkoreksi -2,51% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, pangsa belanja tidak langsung sebesar 51,6% dari total belanja 2018. Terkoreksinya hampir di sebagian besar komponen belanja tidak langsung menjadi faktor pendorong utama terkontraksinya realisasi belanja tidak langsung. Belanja pegawai yang merupakan komponen terbesar dari belanja tidak langsung (pangsa 66,5% dari total belanja tidak langsung di 2018) tumbuh -2,41% (yoy) di Triwulan IV 2018, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun Triwulan IV 2017, yaitu masing-masing 3,71% (yoy) dan 6,92% (yoy). Lebih rendahnya realisasi belanja pegawai sejalan dengan banyaknya pegawai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemda DIY yang menjalani pensiun . Sementara itu, skema pencairan dana desa yang telah dicairkan terakhir di Agustus 2018 mendorong realisasi belanja bantuan keuangan terkoreksi negatif pada triwulan laporan. Rendahnya realisasi belanja barang dan jasa juga mendorong perlambatan konsumsi pemerintah di Triwulan IV 2018. Program Pengendalian Pembangunan Daerah yang diimplementasikan Pemda DIY mendorong lebih tingginya capaian realisasi belanja pemerintah lebih cepat. Pada Triwulan IV 2018, realisasi belanja barang dan jasa tercatat terkoreksi sebesar -2,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun Triwulan IV 2017 yang masing-masing tumbuh sebesar 27,36% (yoy) dan 36,38% (yoy). Lebih rendahnya realisasi belanja barang dan jasa di akhir tahun tak lepas dari program percepatan realisasi anggaran di masingmasing SKPD Pemerintah DIY.

Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi Belanja Langsung seDIY Berdasarkan Komponennya Triwulan IV 2018

Grafik 2.4 Perkembangan Realisasi Belanja Modal se-DIY Triwulan IV 2018

Telah selesainya pembangunan beberapa proyek yang dibiayai APBD-P mendorong perlambatan belanja barang modal pada triwulan laporan. Pada Triwulan IV 2018, realisasi belanja modal tercatat hanya tumbuh sebesar 0,37% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun Triwulan IV 2017 yang masing-masing tumbuh sebesar 1,74% (yoy) dan 17,37% (yoy). Masifnya pembangunan infrastruktur di DIY yang dibiayai oleh APDB telah terselesaikan sebelum akhir tahun, seperti pengadaan tanah dalam rangka pembangunan JJLS 26

32

Sumber utama pendapatan APBD-P-P se-DIY masih didominasi oleh dana perimbangan, dengan porsi 53,06% dari total pendapatan. Walapun proporsinya dalam tiga tahun ini mengalami penurunan, namun demikian porsi dana perimbangan yang cukup besar di pos penerimaan APBD-P-P DIY mengindikasikan bahwa APBD-P-P pemerintah daerah DIY masih bergantung pada transfer dana yang dilakukan oleh pemerintah pusat.

BAB 2

KEUANGAN DAERAH

yang direncanakan di tahun 2018, revitalisasi malioboro dan kotabaru, pembangunan bioskop indra untuk sentra Pedagang Kaki Lima (PKL) dan revitalisasi eks gedung bioskop permata.

2.2. Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD-P DIY Tahun 2018 Secara keseluruhan, pencapaian realisasi pendapatan Pemerintah Daerah se-DIY pada 2018 tercatat meningkat. Pada 2018, realisasi pendapatan Pemerintah Daerah se-DIY tercatat sebesar 100,75%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 100,54%. Lebih tingginya capaian realisasi pendapatan daerah di DIY didorong oleh realisasi Dana Perimbangan . Pada 2018, realisasi dana perimbangan se-DIY tercatat sebesar Rp8.156,67 miliar, atau terealisasi 97,91%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (96,65%). Naiknya realisasi dana perimbangan dimaksud terutama didorong oleh lebih tingginya realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Terakselerasinya pertumbuhan ekonomi DIY di 2018 belum berdampak pada perbaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Realisasi PAD se-DIY pada 2018 tercatat sebesar Rp4.501,58 miliar, atau terealisasi 106,82% (yoy), lebih rendah dibandingkan 2017 (108,10%). Lebih rendahnya realisasi PAD terutama didorong oleh melambatnya realisasi pendapatan pajak daerah yang hanya tumbuh sebesar 7,95% (yoy), sementara di 2017 mampu tumbuh 17,04% (yoy). Penerimaan pajak merupakan sumbangan terbesar PAD, dengan porsi 67,02% dari total PAD. Perlambatan pajak daerah sejalan dengan turunnya rata-rata okupansi hotel di 2018, baik bintang maupun non bintang, yang masing-masing tercatat sebesar 58,01% dan 27,14%, sedangkan di 2017 tercatat 59,60% dan 31,87%. Selain itu, perlambatan realisasi pendapatan juga disumbang oleh lebih rendahnya realisasi retribusi daerah yang hanya tumbuh 5,76% (yoy) di 2018, lebih rendah dibandingkan 2017 sebesar 6,81% (yoy). Adanya bencana tsunami di Banten dan peringatan ombak tinggi di sekitaran pantai pada akhir tahun berdampak pada menurunnya jumlah kunjungan wisatawan ke lokasi wisata pantai di DIY, sehingga mengurangi pendapatan retribusi daerah. Oleh karena itu, tak dapat dipungkiri, pekembangan sektor pariwisata memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di DIY.

Grafik 2.5 Proporsi Realisasi Pendapatan Daerah se-DIY 2018

Grafik 2.6 Perkembangan Capaian Realisasi Pendapatan se-DIY Berdasarkan Komponennya 2018

Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah daerah se-DIY tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2018, penyerapan belanja pemerintah se-DIY tercatat sebesar Rp14.838,05 miliar, atau terserap 90,82%. Rendahnya capaian kinerja realisasi belanja pemerintah tersebut didorong oleh turunnya realisasi belanja langsung. Capaian realisasi belanja langsung pada 2018 hanya tercatat sebesar 88,45%, lebih rendah dibandingkan tahun lalu (90,81%). Turunnya capaian realisasi belanja langsung di 2018 sebagai akibat dari lebih rendahnya capaian realisasi komponen utamanya, yaitu belanja modal dan belanja barang dan jasa, mempunyai pangsa sebesar 89,9% dari total belanja langsung di 2018.

33

Tabel 2.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan se-DIY s.d Triwulan IV 2018 APBD-P 2017 (Rp. Juta) No

I

II

Uraian

s.d. TW IV 2017 Realisasi (Rp. Juta)

Realisasi (Rp. Juta)

% Realisasi terhadap APBD

% Pertumbuhan Realisasi (yoy)

PAD

4.021.162

4.346.940

108,10

4.214.308

4.501.581

106,82

3,56

a. Pajak Daerah

2.559.381

2.794.851

109,20

2.875.507

3.016.986

104,92

7,95

b. Retribusi Daerah

186.113

202.517

108,81

201.602

214.182

106,24

5,76

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

185.399

185.800

100,22

196.918

196.286

99,68

5,64

d. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

1.090.269

1.163.772

106,74

940.281

1.074.127

114,23

(7,70)

Dana Perimbangan

8.394.883

8.113.600

96,65

8.330.393

8.156.675

97,91

0,53

a. Dana Bagi Hasil

367.799

291.161

79,16

372.909

263.611

70,69

(9,46)

b. Dana Alokasi Umum

5.595.710

5.595.710

100,00

5.595.710

5.595.600

100,00

(0,00)

c. Dana Alokasi Khusus

2.431.374

2.226.729

91,58

2.352.774

2.288.464

97,27

2,77

9.000

9.000

100,00

c. Dana Insentif Daerah III

s.d. TW IV 2018

APBD-P 2018 % Realisasi (Rp. Juta) terhadap APBD

Lain-lain

2.187.335

2.221.039

101,54

2.713.650

2.713.788

100,01

22,19

a. Hibah

44.067

47.563

107,93

444.030

390.742

88,00

721,52

b. Dana Bagi Hasil Pajak c. Dana Penyesuaian dan Otsus d. Bantuan Keuangan dari Prov atau Pemda lainnya e. Pendapatan Lainnya Total Pendapatan

615.560

647.149

105,13

79.734

84.340

105,78

(86,97)

1.400.485

1.399.153

99,90

618.811

668.608

108,05

(52,21)

57.079

57.049

99,95

1.488.620

1.488.330

99,98

2.508,85

70.144

70.124

99,97

82.455

81.767

99,17

16,60

14.603.380

14.681.579

100,54

15.258.352

15.372.044

100,75

6,66

Sumber: DPPKAD Kabupaten/Kota/Provinsi di DIY

Grafik 2.7 Proporsi Realisasi Belanja APBD-P se-DIY Tahun 2018

Grafik 2.8 Perkembangan Capaian Realisasi Belanja seDIY Berdasarkan Komponennya Tahun 2018

Sementara itu, naiknya capaian realisasi belanja tidak langsung mendorong lebih tingginya pertumbuhan konsumsi pemerintah pada 2018. Realisasi belanja tidak langsung tahun 2018 tercatat sebesar Rp7.652,58 miliar atau terserap 93,16% dari total anggaran belanja tidak langsung, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (91,42%). Peningkatan realisasi belanja tidak langsung, terutama didorong oleh kenaikan realisasi hampir di sebagian besar komponen belanja tidak langsung, kecuali biaya bunga. Realisasi belanja pegawai dengan pangsa terbesar dari belanja tidak langsung (66,5% di 2018) tercatat sebesar Rp5.086,14 miliar, atau terserap 94,10%. Terakselerasinya realisasi belanja pegawai di tahun 2018 terutama dikarenakan adanya pembayaran dan penyesuaian komponen THR dan gaji ke 1327. Secara keseluruhan, anggaran APBD-P Pemerintah Daerah se-DIY pada 2018 mengalami suplus sebesar Rp1.141,43 miliar. Pencapaian surplus/defisit tersebut naik 36,64% (yoy) dibandingkan tahun lalu. 27

34

Sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan Menteri Dalam Negeri pada surat Nomor 903/3387/SJ tertanggal 30 Mei 2018 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan Gaji Ke-14. Surat edaran ini menjadi petunjuk teknis atau pedoman bagi daerah saat mengeluarkan anggaran untuk THR dan gaji ke 13 yang bersumber dari APBD-P.

BAB 2

KEUANGAN DAERAH

Tabel 2.2 Perkembangan Realisasi Belanja se-DIY Tahun 2018 s.d. TW IV 2017 No

I

Uraian

APBD-P 2017 (Rp. Juta)

Realisasi (Rp. Juta)

s.d. TW IV 2018 APBD-P 2018 (Rp. Juta)

% Realisasi terhadap APBD

Realisasi (Rp. Juta)

% Pertumbuhan Realisasi (yoy)

Belanja Tidak Langsung

8.160.444

7.459.997

91,42

8.214.144

7.652.586

93,16

a. Belanja Pegawai

5.493.457

4.976.633

90,59

5.404.926

5.086.146

94,10

2,20

3.142

2.820

89,74

2.348

1.936

82,47

(31,34)

b. Belanja Bunga c. Belanja Subsidi

-

-

-

-

771.212

93,36

865.255

785.956

90,84

1,91

80.344

64.211

79,92

75.495

66.475

88,05

3,53

f. Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Desa

729.084

725.567

99,52

790.091

786.142

99,50

8,35

g. Belanja Bantuan Keuangan

917.512

903.832

98,51

927.212

920.011

99,22

1,79

h. Belanja Tak Terduga

110.859

15.722

14,18

148.818

5.920

3,98

(62,35)

7.408.876

6.727.845

90,81

8.124.158

7.185.467

88,45

6,80

691.118

651.435

94,26

783.661

724.587

92,46

11,23

b. Belanja Barang Jasa

3.799.139

3.389.140

89,21

4.112.087

3.634.784

88,39

7,25

c. Belanja Modal

2.918.619

2.687.270

92,07

3.228.409

2.826.096

87,54

5,17

15.569.319

14.187.842

91,13

16.338.302

14.838.053

90,82

4,58

e. Belanja Bantuan Sosial

Belanja Langsung a. Belanja Pegawai

Total Belanja

-

2,58

826.045

d. Belanja Hibah

II

% Realisasi terhadap APBD

Sumber: DPPKAD Kabupaten/Kota/Provinsi di DIY

2.3

Anggaran dan Realisasi Pembiayaan APBD-P DIY

Pada 2018, capaian realisasi penerimaan pembiayaan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi penerimaan pembiayaan 2018 tercatat sebesar Rp1.504,10 miliar atau terealisasi 100,10%, naik dibandingkan tahun lalu (98,10%). Sumber penerimaan pembiayaan terbesar berasal dari SILPA tahun anggaran sebelumnya dengan porsi 98,66% dari total penerimaan pembiayaan. Sampai dengan Triwulan IV 2018, realisasi SILPA sebesar 100,00%. Capaian penerimaan SILPA tersebut juga lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar 97,79%. Tabel 2.3 Tabel Realisasi Pembiayaan APBD-P DIY Kabupaten, dan Kota Tahun 2018 s.d. TW IV 2017 No

I

Uraian

% Realisasi terhadap APBD

Realisasi (Rp. Juta)

s.d. TW IV 2018 APBD-P 2018 (Rp. Juta)

Realisasi (Rp. Juta)

% Realisasi terhadap APBD

% Pertumbuhan Realisasi (yoy)

Penerimaan Pembiayaan

999.281

980.286

98,10

1.504.100

1.505.644

100,10

53,59

a. SILPA Tahun Anggaran Sebelumnya

993.352

971.428

97,79

1.485.523

1.485.523

100,00

52,92

-

-

-

7.865

8.044

102,28

-

-

-

-

-

(752)

-

-

-

3

3 #DIV/0!

2

3

b. Pencairan Dana Cadangan c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah d. Pinjaman Daerah e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah f. Penerimaan Piutang Daerah

II

APBD-P 2017 (Rp. Juta)

6.681

6.614

g. Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir

-

h. Penerimaan dari Biaya Penyusutan Kendaraan

-

-

153.247

143.118

-

-

Pengeluaran Pembiayaan a. Dana Cadangan b. Penyertaan Modal

98,99

2.241 #DIV/0! 93,39 -

-

-

10.710

12.071

-

-

424.150

364.218

-

-

130,77

(17,53)

112,71

438,56

85,87

154,49

136.785

130.492

95,40

348.864

292.159

83,75

123,89

c. Pembayaran Pokok Utang

7.752

5.412

69,81

64.351

63.987

99,43

1.082,42

d. Pemberian Pinjaman Daerah

8.710

7.215

82,83

-

-

e. Penyelesaian Kegiatan DPA-L

-

-

-

-

-

f. Pembayaran Kewajiban Tahun Lalu

-

-

-

g. Dana Bergulir Pembiayaan Neto

846.034

837.168

98,95

(100,00)

-

-

10.935

8.073

73,82

1.079.950

1.141.426

105,69

36,34

Sumber: DPPKAD Kabupaten/Kota/Provinsi di DIY

35

Sementara itu, realisasi pengeluaran pembiayaan pada tahun laporan melambat. Capaian realisasi pengeluaran pembiayaan pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, sebesar 85,87%. Lebih rendahnya pengeluaran pembiayaan pada periode berjalan terutama didorong oleh kurang optimalnya penyertaan modal di tahun 2018 yang hanya terealisasi 83,75%. Porsi penyertaan modal di 2018 sebesar 80,22% dari total pengeluaran pembiayaan.

2.4

Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD-P Kabupaten/Kota di DIY

Secara spasial, capaian realisasi pendapatan tertinggi di 2018 berasal dari Kabupaten Sleman. Naiknya capaian realisasi pendapatan APBD-P 2018 di Kabupaten Sleman terutama berasal Dana perimbangan dan Pendapatan Lain-Lain, yang masing-masing terealisasi sebesar 98,03% dan 106,05%. Sementara itu PAD yang memiliki porsi 36,32% dari total pendapatan APBD-P 2018 Kabupaten Sleman, hanya tercapai 108,91%, atau turun dibandingkan tahun sebelumnya 114,97%. Lebih rendahnya PAD Kabupaten Sleman pada 2018 didorong oleh turunnya semua komponen di dalamnya. Penerimaan pajak yang merupakan sumbangan terbesar PAD di Kabupaten Sleman (porsi 67,01%) hanya terealisasi 107,74%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (117,54%). Sementara itu, Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan capaian realisasi pendapatan yang signifikan. Pada 2018, capaian realisasi pendapatan Kabupaten Kulon Progo tercatat sebesar 102,54%, naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya (98,90%). Kenaikan realisasi pendapatan Kabupaten Kulon Progo didorong oleh semua komponen pendapatan daerah. Walaupun Kabupaten Kulon Progo memberikan kontribusi terkecil dan capaian realisasi PAD terendah, namun, geliat pariwisata di Kulon Progo mampu memberikan dampak pada kenaikan retribusi Kabupaten Kulon Progo di 2018 dengan tumbuh sebesar 27,60% (yoy).

Grafik 2.9 Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota DIY 2018

Grafik 2.10 Derajat Otonomi Fiskal Per Kabupaten/Kota DIY 2018

Berbeda halnya dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul, capaian realisasi pendapatan di kedua daerah tersebut relatif menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Capaian realisasi pendapatan Kota Yogyakarta pada 2018 hanya tercatat 102,70%. Lebih rendahnya capaian pendapatan dimaksud sejalan dengan turunnya realisasi PAD dan Pendapatan Lain-Lain. Melambatnya PAD sebagai dampak dari rendahnya capaian pajak daerah dan retribusi daerah yang memiliki pangsa 66,18% dari PAD Kota Yogyakarta, sejalan dengan melambatnya tingkat okupansi akomodasi di DIY. Sementara itu, capaian pendapatan Kabupaten Gunungkidul di 2018 hanya tercatat 96,50%. Turunnya PAD dan Pendapatan Lain-Lain menjadi faktor lebih rendahnya capaian pendapatan Kabupaten Gunungkidul. Adanya peringatan bencana tsunami di Banten dan peringatan ombak tinggi di sekitaran pantai pada akhir tahun yang berdampak pada menurunnya jumlah kunjungan wisatawan ke lokasi wisata pantai di DIY menyebabkan pendapatan dari pajak daerah dan retribusi juga melambat.

36

BAB 2

KEUANGAN DAERAH

Berdasarkan kemampuan daerah untuk memperoleh pendapatan yang bersumber dari sumber daya yang dimiliki, Kota Yogyakarta menjadi daerah yang paling mandiri diantara Kabupaten dan Kota lainnya di DIY. Hal ini ditunjukkan oleh derajat otonomi fiskal (DOF) Kota Yogyakarta yang paling tinggi dibandingkan kabupaten/kota lain di DIY, dengan DOF sebesar 39,03%. Sementara itu, Kabupaten Gunungkidul memiliki DOF terkecil, yaitu sebesar 12,66%. Secara keseluruhan, seluruh Kabupaten/ Kota di DIY perlu melakukan upaya untuk meningkatkan PAD melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutam pajak dan retribusi serta pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah. Salah satu optimalisasi pajak dan retribusi yang dapat dilakukan adalah dari industri pariwisata, yang merupakan salah satu potensi di DIY.

Grafik 2.11 Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota DIY 2018

Grafik 2.12 Derajat Otonomi Fiskal Per Kabupaten/Kota DIY 2018

Berdasarkan pos belanja Kabupaten/Kota di DIY, realisasi belanja tertinggi dicapai oleh Kabupaten Kulon Progo. Pada 2018, capaian realisasi belanja Kabupaten Kulon Progo tercatat sebesar 94,92% dari total anggaran belanjanya. Namun demikian, capaian realisasi belanja Kabupaten Kulon Progo pada periode laporan dimaksud lebih rendah dibandingkan capaian realisasi belanja tahun lalu, yaitu 95,35%. Turunnya capaian realisasi belanja dimaksud terutama didorong oleh lebih rendahnya capaian belanja tidak langsung yang memiliki pangsa 53,51%, yaitu sebesar 94,67%. Hampir di semua komponen belanja tidak langsung Kabupaten Kulon Progo mengalami penurunan, kecuali belanja hibah. Di sisi lain, Kabupaten Gunungkidul tercatat sebagai kabupaten dengan capaian realisasi belanja terendah. Pada 2918, realisasi belanja Kabupaten Gunungkidul tercatat sebesar 85,81%.

Grafik 2.13 Capaian Realisasi Belanja Daerah Kab/Kota di DIY Tahun 2018

2.5

Anggaran Belanja APBN DIY

Capaian realisasi belanja APBN di DIY tercatat meningkat terbatas. Pada 2018, capaian realisasi belanja APBN tercatat sebesar 93,73%, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar 93,50%. Lebih tingginya realisasi belanja APBN dimaksud terutama didorong oleh naiknya realisasi belanja pegawai dan belanja modal yang mempunyai pangsa sebesar 38,54% dan 30,62%. Sementara itu, belanja modal yang mempunyai pangsa 23,43% tercatat menurun, yaitu dari 92,10% menjadi 89,30%.

37

Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBN DIY Tahun 2018 APBN 2017 No

Sektor

Anggaran (Rp Juta)

Realisasi (Rp Juta)

APBN 2018 % Realisasi

Anggaran (Rp Juta)

Realisasi (Rp Juta)

% Realisasi

Pertumbuhan % (yoy)

Share %

1

Belanja Pegawai

4.324.329

4.152.767

96,03

4.456.525

4.368.005

98,01

5,18

38,54

2

Belanja Barang

3.191.753

2.899.268

90,84

3.780.777

3.469.641

91,77

19,67

30,62

3

Belanja Modal

2.228.035

2.051.968

92,10

2.972.769

2.654.799

89,30

29,38

23,43

4

Belanja Bantual Sosial

21.391

21.174

98,98

14.418

14.275

99,01

(32,58)

0,13

5

Dana Alokasi Khusus Fisik

536.567

483.306

90,07

511.632

471.465

92,15

(2,45)

4,16

6

Dana Desa

368.568

368.568

100,00

354.519

354.519

100,00

(3,81)

3,13

10.670.643

9.977.049

93,50

12.090.640

11.332.705

93,73

13,59

100,00

Jumlah

Berdasarkan fungsinya, realisasi APBN Fungsi terbesar terjadi pada sektor Ketertiban dan Keamanan. Capaian realisasi sektor Ketertiban dan Keamanan pada 2018 tercatat sebesar 101,40%, lebih rendah dibandingkan tahun lalu (97,93%). Namun demikian, secara pertumbuhan, sektor Pariwisata dan Budaya tercatat tumbuh paling tinggi sebesar 85,24% (yoy). Kenaikan anggaran dan realisasi di sektor Pariwisata dan Budaya sejalan dengan fokus pemerintah terhadap sektor Pariwisata di 2018, yaitu promosi yang gencar dilakukan oleh pemerintah, khususnya untuk pameran Internasional. Tabel 2.5 Realisasi Belanja APBN DIY Berdasarkan Fungsi Tahun 2018 APBN 2017 No

Sektor

1

Pelayanan Umum

2

Pertahanan

3

Anggaran (Rp Juta)

Realisasi (Rp Juta)

APBN 2018 % Realisasi

Anggaran (Rp Juta)

Realisasi (Rp Juta)

% Realisasi

Pertumbuhan % (yoy)

Share % 12,36

1.404.316

1.302.035

92,72

1.502.200

1.401.152

93,27

7,61

927.867

919.410

99,09

1.010.332

992.530

98,24

7,95

8,76

Ketertiban dan Keamanan

1.345.294

1.317.386

97,93

1.465.540

1.486.051

101,40

12,80

13,11

4

Ekonomi

1.922.566

1.847.565

96,10

2.707.580

2.482.460

91,69

34,36

21,91

5

Lingkungan Hidup

215.393

201.996

93,78

244.100

223.598

91,60

10,69

1,97

6

Perumahan & Fasilitas Umum

294.475

284.516

96,62

315.701

311.174

98,57

9,37

2,75

7

Kesehatan

1.162.347

1.007.965

86,72

1.307.935

1.188.019

90,83

17,86

10,48

8

Pariwisata dan Budaya

1.497

1.483

99,06

2.780

2.747

98,83

85,24

0,02

9

Agama

171.299

165.322

96,51

171.300

169.458

98,92

2,50

1,50

10

Pendidikan

3.139.281

2.845.047

90,63

3.285.343

2.999.418

91,30

5,43

26,47

11

Perlindungan Sosial

86.308

84.391

97,78

77.829

76.098

97,78

-9,83

0,67

10.670.643

9.977.117

93,50

12.090.640

11.332.705

93,73

13,59

100,00

Jumlah

38

BAB 3

PERKEMBANGAN inflasi daerah

Pencapaian inflasi DIY pada Tahun 2018 merupakan yang terendah di Jawa, baik inflasi IHK maupun inflasi pangan tetap terkendali pada sasaran yang ditetapkan pada roadmap.

INFLASI IHK DIY

RATA-RATA INFLASI IHK DIY

INFLASI PANGAN DIY

INFLASI IHK NASIONAL

INFLASI IHK JAWA

2,66%

3,20%

3,15%

3,13%

3,24%

(yoy)

(yoy)

(yoy)

(yoy)

2018

2018

2018

2018

39(yoy) 2018

40

BAB 3

PERKEMBANGAN inflasi daerah

Pada Triwulan IV 2018 DIY mengalami peningkatan tekanan inflasi dibanding triwulan sebelumnya, namun masih pada level yang rendah dan stabil. Lonjakan inflasi akhir tahun disebabkan oleh tekanan faktor pangan, di mana permintaan terhadap komoditas pangan cenderung mengalami peningkatan sementara beberapa komoditas masih masuk masa tanam Secara tahunan, inflasi DIY pada tahun 2018 lebih rendah dibanding Nasional dan menjadi yang terendah dibanding provinsi lain di Jawa. Inflasi di DIY maupun provinsi lain di Jawa secara keseluruhan sejalan dengan sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5±1% (yoy). Kedepan, Inflasi DIY pada Triwulan I 2019 secara tahunan diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi Triwulan IV 2018. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan harga komoditas pangan DIY yang cenderung menurun pasca panen raya di penghujung Triwulan I 2019.

3.1

Perkembangan Inflasi Triwulan IV 2018

Pada Triwulan IV 2018 DIY mengalami peningkatan tekanan inflasi dibanding triwulan sebelumnya, namun masih pada level yang rendah dan stabil. Pada triwulan laporan inflasi DIY di tahun 2018 tercatat sebesar 2,66% (yoy), lebih rendah dibanding rata-rata inflasi DIY 3 tahun sebelumnya (3,20%; yoy) maupun realisasi inflasi nasional (3,13%; yoy). Sepanjang Triwulan IV 2018, tekanan inflasi DIY secara berturut-turut mengalami peningkatan. Peningkatan inflasi tersebut utamanya dipengaruhi oleh komoditas pangan yang terus mengalami peningkatan di penghujung tahun. Hal tersebut merupakan faktor musiman, di mana pada akhir tahun komoditas tanaman bahan makanan dan tanaman hortikultura masih memasuki masa tanam. Sementara itu keberadaan Hari Besar Keagamaan Nasional turut mendorong lonjakan konsumsi makanan maupun kebutuhan transportasi.

Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi DIY dan Nasional

Grafik 3.2 Perbandingan Inflasi 2018 Antar Daerah

Pencapaian inflasi DIY pada tahun 2018 lebih rendah dibanding Nasional dan menjadi yang terendah dibanding provinsi lain di Jawa. Pencapaian inflasi DIY sebesar 2,66% (yoy), menjadi yang terendah dibandingkan dengan provinsi Jawa Tengah (2,82%; yoy), Jawa Timur (2,86%; yoy), DKI Jakarta (3,27%; yoy), Banten (3,42%; yoy), dan Jawa Barat (3,54%; yoy). Inflasi di DIY maupun provinsi lain di Jawa secara keseluruhan sejalan dengan sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5±1% (yoy). Akumulasi inflasi bulanan sepanjang Triwulan IV 2018 tercatat lebih tinggi dibanding akumulasi inflasi bulanan yang terjadi di Triwulan III 2018. Selama 3 bulan di Triwulan IV 2018, total inflasi bulanan DIY sebesar 1,16%, lebih tinggi dibanding akumulasi pada Triwulan III 2018 sebesar 0,19%. Lonjakan inflasi akhir tahun disebabkan oleh tekanan faktor pangan, di mana permintaan terhadap komoditas pangan cenderung mengalami peningkatan sementara beberapa komoditas masih masuk masa tanam. Kelompok Bahan Makanan menjadi faktor utama pendorong inflasi di akhir tahun 2018. Peningkatan inflasi pada kelompok bahan makanan merupakan siklus tahunan yang umumnya terjadi di akhir tahun. Penyebab utama peningkatan harga komoditas bahan makanan karena

41

Tabel 3.1 Tren Perkembangan Inflasi DIY

Kelompok Inflasi

Inflasi (mtm) Tw III Jul-18

Aug-18

Sep-18

Akumulasi Inflasi Tw III

Inflasi (mtm) Tw IV Oct-18

Nov-18

Dec-18

Akumulasi Inflasi Tw IV

Umum

0,56

-0,26

-0,11

0,19

0,13

0,46

0,57

1,16

Bahan Makanan

0,88

-0,99

-1,59

-1,71

-0,19

1,25

1,28

2,34

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

0,39

0,21

0,21

0,81

0,24

0,18

0,27

0,68

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

0,46

0,07

0,19

0,72

0,30

0,24

0,38

0,93

Sandang

0,16

-0,10

0,30

0,36

0,47

0,57

0,25

1,29

Kesehatan

0,05

0,21

0,14

0,40

0,28

0,15

0,22

0,65

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

0,97

1,04

0,92

2,92

0,06

0,06

0,10

0,22

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

0,62

-1,29

0,03

-0,64

-0,01

0,49

0,87

1,35 Sumber: BPS DIY, diolah

masuknya musim tanam pada beberapa jenis tanaman pangan dan hortikultura, serta lonjakan permintaan terhadap daging ayam dan telur ayam. Sementara itu pada komoditas beras, tekanan harga masih bisa dikendalikan oleh operasi pasar dari instansi terkait. Hingga penghujung tahun, Bulog Divre DIY memiliki cadangan beras yang cukup untuk intervensi pasar secara berkelanjutan hingga panen raya di penghujung Triwulan I 201928. Tekanan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau cenderung stabil. Di Triwulan IV 2018, kelompok makanan, minuman dan tembakau secara akumulasi bulanan mengalami inflasi sebesar 0,68%, sedikit lebih rendah dibanding akumulasi inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,81%. Tekanan inflasi pada kelompok ini masih dipengaruhi oleh komoditas rokok. Peningkatan cukai di awal tahun masih memberikan dampak terhadap penyesuaian harga secara bertahap hingga akhir tahun. Sementara itu dari hasil survei penjualan eceran dari kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau masih melanjutkan tren meningkat. Banyaknya kegiatan perayaan dan event berskala nasional di akhir tahun menyebabkan permintaan komoditas tersebut meningkat.

Grafik 3.3 Indeks Penjualan Riil29 Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau

Grafik 3.4 Indeks Penjualan Riil Pakaian Jadi

Inflasi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga tercatat sedikit meningkat. Melanjutkan tren triwulan sebelumnya, harga komoditas bahan bangunan untuk perumahan terus meningkat di akhir tahun. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan tarif komoditas

28

Hingga akhir tahun 2018, Bulog divre DIY memiliki cadangan beras yang cukup kuat sebesar 11.534 ton. Dengan stok tersebut Bulog divre DIY melakukan operasi pasar secara terukur, dengan frekuensi lebih sering dan jumlah yang lebih besar untuk komoditas strategis. Sepanjang Tw IV 2018 realisasi operasi pasar mencapai lebih dari 364 ton beras di regional DIY.

29

Indeks Penjualan Riil (IPR) merupakan kompilasi hasil survei nilai penjualan di tingkat pedagang eceran untuk kelompok barang tertentu. Semakin tinggi nilai IPR mengindikasikan penjualan kelompok barang tersebut meningkat

42

BAB 3

PERKEMBANGAN inflasi daerah

pasir30 dan jasa tukang, seiring dengan kebutuhan yang tinggi untuk pengerjaan proyek strategis di DIY. Sementara itu sentimen positif datang dari sektor energi, dimana pemerintah melanjutkan komitmen untuk tidak meningkatkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) minimal hingga Maret 2019. Inflasi kelompok pengeluaran sandang pada Triwulan IV 2018 mengalami peningkatan. Peningkatan pada kelompok pengeluaran sandang terutama didorong oleh komoditas emas perhiasan pada sub kelompok sandang lain yang kembali mengalami peningkatan harga. Tekanan ekonomi global pada triwulan berjalan menyebabkan permintaan emas sebagai komoditas safe heaven menjadi meningkat. Hal tersebut menyebabkan harga komoditas emas dunia mengalami peningkatan, sehingga berdampak pada harga komoditas emas perhiasan. Sementara itu, tekanan harga juga terjadi pada komoditas pakaian jadi. Hasil Survei Bank Indonesia mengindikasi penjualan pakaian jadi juga cenderung meningkat seiring dengan penyesuaian harga ke atas yang dilakukan penjual karena penerapan promo dan diskon akhir tahun.

Grafik 3.5 Tren Inflasi Sandang (mtm)

Grafik 3.6 Perkembangan Harga Emas Dunia

Pada kelompok Kesehatan, tekanan inflasi pada Triwulan IV cenderung sedikit meningkat. Pada periode tersebut tekanan harga terjadi pada produk perawatan jasmani dan kosmetik. Inflasi pada komoditas tersebut dipengaruhi oleh tekanan harga bahan baku, seiring dengan produk dasar kimia yang umumnya dipenuhi dengan impor. Sementara itu pergerakan harga produk farmasi terpantau masih dalam kondisi stabil. Di sisi lain, tekanan harga dari kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga cenderung mereda. Sepanjang Triwulan III 2018, inflasi kelompok pendidikan menjadi kelompok utama yang mengalami inflasi terbesar dibanding kelompok lainnya. Seiring dengan masuknya tahun ajaran baru sekolah dan perkuliahan, tarif pendidikan cenderung meningkat sepanjang triwulan tersebut. Memasuki triwulan IV, tekanan tarif pendidikan terpantau telah berakhir dan kembali bergerak stabil. Dari sub kelompok rekreasi, pemerintah daerah berkomitmen mendorong pariwisata berperan positif dalam menjaga tarif komoditas rekreasi tetap stabil.

Grafik 3.7 Tren Inflasi Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (mtm) 30

Harga pasir mengalami peningkatan, seiring dengan mulai berlakunya peningkatan pajak galian golongan C berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 543/45 tahun 2018 tanggal 18 Juni 2018, tentang Penetapan Pajak Bukan Logam dan Batuan. Penambang pasir di kawasan Gunung Merapi mengalami peningkatan biaya operasional seiring dengan peningkatan pajak tersebut, sehingga harga pasir di DIY cenderung meningkat. Sementara itu kebutuhan pasir untuk konstruksi Bandara NYIA masih cukup tinggi.

43

Memasuki momen libur akhir tahun, tekanan pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan meningkat. Dalam sektor transportasi, triwulan IV menjadi peak season kedua setelah momen hari raya idul fitri. Lonjakan permintaan masyarakat untuk kebutuhan MICE dan kebutuhan liburan, menyebabkan tarif transportasi darat dan udara cenderung meningkat (berada pada batas atas). Dari sisi tarif tiket pergerakan harga masih dalam batas yang wajar, seiring tidak ada penyesuaian batas atas maupun batas bawah tiket angkutan udara maupun kereta api31.

Grafik 3.8 Tren Inflasi Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (mtm)

Grafik 3.9 Perkembangan Harga Minyak Dunia

Dari faktor energi, keinginan OPEC untuk mendorong kenaikan harga minyak secara temporer berdampak pada peningkatan harga minyak global. Tekanan harga minyak yang meningkat sepanjang Triwulan III 2018 menyebabkan Pertamina menyesuaikan harga Bahan Bakar Khusus Non Subsidi di bulan Oktober 2018. Komoditas Pertamax mengalami kenaikan harga Rp 900 menjadi Rp10.400 per liter. Sementara Pertamax Turbo naik sebesar Rp1.550 menjadi Rp12.250 per liter. Untuk Pertamina Dex kenaikannya mencapai Rp1.350 menjadi Rp11.850 per liter. Peningkatan harga minyak mentah dunia tidak berlangsung lama, karena produksi minyak yang berlebih pada penghujung tahun menyebabkan harga minyak dunia kembali menurun. Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Andil Inflasi dan Deflasi Terbesar Triwulan IV 2018 No

Komoditas Inflasi/Deflasi

Inflasi (% mtm) Oct-18

Nov-18

Dec-18

0,13

0,46

0,57 20,82

Komoditas Inflasi 1

Bawang Merah

-8,23

28,75

2

Angkutan Udara

-4,47

3,50

8,01

3

Telur Ayam Ras

-4,50

4,18

13,81

4

Bensin

1,63

0,63

0,00

5

Pasir

0,00

0,91

5,51

Komoditas Deflasi 1

Bawang Putih

-2,67

-2,49

-6,85

2

Semangka

-3,86

-5,12

-12,33

3

Minyak Goreng

4

Melon

5

Kentang

-0,38

-0,86

-1,01

-11,65

-1,26

-1,59

-3,20

-3,32

-0,71 Sumber: BPS DIY, diolah

31

44

Hasil FGD menunjukkan pada maskapai transportasi udara maupun KAI akan menyesuaikaan pembagian sub kelas tiket pada saat peak season. Hal ini merupakan strategi bisnis seiring keterbatasan supply kursi untuk mengimbangi lonjakan permintaan.

BAB 3

3.2

PERKEMBANGAN inflasi daerah

Program Pengendalian Inflasi Triwulan IV 2018

Program pengendalian inflasi yang dilakukan TPID DIY tetap mengacu pada prinsip 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Komunikasi dan Keterjangkauan Harga) dan roadmap pengendalian inflasi. Secara siklus pada triwulan IV cenderung rentan terhadap tekanan inflasi dari sektor pangan dan transportasi. Oleh karena itu TPID berupaya secara preventif untuk melakukan intervensi pada beberapa komoditas. Program utama TPID DIY pada Triwulan IV 2018 berfokus pada upaya menstabilkan pasokan menjelang libur natal dan tahun baru. Sebagai upaya menstabilkan harga, beberapa kegiatan TPID yang dilakukan sepanjang triwulan IV 2018 antara lain: 1.

Pertamina MOR IV telah menyiapkan tambahan pasokan bahan bakar minyak maupun Elpiji untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan pada saat natal dan tahun baru. Selain itu telah dibentuk satgas mobile sejak 18 Desember 2018 hingga 8 Januari 2019 untuk memberikan fasilitas tempat pengisian BBM alternatif di jalur mudik dan wisata. Langkah ini sebagai sarana untuk mencegah adanya penjual eceran yang memainkan harga BBM untuk mencari keuntungan secara berlebih.

2.

TPID DIY melakukan pemantauan ke pasar, Gapoktan dan Distributor di DIY. Pemantauan harga dilakukan secara rutin menjelang akhir tahun, di 5 pasar tradisional utama di seluruh DIY antara lain Pasar Kranggan Yogyakarta, Pasar Wates Kulon Progo, Pasar Imogiri Bantul, Pasar Pakem Sleman serta Pasar Playen Gunungkidul

3.

Anggota TPID akan terus memperkuat akurasi data stok dan harga di gapoktan dan sentra produksi pada tingkat Kabupaten/Kota untuk komoditas tersebut, agar dapat diambil langkah antisipasi dan intervensi yang diperlukan.

4.

Hasil kajian mengenai Toko Tani Center (TTC), mayoritas konsumen masih belum tahu terkait keberadaan TTC. Oleh karena itu keberadaan TTC akan diperluas ke 3 pasar yaitu Kranggan, Beringharjo dan Demangan. Sebagai upaya optimalisasi promosi produk, Pemda DIY bekerjasama dengan startup e-commerce Titipku agar dapat menjangkau masyarakat lebih luas.

3.3

Overview Kinerja Inflasi DIY Triwulan Tahun 2018

Secara umum inflasi di tahun 2018 tercapai sesuai target dengan realisasi yang lebih rendah dibanding tahun 2017. Pada tahun 2018 inflasi DIY tercatat 2,66% (yoy), lebih rendah dibanding pencapaian di tahun 2017 sebesar 4,20% (yoy). Pencapaian tersebut juga berada pada batas bawah sasaran inflasi yang ditetapkan sebesar 3,5%±1%. Rendahnya inflasi di tahun 2018 disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, dan gas kelompok serta transportasi. Pada tahun 2017, tekanan tarif tenaga listrik menjadi salah satu penyebab tingginya inflasi administered price. Hal ini disebabkan oleh penyesuaian skema subsidi, di mana terjadi kenaikan TTL golongan 900VA secara bertahap di bulan Januari, Maret, dan Mei 2018. Sejak kenaikan tersebut, pemerintah berkomitmen tidak ada peningkatan TTL hingga saat ini. Dari sektor transportasi, tekanan tarif Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang terjadi di awal tahun 2017 tidak lagi berlanjut di tahun 2018. Merujuk pada PP No 60 Tahun 2016, terhitung sejak Januari 2017 biaya pengurusan STNK maupun BPKB naik beriksar 100-300%. Hal ini menyebabkan tekanan inflasi administered price cenderung meningkat di awal tahun 2017. Namun demikian pada tahun 2018 dilakukan relaksasi dengan dibatalkannya biaya pengesahan STNK, yang menjadi sentimen positif dalam stabilitas inflasi.

3.4

Tracking Inflasi Triwulan I 2019

Inflasi DIY pada Triwulan I 2019 secara tahunan diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi Triwulan IV 2018. Menjelang akhir tahun, umumnya terjadi lonjakan permintaan komoditas pangan untuk kebutuhan perayaan dan lonjakan permintaan komoditas transportasi untuk menunjang libur natal dan tahun baru. Namun demikian secara siklus, tekanan dari faktor transportasi akan cenderung mereda seusai berakhirnya momen libur natal dan

45

tahun baru. Sementara itu panen raya yang diperkirakan terjadi di penghujung triwulan I 2019 diharapkan mampu menekan inflasi pangan di DIY. Tekanan harga komoditas pangan DIY diperkirakan sedikit menurun pasca panen raya di penghujung Triwulan I 2019. Sejak akhir tahun 2018 hingga pertengahan bulan Februari 2019, harga beras terpantau masih meningkat. Untuk menjaga stabilitas harga, Bulog DIY menjaga cadangan beras yang cukup untuk intervensi pasar selama setiap hari hingga panen raya32. Diperkirakan panen raya padi yang terjadi sejak bulan Maret akan memiliki dampak positif untuk menstabilkan harga di penghujung triwulan. Sementara itu permintaan daging ayam dan telur ayam diperkirakan mulai stabil pasca berakhirnya liburan akhir tahun. Dari sisi produksi, pemerintah telah berusaha untuk menjaga harga bahan baku untuk produksi kedua komoditas tersebut tetap stabil rendah33.

Grafik 3.10 Perkembangan Harga Beras Medium

Grafik 3.11 Perkembangan Harga Beras Premium

Grafik 3.12 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras

Grafik 3.13 Perkembangan Harga Telur Ayam Ras

Grafik 3.14 Perkembangan Harga Bawang Merah

Grafik 3.15 Perkembangan Harga Bawang Putih

32

Bulog Divre DIY hingga pertengahan Februari 2019 masih memiliki cadangan beras sebesar 10ribu ton. Rata-rata kebutuhan KPSH mencapai 200ton per bulan. Jumlah cadangan beras masih cukup apabila intervensi melalui KPSH ditingkatkan kuantitasnya hingga panen raya.

33

Kuota impor jagung sebanyak 70.000 ton telah habis dipesan untuk periode Januari hingga Februari di 2019. Kuota impor tersebu untuk melengkapi stok jagung di Perum Bulog pada akhir 2018 sebesar 53.000 ton. Hal ini dilakukan guna menekan harga jagung yang saat ini berkisar Rp6.000/kg untuk kembali ke harga normalnya di level Rp3.500-Rp4.000/kg.

46

BAB 3

Grafik 3.16 Perkembangan Harga Cabai Merah

PERKEMBANGAN inflasi daerah

Grafik 3.17 Perkembangan Harga Cabai Rawit *s.d Februari Minggu ke-3 Sumber: SPH Bank Indonesia

Memasuki puncak musim penghujan, lahan pertanian di DIY terpantau masih dalam kondisi yang sangat baik34. Berdasarkan data BMKG, musim penghujan di DIY mundur 2 dasarian (20 hari) dari rata-rata normalnya. Namun demikian musim kemarau yang lebih panjang tidak menimbulkan kekeringan yang berdampak signifikan pada pertanian DIY. Memasuki musim penghujan di bulan November 2018, tanaman bahan makanan mulai memasuki masa tanam sesuai dengan polanya. Hingga puncak musim penghujan di bulan Januari 2019, kerusakan lahan akibat banjir pada tanaman padi juga sangat kecil. Ketahanan lahan pertanian DIY pada musim tanam kali ini didukung oleh iklim yang relatif stabil dan upaya perbaikan irigasi yang intensif dilakukan pemda dalam setahun terakhir. Pasca berakhirnya libur natal dan tahun baru, tekanan tarif transportasi angkutan udara memiliki kecenderungan menurun. Pada bulan Januari 2019 tarif Angkutan Udara di DIY masih cenderung tinggi seiring dengan permintaan arus balik liburan. Secara nasional, tiket angkutan udara masih cenderung tinggi karena industri penerbangan masih tertekan dari biaya produksi. Namun seiring dengan musim liburan yang telah usai, tarif angkutan udara untuk penumpang secara serempak mulai turun di bulan Februari 201935. Sementara itu pada kelas Low Cost Carrier (LCC), kenaikan biaya operasional dikonversi dalam bentuk variabel tarif bagasi. Biaya bagasi tersebut tidak secara langsung meningkatkan tarif tiket. Faktor yang menjadi tantangan kedepan masih dari fluktuasi harga minyak dunia. OPEC+ Rusia sepakat untuk mengurangi produksi minyak per Desember 2018 untuk menahan harga minyak global untuk turun lebih dalam. Negara OPEC berharap kenaikan harga minyak untuk meningkatkan pendapatan dan mendorong ekonominya. Di sisi lain Amerika Serikat masih akan terus meningkatkan produksi hingga beberapa tahun kedepan. Masih terkait dengan faktor energi, pemerintah masih berkomitmen untuk menahan kenaikan TTL hingga triwulan I 2019. Pada tahun 2018 subsidi energi sebesar Rp153,5T membengkak 62,4% di atas pagu. Hal tersebut disebabkan harga minyak dunia (ICP) dengan ratarata USD 67,5/brl lebih tinggi dibanding asumsi APBD sebesar USD 48/brl. Di sisi lain, peningkatan minyak dunia turut mengerek pendapatan minyak, sehingga dapat mengkompensasi peningkatan subsidi energi.

34

Pada musim tanam 2017/2018 (Oktober 2017 s.d Januari 2018) di DIY terjadi badai cempaka, yang mengakibatkan 5.987 ha lahan pertanian terkena banjir dan 849ha diantaranya puso (Kementerian Pertanian) . Namun demikian di musim tanam 2018/2019 (Oktober 2018 s.d Januari 2019) dampak dari iklim relatif minimal dengan dampak kekeringan terjadi pada 42 ha lahan dan dampak dari banjir terjadi dapa 3 ha lahan.

35

Di awal tahun 2019, maskapai angkutan udara melalui Indonesia National Air Carrier Association (INACA) secara serempak menahan tarif angkutan udara mendekati batas atas. Hal ini dipengaruhi oleh biaya operasional yang dianggap mahal, utamanya oleh faktor bahan bakar avtur. Pemerintah telah meminta penurunan tarif tiket, yang akan dikompensasi dengan mediasi serta menyiapkan beberapa opsi relaksasi kebijakan untuk menurunkan biaya bahan baku.

47

Inflasi tahunan DIY pada 2019 diperkirakan berada dalam rentang bawah dari sasaran inflasi 3,5 ± 1%. Untuk memastikan realisasi inflasi 2019 tetap berada dalam sasaran, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah DIY akan terus berkoordinasi dalam menjaga ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi ke masyarakat yang efektif melalui sinergi antar institusi dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Daerah Istimewa Yogyakarta.

48

BAB 3

PERKEMBANGAN inflasi daerah

Boks Rapat Koordinasi TPID DIY 2018: Mendorong Kerjasama Antar Daerah dan Efektivitas Tata Niaga Dalam Stabilisasi Inflasi Pangan di DIY

Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) merupakan agenda tahunan TPID, sebagai salah satu mekanisme dan media bagi TPID tingkat provinsi dan seluruh TPID kabupaten/kota untuk saling berkoordinasi. Dalam forum ini dibahas rencana program kerja tahun berjalan, finalisasi program kerja yang mengacu pada hasil rakor pusat daerah, maupun penyelesaian isu-isu terkait permasalahan inflasi di suatu provinsi. Rakorda TPID DIY tahun 2018 diselenggarakan pada 23 Oktober 2018, di Hotel Inna Garuda. Pelaksanaan Rakorda tersebut merupakan tindak lanjut dari arahan Rakap Koordinasi Nasional (Rakornas) Tim Pengendalian Inflasi (TPI) yang dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia di Jakarta pada tanggal 26 Juli 2018, serta Rapat Koordiansi TPID Wilayah Jawa yang dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 25-26 April 2018. Hasil Rakorwil se-Jawa yang sejalan dengan Rakornas TPI mengamanatkan beberapa hal, antara lain; 1) memperkuat cadangan pangan daerah, 2) pengembangan sistem informasi neraca pangan, 3) penguatan infrastruktur pangan, 4) penguatan kelembagaan pangan, dan 5) mendorong upaya pembentukan BUMDES yang bergerak di bidang pangan. Sejalan dengan permasalahan yang berkembang akhir-akhir ini, Rakorda TPID DIY 2018 kali ini mengangkat tema “Mendorong Kerjasama Antar Daerah dan Efektivitas Tata Niaga Dalam Stabilisasi Inflasi Pangan di DIY”. Mengawali acara tersebut, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY selaku perwakilan dari TPID DIY akan melaporkan perkembangan kinerja Tim, permasalahan yang dihadapi, serta langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan. Kemudian dari pemangku kebijakan moneter, Kepala Perwakilan BI DIY Budi Hanoto akan

49

menyampaikan perkembangan inflasi terkini dan pentingnya peningkatan efektivitas distribusi pangan dalam pengendalian inflasi. Pada kesempatan ini, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, selaku Ketua Tim Pengarah TPID DIY, yang diwakili oleh Wakil Gubernur DIY, Sri Paduka Paku Alam, berkenan menyampaikan arahannya. Di samping agenda internal, rapat juga akan menghadirkan narasumber eksternal untuk memberikan inspirasi dan ide-ide segar bagi seluruh anggota TPID DIY dalam menyusun program-program pengendalian inflasi ke depan. Narasumber yang turut berpartisipasi pada acara terebut yaitu Dr. Ardito Bhinadi (Peneliti UPN “Veteran” Yogyakarta) dan Wilda Romadhona (Regopantes.com). Kondisi inflasi pangan DIY yang cenderung meningkat pada tahun 2018 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi pertimbangan penting dari pelaksanaan Rakorda pada kesempatan ini. Hingga Agustus 2018 inflasi pangan DIY tercatat 5,83% (yoy). Dari 111 komoditas pangan di DIY, terdapat beberapa komoditas utama yang memiliki bobot dominan antara lain Beras, Daging Ayam, Telur Ayam, dan Cabai Merah. Ke empat komoditas tersebut menjadi penyumbang utama inflasi pangan dengan bobot keseluruhan sebesar 29%. Relatif tingginya inflasi pangan tersebut salah satunya disebabkan oleh kurang optimalnya tata niaga pangan. Beberapa permasalahan tata niaga yang masih terus menjadi perhatian utama kita bersama adalah (1) Ketergantungan yang tinggi terhadap daerah lain, walaupun mengalami surplus. (2) Rantai tata niaga yang panjang dan dominasi middle man, (3) Posisi tawar petani dan pedagang eceran yang relatif masih rendah. Berbagai permasalahan tersebut mengakibatkan pasokan pangan didominasi oleh para pedagang, sehingga rentan terhadap spekulasi harga dan praktik penimbunan stok. Selain itu, kondisi tersebut berpotensi menimbulkan terjadinya perdagangan yang tidak sehat, yang pada akhirnya berdampak pada tinggi dan berfluktuatifnya harga pangan ditingkat konsumen. Dengan pelaksanaan Rakorda 2018 ini diharapkan TPID DIY mampu meningkatkan peran sertanya dalam pengendalian inflasi di DIY pada khususnya dan menyumbangkan kontribusi yang optimal dalam pengendalian inflasi nasional untuk mencapai target inflasi 3,5% +/- 1% tahun 2018 dan 2019.

50

BAB 4

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, pengembangan akses keuangan dan umkm

Stabilitas keuangan daerah di DIY berada pada tingkat yang terjaga, baik dari sektor korporasi maupun sektor rumah tangga. Dari sisi perbankan dengan peran intermediasinya masih memiliki kinerja yang baik, walaupun cenderung melambat dibanding pencapaian tahun 2017.

TINGKAT LIKUIDITAS KORPORASI

PERTUMBUHAN KREDIT

NON PERFORMING LOANS

LOAN TO DEPOSIT RATIO

RATA-RATA SUKU BUNGA KREDIT

97%

10,04%

2,75%

63,62%

10,87%

(YoY)

(YoY)

(YoY)

(YoY)

51(YoY)

Triwulan IV 2018

Triwulan IV 2018

Triwulan IV 2018

Triwulan IV 2018

Triwulan IV 2018

52

BAB 4

4.1

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, pengembangan akses keuangan dan umkm

Stabilitas Keuangan Daerah

Stabilitas keuangan daerah di DIY berada pada tingkat yang terjaga, tercermin dari sektor korporasi dan rumah tangga yang masih kuat. Pada sektor korporasi, proyek strategis nasional yang mulai digarap menimbulkan efek positif bagi iklim usaha di DIY. Hal tersebut mendorong beberapa sektor korporasi untuk melakukan ekspansi. Sementara itu dari sisi rumah tangga, daya beli masyarakat masih relatif baik walaupun cenderung melambat dibanding periode sebelumnya. Dari sisi perbankan, peningkatan suku bunga acuan masih belum berpengaruh signifikan terhadap suku bunga simpanan maupun suku bunga pinjaman.

4.1.1 Ketahanan Sektor Korporasi Secara umum korporasi DIY masih dalam kondisi yang baik, dengan kemampuan menghasilkan laba (rentabilitas) maupun likuiditas yang terjaga. Pada tahun 2018 hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan 96,0% dari responden korporasi masih memiliki rentabilitas yang cukup baik. Adapun Saldo Bersih Tertimbang (SBT)36 dari rentabilitas korporasi sebesar 37,0% menunjukkan mayoritas perusahaan masih optimis hingga akhir tahun korporasi dapat mencapai laba minimal sama dengan periode sebelumnya. Sementara dari segi kelancaran arus dana, likuiditas korporasi DIY masih dalam level yang aman. Hasil survei yang sama menunjukkan 97,0% korporasi yang mengikuti survei memiliki tingkat likuiditas yang cukup baik. Hal ini menunjukkan mayoritas korporasi masih memiliki aset likuid yang cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional usaha maupun pembayaran utang.

Grafik 4.1 Perkembangan Likuiditas Korporasi DIY

Grafik 4.2 Perkembangan Rentabilitas Korporasi DIY

Seiring pertumbuhan ekonomi DIY, kinerja korporasi di beberapa sektor turut tumbuh melesat dengan tingkat kerentanan yang terjaga. Korporasi yang bergerak dalam sektor konstruksi maupun pertambangan menjadi sektor yang tumbuh paling tinggi di tahun 2018, akibat tingginya permintaan aktivitas usaha untuk menunjang konstruksi proyek strategis nasional. Secara umum pendanaan konstruksi proyek mayoritas menggunakan dana dari pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Namun dalam pelaksanaannya pencairan dana akan dilakukan secara bertahap mengikuti perkembangan konstruksi, sehingga kontraktor juga memerlukan fasilitas pembiayaan modal kerja dari perbankan37. Pada skema ini kerentanan korporasi pada skema ini relatif terjaga, karena pembiayaan yang dilakukan memiliki jaminan dari dana pemerintah.

36

Sado Bersih Tertimbang (SBT) merupakan rasio persentase jumlah perusahaan dalam kondisi baik dikurangi dengan persentase jumlah perusahaan dalam kondisi buruk. SBT bernilai positif mengindikasikan mayoritas perusahaan dalam kondisi baik. Sementara SBT bernilai negatif mengindikasikan mayoritas perusahaan dalam kondisi buruk. SBT hanya mengindikasikan seberapa banyak perusahaan dalam kondisi baik/buruk, namun tidak menjelaskan seberapa baik/buruk kondisi perusahaan tersebut.

37

Kredit konstruksi terdorong oleh kerjasama antara BPD DIY dengan PP KSO selaku kontraktor fisik proyek Bandara NYIA. Dengan kerjasama tersebut, rekanan sub-kontraktor dari PP KSO akan mendapatkan fasilitas pinjaman dari BPD DIY sembari menunggu pencairan dana SKPDN selama 90 hari. Hingga bulan November 2018, proses konstruksi fase kedua diperkirakan menelan biaya Rp6 Triliun.

53

Walaupun secara umum korporasi tumbuh, namun beberapa korporasi dalam industri pengolahan mengalami tekanan. Sebagian korporasi dalam industri tersebut saat ini masih dalam fase konsolidasi. Dalam sudut pandang ekonomi, konsolidasi dilakukan oleh korporasi sebagai upaya penyehatan keuangan perusahaan seiring menanti kondisi ekonomi yang lebih baik lagi kedepannya. Dalam tahap ini umumnya perusahaan cenderung akan melakukan efisiensi dalam menghadapi tantangan kenaikan biaya. Hasil liaison menunjukkan korporasi diindikasi enggan melakukan pass through kenaikan biaya kepada konsumen dengan meningkatkan harga jual, yang mengakibatkan risiko penurunan margin yang diterima. Upaya konsolidasi ini dilakukan korporasi demi menjaga tingkat penjualan tetap stabil. Walaupun menimbulkan risiko kerentanan pada korporasi, hal ini turut menjadi andil positif terhadap komoditas pada kelompok inflasi inti yang tercatat tetap stabil. Interkoneksi keuangan korporasi di DIY cenderung rendah karena kebutuhan pembiayaan dapat dipenuhi secara internal. Hasil Regional Financial Account Balance Sheet (RFABS)38 yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan mayoritas pembiayaan korporasi non finansial masih didominasi oleh sektor rumah tangga. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari SKDU, di mana hasil survei menunjukkan kebutuhan pembiayaan korporasi didominasi oleh dana internal maupun pembiayaan perusahaan induk (65,91%), sementara porsi pendanaan dari bank masih rendah (20,91%). Rendahnya peran perbankan dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan salah satunya disebabkan oleh struktur korporasi di DIY yang di dominasi oleh UMKM. Tingkat inklusi keuangan UMKM yang masih terbatas menyebabkan akses UMKM terhadap pendanaan dari lembaga keuangan masih belum optimal39. Sisi positifnya, hal tersebut masih membuka ruang untuk perbankan untuk melakukan penetrasi lebih ke korporasi. Walaupun memiliki porsi yang rendah, namun peran intermediasi perbankan pada sektor korporasi terus meningkat. Keterbatasan dana internal menjadi salah satu faktor pendorong korporasi untuk memanfaatkan pembiayaan dari perbankan. Segmen korporasi sendiri menjadi ceruk yang potensial bagi perbankan di DIY dengan tingkat intermediasi yang tinggi, dengan Rasio Loan to Deposit (LDR) pada level 116,5%. Hal ini menunjukkan perbankan DIY lebih banyak menyalurkan kredit ke korporasi dibanding pengumpulan dana dari korporasi. Secara sektor ekonomi, penyaluran kredit pada sektor konstruksi menjadi favorit perbankan di tahun 2018.

Grafik 4.3 Perkembangan Kredit dan DPK Korporasi

Grafik 4.4 Andil Pertumbuhan Kredit Korporasi

Dari sudut pandang perbankan, kualitas kredit kepada debitur korporasi cenderung memburuk di tahun 2018 walaupun masih dalam kategori aman. Rasio kredit macet (NPL gross) korporasi di tahun 2018 tercatat sebesar 2,75%. Secara rasio, NPL kredit korporasi masih dalam tingkat yang baik karena di bawah batas threshold 5%. Sejak awal tahun, kualitas kredit korporasi cenderung memburuk akibat dari beberapa debitur mengalami kredit macet karena pelemahan 38

RFABS merupakan metode penggabungan neraca dari 7 sektor (Korporasi, Rumah Tangga, Perbankan, IKNB, Pemda, Rest of Indonesia, dan Rest of World). Arus keuangan dari ke 7 sektor dapat menjadi potret neraca DIY secara komprehensif dan mengukur interkoneksi antar sektor. Analisis RFABS DIY telah dipublikasikan dalam KEKR DIY November 2018.

39

Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) pada 2013 menyatakan, tingkat literasi UMKM hanya 15,7% dan tingkat inklusi keuangan baru 53,3%. Angka tersebut lebih rendah dari rata-rata literasi nasional sebesar 21,8% dan rata-rata inklusi nasional 59,7%.

54

BAB 4

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, pengembangan akses keuangan dan umkm

usaha. Untuk memperbaiki kualitas kreditnya, perbankan mulai menyesuaikan portofolio kreditnya dan semakin selektif dalam penyaluran kredit korporasi. Beberapa bank melakukan penyesuaian struktur analis kredit pada sektor tertentu untuk memastikan penyaluran kredit sesuai dengan risiko. Tabel 4.1 Perkembangan Kredit Korporasi

Sumber: Bank Indonesia

4.1.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Pada tahun 2018 sektor rumah tangga masih berperan besar dalam perekonomian DIY. Walaupun pertumbuhan konsumsi rumah tangga cenderung melambat sepanjang 2018, namun secara porsi sektor rumah tangga masih berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi DIY. Pada periode tersebut komponen konsumsi rumah tangga memiliki andil sebesar 58,7% terhadap pertumbuhan ekonomi DIY.

Grafik 4.5 Distribusi Pengeluaran Rumah Tangga

Melihat pola konsumsi dari rumah tangga DIY, kerentanan pada sektor rumah tangga masih cukup rendah. Hasil dari Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan mayoritas pengeluaran masyarakat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi (61,2%). Sementara itu porsi pembayaran pinjaman cenderung masih rendah dengan porsi sebesar 17,4% dari total pengeluaran rumah tangga. Dengan porsi tersebut dapat disimpulkan bahwa kerentanan pola pengeluaran rumah tangga masih dalam kategori aman40. 40

Kajian Household Vulnerability in the Euro Area (Bańkowska, K. 2017) yang dipublikasikan dalam Bank for International Settlements, disebutkan indikator utang yang masuk dalam kategori wajar salah satunya adalah rasio pembayaran utang terhadap pendapatan kotor ≤30%. Dalam hal ini pendapatan kotor menggunakan proksi pengeluaran, sehingga porsi pembayaran pinjaman/total pengeluaran sebesar 20,13% masih dianggap dalam kategori aman.

55

Tabel 4.2 Perkembangan Kredit Konsumsi Rumah Tangga

Sumber: Bank Indonesia

Di tengah perlambatan konsumsi rumah tangga, penetrasi perbankan dalam penyaluran kredit konsumsi kepada kelompok rumah tangga di tahun 2018 terus meningkat. Pertumbuhan kredit rumah tangga pada periode laporan mencapai 24,09% (yoy), menjadi yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir. Pertumbuhan kredit didorong oleh pertumbuhan kredit multiguna, di mana hal tersebut menjadi potensi peningkatan konsumsi rumah tangga dalam beberapa periode ke depan. Sementara itu rasio kredit macet masih relatif rendah (NPL Gross: 1,01%), jauh berada dibawah rata-rata kredit macet bank umum di DIY. Dari sisi pembiayaan properti, peralihan fokus dari rumah tapak ke apartemen masih terjadi di DIY. Relaksasi LTV yang diberikan mulai mengangkat pertumbuhan KPR di penghujung tahun 2018. Namun demikian penjualan properti rumah mulai menunjukkan pertumbuhan, namun masih belum mencapai level yang diharapkan. Untuk mendorong penjualan rumah tapak, perbankan telah melakukan beberapa langkah yaitu (i) menurunkan besaran down payment; (ii) memperpanjang tenor hingga 30 tahun; (iii) menahan kenaikan suku bunga pada KPR baru, dan (iv) mendorong developer kecil untuk mengajukan KPR inden. Namun demikian terdapat indikasi pengembang mulai mengalihkan fokus penjualan pada pasar apartemen karena permintaan yang tinggi. Hingga penghujung tahun 2018 terdapat 4 apartemen baru yang masih dalam proses konstruksi dan diperkirakan masih ada tambahan 2 apartemen lagi yang akan dibangun di tahun 2019.

Grafik 4.6 Perkembangan DPK Rumah Tangga (yoy)

Grafik 4.7 Perkembangan LDR, Kredit, dan DPK Rumah Tangga

Indikasi kebutuhan dana oleh golongan rumah tangga terindikasi dari melambatnya pertumbuhan DPK. Posisi kelompok rumah tangga sangat dominan terhadap penghimpunan dana perbankan DIY. Porsi simpanan rumah tangga mencapai 79,87% dari total DPK perbankan dan terus meningkat setiap tahunnya. Pada periode pelaporan, simpanan rumah tangga di perbankan dalam bentuk tabungan (9,42%; yoy) maupun simpanan deposito (7,03%; yoy) masih tumbuh single digit. Dari sisi deposan, pertumbuhan simpanan di perbankan DIY masih didominasi oleh nominal <100 juta dan 100 s.d. 500 juta. Sementara penghimpunan dana dari deposan besar masih rendah.

56

BAB 4

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, pengembangan akses keuangan dan umkm

4.1.3 Perkembangan Bank Umum di DIY

Grafik 4.8 Perkembangan LDR

Grafik 4.9 Perkembangan Kredit dan DPK (yoy) Perbankan

Kuatnya sektor korporasi dan sektor rumah tangga turut ditopang oleh stabilitas perbankan. Sebagai sektor yang memegang peran intermediasi, kinerja perbankan dianggap vital bagi perekonomian DIY maupun nasional. Secara tahunan kinerja perbankan baik dari sisi pertumbuhan kredit maupun DPK sedikit melambat dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian ketahanan perbankan dinilai masih cukup baik, dengan risiko likuiditas maupun risiko kredit yang terjaga. Intermediasi perbankan DIY terus meningkat, seiring dengan dari tingginya penyaluran kredit. Hal tersebut tercermin dari indikator LDR yang mengalami peningkatan menjadi 63,62%, menjadi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Walaupun LDR perbankan DIY meningkat, namun tingkat intermediasi tersebut masih masuk dalam kategori rendah. Dalam satu sisi, hal tersebut menjadi negatif karena ketidak efisienan perbankan dalam penyaluran kredit. Namun disisi lain perbankan mempunyai ruang yang cukup lebar untuk menjaga likuiditasnya, seiring dengan sumber pendanaan yang didominasi oleh dana likuid. Secara neraca, porsi LDR yang masih rendah memungkinkan perbankan di DIY untuk menyalurkan kredit lebih tinggi lagi41. Tabel 4.3 Perkembangan Kredit Perbankan

Sumber: Bank Indonesia

41

Idealnya LDR perbankan pada kisaran 78-92%. Apabila rasio LDR di bawah range tersebut mengindikasikan apabila penyaluran kredit belum maksimal. Sebaliknya apabila rasio LDR di atas range tersebut menunjukkan perbankan cenderung telah menyalurkan kredit terlalu tinggi.

57

Hingga penghujung 2018 pertumbuhan kredit perbankan DIY sejalan dengan targetnya, dengan pertumbuhan mencapai 10,04% (yoy). Walaupun sejalan dengan target yang ditetapkan, namun realisasi penyaluran kredit berada di bawah pencapaian di tahun 2017. Penurunan kinerja sepanjang tahun 2018 utamanya disebabkan oleh pelemahan kualitas kredit. Perbankan mulai selektif dalam penyaluran kreditnya seiring upaya restrukturisasi yang berjalan sejak awal tahun. Hal tersebut mulai berdampak positif di mana di penghujung tahun perbankan DIY mampu menjaga tingkat kredit perbankan menyentuh level yang masih aman sebesar 2,61%. Kredit perbankan DIY berpotensi untuk tumbuh, seiring dengan porsi kredit yang sudah disepakati namun belum tersalurkan (undisbursed loan) terus turun. Pada tahun 2018 porsi undisbursed loan mencapai 11,2% dari total kredit, cenderung lebih rendah dibanding tren 3 tahun terakhir. Seiring dengan perbaikan kualitas kredit, komitmen kredit yang tidak bisa ditarik memang masih mendominasi dari undisbursed loan. Namun disisi lain komitmen kredit yang tidak bisa dibatalkan (committed) terus menurun, yang mengindikasikan debitur melakukan realisasi peningkatan pinjamannya,

Grafik 4.10 Perkembangan Undisbursed Loan

Grafik 4.11 Kontribusi Pertumbuhan Kredit (yoy) Per Sektor

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit produktif untuk modal kerja menjadi penopang pertumbuhan kredit perbankan DIY. Kredit modal kerja tumbuh sejalan dengan kebutuhan dana dari kontraktor maupun sub kontraktor dalam pelaksanaan konstruksi proyek strategis seperti pembangunan Bandara NYIA, revitalisasi Malioboro, hingga penyelesaian Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Kondisi ekonomi DIY yang sedang tumbuh diperkirakan akan mendorong ekspansi industri kedepan, sehingga daya tarik kredit modal kerja dimungkinkan masih menjadi primadona di tahun 2019. Dari sektor lapangan usaha, pertumbuhan penyaluran kredit ditopang oleh sektor utama. Secara porsi, penyaluran kredit pada sektor perdagangan dan bukan lapangan usaha masih menjadi sektor utama bagi perbankan DIY. Penyaluran kredit pada sektor perdagangan masih tumbuh dengan baik, utamanya pada sub sektor perdagangan eceran yang menjual berbagai macam barang. Pelaku usaha pada sub sektor tersebut cenderung optimis terhadap ekonomi DIY, sehingga permintaan akan kredit untuk keperluan ekspansi menjadi meningkat. Sementara itu penyaluran kredit kepada bukan lapangan usaha didominasi untuk keperluan multiguna. Dari sisi penghimpunan dana, bank umum di DIY relatif efisien dengan dominasi sumber dana murah dari tabungan dan giro. DPK perbankan masih didominasi oleh jenis tabungan dengan proporsi mencapai 59,33% dari keseluruhan DPK. Dalam satu sisi, perbankan diuntungkan dengan biaya dana yang relatif murah. Keleluasaan perbankan DIY dalam pengumpulan dana murah menjadikan sentimen positif untuk mendorong profitabilitas perbankan. Namun demikian bank umum memiliki kerentanan dari sisi likuiditas akibat ketergantungan yang cukup besar pada dana jangka pendek. Perkembangan deposito mulai menunjukkan perkembangan positif, semenjak penyesuaian suku bunga acuan telah ditransmisikan ke suku bunga simpanan. Dari struktur simpanannya, pertumbuhan deposito hanya didorong kelompok jangka waktu pendek denga tenor ≤3 bulan.

58

BAB 4

Grafik 4.12 Perkembangan DPK Perbankan

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, pengembangan akses keuangan dan umkm

Grafik 4.13 Andil Pertumbuhan Deposito

Sementara itu pertumbuhan deposito dengan tenor lebih panjang cenderung menurun dikarenakan persaingan dengan instrumen lain42. Dari sisi investasi, kecenderungan suku bunga acuan yang meningkat menyebabkan investor memilih tenor yang lebih pendek agar dapat menyesuaikan imbal hasil yang didapat. Sementara dari sisi penyimpan dana hal ini menjadi indikasi apabila kebutuhan dana di masyarakat masih tinggi, sehingga masyarakat cenderung enggan untuk menyimpan dalam jangka waktu panjang.

Grafik 4.14 Perkembangan Suku Bunga Perbankan

Grafik 4.15 Perkembangan Suku Bunga Simpanan

Peningkatan suku bunga acuan sebesar 175bps selama tahun 2018 mulai direspons perbankan dengan mengubah suku bunga deposito, sementara maupun suku bunga pinjaman masih cenderung stabil. Pada tahun 2018 rata-rata suku bunga simpanan berada pada level 2,63% per tahun. Secara struktur, suku bunga deposito terus menunjukkan peningkatan. Namun perbankan mengkompensasi peningkatan biaya dana dengan menurunkan imbal hasil dari tabungan dan giro, di mana likuiditas dari kedua jenis simpanan tersebut lebih tidak sensitif terhadap perubahan bunga. Hal ini menjadi sinyal yang positif bagi perbankan di DIY, di mana dengan penyesuaian biaya dana tersebut masih dapat menjaga rata-rata suku bunga simpanan pada level yang rendah. Tingkat suku bunga pendanaan di DIY masih menjadi yang terendah di Jawa. Biaya dana yang rendah berdampak positif dalam menekan suku bunga pinjaman di DIY menjadi rekor terendah. Rata-rata suku bunga kredit terus melanjutkan tren penurunan mencapai level 10,87% per tahun atau terendah dalam 8 tahun terakhir. Secara bisnis, hal ini dibayar oleh perbankan dengan spread profitabilitas yang menurun. Namun bagi ekonomi secara menyeluruh, hal ini sangat positif untuk mendorong efisiensi ekonomi maupun menjaga stabilitas harga.

42

Pemerintah menerbitkan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) yang memiliki imbal hasil yang bersaing dengan produk deposito. Sebagai contoh Savings Bond Ritel (SBR) seri 005 yang diterbitkan di awal tahun 2019 memiliki imbal hasil 8,15% per tahun, lebih tinggi dari rata-rata imbal hasil deposito perbankan.

59

4.1.4 Perkembangan Perbankan Syariah Kinerja Perbankan Syariah DIY di tahun 2018 semakin cemerlang. Di tengah penurunan kinerja bank umum di DIY sepanjang 2018, perbankan syariah dari sisi pembiayaan dan penghimpunan DPK mampu tumbuh masing-masing sebesar 23,44% (yoy) dan 14,58% (yoy). Kinerja tersebut mampu mendorong intermediasi perbankan ke level yang ideal, dengan tingkat Financing to Deposit Rasio (FDR) mencapai 76,38%. Menimbang ruang intermediasi perbankan masih cukup lebar, perbankan syariah masih dapat kembali mendorong pertumbuhan pembiayaan.

Grafik 4.16 Perkembangan Pembiayaan, DPK, dan FDR Bank Syariah

Grafik 4.17 Pangsa Perbankan Syariah

Pertumbuhan yang gemilang dari perbankan syariah di DIY menyebabkan pangsa pasar bank syariah terus meningkat. Porsi pembiayaan bank syariah kembali mencatatkan rekor tertinggi dengan porsi mencapai 11,0% dari total kredit perbankan. Sementara penghimpunan DPK perbankan syariah turut meningkat mencapai 9,2% dari total DPK perbankan. Pesatnya perkembangan perbankan syariah tidak terlepas dari dukungan pemerintah melalui Komite Nasional Keuangan Syariah (KKNS), gencarnya edukasi keuangan syariah, dan perkembangan tren industri halal di Indonesia43. Tabel 4.4 Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah DIY

43

60

Bank Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan ekonomi pesantren dengan bekerja sama dengan berbagai pihak. Kerjasama yang dilakukan antara lain dengan Kementerian Agama, Dinas Koperasi, BAZNAS dan Perbankan Syariah. Bentuk pendampingan yang dilakukan pada beberapa pesantren seperti Muhammadiyah Boarding School, Pondok Pesantren Muallimat, dan Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta diharapkan dapat mendorong ekonomi pesantren dan perbankan syariah di DIY.

BAB 4

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, pengembangan akses keuangan dan umkm

Pembiayaan Bank Syariah masih ditopang untuk keperluan investasi dengan kualitas kredit yang baik. Pada periode 2018, pembiayaan investasi dengan skim akad mudharabah dan akad ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) cenderung diminati oleh masyarakat. Skema tersebut memungkinkan pengenaan margin tetap yang disepakati di awal, sehingga debitur merasa lebih aman di tengah tren kenaikan suku bunga acuan. Sementara itu pembiayaan modal kerja terus menunjukkan perbaikan sebesar 6,19% (yoy) pada 2018. Pembiayaan modal kerja umumnya menggunakan akad mudharabah atau musyarakah. Namun demikian, penggunaan dua akad tersebut masih relatif kecil mengingat risiko yang relatif tinggi yang harus dihadapi oleh perbankan syariah. Penghimpunan dana perbankan syariah di DIY didominasi oleh dana murah berjenis tabungan. Penetrasi yang dilakukan oleh perbankan syariah kepada sekolah berbasis agama maupun pondok pesantren menyebabkan dana tabungan perbankan terus mengalami peningkatan. Sementara itu terpilihnya BPD DIY melalui unit usaha syariah sebagai bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji menjadi daya dorong DPK perbankan syariah. Dominasi DPK yang bersumber dari produk tabungan menjadi keunggulan perbankan syariah di DIY, karena dapat menekan biaya dana. Sementara itu perkembangan deposito Bank Syariah masih tertekan. Secara umum produk deposito perbankan syariah masih didominasi dengan oleh deposito mudharabah, di mana pemilik dana menyerahkan sejumlah uang kepada bank selaku pengelola dana untuk memperoleh laba yang dibagi sesuai nisbah kesepakatan. Dengan skema tersebut perbankan syariah mengalami permasalahan yang sama dengan perbankan konvensional, di mana imbal hasil yang kurang kompetitif dibandingkan dengan instrumen keuangan lainnya.

Grafik 4.18 Perkembangan DPK Bank Syariah

Grafik 4.19 Imbal Hasil Pembiayaan dan DPK Bank Syariah

Sejalan dengan perbankan umum, kenaikan suku bunga acuan masih belum bertransmisi penuh ke perbankan syariah. Baik dari sisi pengumpulan dana, imbal hasil dari produk deposito mudharabah yang ditawarkan oleh bank syariah mulai mengalami peningkatan. Imbal hasil bank syariah cenderung lebih tinggi dibanding perbankan secara umum, yang disebabkan oleh persaingan pengumpulan dana. Selain itu komposisi dana bank umum cenderung didominasi oleh dana murah dari giro dan tabungan, sementara pada perbankan syariah porsi deposito masih cukup tinggi. Sementara itu rata-rata imbal hasil pembiayaan cenderung lebih tinggi dibanding rata-rata suku bunga kredit. Kualitas pembiayaan yang masih cenderung baik disertai dengan penyaluran pembiayaan yang masih tumbuh tinggi menjadi faktor imbal hasil pembiayaan cenderung di atas rata-rata bunga kredit bank umum.

4.1.5 Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM UMKM masih memiliki peranan yang besar dalam menopang perekonomian DIY. Dari sisi perbankan, penyaluran kredit UMKM oleh perbankan DIY mencapai Rp15,35T atau setara dengan 41,58% dari penyaluran kredit perbankan di DIY disalurkan kepada UMKM. Secara tahunan, penetrasi perbankan kepada UMKM cenderung meningkat dibandingkan dengan tahun 2017. Hal ini turut dipengaruhi oleh penyaluran KUR yang terus tumbuh, mencapai Rp2,63T di tahun 2018. Namun demikian penyaluran kredit UMKM masih belum optimal, seiring dengan kredit macet yang masih tinggi.

61

Tabel 4.5 Penyaluran Kredit UMKM

Sesuai dengan tujuan Bank Indonesia untuk mencapai kestabilan nilai rupiah, tujuan utama dari program pengembangan UMKM yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah dalam rangka pengendalian inflasi. Namun demikian, untuk mendorong pengembangan potensi ekonomi unggulan di daerah, Bank Indonesia juga melakukan berbagai kegiatan lain yang sejalan dengan tugas Bank Indonesia. Aktivitas nyata yang hingga saat ini dilakukan oleh Bank Indonesia diantaranya pengembangan UMKM dengan model klaster, pemberdayaan ekonomi pesantren, pengembangan Local Economic Development, peningkatan akses pemasaran dan peningkatan akses keuangan. Seperti halnya bisnis pada skala yang lebih besar, UMKM yang telah mampu menghasilkan produk secara kontinu dan memiliki pasar tertentu memerlukan dukungan pembiayaan agar berkembang. Di sini peran lembaga keuangan sangat diperlukan. Namun demikian, adanya assymetric information antara pelaku UMKM dan lembaga keuangan seringkali menghambat terjadinya transaksi diantara keduanya. Pelaku UMKM merasa bahwa persyaratan yang ditetapkan lembaga keuangan sulit dipenuhi, sebaliknya lembaga keuangan merasa bahwa risiko yang harus dihadapi untuk memberikan pembiayaan kepada UMKM relatif tinggi sehingga perlu ditetapkan syarat-syarat tertentu. Menjembatani gap tersebut, Bank Indonesia bekerja sama dengan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB). Di samping itu untuk menjawab keluhan lembaga keuangan akan minimnya pencatatan transaksi keuangan oleh UMKM, Bank Indonesia telah mengembangkan aplikasi pencatatan transaksi keuangan sederhana berbasis android yang bisa digunakan secara bebas oleh pelaku UMKM. Agar aplikasi tersebut dapat dipahami dengan baik dan cepat oleh para pelaku UMKM, Bank Indonesia telah beberapa kali menyelenggarakan Training of Trainers (ToT) berbasis komunitas/asosiasi pengusaha lokal di DIY, dan hingga saat ini para trainers telah melatih ratusan pelaku UMKM. Untuk menyamakan persepsi antara pelaku UMKM dan lembaga keuangan baik bank maupun non bank, Bank Indonesia akan melakukan Training of Trainers (ToT) aplikasi ini kepada kalangan perbankan dalam hal ini Account Officer.

62

BAB 4

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, pengembangan akses keuangan dan umkm

BOKS Grebeg UMKM DIY Tahun 2018 “Naik Kelas”: Jogja Sambut Bandara Baru, Menembus Pasar Dunia Tanpa Batas

Mengulang keberhasilan di tahun 2017, Bank Indonesia DIY kembali menyelenggarakan pesta UMKM bertajuk Grebeg UMKM DIY 2018. Penyelenggaraan Grebeg UMKM DIY 2018 ini mengusung agenda besar, di mana UMKM di DIY diperkirakan menghadapi perubahan besar pasca beroperasinya Bandara NYIA di tahun 2019. Dalam satu sisi UMKM akan mendapat tambahan pelanggan dari peningkatan aktivitas pariwisata. Namun disisi lain terbukanya jalur logistik baru akan menimbulkan persaingan usaha yang lebih ketat lagi. Untuk itu Bank Indonesia berusaha mendorong UMKM untuk ‘naik kelas’, agar dapat meraih momentum dari keberadaan Bandara NYIA di tahun 2019. Event kali ini di rancang sedemikian rupa sehingga Peserta bisa memperoleh manfaat yang lebih banyak lagi dibandingkan event tahun sebelumnya. Ada 3 target utama yang ingin disasar (1) UMKM Go Online, UMKM DIY harus lebih siap menjawab tantangan dan peluang dari perubahan ekonomi di era digital, (2) UMKM Go Tourism, UMKM DIY harus mampu mendukung perkembangan sektor pariwisata DIY, (3) UMKM Go Halal, UMKM DIY harus siap beradaptasi dengan tren halal lifestyle dan serta menjalankan amanat Undang-undang Jaminan Produk Halal pada tahun 2019. Untuk meningkatkan kelas dari produk UMKM DIY, Bank Indonesia DIY menghadirkan 3 Kurator Nasional. De Neve Mizan Allan, Tee Dina Midiani, dan Rima Rahima Sjoekri dari BEKRAF RI melakukan review dan masukan terhadap produk UMKM untuk meningkatkan kualitas produk di masa dapang. Produk-produk UMKM DIY yang lolos kurasi tahun 2017 ditambah UMKM DIY rekomendasi Instansi dan Asosiasi terkait, diikutsertakan dalam kurasi “naik kelas”. Dari hasil kurasi ini, terpilih 45 produk UMKM DIY lolos kurasi. Peserta kurasi selanjutnya diikutsertakan pelatihan Road to GREBEG selama 2 hari dengan topik; E-Commerce, Digital

63

Marketing, Pengolahan konten digital marketing, Halal Lifestyle dan menjadi priority partner dalam innovative project BI DIY One Startup One Sister UMKM. Sebagai puncak acara, Grebeg UMKM DIY 2018 menyelenggarakan pameran produk, seminar, dan talkshow pada 23-25 November 2018 di Mandala Bhakti Wanitatama Yogyakarta. Hari pertama dibuka dengan temaTourism Day. Prosesi pembukaan dilakukan dengan nuansa budaya khas Yogyakarta yang dilanjutkan oleh Seminar Nasional dengan judul “Peluang dan Tantangan UMKM Sambut Gerbang Wisata Baru di DIY”. Dalam seminar tersebut menghadirkan 4 narasumber utama (i) Walikota Makasar, (ii) Direktur Utama Bandara Kertajati Bandung, (ii) Praktisi Pariwisata UGM dan (iv) Kepala Perwakilan BI DIY. Hari kedua digelar Seminar dan Talkshow dengan tema E-commerce Day. Acara tersebut diisi dengan 4 narasumber (i) Kepala Departemen DPUM Bank Indonesia, (ii) Deputy Head Corporate Affair & Strategy Sea Group-Shopee Indonesia, (iii) Vice President Central Region Gojek Indonesia dan (iv) Head of Partnership MOKA POS. Pada hari terakhir dengan tema Halal Day, digelar Motivation Session dengan narasumber Komunitas Tangan di Atas dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yogyakarta. Selain Pameran UMKM DIY “naik kelas”, masyarakat bisa memanfaatkan layanan Penukaran Uang Pecahan Kecil, layanan penukaran Kartu Gerbang Pembayaran Nasional (GPN), Coaching Clinic kredit/pembiayaan, Coaching Clinic UMKM Go Online dengan start up DIY, Coaching Clinic dengan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) dan Coaching Clinic sertifikasi halal, berbagai lomba, hiburan dan pendampingan One Startup One Sister UMKM DIY. Event ini berhasil mencuri perhatian banyak pihak dan diapresiasi oleh banyak kalangan, baik dari Pelaku UMKM, Pemerintah Daerah, maupun Institusi lainnya. BI dianggap sangat serius mendorong perkembangan UMKM DIY dalam rangka menyambut Bandara Baru Yogyakarta (NYIA). GREBEG UMKM DIY kemudian memberikan inspirasi dan direplikasi oleh Pemerintah Daerah maupun Asosiasi, karena dianggap “membumi” terhadap kebutuhan UMKM. Semakin banyak pihak yang memberikan fasilitasi bagi perkembangan UMKM DIY maka semakin tinggi kelas UMKM DIY.

64

BAB 5

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Pada Triwulan IV 2018 transaksi mengalami kecenderungan net outflow yang terjadi seiring dengan peningkatan permintaan uang tunai oleh perbankan untuk memenuhi peningkatan aktivitas ekonomi pada libur Ramadhan dan hari raya Idul Fitri .

RATA-RATA TRANSAKSI SKNBI

ARUS UANG RUPIAH - NET OUTFLOW

PENJUALAN VALAS KUPVA

TRANSAKSI LKD

REALISASI BANSOS NON TUNAI

Rp27,7 M

Rp4,8 T

Rp98,0 M

Rp33,0 M

Rp509 M

(YoY) Triwulan IV 2018

(YoY) Triwulan IV 2018

(YoY) Triwulan IV 2018

(YoY) Triwulan IV 2018

/hari (YoY) Triwulan IV 2018

65

66

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

BAB 5

Perkembangan transaksi pembayaran nontunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mengalami penurunan pada Triwulan IV 2018 yang berlanjut pada awal Triwulan I 2019. Dari sisi pembayaran tunai, pada Triwulan IV 2018 transaksi mengalami kecenderungan net outflow yang terjadi karena libur Natal dan tahun baru 2019, namun pada Triwulan I 2019 kembali terjadi net inflow seiring dengan normalnya permintaan uang tunai oleh perbankan untuk memenuhi peningkatan aktivitas ekonomi selepas libur Natal dan tahun baru 2019.

5.1 Perkembangan Transaksi Nontunai

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi SKNBI

Transaksi sistem pembayaran nontunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di DIY mengalami penurunan baik dari sisi nominal maupun volume dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada Triwulan IV 2018 rata-rata nominal transaksi SKNBI mencapai mencapai Rp27,70 Miliar , cenderung menurun dibandingkan periode sebelumnya maupun Triwulan IV 2017. Dari sisi volume, rata-rata warkat per hari turut mengalami penurunan menjadi 871 lembar warkat per hari. Dari sisi kualitas, rata-rata harian transaksi SKNBI yang ditolak turut mengalami peningkatan. Rata-rata warkat tertolak sebesar Rp570 juta, dengan rata-rata jumlah lembar tertolak per hari sebesar 14 lembar. Tabel 5.1 Perkembangan Transaksi SKNBI

No 1 2 3 4 5

Uraian

2016 I

II

2017 III

IV

I

II

2018 III

IV

I

II

III

VI

Rata-rata Warkat Kliring/Hari 1.512 1.452 1.299 1.308 1.266 1.149 1.033 932 880 904 894 871 (lembar) Rata-rata Warkat Ditolak/Hari 16,81 14,93 16,61 13,77 16,60 13,67 13,00 11,00 9,33 12,00 11,00 14,00 (lembar) Rasio (2)/(1) dalam % 1,11 1,03 1,28 1,05 1,31 1,19 1,00 1,00 1,06 1,36 1,00 1,61 Rata-rata Nominal Kliring/Hari 44,30 43,35 41,39 41,75 38,31 33,10 31,40 28,54 27,09 30,00 28,90 27,70 (Rp M) Rata-rata Nominal Ditolak/Hari 0,70 0,68 0,88 3,90 1,15 0,44 0,46 0,54 0,50 0,45 0,48 0,57 (Rp M)

Growth Tw III (yoy) -6,55 27,27 61,00 -2,94 5,56

Sumber: Bank Indonesia

5.2

Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah

Secara umum pada Triwulan IV 2018, DIY mengalami net outflow44. Hal tersebut sebagai dampak peningkatan permintaan uang perbankan menjelang Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Pada Triwulan III 2018, net inflow senilai Rp896 Miliar. Nilai nominal outflow pada Triwulan IV 2018 mencapai Rp4,8 Triliun atau meningkat 17,33 % (yoy) lebih tinggi dibanding periode sebelumnya senilai Rp4,1 Triliun. Sementara itu, nominal inflow mencapai Rp 3,8 Triliun atau meningkat 2,20% (yoy), dibanding tahun sebelumnya, senilai Rp3,7 Triliun..

44

Posisi Net Outflow menunjukkan uang kartal yang keluar dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY menuju masyarakat lebih besar dibanding uang kartal yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY.

67

Sesuai tren siklikal, pada awal Triwulan I 2019 DIY akan berbalik mengalami net inflow. Selepas perayaan Natal 2018 dan libur tahun baru 2019, permintaan uang tunai oleh cenderung stabil. Hingga Februari 2019, arus dana mencatatkan net inflow senilai Rp2.018 Miliar. Secara rinci nilai outflow tercatat sebesar Rp685 Miliar dan nilai inflow mencapai Rp2,7 Triliun. Lebih besarnya inflow pada Triwulan I 2019 dibandingkan outflow, sejalan dengan rata-rata normal permintaan bank dalam penyediaan uang tunai.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.2 Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di DIY

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.3 Perkembangan Pemusnahan Uang di DIY

Untuk memenuhi kebutuhan uang tunai layak edar, Bank Indonesia sepanjang Triwulan III 2018 telah melakukan beberapa layanan. Selama Triwulan IV 2018 dan Triwulan I 2019, Bank Indonesia DIY telah melakukan layanan penukaran uang melalui kas keliling sebanyak 35 kali. Lokasi kas keliling terdiri atas pusat-pusat keramaian seperti pasar, alun-alun kota, dan kantor pemerintahan. Selain itu, Bank Indonesia DIY juga telah melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lima bank besar yang ada di DIY terkait layanan penukaran uang kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat memperoleh layanan penukaran uang secara lebih luas tidak hanya melalui Bank Indonesia, tetapi juga bank umum, meliputi BPD DIY, BRI, Mandiri, BNI, dan BCA. Bank Indonesia melakukan berbagai kebijakan untuk menjaga kualitas uang layak edar dengan kebijakan clean money policy. Penambahan layanan penukaran uang mendorong kualitas uang layak edar (ULE) yang semakin baik. Hal ini tercermin dari jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan pada Triwulan IV 2018 tercatat sebesar senilai Rp1.128 Miliar, turun 21,06% (yoy) dari Rp1.429 Miliar di Triwulan IV 2017. Dengan pencapaian tersebut, rasio pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) terhadap total inflow tercatat sebesar 30%. Sebagai antisipasi maraknya peredaran uang palsu, telah dilakukan pengawasan intensif terhadap peredaran uang yang diragukan keasliannya. Peningkatan sosialisasi dan pengecekan secara intensif menjelang akhir tahun membawa hasil peningkatan temuan uang palsu (uang yang tidak sesuai dengan ciri-ciri keaslian uang Rupiah) di wilayah kerja Kantor Perwakilan BI DIY. Pada Triwulan IV 2018, temuan uang palsu tercatat sejumlah 775 lembar, naik 5% (yoy) dibandingkan Triwulan IV 2017 yang tercatat sejumlah 740 lembar. Memasuki awal Triwulan I 2019, temuan uang palsu masih cukup tinggi berjumlah 423 lembar. Secara umum temuan uang palsu masih didominasi oleh pecahan Rp100.000 dan Rp50.000 (317 lembar pecahan Rp100.000, 101 lembar pecahan Rp50.000, 3 lembar pecahan Rp20.000, dan 2 lembar pecahan Rp10.000).

68

BAB 5

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.4 Perkembangan Temuan Uang Palsu di DIY

5.3

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.5 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Jenis Pecahan di DIY

Perkembangan Transaksi Penukaran Valuta Asing (Bukan Bank) di DIY

Transaksi penukaran Valuta Asing di DIY mengalami peningkatan di Triwulan IV 2018. Dari 17 Pedagang Valuta Asing (Bukan Bank) yang terdaftar dan melapor di DIY pada Tw IV 2018, transaksi penjualan Tw IV 2018 tercatat meningkat sebesar 2,27% (yoy) dan transaksi pembelian meningkat sebesar 4,56% (yoy). Peningkatan yang terjadi pada Tw IV 2018 tersebut lebih rendah dibandingkan peningkatan Tw III 2018 di mana transaksi penjualan tercatat meningkat sebesar 3,94% (yoy) dan transaksi pembelian meningkat sebesar 8,40% (yoy). Mulai meredanya gejolak ekonomi global menyebabkan kurs rupiah kembali menguat di akhir tahun dan menahan masyarakat untuk bertransaksi valas.

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.6 Perkembangan Transaksi Valuta Asing di DIY

Grafik 5.7 Pangsa Valuta Asing yang Ditukarkan di DIY Tw III 2018

Dilihat dari jenis valuta/mata uang yang diperdagangkan, maka transaksi valuta asing di DIY didominasi oleh mata uang USD dengan proporsi mencapai 48%. Besarnya penggunaan USD disebabkan posisi USD sebagai mata uang yang berlaku secara internasional, sehingga mendominasi mata uang asing yang digunakan wisatawan mancanegara dalam bertransaksi, termasuk di DIY. Selain itu kegiatan ekonomi antar negara seperti ekspor dan impor juga menggunakan mata uang tersebut. Mata uang selain USD yang juga mendominasi kegiatan pertukaran valuta asing, diantaranya Singapore Dollar (18%), Euro (10%), Yen (6%), Australian Dollar (3%), Ringgit (4%) serta Riyal (3%). Dominasi transaksi valuta asing untuk mata uang tersebut juga sejalan dengan banyaknya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di negara lain.

69

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.8 Transaksi Penjualan Valuta Asing di DIY Tw. IV 2018

5.4

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.9 Transaksi Pembelian Valuta Asing di DIY Tw IV 2018

Perkembangan Transaksi Layanan Keuangan Digital di DIY

Bank Indonesia terus mendorong perkembangan layanan keuangan digital (LKD) di DIY, sebagai bentuk peningkatan akses keuangan masyarakat. Pada Triwulan IV 2018, perkembangan LKD terus menunjukkan perkembangan yang positif, ditunjukkan oleh peningkatan jumlah agen penyedia LKD dan peningkatan jumlah transaksi.. Sejak diluncurkan pada tahun 2015 hingga Triwulan I 2019, jumlah agen LKD di DIY mencapai 9.696 agen, yang tersebar di 5 kabupaten/ kota (tabel 2 dan grafik 10). Secara umum jumlah agen LKD di DIY sebagian besar (34%) berada di Kabupaten Sleman.

Tabel 5.2 Jumlah Agen LKD di DIY

Kab/Kota

Jumlah Agen

Kab. Bantul

1.904

Kab. Sleman

3.334

Kab. Gunungkidul

2.025

Kab. Kulon Progo

1.277

Kota Yogyakarta

1.156

TOTAL

9.696

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.10 Agen LKD di DIY

LKD juga semakin banyak digunakan untuk bertransaksi di masyarakat. Pada Triwulan IV 2018, jumlah transaksi yang dilakukan oleh masyarakat di DIY melalui LKD mencapai Rp33 Miliar, meningkat dibandingkan Triwulan III 2018 sebelumnya yang tercatat sebesar Rp6,9 Miliar. Transaksi didominasi oleh pembayaran tagihan senilai Rp25 Miliar, diikuti oleh transaksi pengisian ulang senilai Rp5 Miliar. Kenaikan transaksi yang signifikan ini salah satunya disebabkan oleh adanya penambahan dua penerbit uang elektronik baru serta perluasan agen LKD. Dalam rangka meningkatkan penggunaan sistem pembayaran nontunai, Bank Indonesia melakukan kerjasama strategis dengan pihak eksternal dalam aksi sosialisasi Gerakan Nasional Nontunai (GNNT). Salah satu bentuk kerjasama mendorong nontunai adalah elektronifikasi penyaluran bantuan sosial. Sampai dengan Triwulan IV 2018, penyaluran bantuan sosial di wilayah DIY berupa Program Keluarga Harapan (PKH) yang disalurkan secara triwulanan dan Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) yang disalurkan secara bulanan telah mencapai Rp509 Miliar, dan telah terserap 91,59% oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yaitu senilai Rp467 Miliar.

70

BAB 5

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Tabel 5.3 Transaksi Layanan Keuangan Digital di DIY Jenis Transaksi Pengisian Ulang (top up)

Nominal (Rp) 5.120.007.464

Tarik Tunai

395.071.000

Pembayaran Tagihan

25.102.619.774

Fasilitator Registrasi

1.233.329.510

Transfer Person To Person

1.054.147.940

Transfer Person To Account TOTAL

203.111.974 33.108.287.662

Grafik 5.11 Frekuensi Transaksi LKD di DIY

Tabel 5.4 Penyaluran Bantuan Sosial di Wilayah DIY

No.

Jenis Bansos

Penyaluran

Penyerapan

KPM (orang)

%

Penyaluran

Penyerapan

Nominal (Rupiah)

%

1

PKH I 2018

232.667

227.715

97,32%

78.334.000.000

75.858.000.000

96,84%

2

PKH II 2018

189.426

185.156

74,99%

57.942.500.000

55.807.500.000

96,32%

3

PKH III 2018

187.685

182.769

74,99%

57.632.000.000

55.174.000.000

95,74%

4

PKH IV 2018

154.945

154.509

74,99%

42.597.091.729

42.597.091.729

100,00%

236.505.591.729

229.436.591.729

97,01%

TOTAL PKH 4

BPNT I 2018

11.082

10.206

92,10%

1.219.020.000

1.122.123.125

92,05%

5

BPNT II 2018

11.082

10.170

91,77%

1.219.020.000

1.118.367.700

91,74%

6

BPNT III 2018

11.082

10.131

91,42%

1.219.020.000

1.114.172.336

91,40%

7

BPNT IV 2018

230.253

204.169

88,67%

25.397.570.000

22.336.842.126

87,95%

8

BPNT V 2018

230.894

203.397

88,09%

25.398.340.000

22.248.153.050

87,60%

9

BPNT VI 2018

230.831

209.194

90,63%

25.391.410.000

22.977.840.416

90,49%

10

BPNT VII 2018

282.057

241.771

85,72%

31.026.270.000

26.537.047.896

85,53%

11

BPNT VIII 2018

282.059

241.003

85,44%

31.026.490.000

26.464.836.345

85,30%

12

BPNT IX 2018

282.060

252.889

89,66%

31.026.600.000

27.778.286.227

89,53%

13

BPNT X 2018

307.495

265.981

86,50%

33.824.450.000

29.205.114.655

86,34%

14

BPNT XI 2018

307.496

253.260

82,36%

33.824.560.000

27.750.451.530

82,04%

15

BPNT XII 2018

296.608

262.278

88,43%

32.626.880.000

28.761.844.732

88,15%

TOTAL BPNT

273.199.630.000

237.415.080.138

86,90%

JUMLAH

509.705.221.729

466.851.671.867

91,59%

71

BOKS: ELEKTRONIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN LAJU PARIWISATA DIY

D.I Yogyakarta sebagai salah satu destinasi prioritas wisata Indonesia, terus berbenah dan berinovasi untuk meningkatkan daya saing wisatanya. Tidak hanya menawarkan wisata sejarah, wisata alam, wisata belanja maupun wisata edukasi, pariwisata di DIY semakin lengkap dengan kehadiran sejumlah desa wisata. Untuk mendukung kebijakan pengembangan pariwisata, Bank Indonesia dengan peran sebagai regulator sangat memerlukan data dan informasi yang akurat dan terkini untuk menghasilkan kebijakan yang tepat dan efektif. Tidak dapat dipungkiri apabila pengumpulan informasi di daerah wisata sangat terbatas, seiring dengan pencatatan yang masih manual dan proses manajerial yang masih minim. Untuk mendorong upaya pengumpulan informasi, upaya elektronifikasi sistem pembayaran di bidang pariwisata menjadi penting. Diharapkan elektronifikasi pembayaran dapat dimanfaatkan untuk memonitor, menganalisa dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di wilayah destinasi wisata dengan lebih efektif dan efisien. Dengan elektronifikasi, akses migrasi dan mobilitas pengunjung, aktivitas transaksi keuangan dan akses penggunaan layanan publik dapat mendata dengan akurat. Data-data transaksi wisatawan secara elektronis dapat membantu pelaku usaha memetakan data-data lain seperti asal wisatawan, tujuan, profil masing-masing segmen wisatawan, dan kegiatan apa yang dilakukan oleh masing-masing segmen wisatawan di destinasi wisata yang dikunjungi. Data terinci ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengambil kebijakan yang tepat dan efektif yang dapat meningkatkan pemasukan dari pariwisata inbound. Sejumlah area yang menjadi fokus pengembangan area elektronifikasi adalah restoran dan hiburan, hotel dan akomodasi, souvenir shop, transportasi, paket wisata, retribusi daerah wisata dan KUPVA. Langkah nyata peningkatan layanan dalam bentuk elektronifikasi di wilayah DIY sepanjang 2018 antara lain: Penetapan Kampung Flory sebagai area less-cash society, untuk meningkatkan literasi keuangan digital dan peningkatan akses sistem pembayaran bagi masyarakat. Untuk mendukung implementasi Gerakan Nasional Nontunai (GNNT) dan elektronifikasi, BI DIY menggandeng 4 (empat) bank, yaitu PT. BRI (Persero) Tbk Cabang Yogyakarta, BPD DIY, PT BNI (Persero) Tbk Cabang Yogyakarta dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Yogyakarta. Alat pembayaran nontunai yang disediakan berupa mesin EDC dan QR Code Payment untuk transaksi di semua area di Kampung Flory.

72

BAB 5

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Untuk melengkapi program FinTech Village dan dalam rangka meningkatkan akses pemasaran wisata Kampung Flory, BI DIY melakukan pendampingan secara kontinu yaitu pelatihan e-commerce, digital marketing, dan pencatatan keuangan berbasis web. Kemudahan mengakses koneksi wi-fi yang mendukung traveller journey memperkuat atraksi Kampung Flory dan menarik minat wisatawan di era digital yang menggemari pengalaman baru, unik, otentik dan personal, serta gemar berbagi pengalaman secara daring. Karakteristik konten lokal yang kental berpadu dengan sentuhan kemajuan teknologi di Kampung Flory diharapkan dapat menjangkau pasar potensial termasuk generasi milenial dan wisatawan mancanegara yang haus akan pengalaman baru, termasuk interaksi dengan penduduk serta mempelajari tradisi dan budaya lokal. Pengembangan elektronifikasi juga dilaksanakan di kawasan wisata candi yaitu Candi Prambanan. Berkoordinasi dengan pengelola Candi Prambanan yaitu PT Taman Wisata Candi (TWC) dan dukungan dari perbankan yaitu PT BRI (Persero) Tbk Cabang Yogyakarta dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Yogyakarta, serta penyedia jasa pembayaran PT Digital Artha Media (DAM), saat ini Candi Prambanan telah mengimplementasikan E-ticketing berbasis aplikasi dan E-parking. Pada 2019, BI DIY mendukung PT TWC untuk memperluas elektronifikasi di kawasan Candi Prambanan, bekerjasama dengan sejumlah penyedia layanan jasa sistem pembayaran selain bank. Menutup tahun 2018, pada 31 Desember 2018 Bank Indonesia DIY bekerjasama dengan Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura Support dan didukung oleh PT. BRI (Persero) Tbk Cabang Yogyakarta dan PT BNI (Persero) Tbk Cabang Yogyakarta telah meresmikan E-Parking untuk bandara Adi Sucipto. E-Parking ini juga akan direplikasi di bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) pada tahun 2019. Selain E-Parking, 108 merchant yang akan beroperasi di bandara NYIA juga dilengkapi dengan fasilitas transaksi nontunai, berupa EDC, QR Code maupun mobile application, untuk peningkatan pelayanan kepada pengunjung terutama wisatawan mancanegara. Di jantung kota Yogyakarta, yaitu di kawasan Malioboro dan sekitarnya, saat ini juga telah dikembangkan wisata sepeda “bike sharing” berbasis aplikasi android dan IOS bernama InaBike. Dengan menggabungkan nilai budaya sepeda dengan sentuhan teknologi, aktivitas bike sharing menjadi atraksi baru yang memberikan pengalaman unik dalam menjelajahi kota sekaligus menyediakan kemudahan bagi wisatawan untuk mengakses berbagai spot wisata, serta memiliki daya tarik untuk melakukan swafoto. Saat ini fasilitas bike sharing dapat diakses di empat halte di kawasan Malioboro, Kepatihan dan Benteng Vrederburg. Pada 2019, akan dilakukan ekspansi daerah layanan dan pengembangan layanan pembayaran berbasis prepaid yang direncanakan dalam bentuk QR Code. Penerapan implementasi elektronifikasi secara menyeluruh ini untuk mempersiapkan DIY naik kelas, sebagai destinasi wisatawan mancanegara bertaraf internasional.

73

74

BAB 6

KESEJAHTERAAN

Kinerja perekonomian DIY yang baik mendorong perbaikan kondisi kemiskinan dan ketimpangan wilayah di DIY, walaupun dalam level yang terbatas.

PENDUDUK MISKIN

INDEKS KEMISKINAN (P1)

INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)

GINI RATIO

11,81%

450,25

1.650

0,349

0,422

September 2018

September 2018

September 2018

September 2018

September 2018

PERSENTASE PENDUDUK MISKIN

75

76

BAB 6

KESEJAHTERAAN

Kinerja perekonomian DIY yang relatif cukup baik di 2018 mendorong perbaikan kondisi kemiskinan di DIY. Pada September 2018, tingkat kemiskinan DIY tercatat lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kendati persentase jumlah penduduk miskin di DIY menurun, namun masih di atas nasional. Masih tingginya presentase penduduk miskin di DIY dipicu oleh tingginya pertumbuhan Garis Kemiskinan (GK) di DIY yang lebih tinggi dari Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi secara umum. Komoditas makanan masih memberikan kontribusi yang sangat signifikan dalam penentuan GK, yaitu sebesar 71,36%. Namun demikian, pertumbuhan GK di DIY pada September 2018 lebih rendah dibandingkan dengan perumbuhan GK DIY pada September 2017, yang tercatat tumbuh sebesar 10,02% (yoy). Penurunan GK DIY terutama didorong oleh penurunan komponen penyusunnya, baik komoditi makanan dan non makanan. Lebih baiknya kinerja perekonomian DIY juga mendorong adanya perbaikan terbatas pada ketimpangan pendapatan masyarakatnya. Gini Ratio di DIY sedikit mengalami perbaikan pada September 2018. Sejalan dengan gini ratio, bila menggunakan ukuran ketimpangan Bank Dunia, tingkat ketimpangan di DIY tergolong dalam kategori ‘sedang’’.

6.1

Kemiskinan

Angka kemiskinan DIY turun sejalan dengan perbaikan perekonomian domestik yang diperkirakan mampu mendorong kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk miskin di DIY pada September 2018 tercatat sebanyak 450,25 ribu orang, atau terkoreksi sebesar -3,45% (yoy). Persentase penduduk miskin di DIY pada September 2018 tercatat sebesar 11.81% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 12,36%. Kendati persentase jumlah penduduk miskin di DIY menurun, namun masih di atas nasional yang tercatat sebesar 9,66% pada September 2018.

Sumber: BPS DIY (diolah)

Grafik 6.1 Perkembangan Penduduk Miskin

Selama periode September 2012 – September 2018, tingkat kemiskinan di DIY mengalami fluktuasi dengan kecenderungan yang menurun. Berdasarkan data BPS, dalam periode enam tahun terakhir, jumlah penduduk miskin di DIY berkurang sebanyak 115,48 ribu orang. Selama kurun kurun waktu tersebut, secara rata-rata, jumlah penduduk miskin di DIY berkurang sebanyak 9,62 ribu orang per semester. Penurunan jumlah kemiskinan di DIY yang cukup signifikan terjadi pada periode Maret 2015 – September 2015, yaitu berkurang sebanyak 64 ribu orang dalam kurun waktu satu semester. Peran aktif pemerintah daerah mampu mendorong penurunan kemiskinan di DIY. Salah satu peran aktif pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan, antara lain; meningkatkan koordinasi lintas sektor dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) dalam penanggulangan kemiskinan, penajaman desain program dan kegiatan pada 15 kecamatan, penerapan double track strategy (perbaikan mekanisme dan sistem pendataan serta intervensi yang tepat sasaran) dan menjalin kesepakatan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, terkait besaran kontribusi. Selain itu, penurunan kemiskinan juga dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat di DIY untuk memperbaiki perekonomian juga semakin membaik.

77

Perbaikan angka kemiskinan DIY juga didorong oleh naiknya penyerapan tenaga kerja sebagai dampak dari terakselerasinya pertumbuhan ekonomi DIY pada 2018. Masifnya pembangunan infrastruktur dan geliat pariwisata di DIY mendorong penyerapan tenaga kerja pada beberapa lapangan usaha utama. Pada Agustus 2018, dari jumlah penduduk angkatan kerja di DIY, sebanyak 2118,39 ribu orang bekerja secara aktif, atau tumbuh 3,18% (yoy), Pertumbuhan pada periode laporan dimaksud lebih tinggi dibandingkan Agustus 2017 yang tercatat sebesar 0,53% (yoy). Dari penduduk angkatan kerja dimaksud, sebanyak 96,65% terserap dalam berbagai lapangan pekerjaan di DIY. Secara spasial, jumlah penduduk miskin di DIY terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Pada September 2018 jumlah penduduk miskin di perkotaan sebanyak 298,47 ribu orang atau 66,29% dari total jumlah penduduk miskin di DIY. Jumlah penduduk miskin di perkotaan cenderung relatif stabil dibandingkan September 2017, yaitu tumbuh sebesar 0,03% (yoy). Sementara itu, pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin di pedesaan sebanyak 151,78 ribu orang, tumbuh melambat dibandingkan September 2017 sebesar -9,62% (yoy). Meskipun demikian, secara persentase, jumlah penduduk miskin di pedesaan lebih banyak dibandingkan di perkotaan. Sebanyak 14,71% penduduk di pedesaan berada di bawah garis kemiskinan. Adapun presentase penduduk miskin di perkotaan sebanyak 10,73% dari total penduduk di wilayah tersebut.

Sumber: BPS DIY (diolah)

Grafik 6.2 Pekembangan penduduk usia kerja di DIY

Grafik 6.3 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di DIY

Masih tingginya presentase penduduk miskin di DIY dipicu oleh tingginya pertumbuhan Garis Kemiskinan (GK)45 di DIY yang lebih tinggi dari Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi secara umum pada September 2018. Pada bulan September 2017 GK DIY tercatat Rp396.271,00 per kapita, kemudian pada September 2018 menjadi Rp414.899,00 per kapita, atau mengalami peningkatan sebesar 4,70% (yoy). Peningkatan tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi IHK DIY pada September 2018 yang tercatat sebesar 2,77% (yoy) maupun IHK 2018 sebesar 2,66% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan GK di DIY pada September 2018 lebih rendah dibandingkan dengan perumbuhan GK DIY pada September 2017, yang tercatat tumbuh sebesar 10,02% (yoy). Penurunan GK DIY terutama didorong oleh penurunan komponen penyusunnya, baik komoditi makanan dan non makanan. Komoditas makanan masih memberikan kontribusi yang sangat signifikan dalam penentuan GK, yaitu sebesar 71,36%. Pada September 2018, Garis Kemiskinan Makanan (GKM) tercatat sebesar Rp271.415,00 per kapita, atau tumbuh sebesar 4,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (10,71%(yoy)). Baik di daerah perkotaan maupun pedesaan jenis komoditas yang mempunyai kontribusi terhadap pembentukan GKM relatif sama dengan komposisi yang sedikit berbeda. Kelima komoditas tersebut adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, dan daging sapi. Lebih rendahnya GKM komoditi makanan didorong

78

BAB 6

KESEJAHTERAAN

Tabel 6.1 Garis Kemiskinan Menurut Tipe Daerah di DIY

Sumber: BPS DIY (diolah)

Sumber: BPS DIY (diolah)

Grafik 6.4 Perkembangan GK dan Inflasi

Grafik 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan

oleh turunnya sumbangan hampir di sebagian besar komoditas utamanya dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Beras merupakan kontributor terbesar dalam pembentukan GKM, baik di pedesaan maupun perkotaan. Terkendalinya harga beras di tahun 2018 ikut mendorong turunnya GKM di September 2018. Selain itu, tidak adanya kenaikan cukai rokok di tahun 2018 juga memberikan andil terkendalinya harga rokok kretek filter. Namun demikian, kenaikan ratarata harga telur ayam ras di 2018 dibandingkan dengan 2017 memberikan sumbangan GKM di pedesaan mengalami peningkatan. Kenaikan harga telur ayam ras ini sejalan dengan penyesuaian kenaikan harga pakan dan lebih tingginya permintaan karena faktor BPNT. Sementara itu, Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) tercatat sebesar Rp98.191,00 per kapita, atau tumbuh sebesar 4,57% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (10.11%(yoy)). Dua komoditas penyumbang terbesar GKNM, baik di pedesaan maupun perkotaan adalah Bensin dan Perumahan. Bensin merupakan kontributor terbesar dalam pembentukan GKM. Kenaikan harga bensin tersebut sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia. Sementara itu, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga perumahan, misalnya sewa rumah menjadi juga sensitif terhadap pergerakan GKNM. Secara spasial, kenaikan GK di daerah pedesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Pada periode September 2017 – September 2018, GK di daerah pedesaan meningkat dari Rp253.861,00 per kapita menjadi Rp369.606,00 per kapita, atau tumbuh 45,6% (yoy). Kenaikan GK di pedesaan sejalan dengan melambatnya rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Triwulan III 2018. Rata-rata NTP Triwulan III 2018 tercatat sebesar 101,12, tumbuh -0,61% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 102,94. Pada periode yang sama, GK di perkotaan juga menunjukkan peningkatan terbatas sebesar 4,4% (yoy), yaitu dari meningkat dari Rp413.631,00 per kapita menjadi Rp432.018,00 per kapita.

79

Sumber: BPS DIY (diolah)

Grafik 6.6 Perkembangan GK Makanan di Perkotaan

Sumber: BPS DIY (diolah)

Grafik 6.8 Perkembangan Pertumbuhan Jumlah Penduduk Miskin

Sumber: BPS DIY (diolah)

Grafik 6.7 Perkembangan GK Makanan di Pedesaan

Sumber: BPS DIY (diolah)

Grafik 6.9 Perkembangan Nilai Tukar Pertanian (NTP)

Sejalan dengan penurunan jumlah penduduk miskin, nilai indeks kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) juga menunjukkan adanya penurunan. Lebih rendahnya P1 mencerminkan kondisi penduduk miskin yang semakin baik dalam hal tingkat kesenjangan ratarata pengeluarannya terhadap garis kemiskinan. Sementara itu, turunnya P2 menunjukkan bahwa selain semakin dekatnya kemampuan orang miskin dalam memenuhi kebutuhan minimumnya, ketimpangan daya beli di antara masyarakat miskin itu pun juga menurun. Pada September 2018, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di DIY tercatat sebesar 1,650, atau terkoreksi -21,1% (yoy). Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskikan (P2) tercatat sebesar 0,349, atau terkoreksi -24,1% (yoy). Secara spasial, pertumbuhan tingkat kualitas kemiskinan (P1) dan tingkat keparahan kemiskinan (P2) pada September 2018 baik di perkotaan dan pedesaan lebih rendah dibandingkan September 2017. Namun demikian, penurunan P1 dan P2 di pedesaan lebih dalam dibandingkan di perkotaan. Lebih rendahnya kualitas kemiskinan di pedesaan sejalan dengan turunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di pedesaaan. Pada Agustus 2018, TPT di pedesaan tercatat sebesar 1,60%, lebih rendah dibandingkan Agustus 2017 (1,66%). Penduduk pedesaan biasanya tidak terlalu selektif memilih lapangan pekerjaan sehingga akan melakukan kegiatan apa saja walau hanya sebagai pekerja keluarga, pekerja bebas pertanian dan sebagian masih bertahan di pedesaan dengan berusaha mencari pekerjaan dengan cara pulang-pergi ke perkotaan. Hal ini juga semakin didukung dengan kemudahan kepemilikan kendaraan bermotor dan semakin baiknya kondisi infrastruktur, yaitu jalan raya.

80

BAB 6

KESEJAHTERAAN

Tabel 6.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) DIY

Sumber: BPS DIY (diolah)

Sumber: BPS DIY (diolah)

Grafik 6.10 Perkembangan Pertumbuhan Indeks Kemiskinan (P1) DIY

6.2

Grafik 6.11 Perkembangan Pertumbuhan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) DIY

Ketimpangan Wilayah

Lebih baiknya kinerja perekonomian DIY juga mendorong adanya perbaikan terbatas pada ketimpangan pendapatan masyarakatnya. Gini Ratio1 sedikit mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan September 2017 maupun Maret 2018. Gini Ratio DIY pada September 2018 tercatat sebesar 0,422. Namun demikian, Gini Ratio DIY tersebut selalu di atas nilai Gini Ratio nasional, yang tercatat sebesar 0,384 pada September 2018. DIY merupakan provinsi dengan Gini Ratio tertinggi di Indonesia. Ketimpangan di DIY sangat dipengaruhi oleh ketimpangan di daerah perkotaan di wilayah ini. Dengan membandingkan series data selama lima tahun terakhir, terlihat bahwa pergerakan di DIY secara umum mempunyai pola yang sama dengan ketimpangan di daerah perkotaannya. Secara spasial, Gini Ratio di perkotaan tercatat sebesar 0,421, sedangkan di pedesaan tercatat sebesar 0,326. Gini ratio di perkotaan dan pedesaan cenderung melambat.

Sumber: BPS DIY (diolah)

Grafik 6.12 Perkembangan Gini Ratio

46

Sumber: BPS DIY (diolah)

Grafik 6.13 Provinsi dengan Gini Ratio Tertinggi Periode September 2018

Nilai Gini Ratio berkisar antara 0 - 1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi.

81

Berdasarkan ukuran Bank Dunia, tingkat ketimpangan di DIY tergolong dalam kategori ‘sedang’’. Bank Dunia melihat ketimpangan pendapatan melalui proporsi jumlah pendapatan penduduk yang masuk kategori 40% terendah. Bila proporsi kelompok ini lebih besar dari 17%, maka ketimpangan dapat dikategorikan rendah. Pada September 2018, proporsi pendapatan penduduk dengan kategori 40% terendah sebesar 15,65%, lebih tinggi dibandingkan September 2017 yang tercatat sebesar 14,85%. Penguasaan ekonomi di DIY masih didominasi oleh kelompok penduduk dengan kategori pendapatan 20% tertinggi. Proporsi penduduk pada kategori ini pada September 2018 mencapai 49,32%, melambat dari proporsi pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 50,96%. Peningkatan proporsi penduduk dengan kategori pendapatan 20% tertinggi ini sejalan dengan lebih tingginya TPT angkatan kerja dengan pendidikan tinggi pada Agustus 2018. Sementara itu, kelompok penduduk dengan kategori 40% berpendapatan menengah proporsinya justru mengalami peningkatan, yaitu dari 34,19% pada September 2017 menjadi 35,03% pada September 2018. Idealnya kelompok ini dapat meguasai kue perekonomian hingga 40%. Kenaikan pangsa perekonomian pada penduduk dengan kategori ini menjadi salah satu penyebab membaiknya kondisi Gini Ratio di DIY.

Sumber: BPS DIY

Grafik 6.14 Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen Terbawah di DIY

Sumber: BPS DIY

Grafik 6.15 Perkembangan TPT Menurut Pendidikan di DIY

Tabel 6.3 Distribusi Pengeluaran Penduduk di DIY

Sumber: BPS DIY

Secara spasial, tingkat ketimpangan baik di perkotaan maupun pedesaan menunjukkan adanya perbaikan. Hal ini ditandai dengan peningkatan konsumsi pada kelompok penduduk 40% terbawah pada September 2018 dibandingkan dengan September 2017. Persentase pengeluaran kelompok penduduk 40% terendah di perkotaan dan pedesaan masing-masing tercatat sebeesar 14,80% dan 20,66%. Dengan menggunakan standar ukuran ketimpangan Bank Dunia, tingkat ketimpangan pengeluaran di perkotaan termasuk dalam kategori sedang, sementara di pedesaan masuk dalam kategori rendah.

82

BAB 7

OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI

Ekonomi DIY 2019 diperkirakan masih melanjutkan tren kenaikan pertumbuhan. DI sisi lain, inflasi berpotensi meningkat terbatas dibandingkan tahun sebelumnya, namun diperkirakan masih dalam sasarannya.

83

84

BAB 7

7.1

OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2019

Pertumbuhan ekonomi DIY Triwulan II 2019 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi DIY Triwulan II 2019 didorong oleh terakselerasinya kinerja investasi dan konsumsi. Terekspansinya kinerja investasi sebagai dampak dari percepatan pembangunan infrastruktur, antara lain penyelesaian pembangunan bandara NYIA yang ditargetkan mulai beroperasi terbatas pada bulan April 2019, underpass serta perbaikan akses menuju bandara, penyelesaian pembangunan ruas jalan JJLS, serta gencarnya pembangunan apartemen dan rumah hunian baru. Naiknya konsumsi rumah tangga diperkirakan terjadi seiring kenaikan penghasilan ditopang oleh kenaikan bantuan sosial, baik program keluarga harapan (PKH) maupun bantuan pangan non tunai serta penerimaan Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 pada Triwulan II 2019. Peningkatan anggaran untuk program perlindungan sosial tersebut disertai peningkatan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) diperkirakan mampu mendorong kinerja konsumsi pemerintah pada Triwulan II 2019. Selain itu, penyelenggaraan pemilu serentak baik pemilihan presiden dan wakil presiden maupun anggota legislatif pada bulan April 2019 mendorong pertumbuhan konsumsi pemerintah sampai dengan satu triwulan ke depan. Sementara itu, kinerja ekspor masih akan tumbuh meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya karena terbatasnya volume perdagangan dunia serta terbatasnya aktivitas produksi pada bulan Ramadhan. Sedangkan impor masih akan tumbuh meningkat, terutama barang modal seiring masih tingginya permintaan untuk pembangunan infrastruktur yang terus berlangsung. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan kinerja sejumlah lapangan usaha utama, antara lain penyediaan akomodasi dan makan minum, perdagangan, transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi serta administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib diperkirakan dapat mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi DIY. Kenaikan jumlah wisatawan saat momen libur Hari Raya Idul Fitri akan mendorong peningkatan kinerja perdagangan dan penyediaan akomodasi makan minum. Selain itu, sektor transportasi dan pergudangan serta informasi dan komunikasi kembali terakselerasi seiring persiapan menyambut mudik maupun liburan sekolah pada pertengahan tahun 2019. Sementara administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib diperkirakan naik seiring dengan pemberian gaji ke-13 dan THR bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). Di sisi lain, meskipun masih akan tumbuh tinggi, lapangan usaha konstruksi diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan pada Triwulan II 2019 dipengaruhi momentum puasa serta frekuensi liburan Hari Raya Idul Fitri yang cukup panjang. Kondisi tersebut juga diperkirakan berdampak terhadap perlambatan kinerja industri pengolahan yang sejalan dengan pengurangan aktivitas produksi di bulan Ramadhan dan terdampak penurunan aktivitas perdagangan dunia.

7.1.1 Sisi Permintaan Peningkatan pertumbuhan ekonomi DIY Triwulan II 2019 dibandingkan Triwulan I 2019 diperkirakan didorong oleh pertumbuhan investasi dan konsumsi. Investasi pada Triwulan II 2019 diperkirakan masih melanjutkan tren peningkatan, sejalan dengan percepatan pembangunan bandara NYIA mengejar target operasional terbatas pada bulan April 2019. Peningkatan kinerja investasi juga ditopang oleh pembangunan sejumlah infrastruktur pendukung bandara NYIA, yaitu pembangunan underpass, rumah sakit dan akses jalan menuju bandara, antara lain peningkatan ruas Jalan Sindutan-Congot sepanjang 0,55 km serta Jalan Demen-Glagah sepanjang 2,60km sebagai pengalihan dari JJLS, ruas jalan Brosot – Toyan sepanjang 5 kilometer, ruas jalan Tegalsari – Klepu, perbaikan tiga jembatan dan satu ruas jalan di luar area Kulon Progo namun masih masuk dalam kawasan pendukung bandara, serta penyelenggaraan prasarana sarana dan utilitas umum (PSU) di kawasan strategis bandara NYIA. Di samping itu, terdapat sejumlah rencana pembangunan fasilitas pendukung pariwisata yang sudah berjalan antara lain pembangunan ruas jalan JJLS sepanjang 25 km yang masih berlanjut pada tahun 2019, serta pembangunan apartemen serta hotel baru di wilayah selatan. Selain itu, pembangunan jalan tol Jogja – Bawen yang rencananya mulai dibangun pada tahun 2019 diperkirakan turut mendongkrak kinerja investasi di DIY. Momentum libur Hari Raya Idul Fitri yang merupakan high season kunjungan wisatawan ke DIY diperkirakan mengakselerasi peningkatan konsumsi masyarakat. Peningkatan daya beli masyarakat seiring dengan penerimaan gaji ke-13 dan THR diperkirakan dapat mendorong

85

pertumbuhan konsumsi pada Triwulan II 2019. Selain itu, masa kampanye Pemilu serentak Triwulan II 2019 diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja konsumsi, terutama konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) yang diperkirakan tumbuh signifikan satu triwulan ke depan. Sementara itu, konsumsi pemerintah juga diperkirakan mengalami peningkatan yang didorong oleh penyelenggaraan Pemilu serentak, peningkatan anggaran untuk program perlindungan sosial, termasuk pembayaran dana kelurahan tahap I yang paling cepat didistribusikan pada bulan Mei 2019. Masih berlanjutnya pembangunan proyek-proyek pemerintah, khususnya infrastruktur pendukung bandara NYIA menjadi faktor pendorong pertumbuhan juga diperkirakan mendorong peningkatan kinerja konsumsi pemerintah satu triwulan ke depan. Aktivitas ekspor pada Triwulan II 2019 diprediksi masih akan tumbuh meskipun tidak setinggi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya di tengah pertumbuhan ekonomi global yang melandai dan tidak seimbang. Ekonomi AS yang tumbuh kuat pada 2018 diperkirakan akan mengalami konsolidasi pada 2019. Permasalahan tradewar AS-Tiongkok serta ketidakpastian politik dalam negeri AS menyebabkan tertahannya ekspansi sektor industri. Di Eropa, pertumbuhan ekonomi cenderung melambat didorong terutama oleh rendahnya net export ditengah ketidakpastian politik terkait Pemilu di beberapa negara Eropa, Brexit dan tradewar. Di negara emerging markets, pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga terus melambat disebabkan rendahnya net export dan perlambatan konsumsi yang berlanjut seiring dengan dampak tradewar pada ekspor, konsumsi domestik dan sektor industri. Sementara itu, kinerja impor masih akan meningkat seiring masih kuatnya permintaan domestik terutama impor barang modal di tengah maraknya pembangunan proyek pemerintah yang masih akan terus berlanjut.

Tabel 7.1 Risiko Pendorong dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi DIY Sisi Permintaan Triwulan I 2019

Permintaan Konsumsi RT

Konsumsi Pemerintah

Investasi

• •

Masa persiapan kampanye dan penyelenggaraan Pemilu serentak dapat mendorong konsumsi masyarakat



Pembayaran gaji ke-13 dan THR dapat meningkatkan daya beli masyarakat Pembiayaan pembangunan proyek infrastruktur • untuk mendukung operasional bandara NYIA pada bulan April 2019, antara lain peningkatan ruas Jalan Sindutan-Congot sepanjang 0,55 km serta Jalan Demen-Glagah sepanjang 2,60km sebagai pengalihan dari JJLS





Pembayaran gaji ke-13 dan THR mendorong peningkatan komponen belanja pegawai



Penyaluran program perlindungan sosial, antara lain penyaluran dana desa serta dana kelurahan tahap I Pembangunan fisik bandara New Yogyakarta • International Airport yang terus berlanjut sepanjang tahun 2018 • Pembangunan fasilitas pendukung pariwisata yang sudah berlangsung, diantaranya JJLS, revitalisasi Malioboro dan kawasan Kotabaru serta pembangunan hotel baru di wilayah selatan





• Ekspor-Impor

86

TRIWULAN II 2019 Upside Momentum libur Hari Raya Idul Fitri yang merupakan • high season kunjungan wisatawan



Pembangunan fasilitas pendukung pariwisata yang sudah siap baik dari sisi pembebasan lahan maupun dana. Pemulihan ekonomi global yang diperkirakan masih • berlanjut dapat berdampak terhadap peningkatan permintaan dari negara mitra dagang •

Downside Kenaikan harga tarif transportasi mempengaruhi daya beli masyarakat.

dapat

Masih rendahnya realisasi belanja di awal, khususnya penyaluran dana desa, BPNT, dan PKH

Investor masih wait and see akan iklim politik dan pergerakan nilai tukar. Potensi penundaan pembangunan sejumlah proyek infrastruktur untuk menekan impor

Peningkatan impor barang momentum Hari Raya Idul Fitri

konsumsi

saat

Tingkat persaingan yang makin tinggi dengan negara tetangga

BAB 7

OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI

7.1.2 Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sejumlah lapangan usaha utama, antara penyediaan akomodasi dan makan minum, perdagangan, transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi serta administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial diperkirakan dapat mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi DIY pada Triwulan II 2019. Sejalan dengan peningkatan konsumsi, lapangan usaha perdagangan diperkirakan mengalami kenaikan pada Triwulan II 2019 seiring dengan kenaikan permintaan masyarakat saat bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Peningkatan kunjungan wisatawan memasuki high season dan tradisi mudik mendorong pertumbuhan kinerja penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi dan pergudangan serta informasi dan komunikasi. Sedangkan pembayaran gaji ke13 dan THR turut mendorong kinerja administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib yang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Tabel 7.2 Risiko Pendorong dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi DIY Sisi Lapangan Usaha Triwulan II 2019 Upside

Lapangan Usaha Pertanian



Industri Pengolahan



Penyediaan Akomodasi • dan Makan Minum

Konstruksi

7.2



Downside

Faktor cuaca yang mendukung peningkatan • produktivitas tanaman Peningkatan permintaan komoditas ekspor dari • negara mitra dagang Memasuki high season kunjungan wisatawan pada • libur Hari Raya Idul Fitri

Berakhirnya masa panen raya yang berlangsung pada Triwulan I 2018 Bulan Ramadhan dan libur Hari Raya Idul Fitri dapat berpengaruh terhadap penurunan produksi Kenaikan tarif transportasi dapat berdampak terhadap penghematan pengeluaran wisata



Frekuensi MICE berkurang saat bulan Ramadhan



Kemacetan serta peningkatan daya saing wisata daerah lain dapat mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berwisata ke DIY Masih terdapat kendala pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur di beberapa wilayah

Pembangunan infrastruktur yang masih berlanjut • dan mengalami percepatan mendekati target batas waktu yang ditetapkan. •

Potensi penundaan sejumlah proyek infrastruktur terkait tingginya beban impor barang modal

Perkiraan Inflasi Triwulan II 2019

Tekanan inflasi DIY sepanjang Triwulan II 2019 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibanding pencapaian di Triwulan I 2019. Inflasi pada Triwulan II 2019 diproyeksikan akan berada pada kisaran ±2,65% (yoy). Pada periode tersebut, tekanan inflasi akan dipengaruhi oleh momen lebaran. Secara pola musiman, tekanan pada momen hari besar keagamaan nasional akan mendorong inflasi pangan maupun tarif transportasi untuk keperluan mudik. Disisi lain sentimen positif masih akan terjadi dari kelompok tanaman bahan makanan yang masih mengalami panen raya di awal Triwulan II 2019. Untuk mencapai target inflasi 2019 tetap berada dalam rentang kendali, telah dipetakan komoditas yang berpotensi mengalami tekanan inflasi. Dengan demikian Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah DIY melalui TPID dapat menjaga stabilitas harga melalui program 4K, yaitu: (i) ketersediaan pasokan, (ii) keterjangkauan harga, (iii) kelancaran distribusi dan (iv) komunikasi ke masyarakat yang efektif.

87

Tabel 7.3 Risiko Pendorong dan Penghambat Inflasi Triwulan II 2019 Upside Volatile Food



Administered prices

7.3

Perayaan lebaran secara musiman mendorong tingginya konsumsi daging dan telur ayam



Panen raya padi diperkirakan terjadi mulai akhir Tw I hingga awal Tw II 2019, sehingga pasokan beras diperkirakan masih melimpah.



Rencana relaksasi kewajiban impor sapi 1 indukan setiap 5 sapi bakalan yang diimpor. Hal ini membuka peluang feedloter untuk melakukan impor ketika harga daging sapi cenderung tinggi.



Impor komoditas beras dan jagung di akhir 2018 diperkirakan akan memperkuat stok, sehingga pemerintah memiliki cadangan yang kuat untuk melakukan intervensi dalam menjaga stabilitas harga komoditas

Momen mudik yang terjadi secara nasional mendorong permintaan atas komoditas transportasi •

Inti

Downside

Perayaan lebaran secara musiman mendorong konsumsi masyarakat utamanya pada kelompok komoditas pangan

Tarif transportasi cenderung meningkat saat momen lebaran.



Penurunan tarif TTL pada akhir Tw I 2019 diperkirakan akan membawa dampak positif di Tw II 2019

Inflasi inti diperkirakan masih stabil, dengan kecenderungan tekanan dari event pileg dan pilpres. •

Pemilu yang terjadi di bulan April diperkirakan mendorong konsumsi untuk kebutuhan kampanye



Tren peningkatan sewa dan kontrak rumah pada awal tahun dan pertengahan tahun.

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi 2019

Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2019 diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan perkiraan pertumbuhan tahun 2018. Pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2019 diperkirakan terakselerasi dengan berada di kisaran 6,8-7,2% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2018 yang mampu tumbuh sebesar 6,20% (yoy). Dari sisi permintaan, perbaikan ekonomi ditopang oleh penguatan konsumsi dan investasi. Sementara dari sisi lapangan usaha, akselerasi kinerja lapangan usaha konstruksi, industri pengolahan serta penyediaan akomodasi dan makan minum mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2019.

7.3.1 Sisi Permintaan Pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2019 terakselerasi oleh peningkatan konsumsi dan investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga didorong oleh menguatnya daya beli konsumen, didukung oleh beberapa faktor diantaranya peningkatan UMP tahun 2019, peningkatan penyaluran bantuan sosial, persiapan pelaksanaan Pemilu tahun 2019 serta frekuensi long weekend yang cukup banyak di tahun 2019. Kenaikan UMP berpotensi meningkatkan porsi pendapatan masyarakat untuk konsumsi. Selain itu, kenaikan besaran manfaat yang diterima melalui Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar 100% di mana setiap keluarga dapat menerima manfaat mencapai Rp3,1 juta, diperkirakan dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Memasuki tahun politik, konsumsi juga diperkirakan meningkat seiring dengan persiapan pelaksanaan Pemilu tahun 2019. Sedangkan meningkatnya frekuensi libur panjang (long weekend) di tahun 2019 berpotensi meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan sehingga turut mendorong kenaikan konsumsi secara langsung maupun kenaikan pendapatan masyarakat melalui peningkatan geliat sektor usaha. Dari sisi konsumsi pemerintah, penyetaraan status perangkat desa (perdes) dengan aparatur sipil negara (ASN) golongan II akan meningkatkan penghasilan perangkat desa mencapai sekitar Rp2,7 juta per bulan, yang terdiri dari komponen gaji Rp1,9 juta dan tunjangan Rp800.000. Besaran penghasilan tersebut dialokasikan untuk perangkat desa dengan masa kerja nol tahun. Peningkatan penghasilan tersebut diperkirakan dapat meningkatkan kinerja konsumsi pemerintah pada tahun 2019. Rencana kenaikan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar 9% dibanding tahun 2018 juga mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah.

88

BAB 7

OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI

Dalam postur anggaran tahun 2019, Dana Alokasi Umum (DAU) dianggarkan tumbuh meningkat 4%, kenaikan gaji sebesar 5%, formasi CPNSD, THR, dan gaji ke-13. Selain itu, terdapat pula alokasi DAU tambahan untuk bantuan dana kelurahan. Dana Bagi Hasil (DBH) juga mengalami kenaikan sebesar 19% dibandingkan tahun 2018. Rencana kenaikan ini diperkirakan berdampak terhadap kinerja konsumsi pemerintah dan investasi di mana sebanyak 25% dari total DBH dan DAU yang dianggarkan ini khusus untuk belanja infrastruktur layanan publik. Sementara itu, Dana Keistimewaan (Danais) DIY juga kembali mengalami peningkatan sebesar 20% menjadi Rp1,2 Triliun. Penyelenggaraan pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden tahun 2019 juga diperkirakan turut mendongkrak kinerja konsumsi pemerintah tahun 2019. Penyaluran dana kelurahan yang baru mulai dilaksanakan pada tahun 2019 dengan total anggaran Rp 3 triliun juga diperkirakan berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada tahun berjalan. Pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) dan perbaikan investasi sektor swasta akan mendorong kinerja investasi DIY pada 2019. Proses pembangunan yang dimulai sejak akhir tahun 2017 akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan investasi di DIY. Hal ini juga didukung oleh pembangunan infrastruktur penunjang untuk mendukung pengembangan kawasan selatan dan bandara seperti JJLS, jalan dan akses pariwisata ke kawasan selatan, revitalisasi kawasan Malioboro sisi barat. Peningkatan alokasi Danais DIY, dan TKDD tahun 2019 serta berbagai paket kebijakan pemerintah untuk mempermudah perijinan, termasuk diantaranya implementasi online single submission (OSS) diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi investasi. Sejalan dengan hal tersebut, kondisi perekonomian yang mulai membaik akan direspon oleh pelaku usaha untuk melakukan investasi. Perlambatan ekonomi global akan berdampak terhadap kinerja ekspor-impor tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai, antara lain yang terjadi di Eropa dan Tiongkok yang merupakan negara mitra dagang utama Indonesia di samping AS serta risiko memburuknya hubungan dagang antar negara akan berdampak terhadap rendahnya volume perdagangan dunia. Tabel 7.4 Risiko Pendorong dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi DIY Sisi Permintaan Tahun 2019 TAHUN 2019 Permintaan Konsumsi RT





Konsumsi Pemerintah

Upside Kenaikan UMK tahun 2019 serta kenaikan 5% gaji • PNS berpotensi meningkatkan daya beli konsumsi masyarakat. • Peningkatan frekuensi long weekend di tahun 2019 mendorong peningkatan konsumsi dengan bertambahnya jumlah wisatawan.



Peningkatan penyaluran bantuan sosial

• •

Persiapan pelaksanaan Pemilu tahun 2019 Pembiayaan pembangunan proyek infrastruktur • untuk mendukung operasional bandara NYIA pada bulan April 2019, antara lain peningkatan ruas Jalan Sindutan-Congot sepanjang 0,55 km serta Jalan Demen-Glagah sepanjang 2,60km sebagai pengalihan dari JJLS



Penyetaraan status perangkat desa menjadi ASN Golongan II



Kenaikan 9% TKDD



Kenaikan 20% Dana Keistimewaan DIY



Penyelenggaraan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tahun 2019



Penyaluran Dana Kelurahan tahun 2019

Downside Potensi pelemahan nilai tukar di tengah perlambatan ekonomi dunia Potensi kenaikan harga BBM yang disebabkan oleh meningkatnya harga minyak dunia sehingga akan menggerus daya beli masyarakat

Risiko shortfall pajak berdampak pada penghematan anggaran pemerintah, sehingga berpotensi mengurangi belanja pemerintah

89

Permintaan Investasi





Ekspor-Impor

TAHUN 2019 Upside Pembangunan bandara New Yogyakarta • International Airport (NYIA) serta infrastruktur pendukung bandara seperti akses jalan dan kereta api. • Percepatan Pembangunan JJLS dan revitalisasi kawasan Malioboro sisi barat



Pembangunan jalan tol Jogja – Bawen



Pembangunan 2 apartemen baru



Berbagai paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah guna mendorong investasi terutama terkait dengan kemudahan perizinan, antara lain implementasi online single submission (OSS)



Peningkatan alokasi Dana Keistimewaan tahun 2019.

• •

Peningkatan alokasi Dana Desa tahun 2019. Ekspansi penjualan ke negara lain.



Dukungan industri 4.0 antara lain program revitalisasi mesin serta perjanjian dagang bilateral (FTA) dengan negara mitra dagang diperkirakan • dapat mendorong kinerja ekspor





Penurunan impor sejalan dengan penerapan PPH pasal 22 pengenaan tarif impor untuk 1147 pos tarif di akhir 2018.

Downside Investor cenderung wait and see di tengah dinamika politik menjelang pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tahun 2019 Potensi penundaan sejumlah proyek infrastruktur untuk mengurangi beban impor barang modal

Arah kebijakan pemerintah AS dan frekuensi kenaikan suku bunga lanjutan di AS pada tahun 2019 berpotensi mendorong fluktuasi nilai tukar Tren pelemahan nilai tukar yang berlanjut di tengah ketidakpastian pasar keuangan dunia dan penurunan likuiditas global

7.3.2 Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, perekonomian DIY tahun 2019 diperkirakan tumbuh seiring dengan perbaikan kinerja lapangan usaha konstruksi, pertanian, industri pengolahan serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Peningkatan kinerja konstruksi juga ditopang oleh percepatan penyelesaian bandara serta pembangunan sejumlah infrastruktur pendukung bandara NYIA, yaitu pembangunan underpass, rumah sakit dan akses jalan menuju bandara, perbaikan tiga jembatan dan satu ruas jalan di luar area Kulon Progo namun masih masuk dalam kawasan pendukung bandara, Selain itu, pembangunan apartemen diperkirakan masih akan berlanjut di tahun 2019 serta hotel baru yang akan dibangun di wilayah selatan. Dari sisi lapangan usaha pertanian, perbaikan saluran irigasi dan penerapan teknologi pertanian diperkirakan mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan mendorong kinerja sektor pertanian. Integrasi kawasan wisata melalui konsep Joglosemar yang melibatkan sinergi kerjasama antar BUMN dapat memberikan dampak positif bagi pariwisata DIY. Pencapaian target jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2019 dapat mendorong akselerasi kinerja penyediaan akomodasi dan makan minum. Melalui pengembangan destinasi tersebut diharapkan dapat mendorong kinerja sektor-sektor pendukung pariwisata seperti perdagangan, akomodasi dan makan minum, transportasi dan komunikasi serta sektor lainnya, termasuk diantaranya lapangan usaha industri pengolahan seiring meningkatnya permintaan produk-produk pariwisata.. Tabel 7.5 Risiko Pendorong dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi DIY Sisi Penawaran Tahun 2019 Lapangan Usaha Pertanian

90

Upside •

Rilis BMKG kondisi cuaca 2019 diperkirakan relatif normal dan tidak terpengaruh anomali cuaca El Nino dan La Nina.



Kemarau panjang serta El Nino yang terjadi di akhir tahun 2018 menyebabkan pergeseran panen di awal tahun 2019



Berlanjutnya program ketahanan pangan diantaranya: perbaikan infrastruktur, penggunaan bibit unggul, pengaturan pola tanam serta penerapan teknologi pertanian.

Downside •

Gagal panen akibat faktor cuaca dan serangan hama



Alih fungsi lahan di sejumlah wilayah yang menjadi sentra pertanian di DIY

BAB 7

Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

7.4

Upside

OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI

Downside



Peningkatan permintaan domestik sejalan dengan perbaikan ekonomi.



Peningkatan biaya produksi seiring dengan kenaikan UMP 2019.



Peningkatan frekuensi long weekend di tahun 2019 mendorong tumbuhnya industri makanan dan minuman



Tekanan kenaikan harga administered price



Peningkatan kompetisi harga dan daya saing dengan kompetitor untuk produk ekspor



Pelemahan nilai tukar juga turut menahan pertumbuhan industri dari sisi bahan baku, di mana industri DIY konten impornya masih tinggi



Risiko shortfall pajak berdampak pada penghematan anggaran pemerintah, sehingga berpotensi mengurangi belanja pemerintah untuk penyelenggaraan rapat yang dapat menghambat perkembangan MICE.



Belum optimalnya akses konektivitas maupun akomodasi dan destinasi yang tersedia di sekitar bandara NYIA



Penyelenggaran event-event berskala internasional, antara lain JIFFINA dapat mendorong peningkatan kinerja industri pengolahan



Relaksasi PPH sesuai PP No.23 Thn 2018 mendorong UMKM DIY



Peningkatan frekuensi long weekend di tahun 2019 mendorong peningkatan jumlah wisatawan



Penguatan ekonomi domestik mendorong peningkatan frekuensi penyelenggaraan MICE terutama oleh sektor swasta



Pengembangan destinasi wisata baru, serta integrasi pengembangan pariwisata baik antarwilayah maupun antardaerah untuk mencapai target Joglosemar



Mulai beroperasinya bandara NYIA secara terbatas diharap dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara

Perkiraan Inflasi Tahun 2019

Inflasi DIY pada tahun 2019 diperkirakan masih sesuai dengan sasarannya. Hingga akhir tahun 2019 inflasi DIY diperkirakan berada dalam kisaran 3,3% (yoy), sejalan dengan sasaran inflasi 2019 sebesar 3,5±1% (yoy). Peningkatan perkiraan inflasi di tahun 2019 sejalan dengan pertumbuhan ekonomi DIY yang diproyeksi masih akan melanjutkan peningkatan. Komponen inflasi inti akan sedikit mengalami tekanan akibat agenda pesta demokrasi Pileg dan Pilpres serta penyelesaian proyek strategis nasional di tahun 2019. Sementara itu pada komoditas pangan, TPID DIY berkomitmen untuk menjaga harga pangan agar tetap rendah dan stabil. Tabel 7.6 Upside dan Downside Risk Inflasi 2019 Upside Volatile Food

Administered Prices

Downside



Inflasi pangan masih dipengaruhi oleh pola siklikal





Permasalahan dari sisi produksi seperti gangguan cuaca, hama, dll masih dominan mempengaruhi pasokan

Dampak cuaca terhadap musim tanam 2018/2019 relatif minimal.



Kesiapan infrastruktur pertanian diantaranya sarana pengairan dan konektivitas akan menahan tingginya inflasi di keseluruhan tahun 2019.



Percepatan pembangunan infrastruktur pendorong produksi pertanian, bantuan alsintan dan subsidi benih dan pupuk.



Harga minyak mentah dunia berfluktuasi, namun dengan kecenderungan menurun. Minyak mentah Brent diperkirakan masih berkisar di USD 55-75/ barel.



Peningkatan tarif transportasi seperti angkutan udara seiring dengan rencana penyesuaian tarif batas bawah dan batas atas angkutan udara.



Potensi kenaikan harga emas global, akibat tensi geopolitik yang meningkat serta kekhawatiran akan resesi ekonomi global yang menguat



Tekanan inflasi dari rokok relatif terkendali. Tidak adanya kenaikan tarif cukai rokok dan rencana revisi roadmap penyederhanaan layer tarif cukai hasil rokok di tahun 2019

91

Upside Inti

92



Event pileg dan pilpres berpotensi mendorong konsumsi untuk kampanye



Peningkatan sewa dan kontrak rumah pada awal tahun dan pertengahan tahun.



Peningkatan harga bahan bangunan, sejalan dengan tumbuhnya konstruksi dan investasi.

Downside •

Mulai meredanya tekanan inflasi volatile food, menahan tekanan inflasi inti ke level yang lebih tinggi.

DAFTAR ISTILAH Administered prices Harga barang yang diatur pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif listrik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh DPRD Andil Inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) Cash Inflows Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu Cash Outflows Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu Dana Pihak Ketiga Simpanan masyarakat yang ada di perbankan yang terdiri dari tabungan, deposito dan giro Ekspor Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil Financing to Deposit Ratio (FDR) Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank konvensional Impor Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi di masa mendatang.

93

Indeks Harga Konsumen (IHK) Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi mendatang. Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent) Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu periode yang diukur dengan perubahan Indeks Harga Konsumen, yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen administered prices dan volatile food Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal Kualitas kredit Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur, dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Kliring Pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya

94

Net Cashflows Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama yang terdiri dari net cash outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan net inflows bila terjadi sebaliknya Non Performing Loan/Financing Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet PDRB atas dasar harga berlaku Penjumlahan nilai tambah bruto yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian PDRB atas dasar harga konstan Perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Perusahaan Suatu unit usaha yang diselenggarakan/dikelola secara komersil yang menghasilkan barang dan jasa sehomogen mungkin, umumnya terletak pada suatu lokasi dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi, bahan baku, pekerja, dan sebagainya yang digunakan dalam proses produksi Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu Triwulan dengan Triwulan sebelumnya Rasio Non Performing Loans/Financing Rasio kredit atau pembiayaan yang tergolong non performing terhadap total kredit/pembiayaan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerima pembayaran Volatile food Kelompok komoditas bahan makanan yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya

95

DAFTAR singkatan APBD

Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah

ATM

Anjungan Tunai Mandiri

BBM

Bahan Bakar Minyak

BPR

Bank Perkreditan Rakyat

BPS

Badan Pusat Statistik

DAK

Dana Alokasi Khusus

DAU

Dana Alokasi Umum

DPK

Dana Pihak Ketiga

DIY

Daerah Istimewa Yogyakarta

FDR

Financing to Deposit Ratio

IHK

Indeks Harga Konsumen

IHPR

Indeks Harga Properti Residensial

IKE

Indeks Kondisi Ekonomi

IKK

Indeks Keyakinan Konsumen

KPR

Kredit Kepemilikan Rumah

LDR

Loan to Deposite Ratio

LTV

Loan to Value

MICE

Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition

NTP

Nilai Tukar Petani

NIM

Net Interest Margin

NPF

Non Performing Financing

NPL

Non Performing Loan

PAD

Pendapatan Asli Daerah

PDRB

Produk Domestik Regional Bruto

PHR

Perdagangan Hotel dan Restoran

PLN

Perusahaan Listrik Negara

96

PMA

Penanaman Modal Asing

PMDN

Penanaman Modal Dalam Negeri

PMTB

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

POD

Probability of Default

RTGS

Real Time Gross Settlement

SBT

Saldo Bersih Tertimbang

SHPR

Survei Harga Properti Residensial

SKDU

Survei Kegiatan Dunia Usaha

SKNBI

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

SPE

Survei Pedagang Eceran

SVLK

Sistem Verifikasi Legalitas Kayu

TPAK

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

TPID

Tim Pengendali Inflasi Daerah

TPK

Tingkat Penghunian Kamar

TPT

Tingkat Pengangguran Terbuka

UTLE

Uang Tidak Layak Edar

UMKM

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

tim penyusun Penanggung Jawab: Budi Hanoto Koordinator Penyusun Sri Fitriani Tim Penulis Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta Radiani Nurwitasari, Rizmah Nurchasanah, Alfalia Citra Ayudya, Andi Adityaning Palupi, Rieska Indah Astuti, Amanda Bounita Rizki, Ardhitama Shaumarli, Irmika Ngesti Handayani, Ridwan Suryo Pranowo.

97

















   

  













Mendatar

Menurun

4 7

1

Salah satu pasar pengendali harga di DIY. Pendorong inflasi kelompok sandang pada akhir tahun di DIY. Provinsi dengan inflasi terendah di Jawa. Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi DIY pada 2018. Rapat koordinasi TPID tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Kredit macet. Peringatan bagi warga negara yang berkunjung ke negara yang dianggap rawan. Intervensi harga untuk mengendalikan inflasi. Usaha yang belum besar. Faktor utama pendorong inflasi pada akhir tahun di DIY.

9 12 13 14 17

19 20 21

-

2 3 5 6 8

10 11 15

16 18

Perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dengan Swiss, Liechtenstein, Norwegia, dan Islandia. Cadangan emas dan valas. Seasonal liburan di akhir tahun. Pedagang perantara. Harga naik. Kabupaten/Kota di DIY dengan capaian realisasi pendapatan tertinggi di 2018. Mata uang Eropa. Suku bunga acuan. Salah satu indikator perlambatan lapangan usaha pengolahan di DIY pada Triwulan IV 2018. Bandara baru DIY. Pangsa terbesar APBD se DIY.

Bagi para pembaca KEKR yang dapat menyelesaikan TTS ini, didokumentasikan melalui foto/scan. Jawaban dapat dikirimkan melalui email: [email protected] atau WA 085233449130. Mohon sertakan nama dan nomor telepon di email/WA Peserta yang berhasil mengisi seluruh TTS dengan benar akan diundi pada 1 Mei 2019, untuk mendapatkan hadiah eksklusif dari Bank Indonesia DIY

98

More Documents from "Sophie"

Poetry
May 2020 33
Pm 129 Tahun 2015.pdf
November 2019 36
Muse - Hoodoo
May 2020 19