BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk kegiatan pertanian, perikanan, industri, pertambangan, rekreasi, olah raga dan sebagainya. Dewasa ini, masalah utama sumber daya air meliputi kuatitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang terus menurun terutama untuk air minum. Sebagai sumber air minum bagi masyarakat, air harus memenuhi beberapa aspek yang meliputi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas (WHO, 2004). Kualitas sumber air dari sungai-sungai penting di Indonesia umumnya tercemar amat sangat berat oleh limbah organik yang berasal dari limbah penduduk, industri dan lainnya. Sungai mempunyai fungsi yang strategis dalam menunjang pengembangan suatu daerah, yaitu seringnya mempunyai multi fungsi yang sangat vital diantaranya sebagai sumber air minum, industri dan pertanian atau juga pusat listrik tenaga air serta mungkin juga sebagai sarana rekreasi air. Berdasarkan klasifikasi dan kriteria mutu air dalam PP No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, air sungai masuk pada kelas 1, yaitu air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Meninjau dari segi kualitas, air bersih yang digunakan harus memenuhi syarat secara fisik, kimia, dan mikrobiologi. Persyaratan secara fisik meliputi air harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa atau tawar, tidak berbau, temperatur normal, dan tidak mengandung zat padatan yang dinyatakan dengan TSS, TDS, TS, uji kekeruhan. Persyaratan secara kimia meliputi derajat keasaman, kandungan oksigen, bahan organik yang dinyatakan dengan BOD, COD, DO, pH. Salah satu pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui
1
baku mutu air adalah melalui pengukuran kandungan zat padatan TSS ( Total Suspended Solid), TDS ( Total Dissolved Solid) 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah: 1. Untuk mengukur tingkat kekeruhan air sampel. 2. Untuk mengukur nilai Total Disolved Solid (TDS) yang terlarut dalam sampel. 3. Untuk mengukur nilai Total Suspended Solid (TSS) yang terlarut dalam sampel. 4. Untuk mengukur nilai Volatile Suspended Solid (VSS) yang terlarut dalam sampel. 5. Untuk mengukur tingkat daya hantar listrik dalam sampel.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Secara keseluruhan, air yang terdapat dipermukaan bumi membentuk sebuah lingkaran (siklus) air. Air di lautan, sungai, sumur, danau dan waduk akan menguap menjadi uap air. Titik uap akan bergerombol membentuk awan. Kandungan uap di awan akan terkondensasi menjadi butiran-butirn air hujan. Selanjutnya hujan membasahi permukaan bumi dan meresap menjadi air tanah sehingga
membentuk mata air,
sumur, danau ataupun
mengalir melewati
sungai menuju lautan. Siklus air tersebut akan berputar terus menerus. 2.1.1 Kekeruhan Kekeruhan
menggambarkan
sifat
optik
air
yang
ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan yang
terdapat
di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan
organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan
pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa
plankton dan mikroorganisne lain. Zat anorganik
yang menyebabkan
kekeruhan dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi organiktersuspensi yang menambah kekeruhan air (dalam Effendi 2003). Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik termasuk zooplankton, sehingga dapat mempengaruhi perkembangbiakkan plankton larva dan dapat mengakibatkan kematian (Effendi, 1997). Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi masyrakat, mengingat bahwa kekeruhan akan berpengaruh dalam segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektifitas usaha desinfeksi (Clair N Sawyer, 1999).
3
Turbiditas merupakan pengukuran optik dari hamburan sinar yang dihasilkan karena interaksi antara sinar yang diberikan dengan partikel suspensi yang terdispersi dalam larutan. Partikel-partikel suspensi tersebut dapat berupa lempung alga, material organik, mikroorganisme, material koloid, dan sebagainya. Kekeruhan/turbiditas adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi molekul besar sekalipun seperti tannin dan lignin di dalam air (Saidar, 2002). Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjer-nihan air. Satuan kekeruhan yang biasa digunakan sebagai berikut : a) mg/l SiO2 (satuan standar) = 1 unit turbiditas. b) NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Batas maksimal yangdiperb olehkan oleh US Environmental Protection Agency adalah 0,5-1 unit
kekeruhan
(NTU).
Dalam
batas
ini,
air
boleh
digunakansebagai air minum. Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas minimal kekeruhan air layak minum menurut Permenkes adalah 5 skala NTU. Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi dalam air. 2.1.2 TDS (Total Dissolved Solids) Total Dissolved solids atau “benda padat yang terlarut” yaitu semua mineral, garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua yang terlarut diluar molekul air murni (H2O). Secara umum, konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air. TDS terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion terhadap air. Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm.
4
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian. Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat organik yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara estetis tidak menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan beberapa zat organik terlarut bersifat karsinogen. Cukup sering, dua atau lebih zat terlarut khususnya zat terlarut dan anggota golongan halogen akan bergabung membentuk senyawa yang bersifat lebih dapat diterima daripada bentuk tunggalnya (Misnani, 2010). Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan jumlah
zat
terlarut dalam Part Per million (ppm)
atau sama dengan milligram per liter (mg/L).
Umumnya
berdasarkan
definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter). Total dissolved Solids yang terkandung di dalam air biasanya berkisar antara 20 sampai 1000mg/L. Pengukuran total solid dikeringkan dengan suhu 103 sampai 105°C. Digunakan suhuyang lebih tinggi agar air yang tersumbat dapat dihilangkan secara mekanis. Analisa total padatan terlarut merupakan pengukuran kualitatif dari jumlah
ion
terlarut, tetapi tidak
menjelaskan
pada
sifat
atau
hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut
digunakan
sebagai
uji indikator untuk menentukan kualitas
umum dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua kation dan anion terlarut (Oram.B,2014).
5
2.1.3 TSS (Total Suspended Solid) TSS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya. Sebagai contoh air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk suspense yang dapat tahan sampai berbulan-bulan, kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain, sehingga mengakibatkan terjadinya penggumpalan yang kemudian diikuti dengan pengendapan. Tingginya kandungan TSS dalam perairan akan mengurangi kedalaman penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga berpengaruh langsung terhadap fotosintesis oleh fitoplankton dan pengaruh tidak langsung terhadap keberadaan zooplankton dalam perairan (Fardiaz, 1992). Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Total Suspended Solid (TSS) menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. Total Suspended Solid (TSS) terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya leih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008). TSS berpengaruh
akan
berpengaruh
terhadap
daya
terhadap penetrasi
kejernihan cahaya
dan
air,
selanjutnya
akhirnya
akan
mempengaruhi produktivits primer. TSS yang tinggi dapat menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga akan mengganggu proses fotosintesis dan menyebabkan turunnya oksigen terlarut yang dilepas ke dalam air oleh tanaman (Sumawidjaja, 1974). 2.1.4 Daya Hantar Listrik Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu larutan
6
untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garamgaram terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya. Pengukuran daya hantar listrik
bertujuan
mengukur
kemampuan
ion-ion
dalam
air
untuk
menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan indikator, dimana semakin besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan pada konduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral yang terkandung dalam air. Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500 µmhos/cm (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003). Pengukuran DHL dilakukan menggunakan konduktivitimeter dengan satuan µmhos/cm. Prinsip kerja alat ini adalah banyaknya ion yang terlarut dalam contoh air berbanding lurus dengan daya hantar listrik. Menurut APHA, AWWA (1992) dalam Effendi (2003) diketahui bahwa pengukuran DHL berguna dalam hal sebagai berikut : a) Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi. b) Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion. c) Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air perkirakan jumlah zat dikonsumsi atau tidak. 2.1.5 Warna Warna air alam dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu : 1. Warna sesungguhnya (true colour) ditimbulkan oleh kandungan senyawa organik seperti lignin, humus dan dekomposisi bahan-
7
bahan organik (daun tumbuh-tumbuhan dan lain-lain). Warna sesungguhnya akan tetap ada meskipun kekeruhan (yang dapat menimbulkan warna dalam air) sudah dihilangkan. 2. Warna bukan sesungguhnya (apparent colour) ditimbulkan oleh kehadiran bahan-bahan tersuspensi dalam air industry dan lain sebagainya. Warna bukan sesungguhnya ini ditetapkan dari contoh air asli tanpa melalui penyaringan atau (filtasi) atau sentrifugasi (Lindu,
Muhammad,
Diana
Purwaningrum, 2019).
8
Hendrawan
dan
Pramiati
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Laboratorium Lingkungan I mengenai Percobaan Uji Kualitas Air Sungai dengan parameter Fisik –Kimiawi Kekeruhan air, TDS, TS, TSS, DHL dan Warna dilakukan pada : Hari, tanggal
: Kamis, 21 Maret 2019
Pukul
: 08.30 WIB
Tempat
: Jl. Letnan S. Parman, Sungai Grogol belakang Halte
Busway Grogol, Grogol Petamburan – Jakarta Barat DKI Jakarta 11470 Titik Koordinat : 6º10’4” S 106º47’16”E Lokasi
: Kolong jembatan S. Parman..
Kondisi Sungai Warna
: Sungai dalam keadaan arus tenang.
: Hitam keabu-abuan bercampur dengan sampah-sampah.
Gambar 3.1 Lokasi sampling
9
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Kekeruhan Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
No 1. 2.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Kekeruhan Nama Nama Alat Ukuran Jumlah Bahan Turbidimeter 1 Air Sampel Kuvet 1 Air Turbidimeter Suling
Konsentrasi
Jumlah
-
-
-
-
Konsentrasi
Jumlah
3.2.2 TDS Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
No 1. 2.
3. 4. 5.
Tabel 3.2 Alat dan Bahan TDS Nama Nama Alat Ukuran Jumlah Bahan Labu Didih 500 ml 1 Air Sampel Desikator 300 mm 1 Air Suling Pemanas Timbangan analitis Cawan porselen
210 cm -
-
50 ml
-
-
1 1
-
3.2.3 TSS Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: Tabel 3.3 Alat dan Bahan TSS Nama No Nama Alat Ukuran Jumlah Konsentrasi Jumlah Bahan 1. Kertas saring 0,45 µm 1 Air Sampel 1 berpori yang terdapat di kertas saring 2. Desikator 300 mm 1
3.
Alumunium foil
10 cm x 10cm
1
10
No 4.
Nama Alat Timbangan analitis Oven
5.
Ukuran -
Jumlah
Nama Bahan
Konsentrasi Jumlah
1
210 cm
3.2.4 VSS Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
No
Nama Alat
1.
Cawan porselen
2.
Desikator
3. 4.
Tanur Timbangan analitis
Tabel 3.4 Alat dan Bahan VSS Nama Ukuran Jumlah Konsentrasi Jumlah Bahan 1 Air Sampel 1 yang terdapat di kertas saring 1
-
1 1
3.2.5 DHL Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: Tabel 3.5 Alat dan Bahan DHL Nama No Nama Alat Ukuran Jumlah Bahan 1. Konduktomet 1 Air Sampel. er 2. Elektroda 1 3. Gelas piala 100 ml 1
Konsentrasi Jumlah -
50 ml
3.2.6 Warna Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: Tabel 3.6 Alat dan Bahan Warna Nama No Nama Alat Ukuran Jumlah Bahan 1. Spektofotometer 460 x 1 Air Sampel. 360 x 255 mm
11
Konsentrasi
Jumlah secuku pnya
No
Nama Alat
Ukuran
2.
Kuvet Spektofotometer
-
Jumlah 1
Nama Bahan Air Suling
3.3 Cara Kerja 3.3.1 Kekeruhan No 1.
Tabel 3.7 Cara Kerja Mengukur Kekeruhan Cara Kerja Gambar Bilas kuvet turbidimeter dengan air suling
2.
Kocok sampel hingga homogen, lalu masukkan ke dalam kuvet turbidimeter hingga tanda batas
3.
Masukkan ke dalam turbidimeter, tutup kuvet dengan tutup yang tersedia. Tekan tombol READ.
4.
Diamkan hingga layar turbidimeter memberikan pembacaan yang tetap Catat hasil kekeruhan sampel (NTU).
12
Konsentrasi
Jumlah secuku pnya
3.3.2 TDS No 1.
Tabel 3.8 Cara Kerja Mengukur TDS Cara Kerja Gambar Timbang cawan porselen sebelum digunakan.
2.
Siapkan
kertas
saring
berpori 0.45 µm dan alat penyaring
3.
Pindahkan
air
sampel
yang sudah disaring ke dalam cawan porselen yang
telah
diketahui
berat kosongnya. 4.
Uapkan cawan porselen yang berisi sampel air di atas pemanas/hot plate hingga kering.
5.
Setelah pindahkan
kering, ke
dalam
desikator sampai dingin. Timbang hingga beratnya konstan.
3.3.3 TSS 13
No 1.
Tabel 3.9 Cara Kerja Mengukur TSS Cara Kerja Gambar Timbang kertas saring sebelum digunakan.
2.
Letakkan kertas saring di alat penyaring. Setelah itu lakukan penyaringan pada air sampel.
3.
Lalu ambil kertas saring dengan pinset, letakkan di atas aluminium foil kemudian
dikeringkan
dalam oven pada suhu 103 – 1050 C selama 1 jam, kemudian dinginkan dalam desikator selama 10 menit. 4.
Timbang kertas saring (A).
3.3.4 VSS
14
No 1.
Cara Kerja Ambil kertas saring hasil dari
pengukuran
Gambar
TSS.
Lalu letakkan di cawan.
2.
Setelah
itu
masukkan
kedalam Tanur 550ºC
3.
Setelah itu masukkan ke dalam desikator.
4.
Timbang cawan tersebut.
3.3.5 DHL No 1.
Tabel 3.10 Cara Kerja Mengukur DHL Cara Kerja Gambar Bilas elektroda dengan air
suling
sebelum
dicelupkan pada sampel air yang akan diuji.
15
No 2.
Cara Kerja Celupkan elektroda ke
Gambar
dalam sampel air hingga konduktometer menunjukkan pembacaan yang tetap. 3.
Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktometer, lalu
catat
pula
suhu
sampel air.
3.3.6 Warna No 1.
Tabel 3.11 Cara Kerja Mengukur Warna Cara Kerja Gambar Bersihkan kuvet spektrofotometer dengan air suling kemudia lap dengan tisu
2.
Masukkan
sampel
air
sungai ke dalam kuvet kemudian masukan ke dalam
alat
spektrofotometer. 3.
Tekan tombol F9, catat hasil pada
nilai
absorbansi pembacaan
spektrofotometer
16
3.3.7 Sampling Tabel 3.12 Cara Kerja Menyempling Air No 1.
Cara Kerja
Gambar
Menyiapkan botol sampling dan jirigen
2.
Menenggelamkan
botol
sampling hingga ke dasar agar
mengetahui
dalamnya
badan
air
tersebut 3.
Menenggelamkan sampling
botol
sekitar
1 2
kedalaman badan air, lalu masukan sampel air ke dalam
jirigen
untuk
membilas jirigen tersebut lalu buang
17
No 4.
Cara Kerja Menenggelamkan sampling
sekitar
Gambar botol 1 2
kedalaman badan air, lalu masukan sampel air ke dalam jirigen seperti air mengalir isi hingga luber 5.
Menutup jirigen tersebut lalu
membawanya
ke
laboratorium
18
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Lokasi Pengambilan Tabel 4.1 Lokasi Pengambilan Sampel No. 1.
Gambar
Keterangan Lokasi: Sungai di kolong jalan S. Parman
Warna: Hitam
Kedalaman: 1 m
Kecepatan:
Lebar:
4.1.2 Kekeruhan Tabel 4.2 Pengamatan Kekeruhan Sampel Air No. 1.
Gambar
Keterangan Setelah dibaca dengan turbidimeter didapatkan data kekeruhan = 59,6 NTU
19
4.1.3 TDS Tabel 4.3 Pengamatan Kandungan TDS Pada Sampel Air No. 1.
Gambar
Keterangan Massa cawan sebelum digunakan = 59,803 gram
2.
Massa
cawan
setelah
dilakukan TSS = 59,9112 gram
4.1.4 TSS Tabel 4.4 Pengamatan Kandungan TSS Pada Sampel Air No. 1.
Gambar
Keterangan Masa kertas saring sebelum dipakai = 0,0728 gram
20
No. 2.
Gambar
Keterangan Massa kertas saring setelah dipakai = 0,0755 gram
4.1.5 VSS Tabel 4.5 Pengukuran VSS Pada Sampel Air No. 1.
Gambar
Keterangan Massa cawan + kertas saring sebelum dipakai = 59,8866 gram.
2.
Massa cawan setelah dari tanur = 59,8112 gram.
21
4.1.6 DHL Tabel 4.6 Pengukuran DHL Pada Sampel Air No. 1.
Gambar
Keterangan Pada perhitungan DHL bisa dilihat didapatkan data DHL sebesar 420 μs pada suhu 27oC
4.1.7 Penentuan Warna Tabel 4.7 Penentuan Warna Pada Sampel Air No. 1.
Gambar
Keterangan Unit Abs Pt-Co
4.2 Perhitungan 4.2.1 Perhitungan Debit Sungai Q=VxA 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘
V = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 =
6,44 40
= 0,161 𝑚/𝑠
A = Kedalam x Lebar = 1,8 x 4 = 7,2 Q = 0,161 x 7,2 = 1,1592 m3/s
22
0
0
10
0,244
20
0,471
30
0,698
40
0,925
4.2.2 Perhitungan TSS
TSS = (A- B) x
1000 𝑉
Dimana: A = Massa kertas saring + TSS B = Massa kertas saring V= volume sampel (ml) Diketahui : Bobot awal kertas saring = 0,0728 gram Bobot akhir kertas saring = 0,755 gram Volume sampel = 50 ml Jawab : 1000
TSS = (75,5-72,8) mg x 50 𝑚𝑙 = 54 mg/l 4.2.3 Perhitungan VSS
VSS = (B-A) x
1000 𝑉
Diketahui : Cawan + Saring (B) = 59,8866 gram Cawan + Saring setelah dari tanur (A) = 59,8112 gram Jawab : 1000
VSS = (59886,6-59811,2) mg x 50 𝑚𝑙 = 1508 mg/l 4.2.4 Perhitungan TDS
TDS = (A- B) x
1000 𝑉
23
Dimana: A = Massa cawan + TSS B = Massa cawan V= volume sampel (ml) Diketahui : Bobot awal kertas saring = 59,8030 gram Bobot akhir kertas saring = 59,9112 gram Volume sampel = 50 ml 1000
TDS = (59803-59911,2) mg x 50 𝑚𝑙 = 2164 mg/l 4.2.5 Perhitungan warna Tabel 4.8 Tabel Konsentrasi dan Absorbansi Spektofotometer Unit Pt-Co
Abs
0
0
10
0,244
20
0,471
30
0,698
40
0,925
Y= a + bx a = 6,8 x 10 -3
b = 0,02304
r2 = 0,9997
y = 0,196
0,196 = 6,8 x 10 -3 + 0,02304X X = 8,212
24
Grafik 4.1. Kalibrasi Spektrofotometer
Grafik Kalibrasi Spektrofotometer 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0
10 Abs
20 Linear (Abs)
30
40
50
Linear (Abs)
4.3 Pembahasan Dalam praktikum kali ini yaitu menganalisis kualitas air secara fisika dan kimia yang terdiri dari kekeruhan air, TDS, TSS, DHL, dan warna. Praktikan menggunakan sampel air yang berisi padatan yang terlarut dan yang tersuspensi. Sampel air yang diuji diambil dari sungai dibawah kolong jembatan jalan S. Parman yang berkoordinat 6º10’4” S dan 106º47’16”E, terlihat oleh mata secara fisik memiliki warna air agak kehitaman, dan berbau busuk. Pada percobaan pertama yaitu uji kekeruhan, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kekeruhan dibawah 5 NTU merupakan syarat untuk air minum yang baik. Oleh karenanya dilakukan uji kekeruhan terhadap air sampel. Pengujian kekeruhan dilakukan dengan memasukkan 100 mL sampel air kedalam gelas kimia dan dicek kekeruhannya dengan menggunakan tabung turbidimeter. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai kekeruhan sampel air sebesar 59,6 NTU. Berdasarkan data kekeruhan dan percobaan menunjukkan bahwa sampel air tidak layak minum karena berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
bahwa air yang layak
untuk minum tidak berbau dan kekeruhan maksimal 5 NTU, air tersebut harus melewati proses terlebih dahulu untuk dijadikan air minum.
25
Tabel 4.9 Baku Mutu Kekeruhan Baku Mutu Kekeruhan (NTU) Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D 5
100
100
100
Namun jika diamati secara langsung, keadaan Sungai Grogol tampak sangat tercemar dikarenakan warna badan air yang hitam keabu-abuan. Hal ini mungkin disebakan karena limbah organik maupun anorganik yang masuk ke badan air mengendap dan mati. Penyebabnya
karena oksigen yang masuk kurang,
kecepatan air rendah dan intensitas sinar matahari yang kurang sehingga self purification sulit terjdi. Pada percobaan kedua yaitu uji nilai TDS pada air sampel, nilai TDS dari perhitungan ex situ yang dilakukan diperoleh sebesar 2164 mg/L. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum tentang Air Minum syarat-syarat air minum yang mengandung TDS ( Total Padatan Terlarut ) maksimal 500 mg/L. Tentunya hal ini menyatakan bahwa air tersebut harus diolah untuk dikonsumsi karena sudah melebihi baku mutu. Tabel 4.10 Baku Mutu TDS Baku Mutu TDS (mg/L) Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D 1000
1000
1000
2000
Pada percobaan ketiga yaitu uji nilai TSS pada air sampel, hasil perhitungan ex situ TSS yang didapatkan adalah sebesar 54 mg/L. Jika dibandingkan lagi dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, kualits air Sungai Grogol dinyatakan masih aman, bahkan jika dibandingkan dengan golongan A yang diperuntukan untuk air minum.
26
Tabel 4.10 Baku mutu TSS Baku Mutu TSS (mg/L) Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D 100
100
100
200
VSS Pada pengukuran DHL ini digunakan alat konduktometer untuk mengukurnya, semakin tinggi nilai DHL maka semakin banyak pula zat-zat terlarut yang ada pada sampel tersebut. Pada sampel-sampel yang telah diuji, nilai DHL yang diperoleh termasuk baik karena tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan yaitu air suling (aquades) murni memiliki nilai DHL sekitar 1 µs, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500 µs. Hasil pengukuran sampel air tidak melebihi ambang batas yaitu 420 µs. Pada pengamatan selanjutnya, berdasarkan hasil yang telah diperoleh, air sampel ini mempunyai warna kuning dengan hasil pengukuran y = 0,096 nm dan x
=
3,871
nm.
Hal
ini
menunjukkan bahwa air sampel tidak layak minum karena sesuai dengan PERME NKES 416/1990 bahwa syarat-syarat air yang layak untuk dikonsumsi yaitu air tidak berwarna keruh, tidak berwarna dan tidak berbau apapun. Air yang layak dikonsumsi tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya dan beracun. Namun dari hasil pengamatan, diketahui bahwa air sungai tersebut berwarna keruh dan berbau.
27
BAB V SIMPULAN Pada percobaan Ananlisis pendahuluan fisika-kimiawi ini bisa didapatkan kesimpulan bahwa: 1. Setelah dibaca dengan turbidimeter, air sampel yang di uji mempunyai data kekeruhan = 59,6 NTU. 2. Setelah dilakukan percobaan didapatkan nilai TSS yaitu 54 mg/l. 3. Setelah dilakukan percobaan didapatkan nilai TDS yaitu 2164 mg/l. 4. Setelah dilakukan percobaan didapatkan nilai VSS yaitu 1508 mg/l. 5. Kualitas sampel air memiliki DHL yaitu 420 μs.
28
DAFTAR PUSTAKA Hikmatullah,
Bisma.
2017.
Laporan
Labling
Analisis
Pendahuluan.
https://www.academia.edu/32437911/Bab_1_yang_bener. Diakses pada tanggal 23 Maret 2018 pukul 15.11 WIB. Lindu, Muhammad, Diana Hendrawan dan Pramiati Purwaningrum. 2019. Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan I. Jakarta:Trisakti Rosmilya Mentari, dkk. 2014. Analisis Tts (Total Suspended Solid) Dan Tds (Total
Disolved
Solid).
https://www.academia.edu/9789383/analisis_tts_total_suspended_solid_ dan_tds_total_disolved_solid_jurusan_kimia_fakultas_sains_dan_matem atika_universitas_diponegoro_semarang_2104. Diakses pada tanggal 23 Maret 2018 pukul 08.21 WIB. Saviga Silky, Rifky Eko S. 2014. Laporan Praktikum Kimia Lingkungan Modul Iii
Kekeruhan
(Metode
Nefelometri).
https://www.academia.edu/17667571/Kekeruhan_Silky_Eko_Kel6_Kam is_koreksi_Nartri. Diakses pada tanggal 23 Maret 2018 pukul 09.11 WIB.
29
LAMPIRAN
30