Kebutuhan Psikologis.docx

  • Uploaded by: Ratu Astrid
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kebutuhan Psikologis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,486
  • Pages: 19
HAND OUT

Mata Kuliah

: Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK)

Topik

: Kebutuhan Psikososial

Sub Topik

: 1. Hak-hak klien 2. Konsep stres dan adaptasi 3. Rasa aman dan nyaman

Waktu

: 100 menit

Dosen

: Neneng Martini, SST.

Objektif dari silabus

: Pada akhir perkuliahan mahasiswa dapat menjelaskan kebutuhan psikososial

Sumber pustaka

:

1. Potter & Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik, EGC, Jakarta :2005 2. Alimul H.Aziz, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.Salemba Medika, Jakarta : 2006 3. Sofyan, Mustika., et all(ed)., Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI, Jakarta : 2001

Pendahuluan Secara umum masyarakat semakin meyakini bahwa semua orang mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang faktor budaya, ekonomi, atau faktorfaktor lainnya. Kualitas pelayanan harus menjadi sebuah hak yang sama untuk seluruh klien. Pada tahun 1973 The American Hospital Association (Assosiasi Rumah Sakit Amerika)ntelah mengeluarkan pernyataan tentang hak-hak asasi pasien (Patient’s Bill of Rights) yang kemudian yang direvisi pada tahu 1992. Pernyataan tersebut memberikan beberapa pedoman dan perlindungan bagi klien dengan cara menetapkan beberapa tanggung jawab yang dimiliki rumah sakit dan stafnya terhadap klien dan keluarganya. Setelah klien mendapatkan haknya maka ia juga memiliki kewajiban yang harus diberikan kepada tenaga kesehatan atau bidan. Tenaga kesehatan pun tidak hanya menerima kewajiban pasien sebagai haknya namun ia juga memiliki kewajiban untuk memenuhi hak klien. Dapat dilihat bahwa ada hubungan timbale balik

mengenai hak dan kewajiban diantara klien dan tenaga kesehatan. Jika semua pihak dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik maka seharusnyalah hak pun dapat diterima dengan baik.

1. HAK-HAK KLIEN A. Hak-hak klien 1. Klien berhak mendapatkan informasi, diantaranya : 

Tata tertib dan peraturan Rumah Sakit (RS) atau institusi lainnya



Hasil pemeriksaan baik itu penyakit atau kondisi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.



Tindakan kebidanan yang dilakukan



Alternatif teori lainnya



Prognosa



Perkiraan biaya pengobatan

2. Berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur sesuai dengan profesi tanpa diskriminasi 3. Berhak memilih bidan atau dokter sesuai dengan keinginannya 4. Berhak mendapatkan pendamping suami atau keluarga selama proses persalinan berlangsung atau pada saat kritis 5. Berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdapat di RS tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya sepengetahuan dokter yang merawat 6. Berhak meminta privacy dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya termasuk datadata medisnya 7. Berhak menyetujui atau menolak dengan sukarela tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya atau tindakan tersebut 8. Berhak menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya dan berhak menerima atau menolak bimbingan moril atau spiritual 9. Berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama perawatan selama dalam perawatan di RS 10. Berhak mendapat perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal praktek

B. Kewajiban klien

Klien/pasien dan keluarga wajib : 1. Mentaati segala peraturan dan tata tertib RS atau institusi lainnya 2. Mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang merawatnya 3. Melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan RS atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan atau perawat 4. Memenuhi hal-hal yang selalu disepakati sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat

C. Hak-hak bidan 1. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya 2. Bidan berhak untuk bekerja sesuai standar profesi pada setiap tingkat jenjang pelayanan kesehatan 3. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan perundangan dank ode etik profesi 4. Bidan berhak atas privacy dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh klien, keluarga, maupun profesi lainnya 5. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai 6. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai

D. Kewajiban bidan 1. Bidan wajib mematuhi peraturan RS sesuai dengan hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja 2. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien 3. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien 4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga 5. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya 6. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien 7. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta resiko yang mungkin akan timbul

8. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (inform consent) atas tindakan yang akan dilakukan 9. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan 10. Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal 11. Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbale balik dalam memberikan asuhan kebidanan

E. Informed Choice

F. Informed Consent

2. KONSEP STRES DAN ADAPTASI A. Pengertian 

Stres dapat didefinisikan sebagai, ” respon adaftif, dipengaruhi oleh karakteristik individual dan/atau proses psikologis, yaitu akibat dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal

yang

menyebabkan

tuntutan

fisik

dan/atau

psikologis

terhadap

seseorang.”(Ivancevich dan Matteson, 1980, dalam Kreitner dan Kinicki, 2004.) 

Stres merupakan situasi dimana suatu tuntutan yang sifatnya tidak spesifik dan mengharuskan seseorang memberikan respon atau mengambil tindakan. (Hans Seyle, 1976)



Stres merupakan perubahan dalam lingkungan internal dan eksterna dapat mengganggu fungsi organisme sehingga penting bagi organisme tersebut untuk beradaptasi terhadap stressor agar dapat bertahan. (Claude Bernard, 1987)



Stresor merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang menimbulkan stres

B. Sumber Stresor Stressor, faktor yang menimbulkan stres, dapat berasal dari : 

Sumber internal (diri sendiri) seperti; tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat yang dimiliki, dan sebagainya



Sumber eksternal (keluarga, masyarakat dan lingkungan).seperti; perselisihan dalam keluarga, perpisahan dengan orang tua, iri terhadap teman-teman yang sosialnya lebih tinggi, polusi udara dan lain-lain.

C. Jenis Stres Ditinjau dari penyebabnya, stress dapat dibedakan kedalam beberapa jenis berikut : 1. Stres fisik, merupakan stress yang disebabkan oleh keadaan fisik, seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara bising, sinar matahariyang terlalu menyengat dan lainlain. 2. Stres kimiawi, merupak stress yang disebabkan pengaruh senyawa kimia yang terdapat pada obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormone atau gas dan lain-lain. 3. Stres mikrobiologis, merupakan stress yang disebabkan oleh kuman, seperti virus, bakteri atau parasit. 4. Stres fisiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh, antara lain gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain. 5. Stres proses tumbuh kembang, merupakan stres yang disebabkan oleh proses tumbuh kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan dan pertambahan usia. 6. Stres psikologis atau emosional, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan situasi psikologi atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam hubungan interpersonal, sosial budaya atau keagamaan.

D. Model Stres Model stress dapat digunakan untuk membantu pasien mengatasi respons yang tidak sehat dan tidak produktif terhadap stressor 1. Model berdasarkan respon (Seyle, 1976) Menjelaskan respons atau pola respons tertentu yang dapat mengindikasikan stresor. Stress ditunjukan oleh reaksi fisiologis tertentu yang disebut sindrom adaptasi umum ( General adaptation Syndrom-GAS). 2. Model berdasarkan adaptasi (Mechanic, 1962) Model ini menyebutkan ada empat faktor yang menyebutkan apakah suatu situasi menimbulkan stress atau tidak, yaitu : 

Kemampuan untuk mengatasi stress



Praktik dan norma dari kelompok atau rekan-rekan pasien yang mengalami stress



Pengaruh lingkungan sosial dalam membantu seseorangmenghadapi stressor



Sumber daya yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor.

3. Model berdasarkan stimulus(Holmes dan Rahe, 1976) Model ini berfokus pada karakteritik yang bersifat mengganggu atau merusak dalam lingkungan. Asumsi yang mendasari model ini adalah : 

Peristiwa-peristiwa yang mengubah hidup seseorang merupakan hal normal yang membutuhkan jenis dan waktu penyesuaian yang sama



Orang adalah penerima stress yang fasif; persefsi mereka terhadap suatu peristiwa tidaklah relevan



Semua orang memiliki ambang batas stimulus yang sama dan sakit akan timbul setelah ambang batas tersebut terlampaui.

4. Model berdasarkan transaksi (Lazarus dan Folkman) Model ini memandang orang dan lingkungan dalam hubungan yang dinamis, dan interaktif.Stres berasal dari hubungan antara orang dan lingkungannya

E. Faktor yang memengaruhi respon terhadap stresor 1. Sifat stresor, dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, dapat memengaruhi respon seseorang dalam menghadapi stress 2. Durasi Stresor, lamanya stresor yang dialami seseorang 3. Jumlah Stresor, banyaknya stresor yang dialami seseorang 4. Pengalaman maas lalu, merupakan bekal dalam menghadapi stress berikutnya karena individu telah memiliki kemampuan beradaptasi 5. Tipe kepribadian, (Friedman dan Rosenman, 1974) dibagi menjadi dua tipe kepribadian, yaitu tipe A dan tipe B. Tipe A memiliki cirri-ciri : ambisius, agresif, kompetiitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebih, berbicara cepat, bekerja tidak kenalk waktu, kaku, tidak mudah dipengaruhi, pandai berorganisasi dan memimpin, sulit untuk santai. Tipe B memiliki cirri-ciri : lebih santai, penyabar, tenang, tidak mudah marah,/tersinggung, fleksibel, mudah bergaul. Tipe A lebih rentan terkena stress dibanding tipe B. 6. Tahap perkembangan, membentuk kemampuan adaptasi yang semakin baik Jenis Stresor Berdasarkan Tahap Perkembangan

Tahap Perkembangan

Jenis Stresor

Anak

-

Konflik kemandirian dan ketergantungan pada orang tua Mulai bersekolah Hubungan dengan teman sebaya Kompetisi dengan teman

-

Perubahan tubuh Hubungan dengan teman Seksualitas Kemandirian Menikah Meninggalkan rumah Mulai bekerja Melanjutkan pendidikan Membesarkan anak Menerima proses penuaan Status sosial

-

Usia lanjut Perubahan tempat tinggal Penyesuaian diri pada masa pensiun Proses kematian

-

Remaja

Dewasa muda

Dewasa tengah Dewasa tua

F. Tahapan Stres Menurut Robert J.Van Amberg, 1979, stress dapat dibagi kedalam 6 tahap 1. Tahap pertama, tahap paling ringan: -

Semangat yang berlebihan

-

Penglihatan lebih tajam dari biasanya

-

Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya

2. Tahap kedua,mulai timbul keluhan : -

Merasa letih sewaktu bangun pagi dalam kondisi normal

-

Mudah lelah sesudah makan siang

-

Cepat lelah menjelang sore

-

Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman

-

Jantung berdebar-debar

-

Otot punggung dan tengkuk terasa tegang

-

Tidak bisa santai

3. Tahap ketiga, Keluhan yang semakin nyata : -

Gangguan lambung dan usus

-

Ketegangan otot semakin terasa

-

Perasaan tidak tenang

-

Gangguan pola tidur

-

Tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga

4. Tahap keempat, -

Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas rutin karena perasaan bosan

-

Kehilangan semangat

-

Terlalu lelah karena gangguan pola tidur

-

Kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun

-

Muncul rasa takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya

5. Tahap kelima, -

Kelelahan fisik yang sangat

-

Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana

-

Gangguan pada sistem pencernaan semakin berat

-

Semakin meningkatnya rasa takut dan cemas

6. Tahap ke enam, tahap puncak -

Timbulnya rasa panik dan takut mati yang menyebabkan denyut jantung cepat

-

Kesulitan untuk bernafas Tubuh gemetar dan berkeringat Kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan

-

G. Cara menilai stress 1. Skala Holmes dan Rahe ( 1967) Skala ini menghitung jumlah stres yang dialami seseorang dengan cara menambahkan nilai relatif stres yang disebut Unit Perubahan Hidup, untuk berbagai peristiwa yang dialami seseorang. Pada skala tersebut terdapat sejumlah peristiwa yang dialami seseorang selama 12 bulan terakhir. Beri tanda pada peristiwa yang dialami, jika mengalami dua kali maka skor dikalikan dua dan seterusnya. Selanjutnya seluruh nilai tersebut dijumlah untuk mengetahui berapa total nilai stres.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kematian pasangan hidup Perceraian dengan pasangan Perpisahan dengan pasangan hidup Dipenjara Kematian anggota keluarga dekat Kecelakaan atau jatuh sakit Pernikahan Dipecat dari pekerjaan Rujuk dalam pernikahan

100 73 65 63 63 53 50 47 45

10. Pensiun 11. Perubahan status kesehatan anggota keluarga 12. Kehamilan 13. Masalah seksual 14. Kehadiran anggota keluarga baru 15. Penyesuaian pekerjaan / usaha 16. Perubahan kondisi keuangan 17. Kematian sahabat dekat 18. Pindah kerja atau perubahan 19. Konflik dengan pasangan 20. Pinjaman dalam jumlah besar 21. Pelunasan utang 22. Perubahan tanggung jawab di tempat kerja 23. Anak meninggalkan rumah 24. Masalah dengan ipar, mertua, menentu 25. Prestasi yang luar biasa 26. Pasangan mulai atau berhenti kerja 27. Permulaan atau akhir masa sekolah 28. Perubahan kondisi tempat tinggal 29. Perubahan kebiasaan pribadi (diet) 30. Masalah dengan atasan 31. Perubahan kondisi atau jam kerja 32. Pindah rumah 33. Pindah sekolah 34. Perubahan pola rekreasi 35. Perubahan aktivitas keagamaan 36. Perubahan aktivitas sosial 37. Pinjaman dalam jumlah kecil 38. Perubahan pola tidur 39. Perubahan jumlah pertemuan dengan keluarga 40. Perubahan pola makan 41. Berlibur ke luar kota/negeri 42. Sendirian di hari libur 43. Pelanggaran hukum ringan

45 44 40 39 39 39 38 37 36 35 31 30 29 29 29 28 26 26 25 24 23 20 20 20 19 19 18 17 16 15 15 13 12 11

Tingkat stres: Tidak signifikan <149 Kemungkinan 37% mengalami sakit yang serius Rendah = 150-200 Kemungkinan 51% mengalami sakit yang serius Sedang = 200-299 Sama dengan atas Tinggi > 300 Kemungkinan 80% mengalami sakit yang serius 2. Skala Miller dan Smith (1985)

1=Hampir Selalu 2=Biasanya 3=Kadang-kadang

4=Hampir tidak pernah 5=Tidak pernah 1. Saya makan makanan yang hangat dan berimbang sedikitnya satu kali sehari 2. Saya tidur 7-8 jam sedikitnya empat malam dalam seminggu 3. Saya memberi dan menerima kasih sayang secara teratur 4. Saya memiliki sedikitnya satu orang kerabat yang dapat diandalkan dalam jarak 75 km 5. Saya melakukan olah tubuh hingga berkeringat sedikitnya dua kali seminggu 6. Saya merokok kurang dari setengah bungkus sehari (bukan perokok tapi hampir selalu) 7. Saya minum kurang dari lima gelas minuman beralkohol dalam seminggu (bukan peminum tapi hampir selalu) 8. Berat badan saya seimbang dengan tinggi badan 9. Saya memiliki penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok 10. Saya memperoleh kekuatan dari agama/keyakinan saya 11. Saya menghadiri kegiatan klub atau sosial secara teratur 12. Saya mempunyai jaringan teman dan kenalan 13. Saya mempunyai sedikitnya satu orang sahabat yang dapat dipercaya dalam hal-hal yang bersifat pribadi 14. Kesehatan saya baik (termasuk mata,telinga, dan gigi) 15. Saya dapat berbicara secara terus terang mengenai perasaan saya di saat marah atau gelisah 16. Saya bercakap-cakap secara teratur dengan orang-orang yang tinggal bersama saya mengenai urusan rumah tangga, seperti pekerjaan rumah sehari-hari dan masalah keuangan 17. Saya melakukan sesuatu untuk bersenang-senang sedikitnya sekali seminggu 18. Saya mampu mengelola waktu dengan efektif 19. Saya minum kurang dari tiga cangkir kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein) sehari 20. Saya mengalokasikan waktu untuk berdiam diri dalam sehari

Total Skor =______________ -20 =___________poin Skor Ketahanan Stres : 0 – 10 : Memiliki ketahanan luar biasa terhadap stres 11 – 30 : Tidak terlalu rentan terhadap stres 31 – 50 : Cukup rentan terhadap stres 51 – 74 : Rentan terhadap stres 75 – 80 : Sangat rentan terhadap stres

H. Adaptasi terhadap stres

1

2

3

4

5

1 1 1

2 2 2

3 3 3

4 4 4

5 5 5

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

1 1 1 1

2 2 2 2

3 3 3 3

4 4 4 4

5 5 5 5

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

1

2

3

4

5

1. Adaptasi fisiologis, Seyle membagi menjadi sindrom adaptasi lokal (local adaptation syndrome-LAS) dan sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome -GAS) LAS (local adaptation syndrome) -

Bersifat lokal, tidak melibatkan keseluruhan sistem tubuh

-

Bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk menstimulasinya

-

Bersifat jangka pendek, tidak berlangsung selamanya

-

Bersifat restoratif, membantu memperbaiki homeostasis daerah atau bagian tubuh

GAS (general adaptation syndrome) -

Tahap reaksi alarm (individu siap menghadapi stresor yang akan masuk ke tubuh) a. Hipotalamus mengeluarkan hormon; b. Kelenjar adrenal mengeluarkan adrenalin; c. Memacu denyut jantung,pernapasan cepat dan dangkal; d. Hipotalamus mengeluarkan ACTH (adrenokortikotropik) ; e. Merangsang adrenal mengeluarkan kortikoid; f. Mempengaruhi berbagai fungsi tubuh.

-

Tahap resistensi (tubuh sudah mulai stabil) a. Tingkat hormon, tekanan darah, dan output jantung kembali normal. b. Jika stres dapat diselesaikan maka tubuh akan memperbaiki kerusakan c. Jika tidak teratasi, maka akan masuk pada tahap ketiga

-

Tahap kelelahan a. Tubuh tidak lagi mampu menanggung stres dan habisnya energi yang diperlukan untuk adaptasi b. Tubuh tidak mampu melindungi diri sendiri menghadapi stresor, regulasi fisiologis menurun c. Jika berlanjut, dapat menyebabkan kematian

2. Adaptasi psikologis, merupakan proses penyesuaian diri dengan cara melakukan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan melindungi atau bertahan dari serangan atau hal yang tidak menyenangkan.

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas

-

Menyerang, yaitu menghilangkan, mengatasi stresor, memenuhi kebutuhan, misal :konsultasai dengan ahli

-

Menarik diri dari stresor secara fisik maupun emosi

-

Berkompromi, yaitu mengubah metode yang biasa, mengganti tujuan, dsb.

b. Reaksi yang berorientasi pada ego -

Rasionalisasi. Memberikan alasan yang rasional.

-

Pengalihan. Pengalihan tingkah laku pada objek lain. Contoh : seseorang yang terganggu oleh situasi gaduh yang disebabkan temannya maka ia berupaya menyalahkan temannya tersebut.

-

Kompensasi. Mencari kepuasan pada keadaan lain. Contoh : daya ingatnya menurun, maka ia menonjolkan bakat melukisnya.

-

Identifikasi. Meniru perilaku orang laindan berusaha mengikuti sifat, karakteristik, dan tindakan orang tersebut.

-

Represi. Mencoba menghilangkan pikikran masa lalu yang buruk dengan melupakannya atau menahannya di alam bawah sadar dan senagaj melupakannya.

-

Supresi. Berusaha menekan masalah yang secara sadar tidak diterima dan tidak memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan.

-

Penyangkalan. Berupaya menyangkal masalah yang dihadapi atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.

3. Adaptasi sosial budaya, Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. 4. Adaptasi spriritual, Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya.

I. Teknik Manajemen Stres Merupakan upaya mengelola stress dengan baik, bertujuan mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ketahap yang lebih berat. 1. Mengatur diet dan nutrisi, dengan mengonsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwal yang teratur.

2. Istirahat dan tidur, tidur yang cukup dapat memperbaiki sel-sel yang rusak. 3. Olah raga teratur, untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kekebalan fisik maupun mental. 4. Berhenti merokok 5. Menghindari minuman keras 6. Mengatur berat badan 7. Mengatur waktu 8. Terapi psikofarmaka, menggunakan obat-obatandalam mengatasin stres yang dialami. 9. Terapi somatic, terapi yang dilakukan pada gejala yang ditimbulkan oleh stress. 10. Psikoterapi, bisa secara suportif dengan pemberian dukungan atau motivasi, reedukatif memberiakan pendidikan secara berulang, rekonstriuktif memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami gancangan dan

psikoterapi kognitif yaitu

memulihhkan fungsi kognitif pasien 11. Terapi psikoreligius, terapi menggunakan pendekatan agama.

Manajemen stres yang lain adalah dengan meningkatkan strategi koping yang berfokus pada emosi dan strategi koping yang berfokus pada masalah. Koping yang berfokus pada emosi dilakukan dengan cara mengatur respon emosional terhadap stress melalui perilaku individu misal, mengendalikan diri, menerima tanggung jawab, penilaian secara positif dan strategi koping yang berfokus pada masalah dilakukan dengan mempelajari cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah, missal manajemen waktu, menetapkan prioritas pekerjaan. Tehnik lain adalah relaksasi, meditasi dan lain sebagainya.

3. RASA AMAN DAN NYAMAN Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan diharapakan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

Keamanan lingkungan Sebuah lingkungan dikatakan aman jika jauh dari penyakit atau hal-hal yang dapat menimbulkan kecelakaan. Seseorang akan merasa aman dan nyaman jika berada dalam

lingkungan yang aman dan nyaman. Lingkungan yang aman mempunyai karakteristik antara lain : 

Temperatur dan kelembaban udara yabg sesuai



Cahaya yang cukup



Kebisingan yang rendah



Patogen terkontrol

Faktor –faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan keamanan dan keselamatan: 1. Usia Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang dilakukan. Pada orang tua/lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan tulang. 2. Tingkat Kesadaran Pada pasien koma, menurunnya respon terhadap rangsang, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur. 3. Emosi Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan. 4. Status mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralisis,kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya risiko injuri/gangguan integritas kulit. 5. Gangguan persepsi sensori Kerusakan sensori akan mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan. 6. Informasi/komunikasi Gangguan komunikasi seperti apashia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan. 7. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.

8. Keadaan Imunitas Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga mudah terserang penyakit. 9. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit. 10. Status nutrisi Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi berrisiko terhadap penyakit tertentu. 11. Tingkat pengetahuan Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.

Rasa nyaman (bebas nyeri) Pengertian Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala maupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang bisa menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Beberapa pendapat ahli tentang pengertian nyeri : 1. MC. Coffery (1979), Suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya. 2. Wolf Weifsel Feurst (1974), Merupakan suatu keadaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan 3. Arthur C. Curton (1983), merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut beraksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri 4. Scrumum, suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan emosional.

Fisiologi nyeri

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung – ujung saraf yang sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ viseral, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenisasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis. Stimulasi yang diterima oleh reseptor ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sum-sum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn sendiri terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga membentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus dan spinhoreticular tract (SRT) yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari talamus yang melalui otak tengah dan medula ke tanduk dorsal sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotinin merupakan neurotransmiter dalam impuls supresif. Sistem supresif

lebih mengaktifkan stimulasi

nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respon terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya.

Klasifikasi nyeri Secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronik. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan mudah menghilang yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlansung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Perbedaan Nyeri Akut Dan Kronis

Karakteristik Pengalaman Sumber Serangan

Nyeri Akut Suatu kejadian Sebab eksternal atau penyakit dari dalam Mendadak

Waktu

Sampai 6 bulan

Pernyataan nyeri

Daerah nyeri tidak diketahui dengan pasti

Gejala-gejala klinis

Pola respons yang khas dengan gejala yang lebih jelas Terbatas

Pola Perjalanan

Biasanya berkurang setelah beberapa saat

Nyeri Kronis Suatu situasi, status eksistensi Tidak diketahui atau pengobatan yang terlalu lama Bisa mendadak, berkembang dan terselubung Lebih dari enam bulan sampai bertahun-tahun Daerah nyeri sulit dibedakan intensitas sehingga sulit dievaluasi Pola respons yang bervariasi sedikit gejala-gejala (adaptasi) Berlangsung terus dapat bervariasi Penderitaan meningkat setelah beberapa saat

Jenis nyeri yang sfesifik 

Nyeri somatik dan nyeri visceral, umunya bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit (superficial) pada otot dan tulang



Nyeri menjalar, nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain



Nyeri psikogenik, nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis



Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi



Nyeri neurologis, bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme disepanjang atau dibeberapa jalur saraf. Perbedaan Nyeri Somatik dan Viseral Nyeri Somatik

Karakteristik

Superfisial

Nyeri Viseral Dalam

Kualitas

Tajam, menusuk,membakar

Tajam, tumpul, nyeri terus

Menjalar

Tidak

Torehan,

Stimulasi

Torehan, abrasi Terlalu panas dan dingin

Panas, iskemia Pergeseran tempat

Reaksi autonom

Tidak

Ya

Distensi, iskemia, spasmus, iritasi kimiawi (tidak ada torehan) Ya

Refleks otot

Tidak

Ya

Ya

kontraksi

Stimulus nyeri

Tajam, tumpul, nyeri terus dan kejang Ya

1. Trauma pada jaringan tubuh 2. Gangguan pada jaringan tubuh 3. Tumor 4. Iskemia pada jaringan 5. Spasme otot

Teori nyeri (Barbara C. Long, 1989) 1. Teori Pemisahan (Specificity Theory) Rangsangan sakit masuk ke medula spinalis melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan. 2. Teori Pola (Pattern Theory) Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T. 3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory) Nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil. Keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat besar akan meningkatkan aktivitas subtansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang ke korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferent dan rekasinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan meghambat aktivitas subtansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri. 4. Teori Transmisi dan Inhibisi Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif.

Faktor-faktor yang memengaruhi nyeri 1. Arti nyeri. Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian nyeri merupakan arti negatif seperti membahayakan, merusak dan lain-lain.keadan ini dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan penmgalaman. 2. Persepsi nyeri. Sifatnya subjektif dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor 3. Toleransi nyeri. Erat hubungannya dengan intensitas nyeri. 

Faktor yang meningkatkan toleransi nyeri ; alkohol, obat-obatan, hipnotis, garukan atau gesekan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya.



Faktor yang menurunkan toleransi ; kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, sakit, nyeri yang tidak kunjung hilang dan sebagainya.

4. Reaksi terhadap nyeri. Merupakan respon seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis,menjerit. Dipengaruhi oleh faktor arti nyeri, persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia dan lain-lain.

Related Documents

Kebutuhan
April 2020 32
Kebutuhan Ruang.docx
April 2020 14
Kebutuhan Atk.docx
November 2019 29
Kebutuhan P2h.docx
June 2020 18
Kebutuhan Reagen.xlsx
May 2020 26

More Documents from "Ratu Astrid"