KEBISINGAN DI TEMPAT KERJA K3
OLEH : KELOMPOK 1
NOVIA DEA RABA 4517111019 RINI SEPTIANI 4517111034 DESTRI NELI ARIS 4517111041 MUH.RIZA ARIF VITARIA 4517111048 CALVIN WIJAYA 4517111049
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BOSOWA 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kasih karunia-Nya dan hikmah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’KEBISINGAN DI TEMPAT KERJA (K3)’’ Selama penyusunan dan pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dengan penuh keikhlasan. Oleh karna itu pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen pembimbing mata kuliah Kedokteran Industri. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari Kesempurnaan. Oleh karna itu segala saran dan kritik yang bersifat membanggun sangat kami harapkan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Kami berharap agar makalah ini dapat di terima, dan bermanfaat bagi kami serta bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. DAFTAR ISI………………………………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………. I.LATAR BELAKANG……………………………………………………………… II.RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………..... III.TUJUAN ………………………………………………………………………… BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………. A. B. C. D. E. F. G.
DEFINISI KEBISINGAN………………………………………………… SIFAT KEBISINGAN…………………………………………………….. JENIS-JENIS KEBISINGAN…………………………………………….. PENGUKURAN KEBISINGAN…………………………………………. NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN DAN STANDAR KEBISINGAN PENGARUH KEBISINGAN………………………………………………. PENCEGAHAN KEBISINGAN …………………………………………..
BAB III PENUTUP...................................................................................................... A.KESIMPULAN……………………………………………………………………... B.SARAN…………………………………………………………………………….... DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN I.
Latar Belakang Kebisingan merupakan sebuah bentuk energy yang bila tidak disalurkan pada tempatnya akan berdampak serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan. upaya pengawasan kualifikasi
dan pengendalian suatu
perusahaan
kebisingan menjadi dalam
menangani
faktor
yang
menentukan
masalah lingkungan yang
muncul. Kebisingan merupakan salah satu aspek lingkungan yang perlu diperhatikan. Karena termasuk polusi yang mengganggu dan bersumber pada suara/bunyi. Oleh karena itu bila bising tidak dapat dicegah atau dihilangkan, maka yang dapat dilakukan yaitu mereduksi dengan melakukan pengendalian melalui berbagai macam cara. II.
Rumusan Masalah 1. Apa definisi kebisingan? 2. Bagaimana Sifat kebisingan dan Sumber Bunyi? 3. Apa saja Jenis-jenis Kebisingan? 4. Bagaimana Pengukuran Kebisingan? 5. Bagaimaa Nilai ambang batas kebisingan dan Standar Kebisingan? 6. Apa Pengaruh Kebisingan? 7. Bagaimana Pengendalian Kebisingan?
III.
Tujuan 1. Mengetahui definisi kebisingan 2. Mengetahui Sifat kebisingan dan Sumber Bunyi 3. Mengetahui Jenis-jenis Kebisingan 4. Mengetahui Pengukuran Kebisingan 5. Mengetahui Nilai ambang batas kebisingan dan Standar Kebisingan 6. Mengetahui Pengaruh Kebisingan 7. Mengetahui Pengendalian Kebisingan
BAB 2 PEMBAHASAN A. Definisi Kebisingan Kebisingan pada lingkungan dapat bersumber dari suara kenderaan bermotor, suara mesin-mesin industri dan sebagainya. Keputasan Menteri Negara lingkungan hidup
No.32Kep-48/MENLH/11/1996,
tentang
baku
tingkat
Kebisingan
menyebutkan: “ kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertuntu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan” Berikut ini definisi kebisingan menurut para ahli: Menurut Doelle (1993): “suara atau bunyi secara fisis merupakan penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastis seperti misalnya udara. Secara fisiologis merupakan sensasi yang timbul sebagai akibat propagasi energi getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke gendang telinga.” Menurut Patrick (1977): “kebisingan dapat pula diartikan sebagai bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya.”Menurut Prabu, Putra (2009) bising adalah suara yang mengganggu. Menurut Ikron I Made Djaja, Ririn A.W, (2005) bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. Dari pengertian diatas terlihat bahwa kebisingan terjadi bila ada bunyi dilingkungan. Terdaat 2 hal yang mempengaruhi kualitas bunyi yaitu frekuensi dan intensitas. Dalam hal ini, frekuensi merupakan jumlah getaran yang sampai ditelingasetiap detiknya. Sedangkan intensitas merupakan besranya arus energi yng diterima oleh telinga manusia. B. Sifat kebisingan dan Sumber Bunyi 1) Sifat Kebisingan Sifat dari kebisingan antara lain (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003): Kadarnya berbeda, Jumlah tingkat bising bertambah, maka gangguan akan bertambah pula;Bising perlu dikendalikan karena sifatnya mengganggu.
2) Sumber Bunyi Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan. Jika dilihat di sekitar kita sumber bising sangatlah banyak. Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Mesin merupakan kebisingan yang berasal dari mesin. 2. Vibrasi, Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain. 3. Pergerakan Udara, Gas dan Cairan Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain C. Jenis-jenis Kebisingan Perbedaan frekuensi
dan intensitas
menyebabkan adanya jenis-jenis
kebisingan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Jenis-jenis kebisingan dapat dibedakan menjadi 4 bagian yaitu: : 1. Bising yang kontinya Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas.bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun. b. Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, katup gas. 2. Bising terputus-putus Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung secar tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api 3. Bising impulsif Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan suara ledakan mercon, meriam. 4. Bising impulsif berulang Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas : a) Bising yang mengganggu (Irritating noise). Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur. b) Bising yang menutupi (Masking noise) Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja , karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain. c) Bising yang merusak (damaging/injurious noise) Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas.Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. D. Pengukuran Kebisingan Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika kita berteriak suara kita lebih kuat dari pada berbisik, sehingga teriakan itu memiliki
energi
lebih besar untuk
mencapai
jarak yang lebih jauh. Unit untuk
mengukur intensitas bunyi adalah desibel (dB). Skala desibel merupakan skala yang bersifat logaritmik. Penambahan tingkat desibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar. Contoh, jika bunyi bertambah 3 dB, volume suara sebenarnya meningkat 2 kali lipat. Kebisingan dapat menggangu karena frekuensi dan volumenya. Sebagai contoh, suara berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari suara berfrekuensi rendah. Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring dengan bantuan alat: Noise Level Meter dan Noise Analyzer, untuk mengidentifikasi paparan; Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan dan untuk menganalisis dampak paparan pada pekerja. Ada tiga cara atau metode yang digunakan dalam pengukuran akibat kebisingan dilingkungan kerja. a. Pengukuran dengan titik sampling Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk dapat mengevaluasi kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana misalnya kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan missalnya 3 meter dari jetinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat ukur yang digunakan. b. Pengukuran dengan peta kontur Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dala mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menetukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukurannya yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambar keadaan kebisingan dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan diatas 90dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85-90 dBA. c. Pengukuran dengan gird Untuk mengukur dengan gird adalah dengan membuat contoh data kebisingan pada lokasi yang diinginkan. Titik-titik sampling harus dibuat dengan jarak interfal yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi
dibagi menjadi beberapa kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya: 10 x 10 M. kotak tersebut ditandai dengan batis dan kolom untuk memudahkan identitas.
Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound survey meter, sound level meter, octave band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan bising kebanyakan sound level meter dan octave band analyzer sudah cukup banyak memberikan informasi. Sound Level Meter (SLM) SLM adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik termasuk attenuator,3
jaringan
perespon
frekuensi,
skala
indikator
dan amplifier. Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap suara bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga kurang sensitif terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon manusia terhadap berbagai
frekuensi.
Tiga
pembobotan
tersebut
berfungsi
untuk
mengkompensasi perbedaan respon manusia. Octave Band Analyzer (OBA) Bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang berbedabeda, oktaf yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di SLM tetap berupa nilai tunggal. Hal ini tentu saja tidak representatif. Untuk kondisi pengukuran yang rumit berdasarkan frekuensi, maka alat yang digunakan adalah OBA. Pengukuran dapat dilakukan dalam satu oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,5 – 75, 75-150, 300-600,600-1200, 1200-2400, 2400-4800, dan 4800-9600 Hz. E. Nilai ambang batas kebisingan dan Standar Kebisingan Nilai batas amabang kebisingan adalah 85 dB yang ditanggap aman untuk sebagaian besar tenega kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai ambangbatas untuk kebisingan ditempat kerja adalah intensitas tertinggi dan
merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenega kerja tanpa mengakibatkan TINGKAT
No
KEBISINGAN
(dBA)
PEMAPARAN HARIAN
1.
85
8 Jam
2.
88
4 Jam
3.
91
2 Jam
4.
94
1 Jam
5.
97
30 menit
6.
100
15 menit
hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu teus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Berikut ini table waktu maksimum untuk bekerja.
Table 1.2 Waktu maksimum untuk bekerja adalah sebagai F. Pengaruh Kebisingan Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan kepada indera-indera pendengar. Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pemaparan dihentikan. Tetapi pemaparan secara terus-menerus mengakibatkan kerusakan menetap kepada inderaindera pendengaran. Dampak kebisingan tergantung kepada besar tingkat kebisingan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energy bunyi yang dinyatakan dalam satuan desiBell (dB). Pemantauan tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan alat sound Level Meter.Selain gangguan kesehatan kerusakan terhadap indera-indera pendegar, kebisingan juga dapat menyebabkan : gangguan kenyamanan, kecemasan dan gangguan emosional, stress, denyut jantung bertambah dan gangguan-gangguan lainnya. Secara umum pengaruh kebisingan terhadapa masyarakat dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Ganguan Fisiologis
Ganguan fisiologis yang diakibatkan oleh kebisingan yakni gangguan yang langsung terjadi pada faal manusia. Gangguan ini diantaranya:1)Perederan darah terganggu oleh kerena permukaan darah yang dekat dengan permukaan kulit menyempit akibat bising > 70 dB, 2)Otot-otot menjadi tegang akibat bising > 60 dB, 3)Gangguan tidur, &4)Gangguan pendengaran, oleh karena bunyi yang terlalu keras dapat merusak gendang telinga.
2. Gangguan Psikologis Gangguan yang secara tidak langsung terhadap manusia dan sukar untuk diukur. Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, dan cepat
marah..
Bila
kebisingan
diterima
dalam waktu
lama
dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
G. Pencegahan Kebisingan Mengingat dampak negative dari pemaparan kebisingan bagi masyarakat, sebisa mungkin diusahakan agar tingkat kebisingan yang memapari masyarakat lebih rendah dari baku tingkat kebisingan. Hal ini dapat dilakukan dengan pengendalian kebisisngan pada sumbernya, penempatan penghalang (barrier) pada jalan transmisi ataupun proteksi pada masyarakat yang terpapar. Pengendalian kebisingan pada sumbernya dapat melalui pemberlakuan peraturan yang melarang sumber bising (misalnya mesin pabrik) yang mengelurkan bunyi dengan tingkat kebisingan yang tinggi. Penempatan penghalang (barrier) pada jalan transmisi masih dapat dilakukan dengan membuat penghalang (barrier) pada jalan transmisi diantara sumber bising dengan masyarakat yang terpapar. Sebagai contoh, penanaman pohon bamboo disekitar kawasan industry dapat mereduksi bising yang diterima masyarakat ataupun proteksi kebisingan ada masyarakat yang terpapar dapat dilakukan pengguanaan sumbat telinga pada masyarakat yang berada dekat kawasan industry yang menghasilkan kebisingan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil diskusi kami tentang “Kebisingan” maka dapat kami simpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan ataupun bunyi yang tidak sesuai dengan tempat dan waktu yang bersumber dari segala aktivitas/kegiatan manusiayangdapat berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena Masyarakat yang terpapar oleh kebisingan dapat menimbulkan gangguan kesehatan salah satunya adalah gangguan pendengaran serta kenyamanan lingkungan, karena itu diperlukan upaya-upaya untuk mengendalikan kebisingan yang ada dilingkungan tersebut.
B. Saran Saran yang dapat penulis berikan pada pembaca makalah ini yaitu kiranya pembaca makalah ini bisa mengetahui dengan jelas tentang Perkembangan Keilmuan Promosi Kesehatan agar dapat berguna bagi kehidupan para pembaca makalah ini, dan kiranya pembaca makalah ini bisa mengkritik dan memperbaiki cara penulisan atau penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetirto I. Tuli akibat bising ( Noise induced hearing loss ). Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1990. h. 37-9. 2. Soetirto I, Bashiruddin J. Gangguan pendengaran akibat bising. Disampaikan pada Simposium Penyakit THT Akibat Hubungan Kerja & Cacat Akibat Kecelakaan Kerja, Jakarta, 2 Juni, 2001. 3.
Stach BA. Clinical audiology an introduction. San Diego : Singular Publishing Group Inc, 1998. h.137-41.
4 . Rabinowitz PM.Noise-induced hearing loss.http://www.findarticles.com/ cf_0/m3225/9_61/62829109/print.jhtml 5. Heggins II ,J. The effects of industrial noise on hearing. http://hubel. sfasu.edu/courseinfo/SL98/hearing.html