Kebakaran.docx

  • Uploaded by: Ester Christina Octavia Simanjuntak
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kebakaran.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,558
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api dan

menyebabkan kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas bercahaya yang di akibatkan oleh terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian persenyawaan. Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah pembakaran atau suatu reaksi antara bahan yang dapat terbakar dengan oksigen,dalam keadaan sedemikian rupa sehingga timbul panas dan api dan menyebabkan kerugian. Bahaya kebakaran harus dipahami oleh setiap orang karena kebakaran biasa terjadi dimana-mana, selain merugikan diri sendiri juga orang lain yang berada disekitar area kebakaran. Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran” yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja disebutkan dalam Pasal ayat 1 “Pengurus atau

Perusahaan

wajib

mencegah,

mengurangi

dan

memadamkan

kebakaran,

menyelenggarakan latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja”. Sebuah gedung mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung kelancaran dan kesinambungan operasi perusahaan atau proses kerja secara keseluruhan. Oleh karena itu, semua pihak yang turut memanfaatkan gedung ini, baik individu ataupun badan perusahaan,

termasuk mitra kerja harus aktif memelihara

dan menjaga kebersihan,

keselamatan dan kesehatan kerjanya. Salah satu perwujudan perusahaan dalam memelihara dan menjaga keselamatan dan kesehatan kerjanya adalah melalui penerapan Manajemen Penanggulangan Kebakaran. Sebuah gedung melalui penerapan Manajemen Penanggulangan Kebakaran harus mampu mengatasi kemungkinan terjadinya

kebakaran melalui

kesiapan dan keandalan

sistem proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian kebakaran. Selain petugas, semua pihak yang terkait dalam setiap pemanfaatan bangunan harus terlibat dalam upaya penanggulangan kebakaran. Semua pihak, baik karyawan maupun mitra kerja harus turut aktif berusaha agar peristiwa kebakaran yang tidak dikehendaki dan merugikan 1

tersebut tidak terjadi. Jadi semua pihak harus memikirkan dan mematuhi seluruh peraturan dan anjuran – anjuran keselamatan yang telah di buat pada setiap bagian dalam sebuah gedung tersebut seperti larangan merokok, larangan menggunakan tangga darurat untuk operasi normal dan lain sebagainya yang telah ditetapkan. Disektor industri sendiri yang berkembang secara kompleks, dimana terdapat banyak sumber potensi yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Maka bila terjadi kebakaran akan banyak pihak yang akan merasakan kerugiannya, antara lain pihak investor, para pekerja, pemerintah maupun masyarakat luas. Sesuai dengan Undang – undang No. 1 Bab III pasal 3 tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja : “Syarat – syarat keselamatan kerja yang berhubungan dengan penanggulangan kebakaran antara lain mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran, penyediaan sarana jalan untuk menyelamatkan diri, pengendalian asap, panas dan gas serta melakukan latihan bagi semua karyawan.” 1.2.

Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kebakaran ? 2. Apa penyebab kebakaran ? 3. Apa saja klasifikasi kebakaran ? 4. Apa aspek bahaya dan akibat kebakaran ? 5. Bagaimana penanggulangan dan pencegahan kebakaran? 6. Apa saja media pemadam kebakaran ? 7. Bagaimana manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1.3.

Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari Kebakaran 2. Untuk mengetahui penyebab kebakaran 3. Untuk mengetahui klasifikasi kebakaran 4. Untuk mengetahui aspek bahaya dan akibat kebakaran 5. Untuk mengetahui cara penanggulangan dan pencegahan kebakaran 6. Untuk mengetahui media pemadam kebakaran 7. Untuk mengetahui manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kebakaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api dan menyebabkan kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas bercahaya yang di akibatkan oleh terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian persenyawaan. Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah pembakaran atau suatu reaksi antara bahan yang dapat terbakar dengan oksigen,dalam keadaan sedemikian rupa sehingga timbul panas dan api yang menyebabkan kerugian. Kebakaran adalah reaksi kimia yang berlangsung cepat serta memancarkan panas dan sinar. Reaksi kimia

yang timbul termasuk jenis reaksi oksidasi. Menurut Direktorat

pengawasan keselamatan

kerja Ditjen pembinaan pengawasan ketenagakerjaan,

Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki,

2001:8)

boleh jadi api itu kecil tetapi tidak

dikehendaki adalah termasuk kebakaran. Sedangkan menurut

Depertemen Tenaga Kerja dalam bukunya yang berjudul

Training Material K3 bidang penanggulangan

kebakaran (1997) menyatakan bahwa,

kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Bahan bakar dapat berupa bahan padat, cair atau uap/gas akan tetapi bahan bakar yang terbentuk uap dan cairan biasanya lebih mudah menyala.

2.2. Penyebab Kebakaran Pada umumnya penyebab kebakaran bersumber pada 3 (tiga) faktor yaitu : a. Faktor manusia Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain : 1. Pekerja a. Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip

dasar pencegahan

kebakaran.

3

b. Menempatkan barang atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa menghiraukan norma – norma pencegahan kebakaran. c. Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, melebihi kapasitas yang telah ditentukan. d. Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin. e. Adanya unsur – unsur kesengajaan. 2. Pengelola a. Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja. b. Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja. c. Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik, terutama kegiatan dalam bidang kegiatan penentuan bahaya, penerangan bahaya dan lain- lain. d. Tidak adanya standar atau kode yamg dapat diandalkan atau penerapannya tidak tegas, terutama yang menyangkut bagian kritis peralatan. e. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran yang tidak diawasi secara baik.

b. Faktor teknis sebagai penyebab kebakaran dan peledakan 1. Proses fisik/mekanis Yaitu dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api akibat pengetesan benda – benda maupun adanya api terbuka, misalnya pekerjaan perbaikan dengan menggunakan mesin las. 2. Proses kimia Yaitu dapat terjadi kebakaran pada waktu pengangkutan

bahan – bahan kimia

berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa memperhatikan petunjuk – petunjuk yang ada. 3. Tegangan listrik

4

Banyak titik kelemahan

pada instalasi

listrik

yang dapat mendorong terjadinya

kebakaran yaitu karena hubungan pendek yang menimbulkan panas dan bunga api yang dapat menyalakan dan membakar komponen lain. c. Faktor Alam Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor alam adalah : Petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan yang luas dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain – lain. Penyebab terjadinya kebakaran kebakaran di industry , dapat terjadi karena beberapa hal: 1. Nyala api atau sumber api Sumber api bebas, percikan api, maupun putung rokok yang dapat menyebabkan kebakaran jika terjadi kontak dengan bahan – bahan yang mudah terbakar. 2. Gangguan aliran listrik ILO (1992) menyatakan

bahwa gangguan

listrik

merupakan penyebab utama

kebakaran dalam industry. 3. Ledakan cairan atau uap yang bertemperatur dan bertekanan tinggi. 4. Ledakan atau kebocoran unsur kimia.

2.3.

Klasifikasi kebakaran

Klasifikasi kebakaran ialah penggolongan atau pembagian kebakaran berdasarkan jenis bahayanya, dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih mudah, cepat dan lebih tepat dalam pemilihan media pemadam yang digunakan untuk memadamkan kebakaran. Dengan mengacu pada standar (Depnaker, Traning Material K3 bidang penanggulangan kebakaran :1997:14). a. Kebakaran Kelas A Kebakaran ini disebabkan oleh bahan-bahan yang sifatnya mudah terbakar seperti kayu, kertas, kain dan sejenisnya. Alat pemadam api yang digunakan untuk tipe kebakaran ini dapat menggunakan fire extinguisher jenis dry chemical powder biasa ataupun fire extinguisher tipe CO2. Pemakaian air dapat memadamkan tipe kebakaran ini juga dan dinilai efektif. Tipe alat pemadam api dry chemical powder adalah fire extinguisher yang paling banyak ditemui dan paling umum digunakan. b. Kebakaran Kelas B 5

Jenis kebakaran ini disebabkan oleh cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, gas, lemak, lilin, thinner, pernis dan sejenisnya. Solusi mengatasi kebakaran tipe ini adalah dengan membatasi oksigen di area kebakaran. Jangan memakai air untuk memadamkan tipe kebakaran ini karena akan menyebabkan terjadinya penyebaran api. Penggunaan alat pemadam api tipe ABC powder atau tipe karbon dioksida (CO2) merupakan solusi pemadaman yang paling baik untuk memadamkan kebakaran cairan mudah terbakar dalam keadaan tertutup. Pada saat memadamkan kebakaran kelas B di ruangan tertutup, pastikan supply oksigen pada pernafasan anda terjamin, karena pada kebakaran, bukan hanya api saja yang berbahaya namun asap dari api juga dapat membahayakan kehidupan anda. c.

Kebakaran Kelas C

Disebabkan oleh terjadinya hubungan arus listrik yang biasanya membakar kabel atau fitting dan area disekitarnya. Bisa juga disebabkan oleh peralatan listrik yang terbakar. Penggunaan gas cair BCF atau Bromo Chloro diFluoromethane atau alat pemadam api tipe karbon dioksida (CO2) merupakan pemadam paling efektif untuk memadamkan kebakaran kelas C. Hindari pemakaian air atau pemadam jenis busa untuk memadamkan pada kebakaran kelas C karena alat pemadam api yang berbasis air dapat menghantarkan arus listrik. Perlu diperhatikan juga jika anda menyemprotkan alat pemadam CO2, maka biasanya udara di sekitar area kebakaran akan mengembun dan jika jumlahnya banyak dapat berpotensi untuk menghantarkan arus listrik juga. d. Kebakaran Kelas D Kebakaran jenis ini disebabkan oleh logam tertentu yang mudah terbakar seperti Zinc, Magnesium, serbuk Aluminium, Sodium, Titanium dan lain-lain. Solusi untuk kebakaran jenis ini adalah pemakaian alat pemadam api jenis powder. Kebakaran tipe D paling jarang terjadi. e. Kebakaran kelas K Pada kasus kebakaran kelas K yang biasanya terjadi di dapur, akibat minyak goreng yang dipanaskan terlalu lama, anda dapat menggunakan telur atau bahan-bahan masakan yang tidak mengandung air untuk segera memadamkannya, menggunakan air akan menyebabkan minyak panas meletup dan akan berbahaya bagi orang yang disekitarnya. Pada restoran-restoran dengan alat deep fryer, biasanya disediakan alat pemadam tipe wet chemical yang mengandung Potassium Acetate untuk mengatasi potensi kebakaran kelas K. 6

2.4. Peristiwa

Aspek Bahaya dan Akibat kebakaran kebakaran adalah kejadian yang sangat merugikan

bagi manusia secara

individual, kelompok sosial, maupun negara. Secara keseluruhan kerugian dapat berupa korban manusia, kerugian harta benda ekonomi maupun dampak sosial. (Depertemen Tenaga Kerja, 1997). Peristiwa kebakaran yang terjadi dapat menimbulkan beberapa bahaya, antara lain : 1. Bahaya radiasi panas Pada saat terjadi kebakaran, panas yang ditimbulkannya radiasi, sehingga

benda – benda sekelilingnya

merambat dengan cara

menjadi panas, akibatnya benda

tersebut akan menyala jika titik nyalanya terlampaui. Untuk menghindari hal tersebut, upaya pendinginan harus dilakukan saat proses pemadaman. 2. Bahaya ledakan Bahaya ledakan dapat terjadi saat kebakaran, diantara bahan yang terbakar dan mudah meledak, misalnya terdapat tabung gas bertekanan. Pada saat pemadaman, harus diupayakan agar selalu waspada akan bahaya ledakan yang mungkin terjadi. 3. Bahaya asap Suatu peritiwa

kebakaran akan selalu menimbulkan

asap yang ketebalannya

tergantung dari jenis bahan yang terbakar dan temperatur kebakaran tersebut. Adapun bahaya akibat asap antara lain : a. Pada suatu ruangan tertutup, ketebalan asap akan mengganggu pandangan yang berakibat kehilangan arah saat penyelamatan diri dan tertutupnya tanda arah keluar sehingga orang tersebut terjebak dalam kebakaran. b. Keberadaan asap akan mengurangi konsentrasi, oksigen diudara, sehingga akan mengganggu pernapasan. 4. Bahaya gas Adanya gas berbahaya dan beracun sebagai produk pembakaran, bahan kimia, atau bahan lainnya harus diwaspadai. Gas tersebut dapat menyebabkan iritasi, sesak napas, bahkan menimbulkan racun yang mematikan sebagaimana

dinyatakan oleh Colling

(1990) bahwa “Gas beracun yang biasanya dihasilkan oleh proses kebakaran yaitu HCN, NO₂, NH₃, HCl, dan lain – lain. Gas beracun tersebut dapat meracuni paru – paru dan menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan mata. Sedangkan gas lain yang beracun, seperti CO₂ dan H₂S dapat mengurangi kadar oksigen diudara. Pada keadaan 7

normal, kadar oksigen diudara sekitar 21 %, kadar oksigen diudara akan berkurang pada saat terjadi kebakaran karena oksigen diudara kurang dari 16 %, orang akan lemas dan tidak dapat mengenali bahaya yang ada disekitarnya. Sedangkan pada kadar 12 % orang tidak akan bertahan hidup. (Dalam Skripsi Muhammad Asep Ramdan, 2000)

2.5.

Penanggulangan dan pencegahan kebakaran

Penanggulangan

kebakaran adalah segala daya upaya untuk mencegah

dan

memberantas kebakaran (Departemen Tenaga Kerja, Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran : 1997 : 4). Pencegahan kebakaran adalah usaha – usaha untuk memutuskan rangkaian unsur penyebab timbulnya

api yang tidak dikehendaki yang dilakukan secara terencana

sejak pra kondisi dan terus menerus (Departemen Tenaga Kerja, Training Meterial K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran : 1997 : 4).

Terdapat 3 (tiga) cara untuk mengatasi atau memadamkan kebakaran : 1. cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau menjauhkan bahan atau benda- benda yang dapat terbakar. 2. Cara pendinginan yaitu cara memadamkan kebakaran dengan menurunkan panas atau suhu. Bahan air yang paling dominan digunakan dalam menurunkan panas dengan jalan menyemprotkan atau menyiramkan air ketitik api 3. Cara isolasi atau lokalisasi yaitu cara pemadaman kebakaran dengan mengurangi kadar atau persentase O2 pada benda-benda yang terbakar. Sedangkan menurut Departemen Tenaga Kerja dalam bukunya Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran (1997:17), mengemukakan teori pemadaman api dengan beberapa cara sebagai berikut : a.

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah dengan

cara pendinginan/menurunkan

temperatur

bahan bakar sampai tidak dapat

menimbulkan uap atau gas untuk pembakaran. Salah satu bahan yang efektif terbaik menyerap panas adalah Air. Pendinginan permukaan biasanya tidak efektif pada produk gas dan cairan yang mudah terbakar dan memiliki flash point dibawah suhu air yang dipakai untuk pemadaman. Oleh karena itu media air tidak dianjurkan untuk

8

memadamkan kebakaran dari bahan cairan mudah terbakar dengan flash point di bawah 100⁰F atau 37⁰C. Semprotan air dapat mendinginkan kebakaran jika : 1. Kecepatan pemindahan panas sebanding dengan luas permukaan cairan yang terpapar oleh api. 2. Kecepatan pemindahan panas tergantung pada perbedaan suhu antara air dengan udara sekitarnya atau benda terbakar. 3. Kecepatan pemindahan

panas yang juga tergantung

pada

kandungan uap dalam udara, khususnya dalam penjalaran api. 4. Kapasitas penyebaran panas dari air tergantung pada jarak yang ditempuh oleh air dan kecepatannya dalam daerah pembakaran. b.

Pendinginan dengan menggunakan oksigen (smothering)

Dengan membatasi/mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api akan dapat padam. Pemadaman kebakaran dengan cara ini dapat lebih cepat apabila uap yang terbentuk dapat terkumpul di dalam daerah yang terbakar, dan proses penyerapan panas oleh uap akan berakhir apabila uap tersebut mulai mengembun, dimana dalam proses pengembunan ini akan dilepasnya sejumlah panas. c.

Pengembalian atau pemindahan bahan bakar

Pemindahan bahan bakar unutk memadamkan api lebih efektif akan tetapi tidak selalu dapat dilakukan untuk prakteknya mungkin sulit, sebagai contoh pemindahan bahan bakar yaitu dengan memompa minyak ketempat lain dan memindahkan bahan – bahan yang mudah terbakar. Cara lain adalah dengan menyiramkan bahan bakar yang terbakar tersebut dengan air atau dengan membuat

busa yang dapat

menghentikan/memisahkan minyak dengan daerah pembakaran. d.

Pemutusan rantai reaksi api

Cara ini menggunakan bahan kimia yang bernama Halon, bereaksi untuk memisahkan jenis kimia aktif pada reaksi nyala api. Pencegahan kebakaran adalah usaha mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan 9

kelengkapannya, pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya maupun dari segi mudah dicapainya. Untuk mengantisipasi

terjadinya

kecelakaan

akibat

kebakaran

Pemerintah

mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran”.Yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja disebutkan dalam Pasal ayat 1 “Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi

dan

memadamkan

kebakaran,

menyelenggarakan

latihan

penganggulangan kebakaran di tempat kerja”. Peralatan Pencegahan Kebakaran , APAR atau fire extinguishers atau racun api merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A, B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kimia kering, foam atau busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai di Indonesia. Secara singkat cara mengoperasikan APAR adalah sebagai berikut. 1. APAR Jenis Air Pada jenis ini media pemadamnya berupa air yang terletak pada tabung. Dibuat dalam dua konstruksi yaitu SPT dan GCT. Jarak jangkau pancaran sekitar 10 ft sampai 20 ft. Dan waktu pancaran sekitar satu menit untuk kapasitas 2,5 galon. Hanya direkomendasikan untuk kebakaran jenis A, dengan luas bidang jangkauan sekitar 2500 ft persegi, jarak penempatan setiap 50 ft. 2. APAR Jenis Busa Tabung utama berisi larutan sodium bikarbonat (ditambah dengan penstabil busa). Tabung sebelah dalam berisi larutan aluminium sulfat. Campuran dari kedua larutan tersebut akan menghasilkan busa dengan volume 10 kali lipat. Busa ini kemudian didorong oleh gas pendorong (biasanya CO2 ). 10

3. APAR Jenis Karbon Dioksida APAR jenis ini memadamkan dengan cara isolasi (smothering) di mana oksigen diupayakan terpisah dari apinya. Di samping itu CO2 juga mempunyai peranan dalam pendinginan. Material yang diselimuti oleh CO2 akan cenderung lebih dingin.. 4. APAR Jenis Serbuk Kimia Kering (dry chemical powder) APAR jenis ini berisi tepung kering sodium bikarbonat dan tabung gas karbon dioksida atau gas nitrogen (di dalam cartridge) sebagai pendorongnya. Gas pendorong bisa ditempatkan dalam tabung atau di luar tabung. Tepung kimia kering bersifat cepat menutup material yang terbakar, dan mempunyai daya jangkau menutup permukaan yang cukup luas. 5. APAR Jenis Gas Halon dan Pasca Halon APAR jenis ini biasanya berisi gas halon yang terdiri dari unsur-unsur karbon, fluorine, bromide dan chlorine. Namun sejak diketemukan lubang pada lapisan ozon yang diduga disebabkan oleh salah satu unsur gas halon maka menurut perjanjian Montreal gas halon tidak boleh dipergunakan lagi, dan mulai 1 Januari 1994 gas halon tidak boleh diproduksi. Adapun alat pendukung APAR antara lain: a.

Hydran

Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air. Detektor Asap atau Smoke Detector Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung. b.

Fire Alarm

Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat. c.

Sprinkler

11

Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut 2.6.

Jenis media pemadam kebakaran

Menurut Depnaker dalam bukunya Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran, adalah Dalam mengenal berbagai jenis media pemadam kebakaran dimaksudkan

agar dapat menentukan

memadamkan kebakaran secara efektif,

jenis media yang tepat, sehingga efisien,

dapat

dan aman. Dari bentuk fisiknya

media pemadam kebakaran ada 5 jenis yaitu : 1. Air Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran yang cocok atau tepat untuk memadamkan

kebakaran bahan padat (klas A) karena

dapat menembus sampai bagian dalam. Bahan pada yang cocok dipadamkan dengan menggunakan air adalah seperti : kayu, arang, kertas, tekstil, plastic dan sejenisnya 2. Busa Busa dapat memadamkan kebakaran melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu : - Menutupi yaitu membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar, sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus. - Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar. - Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar sehingga suhunya menurun. 3. Serbuk kimia kering Daya pemadam dari serbuk kimia kering ini bergantung pada jumlah serbuk yang dapat menutupi permukaan yang terbakar. Makin halus butir – butir serbuk kimia kering makin luas permukaan yang dapat ditutupi. Adapun butiran bahan kimia kering yang sering digunakan adalah Ammonium hydro phospat yang cocok digunakan untuk memadamkan kebakaran klas A, B dan C. Cara kerja serbuk kimia kering ini adalah secara fisik dan kimia. 12

4. Kabon dioksida (CO₂) Media pemadam api CO₂ didalam tabung harus dalam keadaan fase cair bertekanan tinggi. Prinsip kerja gas CO₂ dalam memadamkan api ialah reaksi dengan oxygen (O₂) sehingga konsentarsi didalam udara berkurang, sehingga api akan padam hal ini disebut pemadaman dengan cara menutup. Namun CO₂ juga mempunyai kelemahan ialah bahwa media pemadam tersebut tidak dapat dicegah terjadinya kebakaran kembali setelah api padam (reignitasi). Hal ini disebabkan CO₂ tersebut tidak dapat mengikat oxygen (O₂) secara terus menerus tetapi hanya mengikat O₂ sebanding dengan jumlah CO₂ yang tersedia sedang supply oxygen disekitar tempat kebakaran terus berlangsung.

5. Halon Pada saat terjadi kebakaran apabila digunakan halon untuk memadamkan api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi yang sudah mengetahui

betul cara penggunaannya.

Jika gas halon terkena panas api

kebakaran pada suhu sekitar 485⁰C maka akan mengalami penguraian, dan zat – zat yang dihasilkan akan mengikat unsur hydrogen dan oxygen. Jika penguraian tersebut terjadi dapat menghasilkan beberapa unsur baru dan zat baru tersebut beracun dan cukup membahayakan terhadap manusia.

2.7.

Manajemen keselamatan dan kesehatan Kerja

Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) merupakan bagian dari

manajemen

secara keseluruhan

yang meliputi

struktur organisasi, perencanaan,

prosedur, proses dan sumber daya manusia yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tujuan penerapan manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan lingkungan

unsur manajemen,

kerja yang berintegrasi

tenaga kerja, kondisi dan

dalam rangka mencegah

kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta menciptakan

dan mengurangi

tempat kerja terhadap

kebakaran, peledakan dan kerusakan yang pada akhirnya akan melindungi investasi yangada.

13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api dan menyebabkan kerugian. Klasifikasi kebakaran dibedakan menjadi:kelas A (kayu, kertas, plastik), kelas B (bensin, solar, bensol), kelas C (permesinan, generator, panel listrik), kelas D (bahan-bahan logam, titanium, aluminium), dan kelas K (minyak goreng). Penyebab terjadinya kebakaran meliputi tiga unsur, yaitu: 1. Bahan yang mudah terbakar 2. Oksigen 3. Suhu Terdapat tiga cara untuk mengatasi atau memadamkan kebakaran: 1. Cara penguraian 2. Cara pendinginan 3. Cara isolasi atau lokalisasi

3.2.Saran Untuk mengurangi korban dan kerugian akibat kebakaran maka kita harus senantiasa mencegah terjadinya kebakaran serta menjauhkan barang barang yang mudah terbakar dan mudah meledak dari sumber api.

14

DAFTAR PUSTAKA

http://pemadamapi.wordpress.com/definisi-pengertian-kebakaran/ (diakses 21 maret 2014) http://hasyimibrahim.wordpress.com/2010/01/23/definisi-dan-pencegahan-bahayakebakaran/ (diakses 21 maret 2014) http://pemkab-asahan.go.id/a/index.php-menu=news&id_news1=167&iduser=5 &hal=4.htm (diakses 21 maret 2014) http://syahrianira.blogspot.com/ (diakses 21 maret 2014) http://www.jayafire.com/tipe-kebakaran-dan-cara-memadamkannya/ (diakses 22 maret 2014) http://kazethelight.wordpress.com/2013/10/03/materi-k3-mencegah-dan-menanggulangikebakaran-oleh-djoko-kustono/ (diakses 22 maret 2014)

15

More Documents from "Ester Christina Octavia Simanjuntak"