KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat daan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan Berpikir Kritis pada Proses Perencanaan Keperawatan” Dalam penulisanmakalah ini kami banyak sekali mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kamimenyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan rendah hati kamimengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya untuk semua yang telah diberikan, kami hanya bisa berdoa semoga budi baiknya dibalas oleh Allah SWT¸ Amin.
Padang, 25 Februari 2019
Kelompok 5
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................
1
DAFTAR ISI ....................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................
3
A. Latar Belakang ..................................................................
3
B. Tujuan ...............................................................................
4
C. Manfaat ..............................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................
5
A. Menetapkan Tujuan dan Hasil yang Diharapkan ............
5
B. Merancang Intrvensi Keperawatan ....................................
7
C. Tipe Intervensi Keperawatan ............................................
9
D. Perencanaan Asuhan Keperawatan ...................................
12
BAB III PENUTUP ..........................................................................
15
A. Kesimpulan .......................................................................
15
B. Saran ..................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
16
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan Bandman, 1988). Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berpikir, oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaankebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel,
integritas
intelektual,
intuisi,
berpikir
terbuka,
refleksi,
inquisitiviness, dan perseverance. Menurut Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan pada prinsipnya merupakan suatu kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing). Mengingat profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia, maka dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thingking, feeling, dan doing secara konprehensif dan bersinergi. Perawat menerapkan keterampilan berpikir dengan menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya, menangani perubahan yang berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting.
3
B. Tujuan 1. Menjelaskan tentang menetapkan tujuan dan hasil yang di harapkan 2. Menjelaskan rancangan intervensi keperawatan 3. Menjelaskan apa saja tipe intervensi keperawatan 4. Menjelaskan perancangan asuhan keperawatan C. Manfaat 1. Mengetahui tentang menetapkan tujuan dan hasil yang di harapkan 2. Mengetahui rancangan intervensi keperawatan 3. Mengetahui apa saja tipe intervensi keperawatan 4. Mengetahui perancangan asuhan keperawatan
4
BAB II PEMBAHASAN A. Menetapkan Tujuan dan Hasil yang Diharapkan 1. Tujuan Tujuan perawatan merupakan pedoman yang luas/umum dimana pasien diharapkan mengalami kemajuan dalam berespon terhadap tindakan. Tujuan dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Tujuan jangka panjang Tujuan jangka panjang adalah tujuan yang mengidentifikasi arah keseluruhan atau hasil akhir perawatan. Tujuan ini tidak tercapai sebelum pemulangan. Tujuan jangka panjang memerlukan perhatian yang
terus
menerus
dari
pasien
dan/atau
orang
lain.
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam waktu yang lama, biasanya lebih dari satu minggu atau satu bulan. Kriteria hasil dalam tujuan jangka panjang ditujukan pada unsur “problem/masalah” dalam diagnosa keperawatan. Misalnya: pasien mampu mempertahankan kontrol kadar gula darah satu kali dalam satu minggu selama dua bulan pertama pasca perawatan di rumah sakit. b. Tujuan jangka pendek Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang harus dicapai sebelum pemulangan. Misalnya: rasa nyeri pasien berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2×24 jam. Tujuan yang diharapkan bisa dicapai dalam waktu yang singkat, biasanya kurang dari
satu
minggu.
Tujuan
jangka
pendek
ditujukan
pada
unsurE/S(etiologi, tanda dan gejala) dalam diagnosa keperawatan aktual/resiko. 2. Menentukan kriteria hasil Tujuan kilen dan tujuan keperawatan adalah standar atau ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau ketrampilan perawat. Menurut Alfaro(1994), tujuan klien merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu perilaku klien, keluarga, atau kelompok yang dapat diukur setelah intervensi keperawatan diberikan. Tujuan keperawatan
5
adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat. Kriteria hasil untuk diagnosa keperawatan mewakili status kesehatan klien yagn dapat dicapai atau dipertahankan melalui rencana tindakan yang mandiri, sehingga dapat membedakan antara diagnosa keperawatan dan masalah kolaburatif. Menurut Gordon(1994), komponen kriteria hasil yang penting dalam kriteria hasil adalah apakah intervensi keperawatan dapat dicapai. Pedoman penulisan kriteria hasil : a. Berfokus pada klien Kriteria hasil ditujukan pada klien yag harus menunjukan apa yang akan dilakukan lien, kapan, dan sejauh mana tindakan akan bisa dilaksanakan. S : Spesifik(tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda) M : Measurable harus dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau) A : Tujuan harus dapat dicapai (Achievable) R :Tujuan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah
(Reasonable) T : Time (batasan waktu/tujuan keperawatan) b. Singkat dan jelas. Menggunakan kata-kata yang singkat dan jelas sehingga akan memudahkan perawat untuk mengidentifikasikan tujuan dan rencana tindakan. c. Dapat diobservasi dan diukur utnuk menentukan keberhasilan atau kegagalan. Tujuan yang dapat diobservasi dan diukur meliputi pertanyaan “apa”dan “ sejauh mana”.contoh kata kerja yang bisa diukur meliputi ; menyatkan,
melaksanakan,
mengidentifikasi,
adnaya
penurunan
dalam……., adanya peningkatan pada……., tidak adanya……. Contoh kata kerja yang tidak dapat diukur melalui penglihatan dan suara adalah : menerima, mengetahui, menghargai dan memahami.
6
d. Ada batas waktunya. e. Realistik. Kriteria hasil harus dapat dicapai sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia, meliputi : biaya, peralatan, fasilitas, tingkat pengetahuan, affek emosi dan kondisi fisik. Jumlah staf perawat harus menjadi satu pertimbangan dalam penyusunan tujuan dan kriteria hasil. f. Ditentukan oleh perawat dan klien. Setelah menentukan diagnosa keperawatan yang ditentukan, perlu dilakukan diskusi antara perawat dan klien untuk menentukan kriteria hasil
dan
rencana
tindakan
utnuk
memvalidasi.
Penulisan kriteria hasil mencakup semua respon manusia, meliputi : kornitif(pengetahuan), afektif(emosi dan perasaan), psikomotor dan perubahan fungsi tubuh(keadaan umum dan fungsi tubuh serta gejala) B. Merancang Intervensi keperawatan Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana mendefinisikan suatu aktifitas yang diperlukan untuk membatasi faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan. Bulecheck&McCloskey
(1989)
menyatakan
bahwa
intervensi
keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada klien yang dilaksanakan oleh perawat. Tindakan tersebut meliputi tindakan independen keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan, tindakan medis berdasarkan diagnosa medis dan membantu pemenuhan kebutuhan dasar fungsi kesehatan kepada klien yang tidak dapat melakukannya. 1) Diagnosa keperawatan aktual, intervensi ditujukan untuk : a. Mengurangi atau membatasi faktor penyebab dan masalah. b. Meningkatkan status kesehatan klien. c. Memonitor status kesehatan. 2) Diagnosa keperawatan risiko tinggi, intervensi ditujukan untuk : a. Mengurangi dan membatasi faktor resiko b. Mencegah maslah yang akan timbul c. Memonitor terjadinya masalah.
7
3) Diagnosa keperawatan kemungkinan, intervensi ditujukan pada : a. Pengkajian aktifitas untuk menyusun diagnosa keperawatan dam masalah kolaburasi. b. Memonitor aktifitas untuk mengevaluasi status fisiologi tertentu. c. Rencana tindakan keperawatan. d. Tindakan medis, berhubungan dengan respon dari tindakan medis. e. Aktifitas
fungsi
kesehatan
sehari-hari
yang mungkin
tidak
berpengaruh terhadap diagnosa keperawatan atau medis tetapi telah dilakukan oleh perawat kepada klien yang tidak dapat melaksanakan kebutuhannya. f. Aktifitas untuk mengevaluasi dampak dan tindakan keperawatan dan medis 4) Diagnosa keperawatan kolaburatif, intervensi ditujukan pada : a. Memonitor perubahan status kesehatan. b. Mengelola
perubahan
status
kesehatan
terhadap
intervensi
keperawatan dan medis. c. Mengevaluasi respon.
Komponen rencana tindakan keperawatan Komponen tesebut di bawah ini harus diperhatikan untuk menghindari kerancuan dalam rencana tindakan. Komponen tersebut adalah : a. waktu. Semua
rencana
mengidentifikasikan
keperawatan
tanggal
harus
dilaksanakan,
diberi misalnya:
waktu
untuk
pertahankan
tungkai kanan tetap dalam posisi istirahat selama 24 jam. b. Menggunakan kata kerja Semua rencana tindakan keperawatan secara jelas menjabarkan setiap kegiatan, misalnya : lakukan kompres dingin selama 20 menit. c. Fokus pada pertanyaan Spesifik pada pertanyaan “who, what, where, when, which, andhow..” : siapa, apa, dimana, kapan, yang mana, dan bagaimana.
8
Karakteristik rencana tindakan keperawatan : a. Konsisten dengan rencana tindakan. b. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah(rasional) c. Berdasarkan situasi individu klien. d. Digunakan untuk menciptakan suatu situasi yang aman dan terapeutik. e. Menciptakan suatu situasi pengajaran. f. Menggunakan saran yang sesuai(ANA, 1973) C. Tipe Intervensi Keperawatan Terdapat tiga kategori intervensi keperawatan yaitu intervensi yang diprakarsai oleh perawat, dokter dan intervensi kolaboratif. Kategori pemilihan
didasarkan
pada
kebutuhan
klien.
Satu
klien
mungkin
membutuhkan semua dari ketiga kategori, sementara klien lainnya mungkin hanya membutuhkan intervensi yang diprakarsai oleh perawat dan dokter. Intervensi Perawat Intervensi perawat adalah respon perawat terhadap kebutuhan perawatan kesehatan dan diagnnosa keperawatan klien. Tipe intervensi ini adalah “Suatu tindakan autonomi berdasarkan rasional ilmiah yang dilakukan untuk kepentingan klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan klien” (Bulechek & McCloskey, 1994). Intervensi ini tidak membutuhkan supervisi atau arahan dari orang lain. Sebagai contoh, intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi yang adekuat atau aktivitas kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan higiene adalah tindakan keperawatan mandiri. Intervensi perawat tidak membutuhkan instruksi dokter atau profesi lainnya. Dokter seringkali dalam instruksi tertulisnya mencakup intervensi keperawatan mandiri. Namun demikian berdasarkan undang – undang praktik keperawatan di sebagian besar negara bagian, tindakan keperawatan yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari – hari, penyuluhan kesehatan, promosi kesehatan, dan konseling berada dalam domain praktik keperawatan.
9
Intervensi Dokter Intervensi dokter didasarkan pada respon dokter terhadap dioagnosa medis, dan perawat menyelesaikan instruksi tertulis dokter (Bulechek & McCloskey, 1994). Memberikan medikasi, mengimplementasikan suatu prosedur invasif, mengganti balutan dan menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik adalah contoh – contoh dari intervensi tersebut. Intervensi ini tidak selalu berada dalam praktik legal keperawatan bagi perawat untuk meresepkan atau menginstruksikan tindakan ini, tetapi intervensi tersebut berada dalam praktik keperawatan bagi perawat untuk menyelesaikan instruksi tersebut dan untuk mengkhususkan pendekatan tindakan. Sebagai contoh, dokter menginstruksikan untuk mengganti balutan 2x sehari, medikasi intravena setiap 6 jam, dan pemindaian tulang untuk Tn. D. Perawat memadukan setiap instruksi ini kedalam rencana perawatan Tn. D sehingga instruksi ini diselesiakan secara aman dan efisien. Setiap intervensi dokter membutuhkan tanggung jawab keperawatan spesifik dan pengetahuan keperawatan teknik spesifik. Ketika memberikan obat – obatan, perawat bertanggung jawab untuk mengetahui kalasifikasi dari obat, kerja fisiologisnya, dosis normal, efek samping, dan intervensi keperawatan yang berhubungan dengan kerja obat atau efek sampingnya. Intervensi keperawatan yang berkaitan dengan pemberian medikasi bergatung pada instruksi tertulis dokter. Intervensi Kolaboratif Intervensi kolaboratif adalah terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian dari berbagai profesional perawatan kesehatan. Sebagai contoh, Tn. J adalah pria yang berusia 78 tahun yang mengalami hemiplegia akibat stroke dan juga mempunyai riwayat demensia lama. Fungsi kognitifnya terbatas, ia beresiko mengalami masalah yang berhubungan dengan kerusakan sensasi dan mobilitas, dan tidak mampu secara mandiri menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari. Dengan tujuan agar Tn. J mempertahankan tingkat kesehatannya saat ini, ia membutuhkan intervensi keperawatan spesifik untuk mencegah luka
10
dekubitus; intervensi terapi fisik untuk mencegah perubahan muskuloskeletal akibat imobilitas; dan intervensi terapi okupasi untuk makan dan kebutuhan higiene. Perawatan klien ini membutuhkan koordinasi intervensi kolaboratif dari berbagai profesional perawatan kesehatan yang semuanya diarahkan pada tujuan jangka panjang untuk mempertahankan tingkat kesehatan Tn. J saat ini.
Jadi, intervensi perawat, intervensi dokter, dan intervensi kolaboratif membutuhkan penilaian keperawatan yang kritis dan pembuatan keputusan. Ketika menghadapi intervensi dokter atau intervensi kolaboratif, perawat tidak secara otomatis mengimplementasikan terapi, tetapi harus menentukan apakah intervensi yang diminta sesuai untuk klien. Menurut Carpenito dan Moyet (2007), ada dua tipe intervensi keperaawatan : 1. Intervensi perawat, yaitu intervensi yang dibuat oleh perawat dan akan dilaksanakan oleh tim perawat lain. 2. Intervensi medis / intervensi delegasi, yaitu intervensi yang dibuat oleh medis / perawat senior dan akan dilaksanakan oleh tim perawat lain. Intruksi dokter bukan merupakan intruksi untuk perawat, melainkan untuk klien yang akan dibantu oleh perawat jika ada indikasi. Kedua intervensi tersebut merupakan pengambilan keputusan independen perawat secara legal. Sebenarnya kalau kita bicara profesi, ini disebutkan sebagai masalah bersama sehingga bukan disebut instruksi. Sedangkan menurut Potter dan Perry (1997) ada tiga tipe intervensi keperawatan : 1. Intervensi perawat adalah respons perawat terhadap kebutuhan klien terhadap perawatan kesehatan dan diagnosis keperawatan. Tindakan memiliki otonomi yang berdasarkan pada rasional ilmiah. Intervensi ini tidak membutuhkan intruksi dokter atau profesi. 2. Mencegah timbulnya masalah. 3. Memonitor kejadian.
11
D. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perencanaan adalah suatu keputusan untuk masa yang akan datang, artinya apa, siapa, kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana yangakan harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum, perencaanaan dapat ditinjau dari sisi: a. Proses:
pemilihan
dan
pengembangan
tindakan
yang
paling
menguntungkan untuk mencapai tujuan. b. Fungsi: kepemimpinan dengan kewenangan yang dapat mengarahkan kegiatan dan tujuan yang harus dicapai. c. Keputusan : apa yang akan dilakukan untuk waktu yang akan datang. Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan. Tujuan perencanaan keperawatan adalah terpenuhinya kebutuhan klien. Rencana asuhan keperawatan mempunyai dua tujuan, yaitu: 1.
Tujuan administrasi a. Mengidentifikasi
focus
keperawatan:
klien
(individu)
atau
kelompok. b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya. c. Menyusun kriteria guna penggulangan asuhan keperawatan dan evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan. d. Menyediakan kriteria klasifikasi klien 2.
Tujuan klinik a. Menjadi suatu pedoman dalam penulisan b. Mengomunikasikan
asuhan
keperawatan
yang
akan
diimplementasikan dengan perawat lainnya seperti apa yang akan diajar, apa yang harus diobservasi, dan apa yang akan dilaksanakan. c. Menyusun kriteria hasil (autcomes) guna pengulangan asuhan keperawatan dan evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
12
d. Rencana intervensi yang spesifik dan langsung bagi perawat untuk melaksanakan intervensi kepada klien (individu) dan keluarganya.
Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan 1. Menentukan urutan prioritas masalah Tahap ini memilih masalah yang memerlukan perhatian/prioritas di antara masalah-masalah yang telah ditentukan. Prioritas tertinggi diberikan pada masalah yang memengaruhi kehidupan atau keselamatan pasien. Selain itu, masalah nyata mendapatkan perhatian atau prioritas lebih tinggi daripada masalah potensial. Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menentukan prioritas masalah adalah sebagai berikut. a. Prioritas tertinggi diberikan pada masalah kesehatan yang mengancam kehidupan atau keselamatan pasien. b. Masalah nyata yang sedang dialami diberi perhatian lebih daripada masalah yang mungkin (pontendial). c. Memperhatikan pola kebutuhan dasar manusia menurut hierarki Maslow 2. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai Yang dimaksud dengan tujuan keperawatan ialah hasil yang Ingin dicapai dari asuhan keperawatan untuk menanggulangi dan mengatasi masalah yang telah dirumuskan dalam keperawatan. Pernyataan tujuan keperawatan harus jelas disebutkan, sehingga perawat yang mengawasi pasien setelah membaca tujuan tersebut sanggup menentukan apakah tujuan telah dicapai atau belum. Secara garis besar, tujuan keperawatan terbagi menjadi dua kategori, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. a. Tujuan jangka pendek adalah hasil yang dicapai dalam waktu cepat, yaitu dalam kurun waktu jam atau hari. Misalnya Tuan Ari dalam tujuh hari mampu berjalan dengan menggunakan tongkat sejauh 100 m.
13
b. Tujuan jangka pendek adalah hasil yang dalam pencapaiannya memerlukan waktu lebih lama. Misalnya Tuan Lukman dapat berjalan tanpa alat bantu pada saat pulang. 3. Menentukan Rencana tindakan keperawatan Menentukan rencana tindakan keperawatan adalah langkah penentu dalam tindakan keperawatan dalam rangka menolong pasien, untuk mencapai suatu tujuan keperawatan. Hal-hal
yang
perlu
dipertimbangkan
dalam
menyusun
rencana
keperawatan adalah: a. Tindakan apa yang harus dilakukan? b. Mengapa tindakan itu dilakukan? c. Kapan tindakan itu dilakukan? d. Siapa yang akan melakukan tindakan e. Bagaimana caranya tindakan itu dilakukan. Rencana tindakan dibuat secara narasi, berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan mudah dimengerti, yang mengandung tujuan dan rencana.
14
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang membantu individu membuat pikiran.Berpikir
kritis
dalam
penilaian berdasarkan kata bukan
keperawatan
adalah
komersial
untuk
keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
B. Saran Untuk
memahami
secara
keseluruhan
berpikir
kritis
dalam
keperawatan kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. Serta menganalisis pengertianhubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab,
tujuan,
dan
tingkat
hubungan
dalam
keperawatan.Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Carol Vestal Allen. 1998. Memahami Proses keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Doenges E.Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC http://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-perencanaan-keperawatan/ http://sholita-itha.blogspot.com/2012/01/makalah-dokumentasi-intervensi.html http://sukardjoskmmkes.blogspot.com/2010/12/perencanaan-dalamkeperawatan.html
16