Kdk 1.docx

  • Uploaded by: Jo Jo
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kdk 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,702
  • Pages: 30
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG. Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stress merupakan salah satu gejala psikologis yang dapat menyerang setiap orang. Stres dapat timbul karena adanya konflik dan frustrasi. Sebagian besar orang beranggapan menyenangkan

bahwa dan

yang

dimaksud

membuat

orang

stres

adalah

tersebut

sesuatu

merasa

yang

tidak

tidak

nyaman,

bingung,mudah marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat, gangguan pencernaan, dsb. Sebagian besar stres dapat dipicu karena pengaruh eksternal dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut. Stres sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara tertentu. Tapi melihat hal-hal tersebut,tampaknya tidak banyak orang yang mengetahui tentang stres, bagaimana mencegahnya, mengatasi, ataupun memanfaatkan stres tersebut sebagai salah satu bagian dari hidup kita. Pemahaman yang baik terhadap stres akan membantu kita dalam menghadapi stres ketika stres tersebut menyerang kita, melalui penanganan yang tepat dengan adanya pemahaman yang baik mengenai stres, maka individu tidak akan terkena dampak negatif dari stres tersebut. Stres juga merupakan fenomena universal. Semua orang mengalaminya. Orang tua mengalami stres dalam membesarkan anak, pekerja membicarakan stres yang dialami dalam pekerjaan mereka, dan pelajar tingkat apapun membirakan mengenai stres mereka ditempat sekolah. Stres dapat memberi stimulus terhadap

1

1

perubahan dan pertumbuhan, dan dalam hal ini, suatu stres adalah positif dan bahkan diperlukan.Stres dapat disebabkan oleh pengalaman positif dan negatif. Namun demikian, terlalu banyak stres dapat mengakibatkan penyesuaian yang buruk, penyakit fisik, dan ketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalah B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan defenisi stress ? 2. Apakah yang termasuk dalam sumber stress? 3. Apakah macam macam stress ? 4. Apakah faktor pengaruh respon terhadap stresor? 5. Bagaiman model stress? 6. Bagaimana tahapan stress? 7. Bagaimana reaksi tubuh terhadap stress? 8. Apakah indikator dari stress? 9. Bagaimana konsep adapasi? 10. Bagaimana menejemen stress? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan defenisi stress ? 2. Untuk mengetahui apakah yang termasuk dalam sumber stress? 3. Untuk mengetahui apakah macam macam stress ? 4. Untuk mengetahui apakah faktor pengaruh respon terhadap stresor? 5. Untuk mengetahui bagaiman model stress? 6. Untuk mengetahui bagaimana tahapan stress? 2

7. Untuk mengetahui bagaimana reaksi tubuh terhadap stress? 8. Untuk mengetahui apakah indikator dari stress? 9. Untuk mengetahui bagaimana konsep adapasi? 10. Untuk mengetahui bagaimana menejemen stress?

3

BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI STRES Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap perubahan dalam status keseimbangan normal. Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu berespon dan melakukan tindakan Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu mengalami stres. Ketika seseorang menghadapi stressor, responnya disebut sebagai strategi koping, respon koping, atau mekanisme koping. B. SUMBER STRES Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional. a. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah, kanker atau perasaan depresi. b. Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke kota lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya, perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan. c. Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang hidup individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai untuk mencegah atau mengurangi stres.

4

4

d. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun sepanjang hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif. Contoh 1) Kematian anggota keluarga 2) Pernikahan atau perceraian 3) Kelahiran anak 4) Pekerjaan baru 5) Penyakit Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada tahap perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat lebih menimbulkan stres

bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang yang

berusia 40 tahun C. MACAM –MACAM STRES Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di antaranya: 1) Stres fisik merupakan stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik. 2) Stres kimiawi merupakan stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia. 3) Stres mikrobiologik merupakan stres yang disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.

5

4) Stres fisiologik merupakan stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain. 5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan merupakan stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia. 6) Stres psikis atau emosional merupakan stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan. D. MODEL STRES Model stres membantu perawat mengidentifikasi stresor dalam situasi tertentu dan untuk memprediksi respon individu. Perawat dapat menggunakan pengetahuan mengenai model tersebut untuk membantu klien memperkuat respon koping yang sehat dan dalam menyesuaikan respons yang tidak sehat dan tidak produktif. Tiga model utama stres adalah model berbasis stimulus, berbasis respons, dan berbasis transaksi. a. Model Berbasis Stimulus Dalam model berbasis stimulus, stres didefinisikan sebagai stimulus, peristiwa hidup, atau sekelompok situasi yang membangkitkan reaksi fisiologik dan/atau psikologik yang dapat meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit. Dalam penelitiannya, Holmes and Rahe (1976) menetapkan nilai numerik terhadap 43 perubahan atau peristiwa hidup.

6

Skala peristiwa hidup yang menimbulkan stres digunakan untuk mendokumentasikan pengalam individu yang relatif baru, seperti perceraian, kehamilan, dan pensiun. Dalam sudut pandang ini, baik peristiwa positif maupun negatif dianggap menimbulkan stres. Skala serupa juga dikembangkan, tetapi semua skala harus digunakan dengan hati-hati karena derajat stres yang dipicu peristiwa yang terjadi sangat invidual. Sebagai contoh, perceraian dapat menjadi sangat traumatik bagi seseorang, sementara bagi orang lain mungkin hanya menimbulkan relatif sedikit ansietas. Selain itu, banyak skala belum diuji terhadap usia, status sosial ekonomi, atau kepekaan budaya. b. Model Berbasis Respon Stres dapat juga dipertimbangkan sebagai satu respons nonspesifik tubuh setiap tuntutan yang ditimbulkan. Schafer (2000) mendefinisikan stres sebagi ”pembangkitan pikiran dan tubuh sebagai respons terhadap tuntutan yang ditimbulkannya. Respons stres ditandai dengan satu rantai atau pola kejadian fisiologik yang disebut sindrom adaptasi umum (GAS) atau atau sindrom stres. Untuk membedakan penyebab stres dari respon stres, Selye (1976) menciptakan istilah stresor untuk menunjukan setiap faktor yang menimbulkan stres dan mengganggu keseimbangan tubuh. Stres adalah satu kondisi sehingga hanya dapat diobservasi melalui perubahan yang ditimbulkan stres pada tubuh. Respon tubuh tersebut, sindrom stres atau GAS, terjadi dengan pelepasan hormon adaptif tertentu dan perubahan

7

selanjutnya pada struktur dan komposisi kimia tubuh. Organ tubuh yang dipengaruhi oleh stres adalah saluran cerna, kelenjar adrenal, dan struktur limfatik. Dengan stres yang berkepanjangan, kelenjar adrenal mengalami pembesaran yang cukup signifikan; struktur limfatik seperti timus limpa, dan nodus limfe, mengalami atrofi (menyusut); dan ulkus yang dalam tampak di lapisan lambung. Reaksi Alarm Reaksi awal tubuh adalah reaksi alarm, yang menyiagakan pertumbuhan tubuh. Selye (1976) membagi tahap ini kedalam dua bagian, yaitu: fase syok dan fase kontersyok. Selama fase syok, stresor dapat dirasakan secara sadar atau tidak sadar oleh individu. Pada semua kasus, sistem saraf otonom bereaksi, dan sejumlah besar epinefrin (adrenalin)dan kortison dilepakan ketubuh. Individu kemudian siap untuk respons “lari atau lawan”. Respon primer ini berlansung singkat, dari 1 menit hingga 24 jam. Bagian kedua reaksi alarm disebut fase kontersyok. Selama fase ini, perubahan yang dihasilkan oleh tubuh selama fase syok dibalik. Oleh karena itu, individu paling bagus dimobilisasi untuk bereaksi selama fase syok reaksi alarm. Tahap resistansi Tahap kedua dalam sindrom GAS dan LAS, tahap resistansi, terjadi ketika tubuh beradaptasi. Dengan kata lain, tubuh berusaha

8

menghadapi stresor dan untuk membatasi stresor ke area tubuh yang paling kecil yang dapat menghadapinya. Tahap kelelahan Selama tahap ketiga, tahap kelelahan, adaptasi yang dibuat tubuh selama tahap kedua tidak dapat dipertahankan. Hal ini berarti bahwa cara yang digunakan untuk menghadapi stresor telah mengalami kelelahan c. Model Berbasis Transaksi Teori stress transaksional didasarkan pada hasil penelitian Lazarus (1996), yang mengatakan bahwa teori stimulus dan teori respons tidak mempertimbangkan perbedaan individu. Kedua

teori tersebut tidak

menjelaskan factor yang membuat sebagian orang, tetapi tidak membuat sebagian yang lain, berespons secara efektif. Selain itu kedua teori tidak dapat mengiterpretasi mengapa sebagian orang mampu beradaptasi dalam periode waktu yang lebih lama dibandingkan sebagian lainnya. Lazarus menyadari bahwa tuntutan dan tekanan lingkungan tertentu menimbulkan stres pada cukup banyak orang, namun menekankan bahwa kepekaan dan kerentanan orang dan kelompok terhadap peristiwa tertentu berbeda, demikian pula dengan interpretasi dan reaksi mereka. Sebagai contoh dalam menghadapi penyakit, individu dapat berespons dengan penyangkalan, individu lain dengan ansietas, dan yang lainnya dengan depresi. Teori stres transaksional Lazarus menekankan sekelompok respons kognitif, afektif, dan adaptif (koping) yang muncul dari transaksi

9

individu-lingkungan. Individu dan lingkungan tidak dapat dipisahkan; keduanya saling memengaruhi. Stress “mengacu pada setiap kejadian ketika tuntutan lingkungan, tuntutan internal, atau keduanya membebani atau melebihi sumber adaptif, system social, atau system jaringan individu. Individu berespons terhadap persepsi perubahan lingkungan dengan respons adaptif atau koping. E. FAKTOR PENGARUH RESPON TERHADAP STRESOR Respons terhadap segala bentuk stresor bergantung pada fungsi fisiologis, kepribadian, dan karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari stresor tersebut. sifat stresor mencakup faktor-faktor berikut ini: a. Intensitas b. Cakupan c. Durasi d. Jumlah dan sifat dari stresor Setiap faktor mempengaruhi respons terhadap stresor. Seseorang dapat saja mencerap intensitas atau besarnya stresor sebagai minimal, sedang, atau berat. Makin besar stresor, makin besar respons stress yang ditimbulkan. Sama halnya, cakupan dari stresor dapat digambarkan sebagai terbatas, sedang, atau luas. Makin besar cakupan stresor, makin besar respons klien yang ditujukan terhadap stresor tersebut. F. TAHAPAN STRES a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan

10

tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam. b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar dan letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkung dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai. c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan. d. Stres tahap keempat, tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. e. Stres tahap kelima, tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental (physical dan psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas , bingung dan panik.

11

f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps. G. REAKSI TUBUH TERHADAP STRES Menurut seorang pelopor penelitian mengenai stres yang dilahirkan di Austria, Hans Selye (1974, 1983), stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya. Berapapun kejadian dari lingkungan atau stimulus yang menghasilkan respon stres yang sama pada tubuh. Selye mengamati pasien yang memiliki masalah yang berbeda-beda: kematian seseorang yang dekat, kehilangan pekerjaan, ditangkap karena melakukan penggelapan. Tanpa memperhatikan masalah seperti apa yang dihadapi oleh seorang pasien, gejala yang serupa muncul: hilangnya nafsu makan, otot menjadi lemah, dan menurunnya minat terhadap dunia. Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS) adalah konsep yang dikemukakan oleh Selye yang menggambarkan efek umum pada tubuh ketika ada tuntutan yang ditempatkan pada tubuh tersebut. GAS terdiri dari tiga tahap: peringatan, perlawanan, dan kelelahan. Pertama, pada tahap peningkatan alarm, individu memasuki kondisi shock yang bersifat sementara, suatu masa di mana pertahanan terhadap stres ada di bawah normal. Individu mengenali keberadaan stres dan mencoba menghilangkannya. Otot menjadi lemah, suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga menurun. Kemudian tubuh mengalami apa yang disebut countershock, di mana pertahanan terhadap stres mulai muncul; korteks adrenal mulai membesar, dan pengeluaran hormon

12

meningkat. Tahap alarm berlangsung singkat. Tidak lama kemudian, individu bergerak memasuki tahap perlawanan (resistence), di mana pertahanan terhadap stres menjadi semakin intensif, dan semua upaya dilakukan untuk melawan stres. Pada tahap pertahanan, tubuh individu dipenuhi oleh hormon stres; tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernapasan semua meningkat. Bila semua upaya yang dilakukan untuk melawan stres ternyata gagal dan stres tetap ada, individu pun memasuki tahap kelelahan (exhausted), di mana kerusakan pada tubuh semakin meningkat, orang yang bersangkutan mungkin akan jatuh pingsan di tahap kelelahan ini, dan kerentanan terhadap penyakit pun meningkat. Walupun demikian tidak semua stres itu buruk. Eustress adalah konsep Selye yang menggambarkan sisi positif dari stres. Berkompetisi di suatu kejuaraan atletik, menulis karangan, atau mengajar seseorang yang membuat tubuh menghabiskan energi. Selye tidak mengatakan bahwa kita harus menghindari semua pengalaman seperti ini dalam kehidupan kita, namun ia menekankan bahwa kita harus meminimalkan kerusakan pada tubuh kita. Salah satu kritik utama terhadap pandangan Selye adalah bahwa manusia tidak selalu bereaksi terhadap stres dengan cara yang sama seperti yang ia kemukaka. Masih banyak lagi yang harus dipahami mengenai stres pada manusia daripada sekedar mengetahui reaksi fisik manusia terhadap stres. Kita juga perlu mengetahui kepribadian mereka, susunan fisik mereka, persepsi mereka, dan konteks di mana stresor, atau penyebab stres, muncul.

13

H. INDIKATOR STRES Indikator stress individu dapat fisiologis, psikologis atau kognitif a. Indikator fisiologik Respons terhadap stress bervariasi, bergantung pada persepsi individu terhadap peristiwa. Tanda dan gejala fisiologis stress muncul akibat aktivasi system simpatetik dan system neuroendokrin tubuh. b. Indikator Psikologis Manifestasi psikologis stress mencakup ansietas, takut, marah depresi, dan mekanisme pertahanan ego yang tidak disadari. Beberapa pola koping tersebut dapat membantu; yang lain menjadi penghalang, bergantung pada situasi dan lama waktu mekanisme tersebut digunakan atau dialami. 1) Ansietas Reaksi umum terhadap stress adalah ansietas, satu kondisi kegelisahan mental, keprihatinan, ketakutan, atau firasat atau perasaan putus asa karena ancaman yang akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasikan terhadap diri sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar, setengah sadar, atau tidak sadar. Empat hal yang membedakan ansietas dengan takut adalah: a) Sumber ansietas tidak dapat diidentifikasi; sumber rasa takut dapat diidentifikasi b) Ansietas dikaitkan dengan masa depan, yaitu, untuk kejadian yang diantisipasi. Rasa takt dikaitkan dengan kondisi saat ini.

14

c) Ansietas bersifat tidak jelas, sementara rasa takut bersifat pasti. d) Ansietas merupakan akibat konflik psikologis atau emosi; rasa takut merupakan akibat entitas fisik atau psikologis yang mempunyai ciri tersendiri. Ansietas dapat dimanifestasikan pada empat tingkat: a) Ansietas ringan mencipttakan kondisi sedikit bergairah yang meningkatkan kemampuan persepsi, pembelajaran dan produktif. Sebagian besar individu yang sehat mengalami ansietas ringan, mungkin sebagai perasaan gelisah ringan yang mendorong seseorang untuk mencari informasi dan mengajukan pertanyaan. b) Ansietas sedang meningkatkan status gairah ke satu titik ketika seseorang mengekspresikan perasaan tegang, cemas, atau khawatir. Kemampuan persepsi semakin sempit. Perhatian lebih difokuskan pada aspek tertentu situasi dibandingkan aktivitas perifer. c) Ansietas berat menghabiskan sebagian besar energy individu dan membuuhkan intervensi. Persepsi mengalami penurunan lebih lanjut. Individu tidak mampu berfokus terhadap apa yang benarbenar terjadi dan hanya focus pada satu detail spesifik situasi yang menimbulkan ansietas. d) Panic adalah tingkat kecemasan yang menakutkan dan sangat membebani sehingga membuat individu kehilangan kendali. Panic lebih jarang dialami dibandingkan dengan tingkat kecemasan lain.

15

2) Takut Takut adalah emosi atau rasa khawatir yang dibangkitkan oleh persepsi bahaya, nyeri atau ancaman lain yang akan terjadi atau tampak. Rasa takut mungkin sebagai respons terhadap sesuatu yang sudah terjadi, sebagai respons terhadap ancaman yang segera muncul atau sudah muncul, atau sebagai respons terhadap sesuatu yang diyakini sesorang akan terjadi. Objek rasa takut mungkin berdasarkan pada realitas, mungkin juga tidak. Sebagai contoh, mahasiswa kebidanan baru mungkin takut dalam mengantisipasi pengalaman pertama di tatanan perawatan pasien. Mahasiswa mungkin takut tidak mau dirawat oleh mahasiswa atau mahasiswa secara tidak sengaja membahayakan klien. 3) Marah Marah adalah status ekonomi yang terdiri dari perasaan subjektif rasa bermusuhan atau ketidak senangan yang kuat. Individu dapat merasa bersalah ketika meraka marah karena diajarkan bahwa merasa marah itu salah. Akan tetapi, marah dapat diekspresikan dalam cara verbal yang tidak membuat Si empunya marah dijauhi; dengan demikian, marah dipertimbangkan sebagai emosi positif dan sebagai tanda kedewasaan emosi karena pertumbuhan dan manfaat interaksi yang doitimbulkannya. Ekspresi marah verbal dapat dipertimbangkan sebagai tanda terhadap orang lain atas ketidak nyamanan psikologis internal individu

16

dan sebagai permintaan bantuan untuk menghadapi persepsi stress. Sebaliknya, permusuhan biasanya ditandai dengan antagonism dan perilaku merusak atau destruktif; agresi adalah serangan tanpa pemicu atau tindakan atau pandangan bermusuhan, mencederai, atau merusak; dan kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik untuk mencederai atau menganiaya. Kemarahan diekspresikan secara verbal, berbeda dari rasa bermusuhan, agresi, dan kekerasan, , tetapi dapat mengakibatkan kekerasan dan kerusakan apabila marah menetap dan tak jua reda. Komunikasi verbal marah yang diekspresikan secara jelas, ketika orang yang marah mengatakan kepada orang lain mengenai kemarahannya dan dengan cermat mengidentifikasi sumbernya merupakan tindakan konstruktif. Kejelasan komunikasi ini membuat kemarahan “dikeluarkan” sehingga orang lain dapat memahami rasa marah tersebut dan membantu meredakannya. Orang yang marah “meluapkan” kemarahannya dan mencegah akumulasi emosi. 4) Depresi Depresi adalah reaksi umu terhadap kejadian yang tampak kacau atau negative. Depresi, perasaan sedih, putus asa, kekesalan, perasaan tak berharga, atau kekosongan ekstrem, terjadi pada jutaan orang Amerikasetiap tahun. Tanda dan gejala depresi dan tingkat keparahan masalah berbeda pada setiap klien

dan bergantung pada makna

kejadian pemicu. Gejala emosi mencakup perasaan kelelahan, kesedihan,kehampaan, atau mati rasa. Tanda perilaku depresi termasuk

17

iritabilitas, ketidak mampuan untuk berkonsentrasi, kesulitan dalam membuat keputusan, kehilangan gairah seksual, menangis, gangguan tidur, dan menarik diri. Tanda fisik depresi mencakup kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, konstipasi, sakit kepala, dan limbung. Banyak orang menalami depresi periodesingkat sebagai respons terhadap kejadian pemicu stress yang sangat banyak, seperti kematian orang yang dicintai atau kehilangan pekerjaan; akan tetapi, depresi berkepanjangan, merupakan penyebab kekhawatiran dan dapat membutuhkan penanganan. 5) Mekanisme Pertahanan Ego Yang Tak Disadari Mekanisme

pertahanan

ego

yang

tak

disadari

adalah

mekanisme adaptif psikologik, atau dalam pernyataan Sigmund Freud (1946), mekanisme mental yang brkembang saat personalitas berupaya mempertahankan diri, menciptakan gangguan terhadap impuls, yang bertentangan, dan meredakan ketegangan di dalam diri. Mekanisme pertahanan adalah pikiran yang tidak disadari yang bekerja untuk melindungi individu dari ansietas. Mekanisme pertahanan dapat dipertimbangkan sebagai precursor mekanisme koping kognitif yang disadari yang akhirnya memecahkan masalah. Seperti beberapa respons verbal dan motoric, mekanisme pertahanan melepaskan ketegangan. Deskripsi mekanisme ini dan contoh penggunaannya yang adaptif dan mal adaptif.

18

c. Indikator Kognitif Indicator kognitif stress adalah respons berpikir yang mencakup pemecahan masalah, penstrukturan, control diri atau disiplin diri, supresi dan fantasi. Pemecahan masalah mencakup berpikir melalui situasi yang mengancam , menggunakan langkah spesifik atau mencapai solusi. Individu mengkaji situasi yang mengancam, menggunakan langkah yang spesifik untuk mencapai solusi. Individu mengkaji situasi atau masalah, menganalisis atau mendefinisikannya, memilih alternative, melaksanakan alternative yang dipiih, dan mengevaluasi apakah solusinya berhasil. Penstrukturan adalah perencanaan atau menipulasi situasi sehingga kejadian yang mengancam tidak tejadi. Sebagai contoh seorang perawat dapat menstruktur atau mengontrol wawancara dengan klien dengan mengajukan hanya pertanyaan lansung dan tertutup. Penstrukturan dapat menjadi

produktif

pada

situasi

tertentu.

Individu

menjadwalkan

pemeriksaan gigi enam bulan sekali untuk mencegah penyakit gigi yang parah menggunakan penstrukturan yang produktif. Kontrol diri (disiplin) adalah menunjukan perilaku dan ekspresi wajah yang menggambarkan rasa dapat mengontrol atau berwenang. Ketika control diri mencegah panic dan tindakan membahayakan atau tindakan non produkif dalam situasi yang mengancam, control diri merupakan respons bermanfaat yang menunjukkan kekuatan. Akan tetapi, control diri terlalu ekstrem dapat menunda pemecahan masalah dan mencegah individu menerima dukngan dari orang lain, yang mungkin

19

menganggapnya mampu menangani situasi dengan baik, tenang, atau tidak khawatir. Supresi adalah menempatkan pikiran atau perasaan di luar ingatannya secara disadari dan disengaja. “saya tidak mau menghadapi hal itu hari ini. Saya akan melakukannya besok.” Respons ini menurunkan stres sementara, tetapi tidak memecahkan masalah. Seorang pria yang tetap mengabaikan sakit gigi, dengan menekannya diluar ingatan karena ia takut merasa sakit,tidak akan meredakan gejala yang dialaminya. Fantasi atau bermimpi sama dengan berkhayal. Keinginan dan harapan yang tidak terpenuhi dibayangkan terpenuhi, atau pengalaman yang mengancam dikerjakan kembali atau diulang kembali sehingga akhirnya dapat berbeda dari kenyataan. Pengalaman dapat dibangkitkan kembali, setiap hari masalah diselesaikan, dan rencana masa depan disusun. Hasil masalah yang sedang dihadapi juga dapat difantasikan. Sebagai contoh seorang klien yang menunggu hasil biopsy payudara dapat memfantasikan bahwa dokter bedah mengatakan. “Anda tidak mengidap kanker.” Respons fantasi dapat membantu apabila menimbulkan pemecahan masalah. Sebagai contoh, klien yang menunggu hasi biopsy payudara dapat berkata pada dirinya sendiri, “meskipun dokter mengatakan, ‘Anda mengidap kanker’, asalkan ia juga mengatakan bahwa kanker tersebut dapat disembuhkan, saya dapat menerimanya.” Fantasi dapat destruktif dan non produktif apabila indivdu menggunakannya secara berlebihan dan melarikan diri dari kenyataan.

20

I. KONSEP ADAPTASI (MEKANISME PENYESUAIAN DIRI) a. Pengertian Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain: 1) W.A. Gerungan (1996) menyebutkan

bahwa “Penyesuaian diri

adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”. Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis), misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat ia bertugas. Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan desa ingin mengubah perilaku ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi sesuai manajemen laktasi. 2) Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”. Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman dan mengatasi stres. Cara mengatasi stres dapat berupa membatasi tempat terjadinya stres, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya. Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task oriented).

21

b. Tujuan Adaptasi 1) Menhadapai tuntutan keadaan secara sadar 2) Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik 3) Mengahdapi tuntutan keadaan secara objektif 4) Menhadapi tuntutan keadaan secara rasional Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain: 1) Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan) 2) Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali 3) Kompromi (atau kesepakatan) Contoh: Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan bekerja keras (terang-terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan, serta mungkin mau mengulang lagi dengan berusaha semampunya (kompromi)). c. Jenis Adaptasi 1) Adaptasi fisiologik – bisa terjadi secara lokal atau umum Contoh: Seseorang mampu mengatasi stres, tangannya tidak berkeringat dan tidak gemetar, serta wajahnya tidak pucat. 2) Adaptasi psikologis – bisa terjadi secara: a) Sadar: Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan masalah. b) Tidak sadar: Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).

22

c) Menggunakan

gejala

fisik

(konversi)

atau

psikofisiologik/psikosomatik Apabila

seseorang

mengalami

hambatan

atau

kesulitan

dalam

beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stres. Stres bisa terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri tidak terpenuhi. J. MANAJEMEN STRES Istilah manajemen stres merujuk pada identifikasi dan analisis terhadap permasalahan yang terkait dengan stres dan aplikasi berbagai alat teraupetik untuk mengubah sumber stres atau pengalaman stres. Manajemen stres sebagai usaha untuk mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang stres dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari stress. Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara : a. Pengaturan Diet dan Nutrisi Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi stres melalui makan yang teratur, menu bervariasi, hindari makan daging dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.

23

b. Istirahat dan Tidur Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak. c. Olah Raga atau Latihan Teratur Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran. d. Berhenti Merokok Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh. e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol. f. Pengaturan Berat Badan

24

Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres. g. Pengaturan Waktu Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek produktivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. h. Terapi Psikofarmaka Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif, afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi. i. Terapi Somatik Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu system tubuh yang lain.

25

j. Psikoterapi Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif di mana psikoterapi suportif ini memberikan motivasi atas dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi

reedukatif dilakukan

dengan memberikan

pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain. k. Terapi Psikoreligius Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan

psikologis

mengingat

dalam

mengatasi

atau

mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi. Manajemen stres yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi koping yaitu koping yang berfokus pada emosi dan koping yang berfokus pada masalah. Penggunaan koping yang berfokus pada emosi dengan cara pengaturan respons emosional dari stres melalui perilaku individu seperti cara meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, kontrol diri, membuat jarak, penilaian secara positif, menerima tanggung jawab, lari dari kenyataan (menghindar). Sedangkan strategi koping berfokus pada masalah dengan mempelajari cara-cara atau

keterampilan

yang

dapat

menyelesaikan

masalah

seperti

merencanakan problem solving dan meningkatkan dukungan sosial, teknik lain

26

dalam mengatasi stres adalah relaksasi, retrukturisasi kognitif, meditasi, terapi multi model dan lain-lain.

27

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Stress merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap orang setiap hari.

Stress

tidak

dapat

dihilangkan

tetapi

perlu

dipelajari

cara-cara

penanganannya. Keberhasilan menyelesaikan berbagai stress merupakan modal kemampuan untuk menghadapi stress yang akan datang. Klien yang dirawat di Rumah sakit tentu mengalami berbagai stress yang mungkin sudah tidak mampu mengatasinya. Petugas perlu berupaya membantu klien menyelesaikan masalah, melatih klien menghadapi dan menyelesaikannya dan menggerakan sumber yang dimiliki klien. Dengan membantu klien menghadapi dan menyelesaikan stress berarti petugas telah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menghemat hari rawat dan meningkatkan produktivitas manusia. Stress yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung, beberapa tahap akan muncul dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak dapat ditanggulangi maka akan berdampak lebih lanjut. Oleh sebab itu, terapkanlah sebuah manajemen agar keadaan seesorang tersebut masih bisa terkontrol. B. SARAN Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena itu jagalah kesehatan sebagaimana mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu tes mental bagi jiwa manusia walaupun tidak dapat dipungkiri stress juga berdampak pada fisik manusia. Untuk menghindari stress dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh antara input dan output agar tetap seimbang (homeostatis). Sebagai manusia terapi psikologis juga diperlukan untuk

28

28

membangun spirit hidup, terapi psikologis yang paling sederhana dapat dilakukan dengan cara selalu berpikir positif. Berpikir positif akan selalu membawa manusia kepada hal-hal yang menjurus kepada keberhasilan dan sikap optimisme, selain itu berpikir positif juga dapat mengurangi dampak stress pada diri seseorang.

29

DAFTAR PUSTAKA Kozier, Barbara. Erb, Glenora. Berman, Audrey. Snyder, Shirlee J. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata. Komalasari, dkk. Jakarta: EGC. Rahmawati, Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal kesehatan. Publish 2016-08-26 (http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6870/6.BAB%20II.pdf?s equence=6&isAllowed=y)

30

Related Documents

Kdk Fix.docx
October 2019 32
Kdk Kelompok.docx
October 2019 28
Kdk Roni.docx
November 2019 24
Kdk Menik.docx
December 2019 26
Kdk Nisa.docx
May 2020 14
Kdk Nst.docx
October 2019 19

More Documents from "Magdalena Hutahaean"