PEMERIKSAAN FISIK REVIEW OF SYSTEM B4-B6 + SISTEM REPRODUKSI
Dosen Fasilitator : Nisha Darmayanti R. S.Kep. Ns. M.Si
Oleh : 1. Adita Ramadhany Avivatin (1810003) 2. Dewinda Hera Novita
(1810027)
3. Maria Allen Antika
(1810053)
4. Sisi Istiyana Dewi
(1810095)
5. Tasya Salsabilla Osmaliki (1810101)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan karunia-Nya juga maka makalah tentang pemeriksaan fisik ini dapat diselesaikan dengan baik. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi mengenai pemeriksaan fisik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada para pembaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Surabaya, 02 Maret 2019 Penyusun
ii
DAFTAR ISI Halaman Judul………………………………………………………………………. i Kata Pengantar……………………………………………………………………….ii Daftar Isi……………………………………………………………………………..iii BAB I PENDAHULUAN : 1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………………..…….1 1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………..……..1 1.3 TUJUAN PENULISAN……………………………………………………..…....2
BAB II PEMBAHASAN : 2.1 DEFINISI PEMERIKSAAN FISIK….…………………………………………...3 2.2 METODE DAN TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK ……………………………..4 2.3 PEMERIKSAAN FISIK SISTEM………………………………………………...5
BAB III PENUTUP : A.
KESIMPULAN………………………………………………………13
B.
SARAN………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti tes neurologi. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik? 2. Apa saja teknik atau metode yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik? 3. Bagaimana pemeriksaan fisik sistem bladder, bowel, bone dan sistem reproduksi?
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari pemeriksaan fisik 2. Untuk mengetahui apa saja teknik atau metode dalam pemeriksaan fisik 3. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik sistem bladder, bowel, bone dan sistem reproduksi
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Definisi Pemeriksaan Fisik `pemeriksaan fisik berasal dari kata “physical examination” yang artinya
memeriksa tubuh. Jadi pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan atau tanpa alat untuk tujuan mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya. Adapun definisi pemeriksaan fisik menurut para ahli diantaranya adalah : pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhipemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon terhadap terapi tersebut. (Potter dan Perry, 2005). Pemeriksaan fisik ialah pemeriksan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif. Memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. (Dewi Sartika, 2010). Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainankelainan dari suatu sistem atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi), dan mendengarkan (auskultasi). (Raylene M. Rospond, 2009)
3
2.2 Metode dan Teknik Pemeriksaan Fisik Inspeksi Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi lokal yang berfokus pada suatu sistem tunggal atau bagian dan biasanya menggunakan alat khusus seperti optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, posisi, warna, bentuk, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. (Dewi Sartika,2010) Palpasi Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-jari untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti : temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan. Hal yang dideteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan
atau
massa,
edema,
krepitasi
dan
sensasi.
(Dewi
Sarika,2010). Perkusi Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan)
dengan
mengidentifikasi
menghasilkan
batas/lokasi
dan
suara,
yang
konsistensi
bertujuan
untuk
jaringan.
(Dewi
Sartika,2010).
4
Auskultasi Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh. Auskultasi merupakan pemeriksaan pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. (Dewi Sartika,2010).
2.4 Pemeriksaan Fisik 1. Sistem Bladder (B 4) Pemeriksaan Ginjal a. Inspeksi Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas harus diperhatikan pada saat melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran itu mungkin disebabkan karena hidronefrosis atau tumor pada daerah retroperitoneum. b. Palpasi Palpasi ginjal dilakukan dengan memakai dua tangan. Tangan kiri diletakkan di sudut kostovertebra untuk mengangkat ginjal ke atas, sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan. Palpasi ini bertujuan untuk memeriksa adanya benjolan pada ginjal. Secara patologis ginjal yang membesar biasanya menonjol ke depan, sedangkan abses perinefrik atau pengumpulan cairan cenderung menonojol ke belakang. Ginjal transplantasi di kanan/kiri juga dapat dipalpasi.
5
Teknik untuk melakukan palpasi ginjal kanan. Salah satu tangan ditempatkan di bawah pinggang klien dengan jari-jari tangan berada di bawah iga bagian inferior. Telapak tangan yang lain diletakkan di sebelah anterior ginjal dengan jari-jari tangan di atas umbilikus. Tangan yang ada di sebelah atas ditekan ke bawah sementara klien menarik napas dalam agar terjadi relaksasi abdomen. (Basuki B. Purnomo, 2005). c. Perkusi Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostovertebra. Perkusi pada klien pielonefritis, batu ginjal pada pelvis, dan batu ureter akan memberikan stimulus nyeri. d. Auskultasi Tanda yang penting adalah adanya bruit (kebisingan) ginjal. Bruit ginjal paling jelas terdengar tepat di atas umbilikus, kira-kira 2 cm dari sisi kiri atau sisi kanan garis tengah. Dengarkan dengan permukaan diafragma dari stetoskop pada kedua daerah tersebut. Kemudian klien disuruh duduk dan lakukan auskultasi pada kedua pinggang. Adanya bruit sistolik dan diastolik merupakan tanda yang penting. Komponen diastolik menyebabkan bruit tersebut lebih mungkin bermakna secara hemodinamis. Adanya bruit tersebut menunjukkan kemungkinan stenosis arteri renalis yang disebabkan oleh displasia renomuskular atau aterosklerosis. (Talley, 1995). 6
Pemeriksaan Kandung Kemih Pada pemeriksaan kandung kemih diperhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan parut bekas pembedahan di suprasimfisis. Massa di daerah suprasimfisis mungkin merupakan tumor ganas kandung kemih atau karena kandung kemih yang terisi penuh dari suatu retensi urine. Palpasi dan perkusi kandung kemih untuk menentukan batas kandung kemih dan adanya nyeri tekan pada area suprasimfisis. (Arif Muttaqin, 2010).
Pemeriksaan Genitalia Eksternal Genetalia laki-laki: a. Inspeksi: Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain. Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi. Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran. b. Palpasi : Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri. Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari. Genetalia wanita: a. Inspeksi : Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis b. Palpasi
:
Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum. 7
Pemeriksaan Eliminasi Urine Periksa kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi. Adanya perubahan pada eliminasi urine seperti perubahan pancaran menandakan gejala obstruksi. Ketidakmampuan eliminasi bisa terjadi pada klien yang mengalami obstruksi pada saluran kemih, kelainan neurologis, atau pascatrauma pada saluran kemih. Apabila klien terpasang kateter, periksa drainase dan keluaran urine. (Arif Muttaqin, 2010).
2. Sistem Bowel (B 5) Pemeriksaan Esofagus, Abdomen Kiri Atas dan Lambung Setelah melakukan anamnesis, perawat mengklarifikasi hasil temuan dari anamnesis dengan melakukan pemeriksaan fisik. Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup apakah didapatkan nyeri tentang abdomen, apakah terdapat dehidrasi (perubahan turgor kulit, membrane mukosa kering), dan bukti adanya gangguan sistemik akibat dari gangguan pada lambung.
Pemeriksaan palpasi ringan dari ujung kuadran kiri atas abdomen sampai sedikit melewati garis kuadran kanan atas untuk mendeteksi adanya nyeri tekan. Kondisi nyeri tekan biasanya didapatkan pada pasien yang mengalami peradangan pada lambung. (Dokumen Pribadi Penulis, 2009).
8
Pemeriksaan Abdomen Kuadran Kanan Atas a. Inspeksi Pemeriksaan survei umum pada gangguan fungsi hati dilihat dari adanya perubahan warna kulit dan sklera mata untuk menilai adanya ikterus dan pembesaran abdomen akibat cairan. Ikterus adalah kondisi dimana konsentrasi bilirubin dalam darah mengalami peningkatan yang abnormal, semua jaringan tubuh yang mencakup sklera dan kulit akan berubah warna menjadi kuning atau kuning kehijauan. (Arif Muttaqin, 2010). b. Palpasi dan Perkusi
Palpasi pada hati. Hati yang teraba pada pemeriksaan palpasi kemudian dilakukan perkusi untuk menentukan batas atas dan batas bawah dari hati. Suara perkusi dari hati adalah pekak. (Dokumen Pribadi Penulis, 2009). Hati pasien hepatitis virus terasa nyeri jika ditekan, sedangkan hati pasien hepatitis alkoholik tidak menunjukkan gejala nyeri tekan.
Pemeriksaan Abdomen Kiri dan Kanan Bawah a. Inspeksi Perawat memperhatikan kondisi abdomen kuadran bawah tentang kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan local, distensi, atau gelombang peristaltic. Adanya tanda sikratik merupakan tanda adanya riwayat pembedahan abdomen bagian bawah. Perbedaan dari pembesaran abdomen 9
karena berisi cairan dengan pembesaran abdomen karena massa adalah bentuknya. b. Auskultasi Dilakukan sebelum perkusi dan palpasi (yang dapat meningkatkan motilitas usus dan dengan demikian mengubah bising usus). Perawat mengauskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus dari motilitas usus dan mendeteksi bunyi vascular. Klien diminta untuk tidak berbicara. Jika klien memakai selang nasogastrik atau selang intestinal yang dihubungkan ke pengisap intermiten, maka selang tersebut harus dimatikan sementara. Bunyi alat pengisap (suction) dapat mengaburkan bising usus. c. Palpasi Palpasi digunakan untuk mendeteksi area-area nyeri tekan pada abdomen dan mencatat kualitas distensi abdomen atau massa. Massa yang terpalpasi dikaji ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi, nyeri tekan, pulsasi dan mobilitasnya. d. Perkusi Dilakukan untuk mengetahui letak organ-organ yang berada di bawahnya,
tulang
dan
massa,
serta
untuk
membantu
mengungkapkan adanya udara di dalam lambung dan usus. Suara timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Pemeriksaan Feses Warna feses. Warna feses dapat bervariasi dari coklat terang sampai coklat gelap. Berbagai makanan dan obat-obatan dapat mempengaruhi warna feses. (Arif Muttaqin, 2010)
10
3. Sistem Bone (B 6) Muskuloskeletal dan Integument a. Muskuloskeletal Melakukan pemeriksaan terhadap tulang belakang, pinggul, paha, lutut, tungkai, bahu, siku, lengan, dan otot dengan menggunakan metode inspeksi, palpasi, perkusi maupun auskultasi.
b. Integumet Pemeriksaan integument meliputi warna kulit, tekstur kulit, adakah lesi kulit, dll dengan menggunakan metode inspeksi, palpasi, perkusi maupun auskultasi. -
Inspeksi warna dan kondisi kulit pada klien yang mempunyai resiko gangguan integument.
-
Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal atau punggung tangan.
(Dokumen Pribadi Penulis, 2009).
4. Sistem Reproduksi perempuan - atur posisi dorsal recumbent, atau lithotomi - pasang alas perlak
11
- inspeksi : mon veneris, labia mayora, labia minora, pembesaran kelenjar bartolin (antara labia mayora dan minoroa, fungsi nya untuk mengeluarkan sekret), uretra (kemerahan, ada keluaran atau tidak. lihat keluaran dan karakteristiknya), lubang vagina (bau, keluaran).
- interna : jika belum menikah, lakukan dengan colok dubur atau rectal toucher lakukan pemasangan speculum, siapkan speculum sesuai ukuran, beri jel anjurkan pasien tarik nafas dalam inspeksi : rongga vagina, keluaran, kondisi serviks (warna, bentuk lubang, posisi abnormalitas).
laki-laki inspeksi organ genitalia eksterna : - penis : bentuk, lokasi lubang uretra, keadaan kulit, keluaran - skrotum : bentuk, besar, bengkak, edema palpasi area skrotum : jumlah testis, adanya massa. (Arif Muttaqin, 2010).
12
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Pemeriksaan
fisik
adalah
pemeriksaan
tubuh
klien
secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, utnutk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif. Memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat. Baik untuk menegakkan diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat dan untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
B. SARAN Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dengan prosedur yang benar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC
Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta. Salemba Medika