Kba 5 Fix.docx

  • Uploaded by: Mizra Muliananda
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kba 5 Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,942
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poir) merupakan salah satu tanaman umbi – umbian yang sangat bermanfaat. Ubi jalar mengandung serat, vitamin, mineral dan antioksidan, seperti asam phenolic, antosianin, tocopherol dan β-karoten. Ubi jalar dapat dibedakan berdasarkan warnanya yaitu krem, kuning, orange, dan ungu. Tanaman ubi jalar, selain menjadi bahan pangan sumber karbohidrat, dapat juga dijadikan sumber zat warna alami. Zat warna yang terkandung di dalam akar tanaman ubi jalar disebut antosianin. Kandungan antosianin pada ubi jalar ungu ini berkisar antara 14,68–210 mg/100 gram bahan baku. Semakin ungu warna ungu pada ubi jalar, maka semakin tinggi kadar antosianinnya (Dian, I.S,.2008). Antosianin pada ubi jalar ungu merupakan suatu pigmen yang memiliki manfaat sebagai antioksidan, antibakteri, dan hebatnya lagi senyawa ini berfungsi untuk mencegah penyakit kanker, jantung, dan stroke. Ubi jalar ungu dapat menjadi pencegah menjangkitnya penyakit kanker dalam tubuh seseorang dikarenakan adanya kandungan zat aktif berupa iodin dan selenium yang kapasitasnya mengungguli ubi lain kira-kira lebih banyak 20 kali. Sebagai antioksidan dan antibakteri, ubi jalar ungu bahkan mampu mengungguli sebanyak 2,5 hingga 3,2 kali blueberry. Selain kandungan senyawa dan zat aktif, ubi jalar ungu juga memiliki kandungan nutrisi lainnya yang tidak sedikit. Beberapa zat penting yang terkandung di dalam ubi ungu diantaranya adalah vitamin A, vitamin C, vitamin B1, zat besi, kalsium, lemak, protein, serat kasar, fosfor, dan riboflavin. Senyawa antosianin yang tinggi pada umbi ini memiliki tingkatan kestabilanyang lebih tinggi jika dibandingkan dengan umbi atau bahkan sumber makanan lain (Brouillard, dkk,.1994).

Untuk memperoleh antosianin pada ubi jalar ungu ini digunakan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu zat atau senyawa yang terdapat pada bahan yang diduga mengandung zat tersebut. Pada buah atau sayuran, pigmen antosianin umumnya terletak pada sel-sel dekat permukaan. Ekstraksi pigmen antosianin dari bahan nabati umumnya menggunakan larutan pengekstrak HCl dalam etanol. HCl dalam etanol akan mendenaturasi membran sel tanaman kemudian melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel (Kauffman,dkk,.2002).Berdasarkan uraian diatas, maka hal inilah yang melatarbelakangi percobaaan dilakukan dengan menggunakan metode ekstrasi pada sampel ubi jalar ungu. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara isolasi antosianin dari ubi jalar ungu ? 2. Bagaimana analisis kualitatif antosianin pada suasana asam dan basa ? 3. Bagaiman menguji kadar antosianin pada ubi jalar ungu ? 1.3 Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara isolasi antosianin dari ubi jalar ungu. 2. Mengetahui uji positif antosianin pada suasana asam dan basa. 3. Mengetahui jumlah total kadar antosianin pada ubi jalar ungu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Ubi Jalar Ungu Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis ubi jalar yang banyak ditemui di Indonesia selain ubi jalar putih, kuning dan merah. Ubi jalar ungu memiliki warna ungu yang cukup pekat pada daging ubinya sehingga menarik untuk dilihat. Menurut Iriyanti (2012), dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman ubi jalar dapat di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantea Devisi

: Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas

: Dicotylodonnae

Ordo

: Convolvulales

Famili

: Convolvulaceae

Genus

: Ipomoea

Spesies

: Ipomoea batatas L.

Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan tanah dengan panjang tanaman dapat mencapai 3 m, tergantung pada kultivarnya. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, tidak berbuku-buku dan tipe pertumbuhannya merambat. Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujungnya meruncing. Bentuk ubi yang idealdan bermutu baik adalah lonjong agak panjang 1 dan tidak banyak lekukan dengan bobot antara 200 g – 250 g per ubi (Rukmana,1997dalam Wanhar, 2013). Ubi jalar ungu dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim panas dan lembab dengan suhu optimal 270C serta lama penyinaran sekitar 11-12 jam per hari. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran dengan ketinggian sampai 1000 meter dari permukaan laut (Rukmana, 1997dalam Wanhar, 2013). Ubi jalar ungu memiliki banyak jenis, dalam penelitian ini digunakan ubi jalar ungu dengan klon U37 hasil persilangan F1

(2) NK 102. Jenis ubi jalar ini memiliki bentuk bulat sampai lonjong dengan permukaan rata hingga tidak rata (Marsetio et al., 2015).

Gambar 2.1 Ubi Jalar Ungu (Sumber: Murtiningsih dan Suyanti, 2011)

2.1 Senyawa Antosianin Antosianin berasal dari bahasa Yunani, anthos yang berarti bunga dan kyanos yang berarti biru gelap. Antosianin tidak baik dalam keadaan netral atau basa. Oleh karena itu, antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan (Hutabarat, F.R.,2010). Sifat dan warna antosianin di dalam jaringan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: jumlah pigmen, letak, kopigmentasi, jumlah gugus hidroksi dan metoksi. Antosianin akan berubah warna seiring dengan perubahan nilai pH. Pada pH tinggi, antosianin cenderung berwarna biru atau tidak berwarna. Sedangkan pada pH rendah antosianin cenderung berwarna merah. Kebanyakan antosianin menghasilkan warna pada pH kurang dari 4. Jumlah gugus hidroksi atau metoksi pada struktur antosianidin akan mempengaruhi warna antosianin. Jumlah gugus hidroksi yang dominan menyebabkan warna cenderung berwarna biru dan relatif tidak stabil.

Sedangkan jika jumlah gugus metoksi yang lebih dominan, maka warnanya cenderung berwarna merah (Wijaya et al,.2009).

Gambar 2.2 Struktur Antosianin (Kanoetal,2005)

2.2 Metode Ekstraksi Ekstraksi merupakan cara pemisahan untuk memperoleh zat dari suatu bahan yang diduga mengandung zat tersebut. Pemisahan pada ekstraksi didasrkan pada perbedaan kelarutan bahan. Proses ekstraksi memiliki dua bagian yaitu pelarut dan zat terlarut. Pelarut merupakan zat yang dipakai untuk melarutkan dan menisahkan solut atau zat terlarut. Sedangkan zat terlarut merupakan bahan utama yang mengandung zat yang akan diekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara menggunakan pelarut yang didasarkan pada kelarutan komponen terhadap kompenen lain dalam campuran. Pelarut non polar akan melarutkan solut polar dan solute non polar (Sari Puspita, dkk,.2005). Ekstraksi padat cair merupakan proses pemisahan satu atau lebih konstituen dari suatu padatan dengan menggunakan pelarut cair. Prinsip ekstraksi padat cair adalah komponen yang terlarut dari suatu padatan yang mengandung matriks inert dan agent aktif akan diekstraksi dengan menggunakan pelarut. Bahan yang akan diekstraksi merupakan campuran homogen yang memiliki banyak kapiler (Gamse,A.P.D, dkk,.2002).

2.3 Spektronik-20 Spektronik-20 adalah spektrofotometer absorpsi sinar berkas tunggal. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada saat objek/kuvet yang berisi larutan blanko/sampel (Durst dan Wrolstad,.2005). Spektronik-20

merupakan

spektrometer

visible

yang

susunannya

menggunakan satu berkas tunggal (single beam). Spektrofotometer jenis ini memiliki susunan paling sederhana yang terdiri dari sumber sinar, monokromator, kisi difraksi dan sistem pembacaan secara langsung. Cahaya putih dari lampu wolfram difokuskan oleh lensa A ke celah masuk: lensa B mengumpulkan cahaya dari celah masuk itu dan memfokuskan ke celah keluar setelah dipantulkan dandidepresikan oleh kisi difraksi untuk memperoleh berbagai panjang gelombang. Cahaya monokromatik yang menembus celah keluar melewati sampel yang akan diukur dan jatuh ke tabung foto (Gross,.1987).

Gambar 2.4 spektofotometer (Sudarmadji, 2003)

Prinsip kerja alat ini berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitan adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io) (Husna dkk ,2013).

Spektofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektofotometer single-beam dan spektofotometer double-beam. Perbedaan kedua spektofotometer tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam cahaya hanya melewati satu arah sehinga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Pada spektofotometer double-beam nilai blanko dapat langsung di ukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama. (Tim Dosen KBA. 2013)

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Maret 2018 pukul 15.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako, Palu. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu ubi jalar ungu, etanol-HCl 1%, HCl 2M, NaOH 2M, kertas pH, kertas saring, aluminium foil dan tisu. Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu erlenmeyer 250 mL, corong pisah 250 mL, neraca analitik, kuvet, spektrofotometer, tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, gelas ukur 100 mL, mesin agitasi, penangas air, botol semprot dan stopwatch. 3.3 Prosedur Kerja Tepung ubi jalar ungu ditimbang sebanyak 5 gram kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan etanol-HCl 1% sebanyak 100 mL. Larutan tersebut dikocok selama 2 jam dengan menggunakan mesin kocok agitasi 250 rpm. Larutan disaring dan diambil filtratnya. Ekstrak atau filtrat tersebut diambil sebanyak 2,5 mL kemudian ditambahkan 2 mL larutan HCl 2M dan dipanaskan pada suhu 100˚C selama 5 menit lalu diamati perubahan warna yang terjadi. Selanjutnya, ekstrak diambil kembali sebanyak 2,5 mL kemudian ditambahkan larutan NaOH setetes demi tetes sampai terjadi perubahan warna pada larutan. Kemudian larutan dibagi menjadi dua bagian, satu bagian dengan pH 1 dan bagian yang satunya pH 4,5. Kedua larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 510 nm dan 700 nm, dan menghitung nilai absorbansinya dengan menggunakan persamaan: A=[ ( A 510− A 700 ) pH 1− ( A 510−A 700 ) pH 4,5] Kandungan antosianin sampel dihitung dengan rumus: mg A × MW × Df ×1000 total antosianin( )= L €×L

Dimana : A € L MW Df

= Absorbansi = 26.900 l/mol cm = lebar kuvet 1 cm = berat molekul sianidin 449,2 g/mol = faktor pengenceran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan No 1.

Perlakuan Hasil Pengamatan 5 gram tepung ubi jalar ungu + Larutan berwarna merah

2

100 mL etanol-HCl 1 % keunguan keruh Larutan dikocok selama 2 jam Larutan berwarna

3.

250 rpm endapan berwarna merah bata 2,5 mL ekstrak + 2 mL HCl Terjadi perubahan warna menjadi

merah

2M + dipanaskan dengan suhu merah muda dengan pH 1 100˚C selama 5 menit

dan

4.

2,5 mL ekstrak + 7 tetes NaOH Terjadi perubahan warna menjadi

5.

2M Larutan pH 1

6.

Larutan pH 5

kuning kehijauan dengan pH 14 A510 = 1,292 A A700 = -0,046 A A510 = 0,527 A A700 = 0,021 A

4.2 Pembahasan Antosianin merupakan senyawa berwarna yang bertanggung jawab untuk kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada buah, sayur, dan tanaman hias. Senyawa ini termasuk dalam golongan flavonoid. Struktur utamanya ditandai dengan adanya dua cincin aromatik benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan tiga atom karbon yang membentuk cincin (Hidayat dan Saati, 2006). Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari isolasi antosianin dari ubi jalar. Perlakuan pertama yaitu menimbang ubi jalar dalam

bentuk tepung lalu

memasukanya ke dalam erlenmeyer. Tujuan dihaluskanya ubi jalar yaitu semakin halus serbuk, maka kelarutan akan meningkat dan akan semakin banyak terjadi kontak dengan pelarut, sehingga semakin banyak zat yang dapat terbentuk dan semakin efisien pula proses pemisahannya. Pada percobaan ini larutan pengekstrak yang digunakan adalah etanol-HCl 1%.

Menurut Yu Gao dan Cahoon (1998), ekstraksi antosianin dapat dilakukan dengan beberapa jenis solven, seperti air, etanol, metanol, tetapi yang paling efektif adalah dengan menggunakan metanol yang diasamkan dengan HCl. Namun karena sifat toksik dari metanol,sehingga dalam sistem panganhanya digunakan air atau etanol yang diasamkan dengan HCl. Selain itu, antosianin tidak dapat bereaksi dengan baik dalam larutan netral atau basa, oleh karena itu antosianin harus diekstraksi dengan pelarut yang mengandung CH 3COOH atau HCl. Pengaruh kepolaran penggunaan etanol menghasilkan total antosianin yang lebih tinggi, di mana pelarut etanol memiliki tingkat kepolaran yang relatif sama dengan polaritas pigmen antosianin. Pada proses pengekstraksian ini dilakukan pengocokkan selama 2 jam. Pengocokkan ini bertujuan untuk meningkatkan energi kinetik reaksi sehingga proses ekstraksi dapat berjalan maksimal. Selanjutnya ekstrak disaring untuk memisahkan filtrat dan residu. Filtrat yang didapatkan sebagai hasil isolasi antosianin dari ubi jalar ungu. Filtrat yang didapatkan berwarna coklat dan terdapat endapan coklat pekat. Selanjutnya dilakukan uji kualitatif antosianin yang telah di isolasi mereaksikannya dengan HCl 2 M dan NaOH 2 M. Dalam uji kualitatif ini sebagian filtrat direaksikan dengan HCl 2M dan dipanaskan pada 100OC selama 5 menit. Penambahan HCl 2 M sebanyak 3 tetes ini meyebabkan warna ekstrak dari coklat menjadi berwarna merah muda. Perubahan warna ekstrak ini disebabkan karena pH ekstrak yang bertambah asam. Menurut Hendry and Houghton (1995), warna yang ditimbulkan oleh antosianin tergantung dari tingkat keasaman (pH) lingkungan sekitar sehingga pigmen ini dapat dijadikan sebagai indikator pH, pada pH 1 warna yang ditimbulkan adalah kuning kecoklatan. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kestabilan dari antosianin. Menurut Turner dan Erdogdu (2006),bahwa antosianin merupakan senyawa fenolik yang labil dan mudah rusak

akibat

pemanasan,

sehingga

berakibat

pada

penurunan

bioaktivitasannya. Sebagian filtrat kemudian direaksikan dengan NaOH 2M sebanyak 3 tetes hingga berubah warna menjadi kuning pucat. Perubahan

warna ini menunjukkan bahwa pH ekstrak yang semula asam mengalami perubahan menjadi basa. Menurut Hendry and Houghton (1995), warna yang ditimbulkan oleh antosianin pada pH 12 adalah kuning kehijauan. Hal ini tidak sesuai dengan litelatur karena warna larutannya semula berwarna kuning kecoklatan bukan merah. Selanjutnya, dilakukan uji kuantitatif dari ekstrak ubi jalar menggunakan spektronik-20 dengan metode pH differensial. Metode perbedaan pH digunakan untuk melihat perbandingan senyawa antosianin yang dihasilkan. Dalam pengujian ini, ekstrak dibagi menjadi 2 bagian yaitu ekstrak dengan pH = 1 dan ektrak dengan pH = 4.Digunakan pH 1 karena antosianin stabil pada pH dibawah 4 dan kurang stabil lebih dari pH 4,0. Tujuan pengaturan pH ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pH terhadap kestabilan ekstrak. Pada pH 4 larutan berwarna kuning pucat sedangkan pada pH 1 larutan berwarna kuning kecoklatan. Menurut Houghton (1995) warna kuningpucatpada larutan dapat mengidentifikasi bahwa larutan bersifat asam dengan pH = 4 sampai 4,5 sedangkan warna kuning kecoklatan yang lebih gelap pada larutan dapat mengidentifikasi bahwa pH larutan = 1.Larutan blanko yang digunakan yaitu larutan etanol-HCl 1% yang berfungsi sebagai pembanding. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak mengandung analit untuk dianalisis (Basset 1994). Larutan blanko digunakan sebagai kontrol dalam suatu percobaan sebagai nilai 100 % transmitan. Selanjutnya mengukur absorbansi dari ekstrak antosianin yang diperoleh dengan menggunakan spektronik-20. Spektronik-20 merupakan spektrometer visible yang susunannya menggunakan satu berkas tunggal (single beam). Adapun prinsip dari spektronik-20 yaitu alat ini akan mengukur absorbansi dari larutan yang berwarna. Sistem optik dari alat ini dapat dikembangkan sebagai berikut: sumber cahaya berupa lampu tungsten akan memancarkan sinar polikromatik. Setelah melewati pengatur panjang gelombang, hanya sinar yang monokromatik dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati larutan dideteksi oleh foto detektor. Panjang gelombang yang digunakan adalah510 nm dan 700 nm dengan etanol-HCl 1 % sebagai blanko. Panjang

gelombang 510 nm adalah panjang gelombang maksimum untuk sianidin-3glukosida sedangkan panjang gelombang 700 nm untuk mengoreksi endapan yang masih terdapat pada sampel, sehingga ini merupakan panjang gelombang yang cocok untuk antosianin. Dari pengukuran yang dilakukan diperoleh nilai absorbansi untuk panjang gelombang 510 nm dan 700 nm, untuk pH= 1 dengan panjang gelombang 510 nm = 0,053 nm ; 700 nm = -0,012 nm dan pH= 4 dengan panjang gelombang 510 nm = 0,042 nm ; 700 nm = 0,016 nm. Dari data tersebut didapatkan nilai A sampel sebesar 0,012 A. Menurut pokorny (2001), antosianin stabil pada pH asam dan tidak stabil pada pH netral atau basa sehingga akan mempengaruhi koefisien distribusi antosianin.

Berdasarkan pecobaan yang dilakukan didapatkan hasil perhitungan total antosianin pada sampel sebesar 0,2 mg/L. Menurut Sutirtayasa dkk (2007), kandungan antosianin pada ubi jalar adalah sebesar 110 mgsampai 210 mg/100 gram. Maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literature karena proses pengolahan mempengaruhi kandungan antosianin ubi jalar segar.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini yaitu: 1. Metode yang digunakan pada percobaan ini yaitu metode ekstraksi pelarut dimana pelarut yang digunakan yaitu etanol-HCl 1%. 2. Uji positif senyawa antosianin pada pH 1 berwarna merah, sedangkan pada pH 14 berwarna kuning kehijauan. 3. Total kadar antosianin pada ubi jalar ungu diperoleh sebanyak 1389,35 g/L. 5.2 Saran Pada percobaan ini disarankan agar alat dan bahan yang akan dipakai lebih dilengkapi sehingga praktikum dapat berjalan lancar, baik dan benar.

ANALISIS DATA

A=[ ( A 510− A 700 ) pH 1− ( A 510−A 700 ) pH 4,5] ¿[ ( 1,292− (−0.046 ) )−(0,527−0,021)] ¿ [ ( 1,338 )−( 0,506 ) ] ¿ 0,832 A

total antosianin(

mg A × MW × Df ×1000 )= L €×L ¿

0,832 A × 449,2 g /mol × 1× 1000 26900 L/molcm ×1 cm

¿

373734,4 g / mol 26900 L/mol

¿ 13,8935 g /L ¿ 1389.35 mg/L

DAFTAR PUSTAKA

Brouillard, R. (1982). Chemical Structure of Anthocyanins in: Anthocyanins as Food Color (ed. P. Markakis.). New York. pp 1-40. Aca-demic Press. Brouillard, R and Oliver, D. (1994). Anthocyanin molecular interactions; The first step in the formation of new pigments during wine aging. Food Chem 51: 365-371 Dian, I.S. (2008). Pengaruh Kopigmentasi Terhadap Stabilitas Warna Antosianin Buah Duwet (Syzygium cumini).Bogor:Disertasi Doktor. IPB. Durst, R.W. Wrolstad, R.E., and Lee, J. (2005). Tracking Color and Pigment Changes in Anthocyanin Products. Trends in Food Science & Technology,16(9), 423-428. Gamse, A.P.D.-I.D.t.T.,( 2002). Liquid-Liquid Extraction and Solid-Liquid Extraction. Institute of Thermal Process and Environmental Engineering Graz University of Technology Ginting, Alexander K. (2011). Pengaruh Konsentrasi Edible Kitosan dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Strawberry. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara. Gross.,(1987). Antioksidan Yogyakarta : Sekolah pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Hendry, G.A.I and J.D.Houghton. (1995). Natural Food Colorant. NEW york: Chapman and Hall Hutabarat,F.R.(2010). Studi Pemanfaatan Ekstrak Kulit Ubi Jalar (Ipomoea Batatas Poir) Sebagai Indikator Pada Tiotrasi Asam Basa. Skripsi. Medan: Departemen Kimia Universitas Sumatera Utara. Kaufmann, B., and Christen, P. (2002). Recent Extraction Techniques for Natural Products: Microwave-assisted Extraction and Pressurised Solvent Extraction. Phytochemical Analysis 13: 105-113

Lawrnce, F. J., Owens AJ, and Walsh, MJ. (1964), On the Evolution of Artificial Intelligence. Proceedings of the Fifth National Symposium on Human Factors in Electronics, IEEE, San Diego, May 5–6, pages 63–76. Oktanuri,S.(2014). Ekstraksi Pigmen Antosianin dari Ubi Jalar Ungu dengan Metode Maserasi dan Soxhletasi. Banda Aceh: Fakultas Teknologi Hasil Pertanian. Rukmana,R. (1997). Ubi Jalar. Bandung: Nuansa Sari, Puspita., Fitriyah Agustina., Muhammad Komar, Unus, Muhammad Fauzi, dan Triana Lindriati. (2005). Ekstraksidan Stabilitas Antosianin dari Kulit Buah Duwet (Syzygium cumini). Jember: Universitas Jember. Sudarmadji, Slamet, dkk. (2003). Analisi Bahan Makanan dan Pertanian. Jakarta: Liberty. Wijaya, et al. (2009). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta.

Related Documents

Kba 5 Fix.docx
May 2020 12
Kba 45425
June 2020 24
Pengantar Kba
July 2020 17
Holography - Kba -k53m
June 2020 18
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Proposal Kba Pdf
June 2020 24

More Documents from "setia wirawan"

Kba 5 Fix.docx
May 2020 12