Kb1 (1).pdf

  • Uploaded by: sunardi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kb1 (1).pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 6,778
  • Pages: 26
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: SISTEM MANAJEMEN LABORATORIUM KIMIA

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 1: Memiliki pemahaman dan mampu menerapkan Sistem Manajemen Laboratorium Kimia

Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: 1.1 Menjelaskan sistem manajemen laboratorium kimia 1.2 Mendeskripsikan pengertian, fungsi, dan tipe laboratorium kimia 1.3 Mengidentifikasi prinsip manajemen peralatan dan bahan kimia 1.4 Menyusun SOP manajemen laboratorium kimia

Pokok-Pokok Materi: 1.1 Sistem manajemen laboratorium kimia 1.2 Pengertian, fungsi, dan tipe laboratorium kimia 1.3 Manajemen peralatan dan bahan kimia 1.4 SOP manajemen laboratorium kimia

Uraian Materi: 1.1 Sistem Manajemen Laboratorium Kimia Sistem manajemen laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Henri Fayol (1996) menyatakan bahwa pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pemberian komando (Commanding), pengkoordinasian (Coordinating), dan pengendalian. (Controlling) dengan akronim yang terkenal POCCC. Sementara Luther M. Gullick (1993) menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting adalah perencanaan ((planning), pengorganisasian (organizing), pengadaan tenaga kerja (staffing), pemberian bimbingan (directing), pengkoordinasian, (coordinating), pelaporan (reporting), dan penganggaran (budgeting) dengan akronim yang terkenal POSDCoRB. Berarti manajemen (pengelolaan) laboratorium kimia meliputi beberapa aktivitas yaitu perencanaan, penataan, pengadministrasian, pengamanan, perawatan, dan pengawasan. Sebagai suatu sistem, maka sasaran pengelolaan laboratorium kimia berkaitan dengan pengelola dan pengguna (personel), fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan umum laboratorium, peralatan, (equipments), bahan kimia (chemicals), kesehatan dan keamanan kerja, dan

1

aktifitas yang dilaksanakan di laboratorium untuk menjaga keberlanjutan fungsinya. Personel Laboratorium Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama dari semua personel, baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu setiap personel yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk sama-sama mengatur, memelihara dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium dimaksudkan melakukan segala macam upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah

kemungkinan

terjadinya

kecelakaan

sewaktu

bekerja

di

laboratorium dan penanganannya bila terjadi kecelakaan.

Para personel pengelola laboratorium hendaknya memiliki keterampilan dan pemahaman tentang laboratorium dan fasilitasnya. Mengetahui dan mampu bekerja sesuai tugas dan tanggung jawabnya, mengikuti peraturan dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh lembaganya.

Personel

pengelola

laboratorium

kimia

menurut

Peraturan

Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah terdiri dari

Kepala

Laboratorium, tenaga Teknisi dan Laboran. Untuk mempertegas tugas dan tanggungjawab dari masing-masing personel pengelola laboratorium, biasanya lembaga yang bersangkutaan merumuskan uraian tugas (job desription). Demikian untuk

menjaga keselamatan kerja dan memelihara

fasilitas laboratorium biasanya dirumuskan tata tertib bekerja di laboratorium (laboratory rulers). Uraikan tugas personel pengelola laboratorium secara spesifik bergantung kondisi personel yang ada di lembaga bersangkutan.

Mengacu pada Permendiknas di atas, Kepala laboratorium mempunyai tugas yaitu: (1) Merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium yang

2

meliputi menyusun rencana pengembangan, merencanakan pengelolaan, mengembangkan sistem adminstrasi, menyusun prosedur operasi standar. (2) Mengelola kegiatan laboratorium yang meliputi mengkoordinasikan kegiatan praktikum dengan guru/teknisi, menyusun jadwal kegiatan, memantau pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi kegiatan, dan menyusun laporan kegiatan. (3) Membagi tugas teknisi dan laboran yang meliputi merumuskan rincian tugas, menentukan jadwal kerja teknisi dan laboran serta membuat laporan secara periodik. (4) Memantau sarana dan prasarana laboratorium yang meliputi memantau kondisi dan keamanan bahan, alat, serta bangunan, membuat laporan bulanan dan tahunan tentang kondisi dan pemanfaatan laboratorium. (5) Mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan laboratorium yang meliputi menilai kinerja dan hasil kerja laboran,

menilai kegiatan laboratorium,

teknisi dan

dan mengevaluasi program

laboratorium untuk perbaikan. (6) Menerapkan gagasan, teori, dan prinsip kegiatan laboratorium yang meliputi mengikuti perkembangan pemikiran tentang pemanfaatan kegiatan laboratorium sebagai wahana pendidikan, dan menerapkan hasil inovasi atau kajian laboratorium. (7) Memanfaatkan laboratorium untuk kepentingan pendidikan dan penelitian yang meliputi menyusun panduan/penuntun (manual) praktikum, merancang kegiatan laboratorium untuk pendidikan dan penelitian, melaksanakan kegiatan laboratorium

untuk

kepentingan

pendidikan

dan

penelitian,

dan

mempublikasikan karya tulis ilmiah hasil kajian/inovasi. (8) Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium yang meliputi menetapkan ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, menerapkan ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja,

menerapkan prosedur

penanganan bahan berbahaya dan beracun, dan memantau bahan berbahaya dan beracun, serta peralatan keselamatan kerja.

Tugas Pemimpin/Pembimbing praktikum yaitu: (1) Mengusulkan jadwal waktu penggunaan laboratorium kepada Kepala Laboratorium. (2) Menyusun dan menggandakan penuntun praktikum atau rencana penelitian. (3)

3

Melaporkan

kebutuhan

laboratorium.

(4)

alat

dan

Membina

bahan

praktikum

kemampuan

kepada

asisten

Kepala

pengawas

praktikum/penelitian. (5) Mengujicoba eksperimen yang akan digunakan dalam pembelajaran atau merencanakan usulan penelitian. (6) Menyiapkan alat dan bahan untuk pelaksanaan praktikum yang dibantu teknisi dan laboran. (7) Membimbing pelaksanaan eksperimen. (8) Memeriksa laporan praktikum. (9) Menyimpan alat dan bahan yang telah digunakan. (10) Menilai kinerja praktikan (yang melakukan praktikum).

Tugas teknisi adalah: (1) Merencanakan pemanfaatan laboratorium yang meliputi merencanakan kebutuhan bahan, peralatan, dan suku cadang, memanfaatkan katalog sebagai acuan dalam merencanakan bahan, peralatan, dan suku cadang, membuat daftar bahan, peralatan, dan suku cadang yang diperlukan, merencanakan kebutuhan bahan dan perkakas untuk perawatan dan perbaikan peralatan, danmerencanakan jadwal perawatan dan perbaikan peralatan. (2) Mengatur penyimpanan bahan, peralatan, perkakas, dan suku cadang laboratorium yang meliputi mencatat bahan, peralatan, dan fasilitas laboratorium dengan memanfaatkan peralatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), mengatur tata letak bahan, peralatan, dan fasilitas, mengatur tata letak bahan, suku cadang, dan perkakas untuk perawatan dan perbaikan peralatan laboratorium. (3) Menyiapkan kegiatan laboratorium yang meliputi menyiapkan petunjuk penggunaan peralatan, menyiapkan paket bahan dan rangkaian peralatan yang siap pakai untuk kegiatan praktikum, dan menyiapkan penuntun kegiatan praktikum. (4) Membuat peralatan praktikum sederhana dan membuat paket bahan siap pakai untuk kegiatan praktikum (khusus untuk Teknisi Program Produktif SMK). (5) Merawat peralatan dan bahan di laboratorium yang meliputi mengidentifikasi kerusakan peralatan dan bahan, dan memperbaiki kerusakan peralatan laboratorium. (6) Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium yang meliputi menjaga kesehatan diri dan lingkungan kerja, menggunakan peralatan kesehatan dan

4

keselamatan kerja, menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan prosedur yang berlaku, menangani limbah laboratorium sesuai dengan prosedur yang berlaku, dan memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.

Tugas Laboran adalah: (1) Menginventarisasi bahan praktikum yang meliputi mencatat bahan, penggunaan bahan, dan melaporkan penggunaan bahan laboratorium. (2)

Mencatat kegiatan praktikum yang meliputi mencatat

kehadiran guru, peserta didik,

penggunaan alat,

penggunaan penuntun

praktikum, kerusakan alat, melaporkan keseluruhan kegiatan praktikum secara periodik. (3) Merawat ruang laboratorium yang meliputi menata ruang, menjaga kebersihan ruangan, dan

mengamankan ruang laboratorium.

(4)

Mengelola bahan dan peralatan laboratorium yang meliputi mengklasifikasikan bahan dan peralatan, menata bahan dan peralatan praktikum, mengidentifikasi kerusakan bahan,

peralatan,

dan

fasilitas,

menjaga

kebersihan alat,

danmengamankan bahan dan peralatan laboratorium. (5) Melayani kegiatan praktikum

yang meliputi menyiapkan bahan sesuai dengan penuntun

praktikum,

menyiapkan peralatan sesuai dengan penuntun praktikum,

melayani guru dan peserta didik dalam pelaksanaan praktikum, menyiapkan kelengkapan pendukung praktikum (lembar kerja, lembar rekam data, dan lainlain). (6) Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium yang meliputi menjaga kesehatan diri dan lingkungan kerja, menggunakan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja, menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan prosedur yang berlaku, menangani limbah laboratorium sesuai dengan prosedur yang berlaku, dan memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.

Demikian dalam suatu laboratorium personel-personel yang dikemukakan di atas harus ada. Ketidak lengkapan jenis personel tersebut akan menyebabkan pengelolaan laboratorium kimia menjadi kurang baik. Keberadaan personil tersebut sangatlah cocok bagi struktur organisasi laboratorium di lembaga

5

penelitian ataupun industri. Dalam sistem persekolahan khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pengelola laboratorium akan melibatkan unsurunsur personil seperti Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Ketiga personel ini akan lebih memfokuskan tanggung jawabnya pada aspek pengawasan (controlling).

Pengelola operasional biasanya dijalankan oleh Kepala Laboratorium (jika sudah ada) atau Guru yang diberi tugas khusus oleh Kepala Sekolah untuk mengelola laboratorium itu. Demikian posisi Kepala Laboratorium atau Guru di laboratorium kimia sekolah memegang peranan sangat penting dan menjadi “key person” terhadap kelancaran pengelolaan laboratorium. Dalam hal ini Guru yang diberi tugas oleh Kepala Sekolah akan memiliki tugas dan tanggung jawab seperti posisi yang dimiliki Kepala Laboratorium. Guru Bidang Studi yang akan menggunakan laboratorium akan berperan sebagai Pembimbing praktikum sesuai Bidang Studi yang dibinanya. Ketidak beradaan tenaga teknisi, dan laboran yang selama ini dihadapi oleh sekolah-sekolah, hendaknya menjadi perhatian dan harus diperjuangkan oleh Kepala Sekolah melalui lembaga terkait.

1.2 Pengertian, Fungsi, dan Tipe Laboratorium Pengertian Laboratorium Laboratorium berasal dari kata laboratory yang memiliki pengertian yaitu: (1) tempat yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen atau melakukan pengujian dan analisis di dalam sains/kimia (laboratory is a place equipped for experimental study in a science or for testing and analysis); (2)

bangunan atau ruangan yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan penelitian ilmiah ataupun praktek pembelajaran bidang sains (a building or room equipped for conducting scientific research or for teaching practical science);

(3)

tempat memproduksi bahan kimia atau obat (a place where chemicals or medicines are manufacture);

6

(4)

tempat kerja untuk melangsungkan penelitian ilmiah (a workplace for the conduct of scientific research;

(5)

ruangkerja seorang ilmuwan dan tempat menjalankan eksperimen bidang studi sains (kimia, fisika, biologi, dsb.) (the workplace a saintist also a place devoted to experiments in any branch of natural science , as chemistry, physics, biology etc.

Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan dan dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian ujicoba peneltian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai; suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Dalam pengertian terbatas laboratorium ialah suatu ruangan yang tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan. Menurut Koballa dan Chiappetta (2010), Laboratorium diartikan sebagai berikut: Laboratory work engages students in learning through firsthand experiences. Laboratory work permits students to plan and to participate in investigation or to take part in activities that will help them improve their technical, laboratory. In general, laboratory work can be used to promote the following learning outcomes:attitudes toward science, scientific attitudes, scientific inquiry, conceptual development, technical skill, teamwork skills. Pengertian lain menyatakan bahwa laboratorium pendidikan yang selanjutnya disebut laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat (Permenpan RB No. 03, 2010).

Fungsi Laboratorium Kimia Berdasarkan definisi di atas dengan tegas dinyatakan bahwa laboatorium kimia adalah suatu bangunan yang di dalamnya diperlengkapi dengan peralatan dan bahan kimia untuk kepentingan pelaksanaan eksperimen. Dengan demikian keberadaan laboratorium baik di lingkungan industri, lembaga penelitian, maupun lembaga pendidikan sains merupakan prasarana dan sarana sangat penting. Hodson mengemukakan bahwa laboratorium

7

memiliki fungsi utama yaitu untuk melaksanakan eksperimen (experiments), kerja lab (laboratory work), praktikum (practicals), dan pelaksanaan didaktik pendidikan sains (didactics of science education) dengan hierarki sebagaimana ditunjukkan pada Gambar-1.1 berikut.

didaktik pendidikan sains

praktikum

kerja lab

eksperimen

. Gambar-1.1 Keterkaitan antara eksperimen, kerja lab , praktikum, dan didaktik pendidikan

Ekperimen

diartikan

sebagai

rangkaian

kegiatan

(menyusun

dan

mengoperasikan alat, mengukur, dsb.) dan pengamatan untuk memverifikasi dan menguji suatu hipotesis berdasarkan bukti-bukti empiris. Sementara kerja laboratorium cakupannya lebih luas daripada eksperimen yang diartikan sebagai aktifitas dengan menggunakan fasilitas laboratorium, seperti melatih keterampilan menggunakan alat, melakukan eksperimen (percobaan), mendemonstrasikan percobaan, melakukan pengontrolan kualitas bahan baku, pengontrolan kualitas produk industri, ekshibisi (pameran) proses-proses kimia dan sebagainya. Demikian kerja laboratorium harus dirancang sedemikian rupa agar dapat melakukan pengukuran kuantitas fisis secara akurat; menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi keajegan (reliabilitas) pengukuran; memperlakukan bahan, alat (apparatus), perkakas (tools), dan instrumen suatu pengukuran; mendeskripsikan hasil pengamatan dan pengukuran dengan jelas; menyajikan informasi secara verbal, piktorial, grafis dan matematis; menyimpulkan yang dimuati pendapat (inference) dan memberikan argumen terhadap hasil pengamatan; mempertahankan simpulan

8

(conclusion) dan ramalan (prediction); berpartisipasi aktif dan berkooperatif dalam kelompok; melaporkan hasil pengamatan, simpulan, dan ramalan dalam kelas; mengenali permasalahan dan memecahkannya melalui eksperimen.

Demikian praktikum (practicals) cakupannya lebih luas daripada kerja laboratoium.

Praktikum diartikan sebagai salah satu metode pembelajaran

sains khususnya kimia dengan fungsi memperjelas konsep melalui kontak dengan alat, bahan, atau peristiwa alam secara langsung;

meningkatkan

keterampilan intelektual peserta didik melalui observasi atau pencarian informasi secara lengkap dan selektif yang mendukung pemecahan problem praktikum; melatih dalam memecahkan masalah, menerapkan pengetahuan dan keterampilan terhadap situasi yang dihadapi, melatih dalam merancang eksperimen, menginterpretasi data, dan membina sikap ilmiah. Menurut Hackling, ada lima jenis praktikum yang dapat diperankan di laboratorium yaitu praktikum verfifikasi (verification), ikuiri terbimbing (guided inquiry),

inkuiri semi terbimbing (semi guided inquiry), inkuiri

bimbingan terbats (less guided inquiry), dan ikuiri terbuka (open inquiry) yang disebut juga dengan penelitian (open investigation). Kelima jenis praktikum tersebut dibedakan berdasarkan disediakan atau tidaknya komponen permasalahan, peralatan, prosedur kerja, dan sasaran atau jawaban yang akan dicapai. Keempat jenis praktikum tersebut ditunjukkan pada Tabel1.1 berikut.

9

Tabel-1.1 Jenis-jenis Praktikum Masalah

Peralatan

Prosedur kerja

Jawaban/ Sasaran

Jenis Praktikum

diberikan

diberikan

diberikan

diberikan

diberikan

diberikan

diberikan

diberikan

tidak diberikan

diketahui belum diketahui belum diketahui

diberikan

tidak diberikan

tidak diberikan

belum diketahui

Verifikasi Inkuiri terbimbing Inkuiri semi terbimbing Inkuiri bimbingan terbatas

tidak diberikan

tidak diberikan

tidak diberikan

belum diketahui

Inkuiri terbuka

Misalnya suatu praktikum kimia bertujuan mengidentifikasi keberadaan ion Cl- oleh Ag+ dengan memberikan endapan putih AgCl. Pada percobaan tersebut telah disediakan peralatan yaitu tabung reaksi, pipet tetes, larutan NaCl dan larutan AgNO3. Prosedur kerja yang harus dilakukan yaitu ambilah 1 mL larutan NaCl, masukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian teteskan 5 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl tersebut. Amatilah terjadinya pembentukan endapan putih. Contoh ini memperlihatkan bahwa permasalahan, peralatan, prosedur kerja dan jawaban semuanya telah diberikan oleh guru/pembimbing/instruktur praktikum. Oleh karena itu praktikum seperti ini dikategorikan sebagai praktikum verifikatif. Fungsi laboratorium yang telah dikemukakan di atas dapat juga dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu fungsi yang memberikan peningkatan pengetahuan (knowledge), fungsi yang memberikan peningkatan keterampilan (psychomotoric), dan fungsi yang memberikan penumbuhan sikap (attitude) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel-1.2 berikut. Tabel-1.2 Fungsi Laboratorium Kimia Fungsi Laboratorium Kimia Peningkatan pengetahuan (intelektual)

Kompetensi yang dikembangkan         

memecahkan masalah mengemukakan hipotesis mengidentifikasi informasi mengidentifikasi hubungan sebab akibat menghubungkan berbagai faktor atau fenomena mengaplikasikan konsep memahami prosedur eksperimen memahami penggunaan alat memahami teknik pengukuran

10

Fungsi Laboratorium Kimia

Peningkatan keterampilan

Kompetensi yang dikembangkan                                                      

memahami faktor kesalahan pengukuran memahami keterbatasan kondisi eksperimen memahami sumber kecelakaan eksperimen memahami urutan kerja yang akan dilakukan memahami prinsip yang digunakan memahami komputasi yang akan dilakukan mengidentifikasi data relevan mengidentifikasi data menyimpang mengidentifikasi fenomena relevan mengidentifikasi fenomena menyimpang memprediksi fenomena mengklasifikasi data mengklasifikasi fenomena mengolah data menganalisis data mensintesis data menginterpretasi data menyimpulkan hasil eksperimen merancang prosedur eksperimen merancang teknik observasi merancang pencatatan data merumuskan penyimpangan hasil eksperimen menyusun kondisi kritis eksperimen menjawab pertanyaan eksperimen mendiskusikan hasil eksperimen mendiskusikan penyimpangan data eksperimen menyusun laporan eksperimen menyajikan esensi eksperimen secara tertulis merancang eksperimen alternatif memilih sumber bacaan yang relevan membaca katalog alat dan bahan membaca handbook mengenali alat dan bahan mengenali cara kerja alat mengenali keterbatasan kerja alat mengenali kapasitas alat mengenali ketelitian alat menyiapkan alat mengkalibrasi alat merangkai alat menggunakan alat memperbaiki alat menyimpan alat membersihkan alat kerja dasar laboratorium (seperti memanaskan, menyaring, mengaduk dsb.) menggunakan alat ukur mengukur dengan cermat memilih alat dan bahan mengikuti prosedur eksperimen mengendalikan variabel eksperimen mengamati fenomena mencatat fenomena mengumpulkan data mencatat data

11

Fungsi Laboratorium Kimia

Penumbuhan sikap

Kompetensi yang dikembangkan                          

membersihkan tempat kerja menangani keselamatan kerja menjaga keamanan kerja berdiskusi mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan objektif toleran / menerima pandangan orang lain keingintahuan tinggi cermat teliti kooperatif partisipatif kreatif kritis terbuka tekun mau bekerja keras motif berprestasi ulet (tidak mudah menyerah) estetis percaya diri menghargai data peduli (awareness) menyadari kelemahan dan keunggulan diri responsif taat pada aturan

Tipe Laboratorium Menurut Permenpan RB No. 03, 2010 laboratorium Pendidikan dibagi menjadi 4 tipe : 1. Laboratorium Tipe I adalah laboratorium ilmu dasar yang terdapat di sekolah pada jenjang pendidikan menengah, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan siswa. 2. Laboratorium Tipe II adalah laboratorium ilmu dasar yang terdapat di perguruan tinggi tingkat persiapan (semester I, II), atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan mahasiswa. 3. Laboratorium Tipe III adalah laboratorium bidang keilmuan terdapat di jurusan atau program studi, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan III, dan bahan yang dikelola adalah

12

bahan kategori umum dan khusus untuk melayani kegiatan pendidikan, dan penelitian mahasiswa dan dosen. 4. Laboratorium Tipe IV adalah laboratorium terpadu yang terdapat di pusat studi fakultas atau universitas, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan III, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum dan khusus untuk melayani kegiatan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa dan dosen, (Permenpan RB No. 03, 2010). Tabel-1.3 Tipe Laboratorium Indikator

Tipe Laboratorium I

II

III

Nama dan kedudukan

Lab ilmu dasar Di sekolah

Lab ilmu dasar Di PT

Lab bidang ilmu di Departemen

Fungsi utama

Praktikum siswa

Praktikum mahasiswa

Praktikum penelitian (mhs, dosen)

Peralatan

Kategori I Kategori II

Kategori I Kategori II

Bahan

Baan umum

Bahan umum

Kategori I Kategori II Kategori III Bahan umum Bahan khusus

IV Lab terpadu di Fakultas/Univ Praktikum penelitian (mhs, dosen) PPM Kategori I Kategori II Kategori III Bahan umum Bahan khusus

Tata Tertib Bekerja di Laboratorium Kimia Di laboratorium diperlukan adanya tata tertib yang harus dijalankan oleh setiap pengguna laboratorium. Secara umum tata tertib penggunaan laboratorium tersebut antara lain adalah : 1. Pengguna laboratorium harus mendapat persetujuan Kepala Laboratorium. 2. Pengguna laboratorium tidak diperkenankan memasuki atau bekerja tanpa izin petugas laboratorium. 3. Pengguna laboratorium tidak diperolehkan bekerja sendirian di laboratorium. 4. Pemakai laboratorium harus datang tepat pada waktunya, dan bekerja sesuai jadwal yang ditetapkan. 5. Sebelum bekerja, pengguna laboratorium harus mengisi agenda penggunaan laboratorium. 6. Sebelum bekerja pengguna laboratorium harus mengisi daftar penggunaan alat dan bahan yang akan dipakai. 7. Pengguna laboratorium harus memperhatikan kelengkapan alat dan bahan yang telah disediakan petugas laboratorium di meja praktikum. 8. Alat dan bahan yang belum lengkap harus dilaporkan ke petugas laboratorium.

13

9. 10. 11. 12. 13. 14.

15. 16. 17. 18.

Periksa baik tidaknya alat yang dipinjam, karena kerusakan menjadi tanggungan pengguna. Tidak diperkenankan mengambil alat dan bahan lain yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan yang dilakukan. Pengguna laboratorium harus menempati tempat yang disediakan. Pergunakan alat dan bahan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Penggunaan alat dan bahan harus dilakukan dengan hati-hati. Alat-alat laboratorium yang rusak selama praktikum harus dilaporkan kepada petugas laboratorium dan jangan mencoba memperbaiki sendiri. Bahan, air, dan listrik hendaknya digunakan seefisien mungkin. Bahan kimia bekas praktikum yang bisa dipakai lagi harus ditampung pada tempat khusus dan diberi label. Harus selalu menulis label yang lengkap, terutama terhadap pemakaian bahan kimia. Setelah selesai bekerja, alat-alat dan meja praktikum harus dalam keadaan bersih.

Selain Tata Tertib tersebut perlu adanya peraturan untuk menjaga keamanan dan keselamatan kerja di Laboratorium, antara lain : 1. Memakai jas lab, sarung tangan, sepatu hak pendek dan tertutup serta kacamata (goggles), terutama sewaktu menuang bahan-bahan kimia yang berbahaya (mis. asam keras). 2. Dilarang makan, minum dan merokok di dalam laboratorium. 3. Dilarang meludah, akan menyebabkan terjadinya kontaminasi. 4. Dilarang mengisap/menyedot dengan mulut. Semua alat pipet harus menggunakan bola karet pengisap (pipet - pump). 5. Potonglah kuku tangan sewaktu akan bekerja di laboratorium. 6. Dilarang berlari, terutama bila ada bahaya kebakaran, gempa, dan sebagainya. Pengguna laboratorium harus tetap berjalan saja. 7. Pengguna laboratorium hendaknya mengetahui sumber listrik, gas, dan air yang terdapat di laboratorium serta cara membuka dan menutupnya. 8. Pengguna laboratorium hendaknya mengetahui lokasi pemadam api, penyembur air (shower), pemadan api dengan pengaliran air (firehydrant), unit pencuci mata (eyewash station), dan kotak PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yang ada di laboratorium serta mempelajari dan berlatih cara menggunakannya. 9. Jika bahan kimia terkena kulit atau mata, cucilah dengan air yang banyak dan konsultasikan dengan Pembimbing praktikum. 10. Persepsikan bahwa semua bahan kimia di laboratorium adalah berbahaya, sehingga harus diperlakukan dengan tepat. 11. Gunakan lemari asap sewaktu mereaksikan bahan kimia yang menghasilkan gas. 12. Dilarang membuang bahan kimia sisa percobaan atau bahan lain yang memungkinkan merusak dan tersumbatnya saluran pembuangan air. 14

13. Dilarang mengambil bahan kimia langsung dari botol induk atau mengembalikan bahan kimia layak pakai ke botol induk. 14. Bagi perempuan, ikatlah rambut jangan sampai terurai ketika bekerja di laboratorium. 15. Ketika memanaskan cairan dalam tabung reaksi, jangan mengahadapkan mulut tabung tersebut ke arah orang lain yang berdekatan. 16. Jangan mengerjakan percobaan di luar prosedur yang ditetapkan. 17. Jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan kimia, alat-alat, dan cara pemakaiannya. 18. Bertanyalah jika merasa ragu atau tidak mengerti saat melakukan percobaan. 19. Jika terjadi kerusakan atau kecelakaan, sebaiknya segera melaporkannya ke petugas laboratorium. 20. Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagenreagen yang volatil dan mudah terbakar.

1.3 Manajemen Peralatan dan Bahan Kimia Manajemen Peralatan Manajemen (penataan) peralatan sangat bergantung kepada fasilitas yang ada di laboratorium dan kepentingan pemakai laboratorium. Fasilitas yang dimaksud dalam hal ini adalah adanya ruang penyimpanan khusus (gudang), ruang persiapan, dan tempat penyimpanan seperti lemari, kabinet, dan rak-rak. Peralatan laboratorium yang selanjutnya disebut peralatan adalah mesin, perkakas, perlengkapan, dan alat-alat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas. Peralatan Laboratorium dibagi 3 kategori (Tabel 1.4): 1. Peralatan kategori 3 adalah alat yang cara pengoperasian dan perawatannya sulit, risiko penggunaan tinggi, akurasi/ kecermatan pengukurannya tinggi, serta sistem kerja rumit yang pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu dan bersertifikat. 2. Peralatan kategori 2 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya sedang, risiko penggunaan sedang, akurasi/kecermatan pengukurannya sedang, serta sistem kerja yang tidak begitu rumit dan pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu. 3. Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi/ kecermatan pengukurannya rendah, serta sistem kerja sederhana, pengoperasiannya cukup dengan menggunakan panduan, (Permenpan RB No. 03, 2010).

15

Tabel-1.4 Tingkat Kesulitan Pengelolaan Peralatan Pengelolaan

Kriteria Kategori 1

Kategori 2

Kategori 3

Mudah

Sedang

Sulit

Perawatan

Mudah

Sedang

Sulit

Resiko

Rendah

Sedang

Tinggi

Pengoperasian

Pengukuran Persyaratan pengoperasian Sistem kerja

Kecermatan/akurasi rencah Dengan panduan

Kecermatan/akurasi sedang Dengan pelatihan

Kecermatan/akurasi tinggi Dengan pelatihan khusus

Sederhana

Sedang

Rumit

Setiap alat yang akan dioperasikan harus dalam kondisi yang baik yaitu dengan syarat: a. Siap untuk dipakai (ready for use) b. Bersih c. Berfungsi dengan baik d. Terkalibrasi Peralatan digunakan untuk melakukan suatu kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat atau studi tertentu. Karenanya alatalat ini harus selalu siap pakai, agar sewaktu-waktu dapat digunakan. Peralatan laboratoium sebaiknya dikelompokkan berdasarkan penggunaanya. Perawatan alat secara rutin dapat dilakukan dengan :  Sebelum alat digunakan hendaknya diperiksa dulu kelengkapannya.  Harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan.  Setelah selesai dipergunakan semua alat harus dibersihkan kembali dan jangan disimpan dalam keadaan kotor.  Kelengkapan alat tersebut harus dicek terlebih dahulu sebelum disimpan.  Setiap alat yang agak rumit selalu mempunyai buku petunjuk atau keterangan penggunaan. Maka sebelum alat digunakan hendaknya kita membaca terlebih dahulu petunjuk penggunaan alat dan petunjuk pemeliharaan atau perawatannya.  Setiap alat baru terlebih dahulu diperiksa atau dibaca buku petunjuk sebelum digunakan. Dalam penyimpanan dan penataan alat yang perlu diperhatikan: a. Jenis bahan dasar penyusun alat tersebut. Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat menentukan cara penyimpanannya. b. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas atau porselen. c. Dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga diperhatikan. d. Janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar mudah diambil dan disimpan kembali.

16

Manajemen Bahan Kimia Bahan laboratorium yang selanjutnya disebut bahan adalah segala sesuatu yang diolah/digunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, yang dibagi menjadi dua kategori yaitu: 1. Bahan khusus adalah bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus. 2. Bahan umum adalah bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus, (Permenpan RB No. 03, 2010). Tabel-1.5 Tingkat Kesulitan Pengelolaan Bahan Penanganan Penyimpanan

Sifat fisis

Bahan Umum (1)

Khusus (2)

Tidak memerlukan persyaratan

Memerlukan persyaratan

khusus

khusus

Tidak eksplosif, tidak korosif,

eksplosif, korosif, iritant, labil

tidak iritant, stabil Sifat kimia Persyaratan metode

Non toksik, tidak berbahaya

Toksik, berbahaya

Tidak memerlukan kemurnian

Memerlukan kemurnian tinggi

tnggi

Dalam laboratorium kimia, penyimpanan zat dan bahan kimia merupakan strategi rencana yang dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat yang benar untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium. (Griffin 2005). Setiap bahan kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Maka, dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia harus diperhatikan aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information). Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan di laboratorium: A. Aman : bahan disimpan supaya aman dari pencuri. B. Mudah dicari : Untuk memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci). C. Mudah diambil : Penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan. Pada bahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat jika dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang

17

terisolasi. Hal ini untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia. Wadah dan tempat penyimpanan harus diberi label yang mencantumkan informasi antara lain:  Nama kimia dan rumusnya  Konsentrasi  Tanggal penerimaan  Tanggal pembuatan  Nama orang yang membuat reagen  Tingkat bahaya  Klasifikasi lokasi penyimpanan  Nama dan alamat pabrik Tempat penyimpanan bahan kimia harus bersih, kering, jauh dari sumber panas atau sinar matahari langsung dan dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa syarat penyimpanan bahan secara singkat adalah sebagai berikut: A. Bahan beracun Syarat penyimpanan: o Ruangan dingin dan berventilasi o Jauh dari bahaya kebakaran o Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi o Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang dipergunakan o Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan B. Bahan korosif Syarat penyimpanan: o Ruangan dingin dan berventilasi o Wadah tertutup dan beretiket o Dipisahkan dari zat-zat beracun. C. Bahan mudah terbakar Dibagi menjadi 3 golongan: 1) Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4 oC, misalnya karbon disulfida (CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C6H6, aseton (CH3COCH3). 2) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4 oC - 21oC, misalnya etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH). 3) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin (minyak tanah), terpentin, naftalena, minyak bakar.

18

Syarat penyimpanan: o Temperatur dingin dan berventilasi o Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara. o Tersedia alat pemadam kebakaran D. Bahan mudah meledak Syarat penyimpanan: o Ruangan dingin dan berventilasi o Jauhkan dari panas dan api o Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis E. Bahan Oksidator Syarat penyimpanan: o Temperatur ruangan dingin dan berventilasi o Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok o Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor F. Bahan reaktif terhadap Air Syarat penyimpanan: o Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi o Jauh dari sumber nyala api atau panas o Bangunan kedap air o Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder) G. Bahan reaktif terhadap Asam Syarat penyimpanan: o Ruangan dingin dan berventilasi o Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam o Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantongkantong hidrogen o Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja H. Gas bertekanan Syarat penyimpanan: o Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat o Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari o Jauh dari api dan panas o Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup-katup

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, Tabel-1.6 dan Tabel-1.7 merupakan pedoman dalam penyimpanan bahan kimia di laboratorium.

19

Mana saja penyimpanannya yang harus didekatkan dan mana saja yang harus dipisahkan. Tabel-8 Matriks Bahan Kimia yang incompatable (tidak boleh disimpan bersamaan) Asam Anorganik

Asam Oksidator

Asam anorganik Asam oksidator Asam X X organik Basa X X Oksidator Anorganik X X racun Organik X X racun Reaktif air X X Pelarut X X organik x = tidak boleh disimpan bersamaan

Asam Organik

Basa

Anorganik Racun

Organik racun

Reaktif air

Pelarut organik

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X X

X X

X X

X X

X

X

X

X

X

Oksidator

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

Tabel-9 Klasifikasi Penyimpanan Bahan Kimia Bahan Kimia Asam asetat CH3COOH Aseton CH3COCH3 Asetilen C2H2 Logam alkali Li, Na, K Ammonia anhidros, NH3 Ammonium nitrat, NH4NO3 Anilin C6H5NH2 Bahan arsenat, AsO3Azida, N3Brom, Br2 Kalsium oksida, CaO Karbon aktif, C Karbon tetraklorida, CCl4 Klorat, ClO3-

Tidak Boleh Bercampur dengan Asam kromat, H2Cr2O4; Asam nitrat, HNO3; Senyawa hidroksil, -OH; Etilen glikol, C2H6O2; Asam perklorat, HClO4; Peroksida, H2O2, Na2O2; Permanganat, KMnO4 Campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat, (HNO3 pkt + H2SO4 pkt); Basa kuat, NaOH, KOH Flor, F2; Klor, Cl2; Brom, Br2; Tembaga, Cu; Perak, Ag; Raksa, Hg Air, H2O; Karbon tetraklorida, CCl4; Hidrokarbon terklorinasi, CH3Cl; Karbon dioksida, CO2; halogen, F2, Cl2, Br2, I2 Raksa, Hg; Kalsium, Ca; Klor, Cl2; Brom, Br2; Iod, I2; Asam florifa, HF; Hipoklorit, HClO, Ca(ClO)2 Asam; serbuk logam; cairan dapat terbakar; Klorat, ClO3- ; Nitrit, NO2-; belerang, S8; serbuk organik; bahan dapat terbakar Asam nitrat, HNO3; Hidrogen proksida, H2O2 Bahan reduktor Asam Amonia, NH3; Asetilen, C2H2; butadiena, C4H6; butana, C4H10; metana, CH4; propana, C3H8 ( atau gas minyak bumi), hidrogen, H2; Natrium karbida, NaC; terpentin; benzen, C6H6; serbuk logam Air, H2O Kalsium hipoklorit, Ca(ClO)2; Semua oksidator Natrium, Na Garam ammonium; asam; Serbuk logam; Belerang, S8; Bahan

20

Bahan Kimia Asam kromat, H2Cr2O4; Krom trioksida, Cr2O3 Klor, Cl2

Klor dioksida, ClO2 Tembaga Cumene hidroperoksida Sianida Cairan dapat terbakar Hidrokarbon Asam sianat Asam florida Hidrogen peroksida Asam sulfida Hipoklorit Iod Raksa Nitrat Asam nitrat (pekat)

Nitrit Nitroparafin Asam oksalat Oksigen Asam perklorat Peroksida, organik Fosfor (putih) Kalium Kalium klorat dan Perklorat Kalium permanganat Selenida Perak Natrium Natrium Nitrit Natrium peroksida Sulfida Asam sulfat Telurida

Tidak Boleh Bercampur dengan organik serbuk; Bahan dapat terbakar Asam asetat, CH3COOH; Naftalen, C10H8; Kamper, C10H16O; gliserol, HOCH2CH(OH)CH2OH; Gliserin; terpentin; alkohol; cairan mudah terbakar Ammonia, acetylene, butadiene, butane, methane, propane (or other petroleum gases), hydrogen, sodium carbide, turpentine, benzene, finely divided metals Ammonia, metana, fosfin, Asam sulfida Asetilen, hidrogen peroksida Asam, organik atau anorganik Asam Ammonium nitrat, Asam kromat, hidrogen peroksida, Asam nitrat, Natrium peroksida, halogen Flor, klor, brom, ASam kromat, Natrium peroksida Asam nitrat, Basa Ammonia, aqueous or anhydrous Tembaga, Krom, Besi, Kebanyakan logam atau garamnya, Alkohol, Aseton, bahan organik, Anilin, Nitrometan, Cairan dapat terbakar Asam nitrat berasap, Asam lain, Gas oksidator, Asetilen, Ammonia (berair atau anhidros), Hidrogen Asam, Karbon aktif Asetilen, Ammonia (berair atau anhidros), Hidrogen Asetilen, Asam fulmanat, Amonia Asam sulfat Asam asetat, Anilin, Asam kromat, Asam sianat, Asam sulfida, Cairan dapat terbakar, Gas dapat terbakar, Tembaga, Kuningan, Logam berat Asam Basa anorganik, Amina Perak, Raksa Oli, Lemak, hidrogen; Cairan, padatan, dan Gas dapat terbakar Asetat anhidrid, Bismut dan aliasinya, Alkohol, Kertas, Kayu, Lemak dan oli Asam (organik atau mineral), Hindari gesekan, Simpan di tempat dingin Udara, Oksigen, Basa, Bahan reduktor Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air Asam sulfat dan asam lain Gliserin, Etilen glikol, Benzaldehid, Asam sulfat Bahan reduktor Asetilen, Asam oksalat, Asam tartrat, Senyawa amonium, Asam fulmanat Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air Ammonium nitrat dan Garam ammonium lain Etil atau metil alkohol, Asam asetat glacial, Asetat anhidrida, Benzaldehid, Karbon disulfida, Gliserin, Etilen glikol, Etil asetat, Metil asetat, furfural Asam Kalium klorat, Kalium perklorat, kalium permanganat (atau senyawa dari logam ringan seperti natrium, litium, dll.) Bahan reduktor

21

Bahan Kimia

Tidak Boleh Bercampur dengan

(From Manufacturing Chemists' Association, Guide for Safety in the Chemical Laboratory, pp. 215-217, Van Nostrand Reinhold

Seperti halnya pada pembahasan tentang penataan alat, pada penataan bahan kimiapun diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi masingmasing bahan kimia tersebut. Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog bahan. 1.4 Standard Operating Proccedure (SOP) Laboratorium Kimia Pengertian SOP Laboratorium Kimia Standard Operating Proccedure (SOP) laboratorium kimia merupakan serangkaian instruksi kerja tertulis yang dibakukan (terdokumentasi) mengenai proses penyelenggaraan administrasi laboratorium kimia, bagaimana, dan kapan harus dilakukan, di mana dan oleh siapa dilakukan. SOP ini terdiri dari rumusan indikator-indikator teknis, administratif, dan prosedural sesuai tata kerja yang ada di laboratorium kimia. Tujuan disusunnya standar operasional prosedur laboratorium adalah untuk membantu memperlancar pengelolaan laboratorium guna memaksimalkan kegunaan dari laboratorium beserta semua sumber daya yang ada didalamnya, sehingga dapat membantu terselenggaranya kegiatan praktikum yang berkualitas. Selain itu, SOP yang telah disusun dapat digunakan sebagai dasar hukum jika terjadi penyimpangan tatalaksana yang ada di laboratorium. Dengan kata lain bahwa tujuan akhir dari SOP adalah tercapainya pengelolaan laboratorium yang efektif dan efisien dan terciptanya suasana laboratorium yang kondusif sehingga dapat membangkitkan minat untuk melakukan praktikum, penelitian, pengabdian masyarakat bagi para pengguna.

Dengan adanya SOP ini juga dapat mengarahkan personal pengelola laboratorium untuk melaksanakan tugas rutinnya lebih disiplin dan terarah. Pelaksanaan tugas rutin personal pengelola laboratorium kimia akan mudah dikontrol dengan adanya SOP. Akan tetepi sebelum dilakukan pengontrolan, maka diperlukan penyusunan sebuah SOP yang dapat digunakan. Hal ini disebabkan dalam pengontrolan penerapan SOP laboratorium berkaitan erat dengan ada atau tidaknya SOP laboratorium kimia. Penyusunan SOP Adapun penyusunan SOP laboratorium kimia meliputi beberapa tahapan antara lain (1) menentukan tujuan yang ingin dicapai, (2) membuat rancangan awal, (3) melakukan evaluasi internal, (4) melakukan evaluasi eksternal, (5) melakukan uji coba, (6) menempatkan prosedur pada unit terkait, dan (7) menjalankan prosedur yang dibuat.

22

Selain tahapan-tahapan yang telah disebutkan di atas, penyusunan SOP juga memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan SOP. Prinsip-prinsip penyusunan SOP tersebut dijelaskan di bawah ini. a. SOP harus memperhatikan alur pelaksanaan kegiatan yang mudah ditelusuri jika terjadi masalah saat pelaksanaan nantinya. b. Perumusan SOP harus sesuai dengan kebutuhan dan aturan kebijakan yang sedang berlaku. c. SOP harus memperhatikan lamanya waktu pelaksanaan, porsi tugas masingmasing pelaksana laboartorium sehingga akan diketahui tanggung jawab dari masing-masing pelaksana pengelola laboratorium. d. SOP laboratorium harus dapat menjadi pedoman terhadap norma waktu, hasil kerja yang tepat serta bagian pendanaan jika dimungkinkan ada pembiayaan di dalamnya. e. Bahasa yang digunakan dalam SOP harus mudah dipahami oleh semua penggunanya. Jika diperhatikan lebih lanjut, tahap akhir penyusunan SOP adalah menjalankan prosedur. Pada tahap ini diperlukan tindakan pengontrolan penerapan SOP sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini. Pengontrolan Penerapan SOP di Laboratorium Kimia Penerapan SOP yang berupa pedoman tertulis bertujuan untuk membantu ketercapaian tujuan laboratorium sebagai salah satu sarana sumber belajar di sekolah. SOP laboratorium kimia berupa alur, langkah-langkah, tahapantahapan yang harus dilakukan ketika menyelesaikan sebuah kegiatan/proses kinerja ilmiah kimia. SOP laboratorium kimia meliputi SOP peralatan di laboratorium kimia, SOP bahan praktikum kimia dan SOP prosedur kegiatan praktikum kimia. SOP laboratorium ini akan menjadi pedoman dan alat komunikasi secara tak langsung bagi berbagai pihak yang akan berhubungan dengan laboratorium kimia seperti peserta didik, guru kimia, laboran, teknisi, Kepala Laboratorium kimia maupun Kepala Sekolah. Pengontrolan penerapan SOP dalam kaitannya dengan peralatan di dalam laboratorium kimia melibatkan proses pengadministrasian dari alat-alat yang berada dalam laboratorium kimia. Selain itu juga memuat bagaimana peraturan/sanksi yang diberikan jika terjadi kerusakan alat. Semua itu dirumuskan dalam bentuk SOP kemudian disusun instrumen pengontrolan penerapan SOP. Hal ini juga berlaku untuk pengontrolan penerapan SOP bahan kimia dan juga laboran/teknisi kimia. Pengontrolan penenerapan SOP bahan kimia berisi tentang jenis-jenis/karakteristik bahan kimia jika direaksikan atau digabungkan dengan bahan-bahan kimia yang lain. Peraturan penyimpanan dan pembuangan bahan-bahan kimia juga harus diatur di dalam SOP ini. Hal ini dilakukan agar bahan-bahan kimia yang tersimpan di dalam laboratorium terjaga dengan baik. Sedangkan untuk pengontrolan penerapan SOP laboran/teknisi kimia memuat siapa-siapa saja yang diperkenankan menjadi laboran/teknisi kimia, tentunya memperhatikan kualifikasi akademiknya yang

23

meliputi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki berkaitan dengan laboratorium kimia. SOP bagi peserta didik akan berguna untuk memberi arahan apa saja kegiatan yang harus dilakukan ketika bekerja/belajar di laboratorium. Guru kimia sebagai salah satu perantara sumber belajar antara laboratorium dan peserta didik juga akan dapat mengarahkan dengan mudah kepada para peserta didik. Laboran sebagai pelaksana di laboratorium dapat mengontrol dengan mudah keterlaksanaan kegiatan laboratorium sesuai dengan tata tertib yang berlaku. Kepala Laboratorium dan Kepala Sekolah sebagai pimpinan dapat mengawasi jalannya kegiatan laboratorium serta sebagai acuan mengukur kinerja laboran dengan diterapkannya SOP ini. Dengan diterapkannya SOP di laboratorium kimia maka kegiatan laboratorium akan menjadi lancar dan melibatkan semua pihak. Oleh karena itu perlu adanya kontrol pada penerapan SOP laboratorium kimia. Salah satu cara mengontrol penerapan SOP laboratorium adalah dengan penggunaan checklist. Komponen untuk mengontrol SOP peralatan dan bahan kimia di laboratorium antara lain: 1. Memastikan peralatan yang digunakan untuk praktikum kimia berada dalam kondisi baik, pengukuran atau mengambilan data sesuai, desain dan jumlahnya memadai sesuai dengan kegiatan praktikum kimia yang akan dilakukan. 2. Memeriksa, membersihkan, merawat dan mengkalibrasi peralatan secara periodik berdasarkan SOP masing-masing peralatan. 3. Memastikan/menjaga dokumentasi setiap kegiatan di setiap log book masing-masing peralatan. 4. Memastikan bahwa peralatan dan bahan material yang ada di ruang laboratorium tidak saling mengganggu. 5. Memberi label bahan kimia, reagen dan larutan dengan identitas, konsentrasi dan kemurnian, bahaya yang ditimbulkan, tanggal kadaluarsa, cara penyimpanan, sumber, tanggal pembuatan/persiapan, stabilitas. Selama proses pengontrolan berlangsung, maka saat itu telah atau sedang dilaksanakannya tahapan pelaksanaan/penerapan dari SOP. Proses penerapan SOP harus memastikan bahwa output yang dikehendaki dapat diwujudkan, yaitu: 1. SOP yang baru disusun atau direvisi harus diketahui terlebih dahulu di setiap pelaksanaannya. 2. Semua pengguna dalam hal ini adalah pengelola laboratorium kimia harus dapat mengakses salinan SOP. 3. Setiap personal pengelola laboratorium kimia harus mengetahui peranannya dalam SOP sehingga dapat memaksimalkan pengetahuan dan kemampuannya secara efektif. 4. Kemungkinan timbulnya masalah-masalah dalam proses penerapan SOP harus disiasati dengan penyediaan mekanisme monitoring kinerja pengelola laboratorium.

24

Contoh SOP pelaksanaan praktikum 1. Pengguna laboratorium harus mendapatkan izin menggunakan laboratorium dari Kepala Laboratorium dan mendapatkan pendampingan dari teknisi dan laboran. 2. Tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan praktik sendirian di laboratorium. 3. Pengguna laboratorium harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang telah terstandar. 4. Pengguna laboratorium hendaknya telah mengetahui lokasi sumber listrik, air, gas dan dapat menggunakannya dengan benar di laboratorium. 5. Pengguna laboratorium tidak diperkenankan makan dan minum di laboratorium. 6. Pengguna laboratorium hendaknya mengetahui letak alat pemadam kebakaran dan dapat menggunakannya dengan benar. 7. Pengguna yang ingin bekerja di laboratorium harus mengisi agenda penggunaan ruang laboratorium. 8. Sebelum bekerja, pengguna laboratorium harus mengisi agenda peminjaman alat dan bahan laboratorium serta ceklist pengembalian alat. 9. Pengguna laboratorium harus memperhatikan kelengkapan alat dan bahan yang telah disediakan petugas laboratorium di meja praktikum. Alat yang belum lengkap harus dilaporkan ke petugas laboratorium. 10. Penggunaan alat dan bahan praktikum harus sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. 11. Memeriksa alat yang akan dipergunakan sebelumnya, karena kerusakan alat adalah tanggung jawab pengguna. 12. Penggunaan alat dan bahan harus dilaksanakan dengan hati-hati. Jika ada alat yang belum diketahui cara pemakaiannya, pengguna harus membaca SOP alat atau bertanya kepada petugas laboratorium. 13. Alat-alat laboratorium yang rusak selama praktikum harus dilaporkan kepada petugas laboratorium. 14. Jika bahan kimia terkena kulit atau mata, cucilah dengan air yang banyak dan segera lapor kepada petugas laboratorium. 15. Presepsikan bahwa semua bahan kimia adalah berbahaya. 16. Gunakan lemari asap sewaktu mereaksikan bahan kimia yang menghasilkan gas atau senyawa menguap lainnya. 17. Dilarang membuang bahan kimia sisa percobaan atau bahan lain yang memungkinka merusak dan tersumbatnya saluran pembuangan air. Pembuangan bahan kimia harus dengan perlakuan pengenceran. 18. Dilarang mengambil bahan kimia langsung dari botol induk atau mengembalikan bahan kimia layak pakai ke botol induk. 19. Bahan kimia bekas pakai pada praktikum harus ditampung dalam botol gelas dan diberi label jelas. 20. Setelah selesai bekerja, alat-alat dan meja praktikum harus dalam keadaan bersih.

25

Beberapa macam SOP lain yang hendaknya disusun di laboratorium kimia diantaranya adalah: SOP Penggunaan Laboratorium SOP ini menjelaskan secara umum tata cara penggunaan laboratorium untuk praktikum, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan lain-lain. SOP ini juga menjelaskan tata tertib penggunaan laboratorium, mulai dari atribut yang harus dipakai, peminjaman alat sampai tanggung jawab pengguna sebelum meninggalkan laboratorium. SOP ini bertujuan untuk menjaga ketertiban dan kelancaran jalannya penggunaan laboratorium. SOP Penggunaan dan Peminjaman Alat SOP ini menjelaskan tentang prosedur penggunaan dan peminjaman peralatan laboratorium untuk keperluan praktikum, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan kegiatan lain oleh pengguna. SOP Penggunaan Bahan Habis Pakai SOP ini menjelaskan prosedur penggunaan bahan habis pakai di Laboratorium Perawatan &Perbaikan untuk keperluan praktikum, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan kegiatan lain oleh pengguna. SOP Perawatan & Perbaikan Alat Laboratorium SOP ini menjelaskan prosedur perawatan dan perbaikan alat Laboratorium Perawatan dan Perbaikan agar alat yang akan dioperasikan dalam kondisi siap untuk dipakai, bersih, dapat berfungsi dan terkalibrasi dengan baik.

26

Related Documents

Chile 1pdf
December 2019 139
Theevravadham 1pdf
April 2020 103
Bahan Diskusi Kb1.pdf
May 2020 15
Diskusi M1 Kb1.docx
August 2019 32
Kb1 Teori Behavioristik
August 2019 28
Majalla Karman 1pdf
April 2020 93

More Documents from "ahmed"

Kb1 (1).pdf
November 2019 20
1103503061.pdf
November 2019 19
Ekonometrika Modul
November 2019 30