Katrol Jaga Coass Interna Juli-oktober 2017

  • Uploaded by: Nurfajri Hasan
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Katrol Jaga Coass Interna Juli-oktober 2017 as PDF for free.

More details

  • Words: 3,796
  • Pages: 22
PKMRS DIVISI GASTROENTEROHEPATOLOGI

SAKIT PERUT BERULANG

Disusun oleh : Nurhidayah Hasan C014172062 Pendamping Pembimbing : dr M. Farid Huzein dr. Nur Liya Abd Kadir Pembimbing : dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018

1

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama

: Nurhidayah Hasan

Nim

: C014172062

Judul PKMRS: Sakit Perut Berulang Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, November 2018

Pendamping Pembimbing

Pendamping Pembimbing

dr. M. Farid Huzein

dr. Nur Liya Abd. Kadir

Pembimbing,

Dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes Sp.A

BAB I PENDAHULUAN Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kadang-kadang timbulnya mendadak, tetapi sering pula perlahan-lahan. Rasa sakitnya dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dapat terlokalisir di suatu tempat atau di seluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul (dull pain), seperti ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dan dapat seperti dililit-lilit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai bergulingguling. Penyebab nyeri perut dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri maupun di luar perut. Sebagian besar sakit perut pada anak tidak memerlukan tindakan bedah, cukup dengan pengobatan medikamentosa.7 Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III.Patogenesis nyeri perut non organik atau fungsional belum diketahui secara pasti. Motilitas saluran cerna dan hipersensitivitas viseral diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri perut fungsional pada anak. Sebagian besar kasus nyeri perut pada anak merupakan nyeri perut fungsional, oleh karena itu cukup bijaksana untuk tidak segera melakukan pemeriksaan penunjang invasif. Nyeri perut yang berlangsung akut lebih sering dihubungkan dengan kelainan organik, sedangkan nyeri perut yang berlangsung kronis atau berulang lebih sering merupakan suatu kelainan non organik. Pada keadaan yang meragukan, alarm symptoms atau signal sign dapat

2

digunakan

sebagai

dasar

pendekatan

tatalaksana.

Pendekatan

diagnosis

yangcermat dan tepat sangat diperlukan untuk memberikan tatalaksana yang optimal.2 Apapun penyebabnya, hanza sebagian kecil dari sakit perut ini, baik akut maupun kronik yang memerlukan tindakan bedah.7 Nyeri perut berulang sering dikeluhkan oleh anak-anak. Tidak semua sakit perut memiliki sesuatu lakukan dengan lesi di dalam perut, tetapi bisa dari situs atau organ lain (nyeri yang dirujuk). Setiap anak memiliki toleransi berbeda dalam menanggapi rasa sakit.Karakteristik dan lokasi lesi yang menyebabkan rasa sakit dapat ditentukan sesuai dengan deskripsi klinissakit perut. Nyeri viseral kemungkinan dirasakan pada dermatom dimana serabut saraf dari organ yang terlibat berada.Stimulasi rasa sakit berasal dari hati, pankreas,traktus biliaris, gaster atau usus proksimal akan terjadi dirujuk sakit di daerah epigastrium. Nyeri berasal dariusus kecil distal, sekum, usus buntu, kolon distal,saluran kemih, atau organ panggul biasanya mengalami nyeri di daerah suprapubik.Bayi dan anakanak hingga usia 2 tahun tidak tahu dan menggambarkan rasa sakit yang mereka alami. Para ahli mengatakan itu tangisan tiba-tiba atau berteriak disertai dengan muntah disarankan sebagai manifestasi rasa sakit pada bayi.Hati-hati anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk dimiliki diagnosis dini dan pengobatan yang cepat.6

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit perut berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari (Markum, 1999).6 2.2 EPIDIMIOLOGI Prevalensi nyeri perut berulang pada anak-anak kira-kira 10-30% dan paling seringditemukan di usia sekolah (4-14 tahun) dengan frekuensi tertinggidi usia 5-10 tahun. Sangat jarang di antara mereka yang usianya kurang dari 5 tahun. Pada wanita lebih sering daripada anak laki-laki (5:1) .Kelainan organik ditemukan di 30-40% anak-anak dengan nyeri perut berulang. 2-4 Hegar dkk menemukan infeksi Helicobacter pylori pada 23,5% anak-anak dengan nyeri perut berulang.9 di usia sekolah (4-14 tahun) dengan frekuensi tertinggi di usia 5-10 tahun. Sangat jarang di antara mereka yang usianya kurang dari 5 tahun. Pada wanita lebih sering dari pada anak laki-laki (1,5:1) . Kelainan organik ditemukan di 30-40% anak-anak dengan nyeri perut berulang. 2-4 Hegar dkk menemukan infeksi Helicobacter pylori pada 23,5% anak-anak dengan nyeri perut berulang.

4

3. ETIOLOGI Terdapat beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak. Di bawah ini merupakan tabel yang menyajikan penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak yang tidak memerlukan tindakan bedah. Penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut akut pada anak berdasarkan umur , yang tidak memerlukan tindakan bedah.

5

Bayi dan Anak

Anak di atas umur 2 tahun

dibawah umur 2 tahun Dalam perut

Dalam Perut

Luar perut

Infeksiusus halus

▪ Gastrointestinal

▪ Pneumoia

seperti

▪ Infeksiusushalus:

▪ Limfadenitis

infeksi

oleh Salmonella

Salmonellaspp,Shigellaspp,Ca

inguinalis

spp,

mpylobacter spp, Yersinia spp,

▪ Osteomielitis

Shigella

spp.,Campylobac

keracunan

(tulang

ter spp.

makanan:Staphylococcusspp,Cl

punggung,

ostridium spp, kolitis ulseratif,

tulang pinggul)

Luar infeksi urinarius

perut traktus

kolitis

amubik,

adenitis

mesenterikus

ileus

▪ Hematom

otot

perut

mekonium,enteritisregionalis

▪ Herpes zoster

(penyakit Crohn)

▪ Kompresi

▪ Hepatobiliaris:hepatitis,

susunan

kolelitiasis

spinal

▪ Infeksi mononukleosis ▪ Pankreas:pankreatitis sebagai

akibat

akut parotitis

epidemika ▪ Ginjal: infeksi traktus urinarius, batu, nefritis ▪ Metabolik:intoleransi karbohidrat, hiperlipidemia,ketoasidosis diabetik ▪ Ginekologik: Salpingitis

6

saraf

Penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut berulang pada anak : Saluran urogenital

Gastrointestinal

Hematologi

Lain-lain



Pielonefritis



Konstipasi



Leukemia



Keracunan timbal



Hidronefrosis



Coeliac



Limfoma



Porfiria



Batu ginjal



Intoleransi laktosa



Thalasemi



Diabetes melitus



Infeksi di daerah



Refluks

a



PurpuraHenoch-

pelvis

gastroesofagal

Schonlein



Dismenore



H. Pylori



Epilepsi perut



Cysta ovarium



Pankreatitis kronik



Migrain



Endometriosis



Malrotasi



Hiperlipidemia



Kehamilan



Divertikulum



Edema angioneurotik

ektopik



Meckel



Kolelitiasis



Hepatitis



Ulkus peptikum

4. PATOFISIOLOGI Rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber pada(Hegar, 2003): 1. Visera perut 2.Organ lain di luar perut 3. Lesi pada susunan saraf spinal 4. Gangguan metabolik 5. Psikosomatik. Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf

7

simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia.

Impuls

aferen

akan

melewati

medula

spinalis

pada

traktus

spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian ke konteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang batas nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dan visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6, 7, 8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen stomatis ke radiks spinals segmentalis. Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya. Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak berhubungan dengan kelainan organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang fungsional dengan penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai faktor psikologik dan fisiologik dapat berperan sebagai mediator sebagai mediator atau moderator dari sakit perut berulang fungsional (Tabel 3). Tabel 3

8

Psikologik

Fisiologik



Faktor stress



Intoleransi



Depresi



Dismotilitas usus



Ikatan Keluarga



Konstipasi



"Operant conditioning"



Ketidakstabilan otonom



Somatisasi

Juga diketahui ada hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional dengan tipe kepribadian tertentu, yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu ingin sempurna. Pada anggota keluarga lainnya juga sering ditemukan kelainan psikosomatik seperti migrain, kolon iritabel (ulshen, 2000). Hubungan antara sistim susunan saraf pusat dan saluran cerna yang sangat kompleks mungkin dapat membantu menjelaskan patofosiologi sakit perut berulang fungsional.

2.5 MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinik sakit perut pada bayi dan anak bergantung pada umur penderita. Pedoman yang dipakai untuk menyatakan seorang bayi atau anak sakit perut adalah sebagai berikut (Ulshen, 2000).

9

0-3 bulan

3 bulan-2 tahun

2 tahun–5 tahun

> 5 tahun

umumnya

Muntah

dapat mengatakan

dapat menerangkan

digambarkan dengan

tiba-tiba menjerit

sakit perut tetapi

sifat dan lokalisasi

adanya muntah

menangis tanpa

lokalisasi belum

sakit perut

adanya trauma yang

tepat.

dapat menerangkannya Sakit perut berulang variasinya cukup luas baik dalam hal frekuensi, waktu, intensitas, lokasi dan gejala yang mengikuti. Mual, keringat, dingin, muntah, pusing, pucat dan palpitasi sering menyertai sakit perut berulang. Gejala klinis sakit perut berulang yang klasik dapat dilihat pada tabel 4. Pada sakit perut berulang dengan gambaran klasik ini, etiologinya bukan kelainan organik (Boediarso, 2010 dan Wiryati, 2007).1&7 Diketahui tiga tipe sakit perut berulang yaitu : kolik periumbilikus (paling sering), peptic symptoms’s (hampir sama dengan dispepsia non ulser pada dewasa) dan nyeri perut bawah dengan gangguan buang air besar (ekivalen dengan sindrom usus iritabel). Gejala klinis ini dapat menetap sampai dewasa pada 3050% kasus. Sakit perut berulang merupakan salah satu manifestasi dini dari irritable bowel syndrome (Boediarso, 2010).1 Gejala klinis sakit perut berulang klasik: •

Paroksimal



Daerah perlumbilikus atau suprapubis



Nyeri berlangsung kurang satu jam



Nyeri tidak menjalar, kram atau tajam, tak membangunkan anak malam hari

10



Nyeri tidak berhubungan dengan makanan, aktifitas, kebiasaan buang air besar



Mengganggu aktivitas



Di antara dua episode terdapat masa bebas gejala



Pemeriksaan fisik (N), kecuali kadang-kadang sakit perut di kiri bawah



Nilai laboratorium (N). 2.6 KLASIFIKASI Kriteria Roma mengklasifikasikan gastrointestinal fungsional gangguan saluran menjadi 5 jenis 2 : 1. Dispepsia fungsional Nyeri atau ketidaknyamanan di perut bagian atas (bagian atas umbilikus). Gejala-gejalanya telah terjadi setidaknya selama 12 minggu, belum tentu berturut-turut, di 12 bulan terakhir 2. Sindrom usus iritasi Nyeri perut atau ketidaknyamanan yang berhubungan dengan perubahan pola buang air besar dan tinja.Gejala akan berkurang setelah buang air besarNyeri Perut berulang pada anak-anak 3. Nyeri perut fungsional Nyeri di area umbilicus persisten di masa kanak-kanak atau remaja, tidak berhubungan dengan fisiologis aktivitas seperti makan, buang air besar atau menstruasi. 4. Migrain perut

11

Nyeri dengan episode paroksismal di pertengahan perut,non kolik, bertahan selama beberapa jam atau hari dan di sana adalah interval periode non-nyeri yang berlangsung selama berminggu-minggu atau bulan. 5. Aerophagia Udara yang tertelan berlebihan akan menyebabkan perut distensi dan mengganggu asupan makanan dan cairan. 2.7 DIAGNOSIS Pemeriksaan terbaik dilakukan saat perut nyeri terjadi: A. Anamnesis 1. Umur. Di usia tertentu, sakit perut bersifat klinis tanda kelainan yang menunjukkan kebutuhan intervensi bedah seperti intususepsi dalam usia antara 6 bulan dan 3 tahun; atau apendisitis di usia antara 5-14 tahun. 2. Nyeri Lokasi. Perubahan lokasi nyeri adalah hal penting untuk dijelajahi pada anak-anak.Nyeri dari saluran gastrointestinal atas biasanya dirasakan ulu hati. Gangguan ileum distal dan radang usus buntu dirasakan di perut kanan bagian bawah. Rasa sakitdari infeksi usus sulit menentukan lokasi. Rasa sakit yang pertama kali dirasakan periumbilikus dan kemudian pindah ke kanan bawah perut, bisa jadi tanda apendisitis. •Karakteristik dan faktor yang dapat meningkatkan atau mengurangi rasa sakit. Nyeri

karena dari otot polos spasme (usus, saluran kemih, saluran

empedu)biasanya nyeri kolik dan sulit menentukan "lokasi pasti". Nyeri dari iritasi peritoneum terletak secara tetap tetapi memburuk ketika anak batuk atau mengompres perut.

12

• Durasi dan riwayat nyeri. Sakit perut bertahan lebih dari 24 jam biasanya perlu khusus perhatian. • Gejala konstitusional. Kuning atau kehijauan muntah juga merupakan tanda obstruksi usus • sebagai muntah yang bertahan 12-24 jam atau lebih mungkin perlu perhatian khusus • Pola buang air besar. Diare, obstipasi atau darah dalam tinja mungkin menjadi penyebab sakit perut.Pola buang air kecil • Siklus menstruasi • Gangguan saluran pernafasan • Trauma. Trauma tumpul dapat menyebabkan sub-serosa hematoma B.Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik harus dilakukan sepenuhnya dari kepala sampai ujung kaki meskipun fokus di perut. Ambil hati-hati melihat kondisi umum dan posisi anak saat berjalan atau berbaring di tempat tidur. Perut Pemeriksaan harus dilakukan dalam posisi rileks dan perhatian untuk beberapa hal penting seperti asimetri, lokasi nyeri, kehadiran massa apa pun, asites, nyeri perut, kelembutan rebound, dan suara usus. Pemeriksaan colok dubur untuk dijelajahi jika ada darah yang ditemukan. Pemeriksaan ginekologi adalah dilakukan ketika ada indikasi. Tanda-tanda darurat perut adalah otot dinding perut yang tegang, pertahanan nyeri otot, perut, kelembutan rebound yang adalah tanda-tanda peritonitis. Pemeriksaan fisik juga mencari hernia inguinal strangulata atau inkarserata dan kulit berdesakan di dahan atau bokong mungkin penyebab ekstra-abdomen. C.Pemeriksaan laboratorium

13

Selalu ingat bahwa selain anamnesis dan fisik,pemeriksaan laboratorium memiliki peran penting untuk membangun etiologi nyeri perut berulang pada anak-anak.Pilihan pemeriksaan laboratorium dan radiologi tergantung pada diagnosis kerja. Dengan hati-hati anamnesis dan pemeriksaan fisik, kita bisa menentukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi diperlukan dan apa pendekatan manajemen terbaik untuk pasien.

2.8 PENATALAKSANAAN Pertama kali yang harus diperhatikan dalam menghadapi nyeri perut pada anak adalah memilah apakah kelainan fungsional (kelainan organik) atau psikogenik (psikosomatik) yang mendasari keluhan tersebut. Pemeriksaan penunjang tidak menjadi urutan pertama pada nyeri perut tanpa gejala-gejala yang pasti. Meskipun belum disepakati oleh semua negara tetapi sebagian besar sudah menyetujui penggunaan Kriteria Rome untuk diagnosis nyeri perut fungsional. Tata laksana dimulai dengan melakukan wawancara dengan anak dan orangtuanya secara bersama-sama. Interaksi orang tua dan anak selama wawancara merupakan hal penting yang harus diperhatikan.Penggunaan buku harian oleh orangtua dan anak untuk mencatat jenis makanan, derajat nyeri (skor), pola defekasi dan keluhan spesifik lainnya. Dengan pemantauan tersebut diharapkan mereka akan lebih memberikan perhatian terhadap keluhan yang dirasakan. Anak diajak ikut serta mengevaluasi penyakitnya dengan menuliskan apa yang dirasakan. Beberapa data perlu diketahui seperti prestasi belajar, stress emosi di keluarga maupun di sekolah,

14

aktivitas sosial, dan perkembangan aktivitas dalam beberapa bulan terakhir (Boediarso, 2010).1 Seringkali sulit untuk memilah melakukan pendekatan psikogenik atau organik, maka sesuai dengan data epidemiologi kejadian nyeri perut pada anak, umur 4 tahun dipakai sebagai batas umur untuk memilah melakukan pendekatan diagnostik, dimana anak di bawah 4 tahun lebih dihubungkan dengan kelainan organik, pemeriksaan penunjang tetap dilakukan walaupun sebagian besar kasus nyeri perut pada anak tidak memperlihatkan kelainan organik. Pada keadaan tersebut, alarm symptoms atau signal sign dapat digunakan sebagai dasar pendekatan tata laksana (Kartono, 2000).4 Beberapa kelainan nyeri perut non-organik memerlukan medikamentosa sebagai terapi suportif, walaupun sejauh ini penelitian kontrol mengenai terapi dispepsia fungsional pada anak masih terbatas. Obat dan makanan yang dianggap dapat menimbulkan keluhan sebaiknya dihentikan. Agonis reseptor H2, Pompa Proton Inhibitor banyak diberikan pada dyspepsia, prokinetik dapat diberikan pada dispepsia tipe dismotilitas. Faktor psikologis sebagai pencetus keluhan perlu diketahui. Apabila faktor stres psikologis sangat menonjol, maka diperlukan kerjasama antara dokter dan keluarga dalam menyusun strategi mengurangi faktor stres tersebut. Penjelasan kepada anak dan orangtua tentang penyakitnya sangat diperlukan, meskipun keluhan yang dirasakan sangat mengganggu, anak perlu tahu bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang serius. Pencatatan harian tentang keluhan yang diderita sangat membantu dalam proses penyembuhan.

15

Obat-obat anti-depresi seperti imipramin atau amitriptilin digunakan pada orang dewasa, sedangkan pada anak belum ada laporan studi kontrol. Siproheptadine efektif pada beberapa kasus dengan sakit kepala migren dan muntah. Pada kasus dengan konstipasi sangat dianjurkan pemberian diet tinggi serat (diet yang direkomendasikan : umur dalam tahun + 5 gr), dan penggunaan minuman yang mengandung bikarbonat harus dihentikan (Wiryati, 2007).12 Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Pada sakit berulang fungsional pengobatan ditujukan kepada penderita dan keluarga bukan hanya mengobati gejala. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta edukasi kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali dan dapat mengatasi rasa sakit sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik (Boediarso, 2010).1 Penting untuk menentukan apakah nyeri perut membutuhkan suatu tindakan bedah atau tidak, perlu dipikirkan pada keadaan sakit mendadak, kolik, tempatnya tertentu, jauh dari umbilikus, bertambah nyeri dengan aktivitas, muntah yang berwarna hijau atau feses. Pada keadaan ini maka anak harus dirawat di rumah sakit (Ulshen, 2000).9 Untuk nyeri psikogenik kadang-kadang diperlukan pula konsultasi ke psikolog dan atau psikiater anak. Pemberian obat seperti antispasmodik, antikolinergik, antikonvulsan dan anti-depresan tidak bermanfaat (Ulshen, 2000).9 2.9 PROGNOSIS Banyak faktor yang mempengaruhi sakit perut pada anak (Ulshen, 2000)9 : 1) Anak dari keluarga yang banyak menderita sakit perut cenderung mengalami sakit perut berulang dibanding keluarga yang normal.

16

2) Anak perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh dari sakit perutnya daripada anak laki-laki tetapi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berkembang menjadi gejala lain. 3) Lebih muda anak yang menderita sakit perut (sebelum usia 6 bulan) mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh sempurna.

BAB III KESIMPULAN Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sakit perut berulang didefinisikan sebagai rasa nyeri pada perut yangberlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pendekatan

17

diagnosis nyeri perut pada anak masih sulit karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III. Terdapat beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak, dapat berasal dari dalam perut maupun dari luar perut. Sakit perut akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu organ viseral, organ di luar abdomen, lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik, psikosomatik. Kriteria diagnostik sakit perut fungsional dibagi berdasarkan Rome III, yaitu: infant regurgitation, infant rumination syndrome, cyclic vomiting syndrome, infant colic,functional diarrhea, infant dyschezia, functional constipation, vomiting dan aerophagia,abdominal pain-related FGID, constipation dan incontinence. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium darah lengkap, urin lengkap, foto polos perut dan pielografi intravena dan elektrolit darah, biakan tinja, pH tinja dan tes reduksi tinja (clinitest), USG abdomen, CT Scan abdomen, EEG, dan endoskopi.Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta edukasi kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali dan dapat mengatasi rasa sakit sehingga efeknya terhadap keaktifan sehari-hari dapat seminimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA 1. Boediarso A.D. Sakit Perut Pada Anak. Dalam: Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 1988. 219-30. 2. Chang L. From Rome to Los Angeles. The Rome III Criteria for the Functional GID disorders. http://www.medscape.com/viewarticle/533460. [diakses 2 Mei 2018].

18

3.Aswitha Boediarso.Buku ajar Gastroenterologi – Hepatologi jilid 1,UKK Gastroenterologi Hepatologi IDAI 2011. Jakarta 2010. 4.Kartono, K & Gulo, D. 2000. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya. 5.Hegar B, Magdalena, Firmansyah A, Boediarso A, Yuwono V.Infeksi Helicobacter pyloripada murid sekolah dasar di Jakarta.Maj Kedokt Indones 1998;48,5:209-12. 6.Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1991. 493-6. 7.A.Samik Wahab,. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol.2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2010. 8.Sudigdo Sastroasmoro. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 2009. 9.Ulshen, Martin. 2000. Manifestasi Klinis Penyakit Saluran Pencernaan. In: Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson, ed. Ilmu Kesehatan Anak vol. 2 Edisi 15. EGC. Jakarta. 10.Weber AR, Hyman PE, Cucchiara S, Fleiser DR, Hyams JS,Mila PJ. Childhoodgastrointestinal disorders. GUT 1999;45(supl II):1160-68. 11.Wikipedia. Abdominal Pain. http://www.en.wikipedia.org/wiki/abdominal pain/ [diakses tanggal 01 Mei 2018]. 12. A.A.M, Wiryati, I. K. N, Aryasa, dan S. Sudaryat, 2007. Sakit Perut Akut pada Anak. Dalam: Suraatmaja, sudaryat, ed. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto, 189-203.

19

Sakit perut mendadak (akut) pada anak lebih sering dihubungkan dengan kelainan organ, sedangkan sakit perut yang berlangsung kronis atau berulang lebih merupakan suatu kelainan non organik. Sakit perut berulang adalah Rasa sakit atau tidak nyaman yang dirasakan selama paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Ada beberapa jenis sakit perut berulang, yaitu : Dispepsi, rasa sakit pada perut bagian atas (di atas pusat) tidak berhubungan dengan pola defekasi dan bentuk tinja.Rasa tidak nyaman dapat berupa rasa penuh, cepat kenyang, sering sendawa, mual, atau muntah. Sindrom usus iritabel, sakit perut atau rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan perubahan pola defekasi dan bentuk tinja. Keluhan akan hilang setelah defekasi. Kemungkinan adanya kelainan organik perlu dipikirkan bila ditemukan rasa sakit pada malam hari, diare, perdarahan peranus, demam, atau penurunan berat badan Sakit perut fungsional, sakit dirasakan di daerah sekitar pusat, berlangsung secara terus menerus pada anak usia sekolah atau remaja, tidak berhubungan dengan keadaan makan, defekasi, atau menstruasi. Beberapa anak dapat terganggu aktivitas sehari-harinya. Rasa sakit berlangsung kurang dari 1 jam, bahkan kadangkala hanya berlangsung beberapa menit. Rasa sakit umumnya tidak sampai membangunkan anak pada saat tidur, tetapi sakit yang dirasakan pada malam hari seringkali menyebabkan anak tidak dapat tidur. Anak umumnya mempunyai masalah emosi, sifat perfeksionis, kesulitan belajar, dan orangtua mempunyai harapan yang terlalu besar kepada anak. Anak sering pula mengeluh sakit kepala, mual (tanpa muntah), dan letih. Faktor psikologis berupa kecemasan atau depresi, gejala somatisasi, serta fobia sekolah harus pula ditelaah. Migren perut, rasa sakit terutama di daerah garis tengah perut, berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari, diselingi periode tidak sakit selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Keluhan lain (minimal 2 keluhan) seperti sakit kepala, takut terhadap cahaya, riwayat migren di dalam keluarga, sakit kepala pada satu sisi, dan aura diawal serangan sakit. Erofagi, udara tertelan berlebihan yang menyebabkan perut distensi sehingga menggangu masukan minum/makan. Anak sendawa berulang kali dan sering flatus. Keadaan ini seringkali tidak terlalu diperhatikan oleh orangtua. Keadaan ini perlu dipikirkan apabila ditemukan suara menelan berulang kali yang disertai keluhan tersebut di atas. Keluhan dan gejala klinis akan hilang pada saat tidur. Kecemasan anak dapat menyebabkan perilaku menelan secara berlebihan. Sakit perut berulang (tidak ada kelainan organ) ditemukan pada 70% anak dan lebih sering pada anak berusia 4 - 15 tahun. Kemampuan anak mengemukakan keluhan yang dirasakannya sangat menentukan ketepatan diagnosis. Beberapa keadaan lain yang merupakan petanda tidak ada kelainan organ, yaitu sakit tidak bertambah, rasa sakit tidak timbul pada

20

malam hari, anak ambisius, mempunyai masalah di sekolah, orangtua berambisi, dan keluhan sama pada anggota keluarga. PENDEKATAN TATA LAKSANA Oleh karena sebagian besar kasus sakit perut pada anak bukan gangguan organ, maka cukup bijaksana tidak terlalu terburu-buru melakukan pemeriksaan penunjang. Komunikasi dengan anak dan orangtuanya sangat diperlukan. Pengisian buku harian oleh orangtua dan anak untuk mencatat derajat sakit (skor), pola defekasi, dan keluhan spesifik lainnya. Pemantauan tersebut bertujuan agar anak dapat memberikan perhatian terhadap keluhan yang dirasakan. Faktor psikologis sebagai pencetus keluhan perlu diketahui, begitu pula dengan prestasi belajar, stress dalam keluarga maupun sekolah, aktivitas sosial, perkembangan aktivitas dalam bulan terakhir. Penjelasan tentang penyakitnya sangat membantu penyembuhan. Anak diajak ikut serta mengevaluasi penyakitnya dengan menggunakan buku catatan harian tentang keluhan dan sesuatu yang dipikirkan serta dirasakan. KESIMPULAN Sakit perut berulang merupakan salah satu keluhan yang sering ditemukan pada anak. Kerjasama antara dokter, orangtua dan anak sangat diperlukan untuk mengetahui penyebab dan penyembuhannya. Badriul Hegar Ikatan Dokter Anak Indonesia

21

Related Documents


More Documents from ""

Nomor 2.docx
October 2019 17
Kosong
October 2019 42
Nomor 2.docx
May 2020 6
Spss Advanced Models 11.5
November 2019 49