Kata Penganta1 (1).docx

  • Uploaded by: widhyadnyana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kata Penganta1 (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,410
  • Pages: 24
TUGAS PENDIDIKAN AGAMA CATUR PURUSARTHA

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Drs. I Nyoman Wirtha OLEH: I Made Adhi Suryanthara Putra (18108108) MTH D SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI 2019 SEMESTER II

KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Karena saya diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan Paper Pendidiksn Agama yang berjudul “Catur Purusartha”. Adapun penulisan paper ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas Pendidikan Agama. Makalah ini akan membahas mengenai Catur Purusa Artha. Tentunya keberhasilan dalam penyusunan paper tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis: 1. Bapak Drs. I Nyoman Wirtha selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Agama 2. Teman teman yang membantu memberikan informasi Mohon maaf apabila ada kata kata dalam Paper ini yang menyinggung atau kurang berkenan. Penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca.

Ungasan, 20 Februari 2019

Penulis

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .....................................................................................

i

DAFTAR ISI ....................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

1

1.1 LATAR BELAKANHG ...................................................................

1

1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................

2

1.3 TUJUAN PENULISAN .....................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................

3

2.1 PENGERTIAN CATUR PURUSARTA ...........................................

3

2.2 BAGIAN BAGIAN CATUR PURUSARTAH .................................

4

2.3 CARA MENCAPAI TUJUAN AKHIR AGAMA HINDU...............

12

BAB III PENUTUP .........................................................................................

18

3.1 KESIMPULAN ...................................................................................

18

3.2 SARAN ...............................................................................................

19

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

21

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa Hindu kaya akan ajaranajaran mengenai Ketuhanannya. Diantaranya seperti, Sraddha, Yadnya, Tri Hita Karana, Catur Asrama, Catur Purusaartha, dan masih banyak yang lainnya. Agama Hindu memberikan tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan tujuan hidup manusia. Dalam ajaran Agama Hindu ada suatu sloka yang berbunyi: "Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah", yang berarti bahwa tujuan beragama adalah untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketentraman batin (kedamaian abadi). Dari makna tersebut, dapat kita simpulkan bahwa manusia diciptakan dan hidup di dunia ini untuk mencapai tujuan hidup yang tertinggi, yaitu Moksa. Selain itu manusia juga memiliki tiga tujuan hidup lainnya, yaitu Dharma, Artha, dan Kama. Sebagai seseorang yang hidup di era modern ini mau tidak mau tentu kita dituntut untuk mengikuti perkembangannya. Dewasa ini banyak sekali orang yang tidak lagi menuruti aturan-aturan agama seperti seorang yang masih berstatus sebagai siswa atau siswi sudah terbiasa melakukan hubungan suami istri padahal mereka belum menikah yang seharusnya pada masa itu mereka sedang giat-giatnya menuntut ilmu pengetahuan dan belum saatnya melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Dan banyak pula orang yang memberi makan anak dan istrinya dari hasil kejahatan seperti mencuri, merapok dan korupsi. Agama hindu telah mengajarkan kepada kita 1

bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan ini melalui ajaran-ajaranya, dan ajaran yang paling banyak membahas tentang hal-hal ini adalah ajaran catur asrama dan catur purusartha. Dimana kedua ajaran ini sangat berkaitan dan perlu menjadi pedoman bagi kita sekalian.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Catur Purusartha? 2. Apa saja Bagian bagian dari Catur Purusartha? 3. Bagaimana cara agar mencapai tujuan akhir agama hindu?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk Mengetahui apa itu Catur Purusartha 2. Untuk mengetahui bagian bagian dari Catur Purusartha 3. Untuk mengetaahui bagaimana cara mencapai tujuan akhir agama hindu

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN CATUR PURUSARTHA Menurut agama hindu, dalam kehidupan ini manusia mempunyai empat tujuan hidup yang dinamakan: Catur Purusartha . Catur artinya empat, Purusa artinya manusia dan artha artinya tujuan, sehingga catur purusartha mempunyai arti empat tujuan hidup manusia. Kitab sarasamusccaya menerangkan bahwa kelahiran menjadi manusia merupakan suatu kesempatan yang terbaik untuk memperbaiki diri. Manusialah yang dapat memmperbaiki segala tingkah lakuya yanng dipandang tidak baik agar menjadi baik, guna menolong dirinya dari penderitaan dalam usahanya mencapei moksa dan tujuan agama hindu “Moksartam Jagadhita ya ca iti Dharma”. Dalam kitab nitisastra, bhagawan sukra mengemukakan bahwa semua perbauatan manusia itu pada hahikatnya didasarkan pada usaha untuk mencapai empat hakekat hidup yang terpenting yauitu Dharma, artha, Kama,dan Moksa. Keempat ini dikenal dengan Catur Warga atau Catur Purusartha. Kata Warna dalam hal ini artinya ikatan atau jalinan yang saling melengkapi atau saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Disamping itu, keempat tujuan hidup itu saling menunjang. Dharma adalah landasan untuk mendapatkan Artha dan Kama. Artha dan Kama landasan atau sarana untuk melaksanakan Dharma. Dharma, Artha, dan Kama adalah landasan untuk mencapai Moksa. Moksa juga landasan untuk mendapatkan Dharma, Artha,

3

dan Kama, akan tetapi juga mengikat-mengikat manusia karna bukan tujutan akhir. Dalam kitab tafsiran tentang catur purusartha disebukan bahwa Dharma, Arta, dan Kama merupakan tujutan pertama dan Moksa disebuat tujuan akhir atau tujuan tertinggi untuk kembali kepada Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa. Emat tujuan hidup itu adalah suatu kenyataan yang tida mungkin dapat dihindari oleh setiap orang yang mendambakan hidup yang sejahtera lahir dan batin.

2.2 BAGIAN BAGIAN CATUR PURUSARTHA A. Dharma Dharma berasal dari kata “dhr” yang berarti memelihara memangku atau mengatur. Jadi kata dharma dapat berarti sesuatu yang mengatur atau memelihara dunia beserta semua makhluk. Hal ini dapat pula berarti ajaran ajaran suci yang mengatur, memelihara atau menuntun umat manusia untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketentraman batin (rohani). Untuk mengamalkan ajaran dharma guna mengatur hidup dari segala perbuatan manusia yang berdasarkan pada pengabdian keagamaan dipakai pedoaman “Catur Dharma” yang terdiri dari :

4

1. Dharma kriya Dharma kriya berarti manusia harus berbuat, bekerja, dan berusaha untuk kebahagiaan keluarganya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, dengan menempuh cara; pri kemanusiaan sesuai dengan ajara-ajaran agama Hindu 2. Dharma Santosa Dharma Santosa berarti berusaha untuk mencapai kedamaian lahir batin dalam diri sendiri, dilanjutkan kemudian ke dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. 3. Dharma Jati Dharma Jati berarti kewajiban yang harus dilakukan untuk menjamin kesejahteraan dan ketenangan keluarga serta selalu mengutamakan kepentingan umum disamping kepentingan diri sendiri. 4. Dharma Putus Dharma Putus berarti melakukan kewajiban dengan penuh keikhlasan berkorban serta bertanggung jawab demi mewujudkan keadilan social bagi umat manusia dan selalu mengutamakan penanaman budhi baik untuk menjauhkan diri dari noda dan dosa yang menyebabkan moral menjadi rusak.

5

B. Artha Dalam Catur Purusartha mempunyai beberapa makna dan arti. Kata arhta dalam Purusa dapat berarti tujuan. Sebagai tujuan dari Catur Purusartha kata artha berarti harta atau kekayaan. Artha merupakan pelengkap hidup. Dalam arti artha benda artha memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan beragama diantaranya sebagai berikut: Fungsi Artha Pentingnya harta itu dalam kehidupan ini harus diperoleh berdasrkan Dharma, sedangkan harta yang diperoleh berdasarkan Adharma dihindari karena mengakibatkan dosa. Agama Hindu menetapkan beberapa larangan tentang cara memperoleh Artha dengan kejahatan seperti memaksa, merampas, mencuri, menipu, dan sebagainya. Di samping itu agama Hindu menentukan dan mengatur cara penggunaan harta. Kitab Sarasamuscaya sloka 261 dan 262 menetapkan bahwa harta yang diperoleh dan telah menjadi milik, penggunaannya harus dibagi menjadi 3 bagian : 1) Sadhana ri kasidhaning dharma Artinya : satu bagian harta milik dipakai untuk kepentingan Dharma. Misalnya

untuk

melakukan

keagamaan)

6

Panca

Yadnya.

(kepentingan

2) Sadhana ri kasidhaning kama Artinya : Satu bagian harta milik, dipakai untuk memenuhi Kama. Misalnya untuk makan, minum, olahraga, kesenian, rekreasi, memenuhi rasa estetika. 3) Sadhana ri kasidhaning artha Artinya : Satu

bagian

harta

milik

dipakai

untuk

melipatgandakan

mendapatkan hartanya kembali. Misalnya

untuk

berusaha

berekonomi

sehingga

kekayaan

berrtambah.

Selain ketentuan ini agama Hindu juga mengajarkan bahwa harta benda itu sebenarnya kegunaannya adalah untuk (dana punia), dipakai untuk kepentingan amal agama, karena harta itu tidak kekal sifatnya, tidak akan dibawa mati, tetapi penting dicari karena tanpa harta manusia tidak dapat hidup dan berbuat sesuatu. Jadi sebenarnya harta itu bukanlah merupakan tujuan utama, melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, karena tujuan agama Hindu adalah mencapai kesejahteraan jasmani rohani di dunia dan terakhir bertujuan mencapai Moksa, yaitu kebahagiaan abadi, kebebasan sejati dan kemanunggalan Atman dengan Sang Hyang Widhi.

7

C. Kama Kama berarti nafsu atau keinginan yang dapat memberi kepuasan atau kesejahteraan hidup. Kepuasan atau kenikmatan tersebut memang merupakan salah satu tujuan atau kebutuhan manusia. Biasannya Kama itu diartikan dengan kesenangan, cinta dan juga berarti sperma. Kama adalah suatu tujuan kebahagiaan, kenikmatan, yang dapat melalui indra, tetapi berlandaskan Dharma dalam memenuhinya. Sehubuangan dengan cinta kasih ini Kama itu dapat dibagi menjadi tiga yang disebut “Tri Parartha” yakni: 1) Asih ; menyayangi dan mengasihi sesame makluk hidup sebagai mengasihi diri sendiri. 2) Punya ; dana Punya cinta kasih kepada orang laim diwujudkan dengan selalu menolong dengan memberikan sesuatu yang kita miliki dan berguna bagi orang yang kita berikan. 3) Bhakti ; cinta kasih pada Hyang Widhi dengan senantiasa sujud kepadanya dalam betuk pelaksanaan agama. Fungsi Kama Sebagaimana telah diuraikan di depan kata kama diartkan kepuasan hidup atau kenikmatan hidup dan harta kekayaan dianggap sebagai sumber kenikmatan itu. Kekayaan memberikan kenikmatan dan kepuasan terutama memenuhi kebutuhan keinginan-keinginan indriya seperti lapar, haus, nafsu seks, dan lain-lainnya. Keinginan dan kepuasan ini hanya sementara, walaupun demikian penting dalam

8

kehidupan karena kepuasan dan kenikmatan itu memberikan kebahagiaan. Apabila dijabarkan lebih lanjut kama dalam kehidupan bukanlah semata- mata untuk memenuhi nafsu duniawi saja, tetapi suatu kesenangan yang dinikmati dengan menyenangkan orang lain, menyenangkan lingkungan hidup sehingga kenikmatan atau kepuasan itu, dapat dirasakan bersama serta numbuhkan suatu kondisi kehidupan yang harmonis dan sejahtera

D. Moksa Moksa adalah tujuan tertinggi lepasnya atma dari ikatan duniawi atau maya sehingga dapat menyatu dengan Brahman. Moksa berasal dari bahasa sangsekerta merasa dari kata “Muc” yang artinya kebebasan, pelepasa, dan penyatuan. Moksa berarti ketenangan dan kebahagiaan sepiritua yang kekal abadi (suka tan pawali dua). Moksa atau mukti juga berarti kebebasan, kemerdekaan yang sempurna, ketentraman rohani sebaga dasar kebahagiaan abadi, kesucian dan bebasnya roh dari penjelmaan dan manyatu dengan Tuhan yang sering disebut dengan “Kelepasan”. Menurut kitab-kitab Upanisad, moksa adalah keadaan atma yang bebas dari segala bentuk ikatan dan bebas dari samsara. Yang dimaksud dengan atma adalah roh, jiwa. Sedangkan hal-hal yang termasuk ikatan yaitu pengaruh panca indria, pikiran yang sempit, keakuan, ketidak sadaran pada hakekat Brahman-Atman, cinta kasih

9

selain kepada Hyang Widhi, rasa benci, keinginan, kegembiraan, kesedihan, kekhawatiran/ketakutan, dan khayalan. Tingkat - tingkat Moksa Adapula tingkatan moksa yang tergantung dar kodisi atman dalam hubungannya dengan Tuhan. Dalam hubungan ini moksa dapat dibagi dalam empat tingkatan berikut ini yaitu: 1. Samipya atau kemiripan dengan sifat Tuhan atau keakraban dengan sifat Ilahi merupaka moksa yang dicapai semasa masih hidup, terutama oleh para Mahasri pada wktu melaksanakan yoga samadhi,sehingga dapat menerima wahyu dari Tuhan. 2. Sarupya (sadharmaya) atau kesamaan sifat Tuhan dan mencerminkan keagungannya atau sama sifatnya dengan Ilahi dan memantulkan kemuliaan Nya merupakan moksa yang dicapai seumur hidup diaman kedudukan atman mengatasi unsur-unsur maya, buda, kresna, rama dan avaara-avatara lainnya. 3. Salokya (karma mukti) atau keberadaan berdampingan yang sadar dengan Tuhan dalam dunia yang sama atau kesadaran atas keberadaan dengan Ilahi di dunia ini merupakan moksa yang dicapai ole atman setelah berada dalam posisi kesadaran yang sama dengan tuhan, tetapi belum dapat bersatu dengan Nya. Dalam hal ini atman telah mencapai tingkatan Dewa. 4. Sayujya (purna mukti) atau bersama dengan Tuhan mendekati kemanunggalan atau bergabung dengan Ilahi merupakan moksa

10

yang tigkatannya paling tinggi dimana atman bersatu dengan tuhan. Tercapailah sudah Brahma Atma Aikya atau atman telah bersatu dengan tuhan

Moksa juga dapat dibedakan dalam tiga tingkatan berikut ini yaitu : 1. Jiwa Mukti, yaitu suatu kebebasan yang dapat dicaai oleh seseorang semasa hidupnya dimana atmannya tidak terpengaruh lagi oleh gejolak indria dan maya. Istilah jiwa mukti disamakan pula dengan samipya dan sarupya atau sadharmaya. 2. Wideha Mukti yaitu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya, dimana atman telah dapat meninggalkan badan wadahnya, tetapi masih terkena pengaruh maya yang sangat tipis. Dalam tingkat ini atman berada setara dengan Brahman tetapi belum dapat menyatu, karena masih ada pengaruh maya. Wideha mukti dapat disamakan dengan salokya. 3. Purnamukti, yaitu tingkat kebebasan yang paling sempurna. Pada tingkatan ini posisi atma seseorang keberadaannya telah menyatu dengan Brahman. Setiap orang akan dapat mencapai posisi ini, apabila yang bersangkutan sungguh-sungguh dengan kesadaran dan hati yang suci mau dan mampu melepaskan diri dari keterikatan maya ini. Istilah Purnamukti dapat disamakan dengan sayujya.

11

Kemudian Supartha menjelaskan bahwa tingkatan moksa jika dilihat dari segi kebebasan yang dicapai Atman, maka moksa dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu:

a) Moksa yaitu kelepasan yang masih meninggalkan badan bekas berupa jenazah atau badan kasar b) Adi Moksa yaitu kelepasan dengan meninggalkan bekas berupa abu. c) Parama Moksa ayitu kelepasan tanpa meninggalka bekas.

2.3 CARA MENCAPAI TUJUAN AKHIR AGAMA HINDU Dalam ajaran agama disebutkan ada empat jalan untuk mencapai “moksartham jagadhita ya ca iti dharma” atau mencapai jagadhita (kesejahteraan jasmani) atau moksa (ketentraman abadi atau kehidupan abadi). Ada pun ke empat cara tersebut dikenal dengan Catur Marga Yoga. Catur marga yoga yaitu empat jalan (cara) umat Hindu untuk menuju Sang Hyang Widhi Wasa (Brahman).

1. Bhakti Marga (Bhakti Yoga) Adalah jalan menuju moksa dengan cara melakukan kebaktian yang tekun Kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Brahman) dengan landasan pengabdian yang tulus iklas, pasra, penuh cinta kasih serta menyerahkan diri kepada Hyang Widhi sepenuhnya.

12

Jalan Bhakti Marga dikenal juga dengan nama Bhakti Marga Yoga. Bakti sendiri berarti hormat, taat, sujud, menyembah, persembahan, kasih. Orang yang menempu jalan ini disebut Bhakta. Untuk mencapai jalan ini maka dia wajib memegang teguh ajaran Tat Twam Asi, menebarkan rasa kasih sayang tanpa batas kepada semua mahkluk hidup, dan menghilangkan rasa kebencian, kekejaman, iri dengki dan kegelisahan atau keresahan. Semua hal-hal negatif harus dihilangkan. Dapat disimpulkan bahwa seorang bhakta hendaknya selalu berusaha melenyapkan kebenciannya kepada semua makhluk dan selalu berusaha mengembangkan sifat-sifat Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa (Catur Paramita) sehingga terbebas dari belenggu keakuan (ahamkara).

2. Karma Marga (Karma Yoga) Adalah jalan menuju moksa dengan cara bekerja atau berkarya. Jalan ini dikenal juga dengan nama Karma Marga Yoga. Seseorang yang menempuh jalan ini, harus bekerja dengan ketulusan hati tanpa terikat pada pahala yang dikerjakan atau kerja tanpa pamrih . Inti dari ajaran Karma Marga Yoga adalah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan. Dalam Bhagawadgita III.19 dijelaskan bahwa orang yang melaksanakan segala pekerjaan sebagai bentuk dari kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama (Brahman).

13

3. Jnana Marga (Jnana Yoga) Adalah jalan menuju moksa dengan cara menekuni ilmu pengetahuan kerohanian. Jalan ini dikenal juga dengan Jnana Marga Yoga. Jalan ini dilaksanakan oleh mereka yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan daya cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan. Dalam Bhagavad Gita IV.33 dijelaskan bahwa orang yang mempersembahkan ilmu pengetahua, lebih bermutu dari pada persembahan materi. Secara keseluruhan, semua kerja berpusat pada ilmu pengetahuan. Sebab, dengan pengetahuan seseorang dapat mengarungi lautan kejahan (BG. IV.36). Bahkan dalam Bhagawadgita V.38 dikatakan bahwa tidak ada di dunia ini menyamai kesucian kebijaksanaan (ilmu pengetahuan). Jnana Yoga sendiri berasal dari kata Jnana yang artinya pengetahuan (kebijaksanaan filsafat) sedangkan Yoga berasal dari kata Yuj yang artinya menghubungkan. Jadi Jnana Yoga artinya mempersatukan Atman (jiwatman) dengan Brahman (paramatman) yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan. Kebebasan ikatan keduniawian dengan menempu jalan ini dapat dilakukan dengan mengarahkan segala pikiran kita, memaksanya kepada kebiasaan-kebiasaan suci, dan memusatkan pikiran kepada-Nya (dhyana yoga).

14

4. Yoga Marga (Raja Yoga) Adalah jalan menuju moksa dengan cara melalui pengendalian diri dan melaksanakan ajaran Astangga Yoga. Jalan ini dikenal juga dengan nama Raja Marga Yoga. Inti dari ajaran ini adalah pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan), melalu meditasi dan Samadhi. Pelaksanaan Yoga Marga melalui tahapan-tahapan Astangga Yoga (Suhardana, 2010: 35). Sloka yang berkaitan dengan Raja Yoga dapat dilihat pada Bhagavadgita VI.31 dan 32. Seseorang yang ingin menempuh jalan ini diwajibkan memiliki guru, sebab jalan Raja Yoga sangat berat dan mistik (rohani). Untuk mencapai ajaran ini, ada tiga jalan pelaksanaan yang ditempuh oleh para Yogin yaitu melakukan tapa-brata (pengedalian emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita ke arah yang positif) dan samadhi yaitu latihan untuk dapat menyatukan sang Jiwa dengan Brahman. Demikianlah ke empat jenis Yoga di atas mempunyai nilai yang sama, artinya bahwa tidak ada yang lebih dominan atau lebih rendah. Semuanya dapat dipilih sesuai dengan kemampuan masing-masing orang. Selain itu moksa juga dapat dicapai dengan cara sebagai berikut : Untuk mencapai moksa seseorang harus mempunyai persyaratan2 tertentu sehingga proses mencapai moksa dapat berjalan sesuai dengan norma2 ajaran agama Hindu. Dalam mencapai Moksa dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

15

1. Dharma. Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat. 2. Pendekatan kepada Yang Widhi Wasa Untuk mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi Wasa ada beberapa cara yang dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana (menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan melakukan latihan rochani , terutama dengan penyelidikan bathin, akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri kita. Apabila sifat2 Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan dikabulkan dan kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan. 3. Kesucian. Untuk memperoleh pengetahuan suci, dan menghayati Yang Widhi Wasa dalam keberagaman dinyatakan dalam doa Upanishad yang termasyur : Asatoma Satgamaya, Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan Gamaya

16

yang artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari kematian ke kekekalan. Setiap kita melakukan kegiatan2, kita biasakan untuk memohon tuntunan kehadapan Yang Widhi Wasa agar kita selamat dan selalu dilindungi. Pekerjaan apapun kita lakukan, apabila kita bekerja demi Tuhan dan dipersembahkan kehadapan Yang Widhi Wasa, maka pekerjaan tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan tersebut dengan Yang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan mempunyai kemampuan dan nilai yang tinggi. Tujuan dari kehidupan kita adalah agar atman terbebas dari triguna dan menyatu dengan Para atman. Didalam Weda disebut yaitu Moksartham Jaga Dhitaya Ca Iti Dharmah yang artinya adalah tujuan agama (Dharma) kita adalah untuk mencapai moksa (moksa artham) dan kesejahteraan umat manusia (jagadhita). Ciri2 orang yang telah mencapai jiwatman mukti adalah. 1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin. 2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka. 3. Tidak terikat dengan keduniawian. 4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak)

17

BAB III PENUTUP 3.2 KESIMPULAN Weda sebagai sumber ajaran yang menuntun manusia untuk mendapatkan kerahayuan dan kebahagiaan patut melandasi setiap geraknya dengan dharma (kebenaran/kebajikan), sebab tanpa dharma maka hidup ini tidak akan bermanfaat dan bagkan kehidupan masyarakat tanpa dharma akan kacau dan hancur. Dalam segala hal maka dharma ( kebenaran, kewajiban, kebajikan ) harus dilaksanakan lebih dahulu, sehingga tak tersangsikan lagi artha sebagai alat benar. Tidak akan ada artinya jika artha didapat tanpa dasar kebenaran / kebajikan. Demikian pula setiap nafsu (kama) yang ingin dipenuhi maka kama harus dilandasi dengan dharma kama tanpa landasan dharma hanya akan menyusahkan hidup diri sendiri dan meresahkan lingkungan. Dengan dharma (agama) sebagai landasan untuk mendapatkan artha serta untuk memenuhi kama maka kebahagiaan pasti dapat dinikmati dalam hidup ini maupun di akhirat. Dikenal pula Rti Warga yang terdiri atas dharma, artha, dan kama. Hal ini merupakan penyederhanaan dari Catur Warga dengan tidak menyebutkan moksa. Moksa sebagai tujuan tertinggi dan universal pasti akan dapat dicapai sekalipun tidak disebut-sebut dalam Tri Warga asalkan dharma, artha, kama dapat dilaksanakan dan dipenuhi secara benar.

18

3.3 SARAN Saran-saran yang dapat dipetik dari urain diatas hendaknya ajaran catur purusartha harus dipertahankan dan terus diajarkan kepada generasi muda agar tidak hilan dikemudian hari. Seseorang yang masih menuntut ilmu hendaknya tidak melakukan hubungan seksual

karena akan dapat

mempengaruhi dari pada ketajaman pikiran. Pelajaran mengenai ajaran ini tidak hanya diberikan oleh sekolah akan tetapi diperlukan peran dari pada orang tuga sebagi tempat seorang anak mulai belajar dari awal. Segala kegiatan yang dilakukan semasa hidup ini hendaknya berlandaskan kebenaran atau dharma karena jika berlandaskan adharma maka hasil yang akan diperoleh akan cepat habis dan akan mengganggu ketenangan batin seseorang yang berbuat jahat atau adharma dalam mencapai tujuanya. Berjalanlah selalu dalam ajaran dharma meskipun itu sulit tapi itu lebih menenangkan dan tidak akan ada perasaan bersalah atau berdosa.

19

LAMPIRAN- LAMPIRAN

Salah satu cara untuk mencapai moksa adalah dengan mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Contoh orang yang melakukan dharma dengan memberikan makanan kepada gelandangan

Gambaran orang yang mementingkan artha dan kama dan lupa bahwa

itu hanya sementara 20

DAFTAR PUTAKA http://putu-dharmayasa.blogspot.com/2013/08/tingkatan-moksa_27.html https://www.mutiarahindu.com/2018/05/4-jalan-menuju-moksa.html https://www.mutiarahindu.com/2018/04/pengertian-moksa-dan-tingkatan.html http://maretanakbali.blogspot.com/2014/08/catur-purusa-artha-a.html Mudana, I Nengah. 2015. LKS Yoga Prabha, buku SMK. Denpasar: SRI RAMA Suhardana, K.M. 2010. CATUR MARGA. Surabaya: PARAMITA Pudja MA. G. 1984. BHAGAWADGITA. Jakarta : MAYA SARI

21

Related Documents

Kata Penganta1
April 2020 9
Kata Penganta1
October 2019 8
Kata Penganta1.docx
April 2020 13
Kata Penganta1.docx
November 2019 33
Kata Penganta1.docx
May 2020 13

More Documents from "widhyadnyana"