Kasus3.docx

  • Uploaded by: hakuna
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,548
  • Pages: 15
KASUS 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Frenulum merupakan lipatan membran mukosa yang melekat dari bibir atau pipi ke mukosa alveolar dan/atau gingiva dan periosteum (Reddy, 2011). Dalam bahasa kedokteran, frenulum linguae disebut dengan ankyglossia. Ankyglossia merupakan kelainan kongenital yang disebabkan frenulum yang pendek (Dewi &Sastra, 2015). Ankyglossia adalah suatu kondisi yang membatasi gerak lidah. Ankyglossia juga dikenal dengan lidah dasi (tongue tie) (Dewi & Sastra, 2015). Ankyglossia (tongue tie) disebabkan karena frenulum linguae yang pendek. True tongue tie merupakan anomali yang jarang terjadi, biasanya yang sering terjadi hanya pemendekan frenulum yang ringan atau sedang. Jika keadaan ini mengganggu proses bicara, bisa dilakukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Anak dengan ankyglossia umumnya mengalami kesulitan dalam menjulurkan lidahnya, serta mempengaruhi cara anak makan, berbicara, menelan, dan mengganggu menyusui. Ankyglossia pada anak berbeda-beda berdasarkan tingkat keparahannya, yakni ankyglossia ringan, ankyglossia moderat, dan ankyglossia sempurna (Horton, 1963). Namun, beberapa beberapa literatur menyatakan bahwa tongue-tie dapat menyebabkan kesalahan artikulasi kata-kata, terutama pada huruf-huruf yang membutuhkan gerakan lidah ke atas, seperti pengucapan huruf R dan L. keparahan derajat kesalahan artikulasi ini bervariasi, dapat sangat jelas atau bahkan sama sekali tidak terdengar (Lakalea. 2003). Ketika sebuah frenum diposisikan sedemikian rupa sehingga mengganggu keselarasan normal gigi atau untuk membatasi pergerakan lidah atau bibir, bisa dihilangkan dengan operasi yang sangat sederhana yang disebut frenektomi. Sebuah frenum biasanya tebal, besar, atau ketat dan dapat membatasi pergerakan lidah. Frenektomi lingual akan menghilangkan lipatan jaringan sehingga lidah bisa bergerak bebas sekali lagi. Sebuah diastema, atau kesenjangan yang besar antara kedua gigi depan, kadang-kadang hasil dari frenum labial luar biasa tebal atau ketat yang melekat sangat rendah pada gusi.

Klasifikasi Menurut Dr. Aini, ankyglossia atau tongue-tie dapat dibagi menjadi 4 tipe: 1. Tipe 1 : frenulum terikat sampai ujung lidah 2. Tipe 2 : frenulum terikat 1-4 mm di belkang tipe 1 3. Tipe 3 : frenulum terikat di tengah lidah dan biasanya kuat dan kurang elastis, 4. Tipe 4 : frenulum terikat di pangkal lidah, namun tebal dan tidak elastis sehingga mobilitas lidah sangat terbatas. Horton (1963) membagi ankyglossia ke dalam 3 bagian, yaitu: 1. Ankyglossia ringan Pada ankyglossia ringan, jaringan ikat/ frenulum linguae lebih tebal dibandingkan orang normal. 2. Ankyglossia moderat Pada ankyglossia moderat, jaringan frenulum dan otot genioglossus tebal dan agak ke ujung lidah. 3. Ankyglossia sempurna Pada ankyglossia sempurna, jaringan ikat/frenulum linguae lebih tebal dan berada pada ujung lidah.

Radiografis Ankyloglossia adalah lingual frenulum yang terlalu pendek, muccosa fold dibawah lidah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut dan mandibula. Teknik yang digunakan untuk mengekspos radiografi intraoral pada pasien anak pada dasarnya sama dengan yang digunakan pada orang dewasa. Bitewings, periapikal, proyeksi oklusal dan panoramic sangat berguna dalam memberikan informasi diagnostik yang sesuai. Dengan kemampuan gerak lidah yang terbatas, menjadi kesulitan untuk meletakkan film dibawah lidah sampai mencapai akar gigi dan gigi sulung. Dapat digunakan teknik bisecting. Pada beberapa kasus dibutuhkan bantuan tongue blade untuk menstabilkan posisi film dalam mulut. Tongue blade dapat ditempel kan pada posisi belakang film sehingga film terdorong ke ujung lidah sampai jauh ke dalam untuk mencapai apeks dari gigi anterior. Sebagian lidah akan ditumpangkan ke ujung akar sehingga mendapatkan unwanted density pada film. Ukuran film yang digunakan harus

ditentukan oleh ukuran mulut bayi atau anak sesuai usia. Penentuan film yang dibutuhkan untuk pasien ditentukan berdasarkan dental history, pemeriksaan klinis, kriteria yang mendukung dan diagnosis yang sesuai. Pada anak usia lebih muda, tampilan oklusal anterior cukup nyaman dan sangat membantu penggunaan. Proyeksi oklusal sering digunakan sebagai pengganti radiografi periapikal karena ukuran mulut anak yang kecil membatasi penempatan film yang benar. Dengan posisi gigi menggigit dengan lembut bersama sisi putih pada film yang meghadap lengkungan yang akan di fotoo. Film ukuran 2 dapat digunakan untuk proyeksi oklusal.

2.1

Diskusi 2.1.1 Laporan Kasus Berdasarkan Skenario

Seorang perempuan berusia 15 tahun datang atas rujukan dokter gigi spesialis ortodonsia dengan kelainan terdapat band pada bagian bawah ujung lidah. Keluhan nyeri (-), bengkak (-). Pemeriksaan klinis tampak seperti pada foto klinis terlampir 2.1.1.1 Anamnesa 1.

Pemeriksaan Subjektif

Pemeriksaan subjektif atau anamnesis adalah informasi yang diperoleh oleh dokter dengan mengajukan pertanyaan spesifik dimana pasien atau orang lain yang mengenali pasien memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan diagnosis dan perawatan medis pada pasien. Anamnesa ini bertujuan membantu dokter gigi (operator) mengetahui keluhan utama pasien pada giginya. Penilaian kesehatan umum pasien sebelum perawatan gigi diperlukan untuk mengidentifikasi kondisi sistemik, yang dapat mempengaruhi prosedur perawatan dan memungkinkan dokter gigi mengevaluasi risiko dan mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Hal yang penting dalam melakukan anamesa adalah pasien harus merasa nyaman sehingga tercipta hubungan interpersonal yang baik antara pasien dengan dokter gigi (Beste, 2014).

Gambar 1. Tabel rumusan masalah dalam melakukan anamnesa Agar riwayat penyakit dapat lengkap dan akurat maka untuk menyusunnya perlu pendekatan yang sistematis dan runtut meliputi unsur-unsur berikut ini: a.

Data demografis.

Merupakan informasi yang harus dicatat pertama kali dalam diagnostic database, yaitu identitas pasien yang antara lain meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, tempat lahir, pekerjaan, agama dan alamat pasien. b.

Keluhan utama (Chief complaint).

Merupakan pernyataan pasien mengenai masalah atau penyakit yang mendorong penderita memeriksakan diri. c.

Riwayat keluhan utama.

Diperoleh gambaran secara kronologis mengenai mulai pertama keluhan dirasakan dan hal-hal yang terkait termasuk lokasi, durasi, hubungannya dengan fungsi fisiologis maupun pengobatan yang pernah dialami. d.

Riwayat Medik.

Mengacu pada konsep perawatan yang holistik maka dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai dokter gigi dituntut untuk membuka wawasan lebih luas baik dalam ilmu pengetahuan maupun kerjasama dengan profesi kesehatan yang lain (Stefanac & Nesbit, 2017).

2.1.1.2 Pemeriksaan Fisik 2.1.1.3 Pemeriksaan Ekstraoral A. Regio Mandibula Dextra -

Inspeksi: -

-

Palpasi: -

B. Regio Mandibula Sinistra -

Inspeksi: -

-

Palpasi: -

2.1.1.4 Pemeriksaan Intraoral A. Lidah -

Inspeksi: Kelainan pada frenulum lingualis

-

Palpasi: -

Diskusi Frenae (jamak dari frenum) adalah pita dari otot atau jaringan pada bibir, pipi, dan lidah untuk tulang di mulut. Pita jaringan menghubungkan lidah ke lantai mulut disebut frenum lingual, sementara pita jaringan yang menghubungkan bibir ke gusi di depan gigi disebut frenum labial. Kadang-kadang frenum mungkin menjadi sangat pendek, tebal, atau ketat, atau mungkin memperpanjang terlalu jauh di sepanjang lidah atau gusi. Ketika sebuah frenum diposisikan sedemikian rupa sehingga mengganggu keselarasan normal gigi atau untuk membatasi pergerakan lidah atau bibir, bisa dihilangkan dengan operasi yang sangat sederhana yang disebut frenektomi. Sebuah frenum biasanya tebal, besar, atau ketat dan dapat membatasi pergerakan

lidah. Frenektomi lingual akan menghilangkan lipatan jaringan sehingga lidah bisa bergerak bebas sekali lagi. Sebuah diastema, atau kesenjangan yang besar antara kedua gigi depan, kadang-kadang hasil dari frenum labial luar biasa tebal atau ketat yang melekat sangat rendah pada gusi. Frenektomi adalah prosedur sederhana, umumnya mengambil kurang dari lima belas menit. Baik menggunakan pisau bedah atau laser, ahli bedah akan cukai frenum yang bersangkutan. Ketika dilakukan dengan laser, pembedahan cenderung menyebabkan perdarahan sangat sedikit, tidak memerlukan jahitan, dan sering mengakibatkan ketidak nyamanan pasca-prosedur yang sangat sedikit.

Penatalaksanaan 1. Inform consent Informed consent adalah persetujuan bebas yang diberikan oleh pasien terhadap suatu tindakan medis, setelah ia semua informasi penting memperoleh informasi mengenai sifat serta konsekuensi tindakan tersebut. Prinsip informed consent berakar pada martabat manusia di mana otonomi dan integritas pribadi pasien harus dilindungi. Integritas manusia menuntut bahwa setiap orang bertindak menurut apa yang mereka kehendaki bukan dari dorongan atau tekanan dari orang lain. Informed consent diperoleh dari pasien sendiri, tetapi bila pasien tidak kompeten, maka dapat diperoleh dari keluarga atau wali sah yang mampu memberikan persetujuan rasional. Jika keluargan dan/atau wali hadir namun tidak kompeten juga, maka tenaga medis dapat memutuskan sendiri untuk bertindak sesuai kondisi pasien demi kepentingan terbaik pasien (prinsip beneficentia) (Dionisius, 2009). Sedangkan tatacara pelaksanaan tindakan medis yang akan dilaksanakan oleh dokter pada pasien , lebih lanjut diatur dalam Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2009 Tentang Praktek Kedokteran yang menegaskan sebagai berikut : (1) Setiap Tindakan Kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. (2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien diberikan penjelasan lengkap

(3)

Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya

mencakup : a.

Diagnosis dan tatacara tindakan medis

b.

Tujuan tindakan medis dilakukan

c.

Alternatif tindakan lain dan resikonya

d.

Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan

e.

Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan. Dengan lahirnya UU No. 29 Tahun 2004 ini, maka semakin terbuka luas peluang bagi

pasien untuk mendapatkan informasi medis yang sejelas-jelasnya tentang penyakitnya dan sekaligus mempertegas kewajiban dokter untuk memberikan informasi medis yang benar, akurat dan berimbang tentang rencana sebuah tindakan medik yang akan dilakukan, pengobatan mapun perawatan yang akan di terima oleh pasien. Karena pasien yang paling berkepentingan terhadap apa yang akan dilakukan terhadap dirinya dengan segala resikonya, maka Informed Consent merupakan syarat subjektif terjadinya transaksi terapeutik dan merupakan hak pasien yang harus dipenuhi sebelum dirinya menjalani suatu upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya. Komalawati ( 2002: 111) mengungkapkan bahwa informed conset dapat dilakukan ,antara lain : a.

Dengan bahasa yang sempurna dan tertulis

b.

Dengan bahasa yang sempurna secara lisan

c.

Dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima pihak lawan

d.

Dengan bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan.

e.

Dengan diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima oleh pihak lawan

2. Asepsis Semua bentuk tindakan pada praktek Kedokteran Gigi khususnya di bidang Ilmu Bedah Mulut dan maksilofasial selalu mensyaratkan dipenuhinya prinsip asepsis dan teknik penataan kamar operasi yang khusus. Hal ini penting untuk mencegah infeksi yang terjadi paska operasi dan penularan suatu penyakit dari pasien satu ke pasien lainnya, serta dari pasien ke operator maupun sebaliknya.

Berbagai pengetahuan mengenai teknik, sarana, dan tatalaksana diperlukan untuk mencapai keadaan seperti pada gambar di atas, mulai dari tatacara pengaturan zona steril dalam ruangan, penggunaan masker dan penutup kepala, penggunaan baju operasi, penggunaan linen untuk dook sehingga menjamin sterilisasi saat prosedur operasi sekaligus menjadi sarana kontrol infeksi dalam kamar operasi. Bila kita membicarakan prinsip asepsis, muncul beberapa istilah yang sering digunakan, seperti: ● Asepsis : suatu keadaan bebas kuman ● Teknik asepsis : suatu cara dan tindakan yang dilakukan untuk mencapai keadaan bebas kuman ●

Antiseptik : sebuah bahan pembasmi kuman yang digunakan pada kulit atau jaringan hidup untuk tujuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme tanpa membunuh mikroorganisme tersebut.



Desinfeksi : suatu proses kimia atau fisika untuk membunuh semua mikroorganisme patogen kecuali spora



Sterilisasi : suatu proses untuk membunuh semua mikroorganisme patogen maupun non patogen termasuk virus dan spora bakteri resisten dengan mengeliminasi secara menyeluruh menggunakan alat atau bahan sterilisasi

3. Indikasi kasus (Devishree dkk., 2012) a. Adanya anomali pada perlekatan frenulum yang menyebabkan diastema pada midline.

b. Frenulum lingualis yang terlalu pendek. c. Frenulum labialis yang terlalu tinggi. d. Ditemukan adanya papilla yang rata dengan frenulum dan melekat erat pada gingival margin. Hal ini menyebabkan resesi gingiva dan menjadi hambatan dalam menjaga kebersihan mulut. e. Terlihat adanya anomali perlekatan frenulum yang kurang melekat pada gingiva, dan dasar vestibulum yang dangkal. Juga dapat direkomendasikan jika anak memiliki: Kesulitan makan dan berat badan yang buruk ; Kesulitan bicara ; Kesulitan menelan ; Ketidakmampuan untuk menjilat sebuah es krim cone ; Kesulitan bergerak lidah (sisi ke sisi, menjulurkan lidah, menyentuh langit-langit mulut) 4. Anestesi Pemberian anastesi lokal sebelum melakukan insisi harus dilakukan dengah hati-hati untuk

menghindari infiltrasi

anestesi

yang

berlebihan secara

langsung di

daerah

frenulum, karena dapat mengaburkan anatomi yang harus divisualisasikan pada. Terdapat beberapa saraf yang terlibat dalam inervasi sensori dan motor dari lidah. Bagi rasa sakit, sentuhan, dan suhu bagi bagian anterior ⅔ lidah dinnervasi oleh saraf lingual yang merupakan cabang dari nervus mandibular. Saraf lingual juga meninversai beberapa bagian lain seperti mukosa dasar mulut dan gingiva bagian lingual dari inferior alveolar process. Bagi kasus ini, blok regional lingual bilateral dan infiltrasi lokal di daerah anterior memberikan anestesi yang memadai untuk frenektomi lingual. Terdapat dua jenis teknik regional blok yang dapat digunakan untuk menganestesi saraf lingual yaitu Gow-Gates technique dan Akinosi Vazirani technique. Kedua dua teknik ini dapat menanestesi saraf lingual dan beberapa saraf lain. Hal yang membedakan antara kedua teknik ini adalah pada teknik Akinosi Vazirani lebih sering digunakan pada pasien yang mengalami kesukaran untuk membuka mulut.

Gambar: Gow-Gates Technique

Gambar: Akinosi Vazirani Technique Alat dan bahan 1. Surgical Blade No.15 2. Scalpel 3. Gunting Bedah 4. Hemostat 5. Syringe 6. Benang

5. Operasi (Fragiskos, 2007). .a. Teknik menggunakan Hemostat Prosedurnya adalah:

1. Pasien dalam posisi yang nyaman dan dengan akses mudah ke mulut dan cari letak frenulum lingualis. 2. Setelah dilakukan anestesi lokal, lidah ditarik ke atas dan ke posterior menggunakan benang yang melewati ujung lidah. 3. Kemudian bagian tengah frenulum dijepit dengan menggunakan hemostat yang sejajar dengan dasar mulut.

4. Dengan menggunakan scalpel, potong jaringan di atas hemostat dengan sposisi scalpel yang menyentuh hemostat.

5. Potong frenulum di bagian bawah hemostat menggunakan scalpel.

6. Hasil sayatan setelah frenulum dibuang.

7.

Selanjutnya,

mukosa

di

bawah

tepi

sayatan

menggunakan gunting bedah.

8. Lakukan penjahitan dengan teknik interrupted suture

b. Teknik tanpa bantuan Hemostat Prosedurnya adalah:

dikurangi

dengan

1.

Selanjutnya, lakukan eksisi frenulum dengan konvergensi sayatan terhadap dasar lidah

2. Mukosa di bawah tepi sayatan dikurangi dengan menggunakan gunting bedah 3. Setelah pembuangan frenulum, margin luka dilonggarkan dengan jahitan. 6. Instruksi post-operasi pada pasien: a. Minum obat yang telah diresepkan secara teratur b. Hindari makanan dan minuman yang panas c. Jangan berkumur terlalu sering d. Hindari aktivitas fisik yang berlebihan e. Jangan menyentuh area post-frenektomi dengan menggunakan tangan atau lidah f. Hindari minuman beralkohol dan merokok post-frenektomi.

7. Pemberian resep a. R/ Amoxicillin tab mg 500 No. XV S. 3.dd tab I b.

R/ Kalium diklofenak tab mg 50 No. X S. 2.dd tab I pc

c.

R/ Betadine gargle fl No.I S. 2.dd gargI

d.

R/ Raitidin tab mg 150 No. VIII S. Prn 2 dd tab I

8. Komplikasi dari prosedur frenektomi: 1. Perdarahan. Perdarahan ini dapat terjadi selama operasi ( perdarahan primer ) atau beberapa jam sampai beberapa hari setelah pembedahan (perdarahan sekunder). Perdarahan ini dapat terjadi oleh sebab lokal atau sistemik. Penyebab lokal biasanya meliputi lepasnya bekuan darah, luka yang terinfeksi, trauma pada luka atau lepasnya jahitan. Sedangkan penyebab sistemik dapat berupa kelainan darah.Penanggulangan dengan melakukan pembersihan daerah luka serta penekanan dengan kasa dibasahi vasokonstriktor lokal, kompres dingin dan penjahitan atau

pemberian coagulation promoting agent seperti gelatin sponge, thrombin, dan lain-lain. Bila tindakan tersebut tidak dapat mengatasi perdarahan sebaiknya dikonsulkan ke bagian penyakit dalam.

2. Pembengkakan.

Biasanya terjadi karena trauma yang berlebihan atau karena infeksi. Penanggulangannya dapat dikontrol dengan kompres dingin yaitu dengan kantung es atau kain dingin.

3. Infeksi.

Untuk mencegah infeksi dianjurkan untuk memelihara kebersihan mulut dan diberi obat kumur antiseptik. Apabila infeksi telah terjadi, tindakan lokal yang perlu dilakukan adalah mengirigasi luka dengan NaCl fisiologis hangat serta pengulasan antiseptik pada tepi luka, diberikan pula obat antibiotik.

4. Rasa sakit yang berlebihan.

Keadaan ini biasanya timbul karena pergerakan bibir, pipi, atau lidah pada saat berbicara atau pada waktu mengunyah. Penanggulangannya diberikan obat analgetik, obat kumur antiseptik yang hangat

Aini, Dr. 2008. Tongue tie (Lidah Pendek). Kemang Medical Care. http://www.kemangmedicalcare.com/kmc-tips/tips-anak/675-tongue-tie-lidah-pendek.html Horton, Charles E., et al. 1963. “Tongue tie”. Medical Journal. American Cleft Palata Association, Chicago.

Lakalea, ML., Messner, AH. 2003. Ankyglossia: does it matter?. (Vol. 50, pp. 381-397). Reddy, S., 2011, Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics, 3rd Edition, Jaypee, India Devishree et al., (2012), “Frenectomy : A Review with the Reports of Surgical Techniques”, Journal of Clinical and Diagnostic Research, 6(9) : 1587-1592

Fragiskos, F.D., (2007), Oral Surgey, Springer Berlin Heidelberg, New York. Gans, B.J., 1972, Atlas of Oral Surgery, Mosby, Chicago

More Documents from "hakuna"

Kasus3.docx
May 2020 3
Tm Skenario 2.docx
May 2020 19
October 2019 14
Etiquetas.pdf
October 2019 7