Kasus Pneumonia.docx

  • Uploaded by: BLINK
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus Pneumonia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,244
  • Pages: 24
MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH “PNEUMONIA”

Oleh : Aribathanisa Candra 11161005 Diana Putri 11161012 Indah Tri Setyowati 11161019 Ninuk Ajeng P 11161027 Rachma Alif Aulia 11161030 Ronaldo 11161034 Saskia Putri Maharani 11161035 S1 Keperawatan Reguler 9A STIKes PERTAMINA BINA MEDIKA JL.Bintaro Raya No.10,Tanah Kusir-Kebayoran Lama Utara –Jakarta Selatan No Telphone: (021) 7234122,7207184, Fax:(021) 7234126 Website:www.stikes-pertamedika.ac.id Email:[email protected] TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pneumonia”. Pembuatan makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah. Selesainya penyusunan makalah ini tidak terlepas dari rahmat dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa, saya selaku penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak, yaitu ibu Ratna dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Jakarta,

Septermber 2017

Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2 BAB I .................................................................................................................................. 3

2

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3 1.1.

Latar Belakang .................................................................................................... 3

2.1.

Rumusan Masalah ............................................................................................... 5

2.2.

Maksud dan Tujuan............................................................................................. 5

Tujuan utama .................................................................................................................. 5 Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia ........... 5 Tujuan khusus ................................................................................................................. 5 1.

Untuk mengetahui definisi dari Pneumoni.............................................................. 5

2.

Untuk mengetahui penyebab dari Pneumonia......................................................... 5

3.

Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Pneumonia .............................................. 5

4.

Untuk mengetahui klasifikasi dari Pneumonia ....................................................... 5

5.

Untuk mengetahui cara pencegahan dari Pneumonia ............................................. 5

6.

Untuk mengetahui pengobatan dari pneumonia ...................................................... 5

7.

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pneumonia....................................... 6

2.3. 1.

Manfaat ............................................................................................................... 6 Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan

kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia ....... 6 2.

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. ........................................... 6

3.

Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia. ............................. 6

BAB II................................................................................................................................. 6 LANDASAN TEORI .......................................................................................................... 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3

Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78) Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia: Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit

yang

tercakup

dalam

program

ini.

Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814). Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah

4

mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78) 2. Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan keperawatan pada klien dengan Pneumonia” 2.1. Rumusan Masalah 1. Apa Definisi dari Pneumonia? 2. Apa penyebab dari Pneumonia? 3. Apa tanda dan gejala Pneumonia? 4. Apa saja klasifikasi dari Pneumonia? 5. Bagaimana cara pencegahan Pneumonia? 6. Bagaimana pengobatan dari Pneumonia? 7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien Pneumonia ? 8. Bagaimana asuhan keperawatan Pneumonia? 2.2. Maksud dan Tujuan Tujuan utama Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui definisi dari Pneumoni 2. Untuk mengetahui penyebab dari Pneumonia 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Pneumonia 4. Untuk mengetahui klasifikasi dari Pneumonia 5. Untuk mengetahui cara pencegahan dari Pneumonia 6. Untuk mengetahui pengobatan dari pneumonia 7. Untuk mengetahui pemerikasaan penunjang pada Pneumonia

5

8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pneumonia 2.3. Manfaat 1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia 2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. 3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Teori Pneumonia 2.1.1. Pengertian Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis dan bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ). Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau yang

6

terkenal dengan penyakit ini disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78). Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. ( S. A. Frice. 2005, Hal 804)

2.1.2. Etiologi Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk, Hal 466) 1.

Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter

2.

Virus: virus influenza, adenovirus

3.

Micoplasma pneumonia

2.1.3. Manifestasi Klinik Secara umum dapat di bagi menjadi: a) Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC). sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal. b) Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. c) Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki. d) Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi

7

pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). e) Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi. f) Tanda infeksi ekstrapulmonal. (Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 466)

2.1.4. Klasifikasi 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis: a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia). b. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia). c. Pneumonia aspirasi. d. Pneumonia pada penderita immunocompromised. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78) 2. Berdasarkan bakteri penyebab: a. Pneumonia Bakteri/Tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paruparu kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh

8

melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697). Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca

infeksi

influenza.

Pneumonia

Atipikal.

Disebabkan

mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).

3. Pneumonia Akibat virus. Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).

4. Berdasarkan predileksi infeksi: a. Pneumonia lobaris

9

pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri. b. Pneumonia bronkopneumonia Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

2.1.5. Pencegahan dan faktor resiko Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan setuasi yang umumnya menjadi redispredisposisi individu terhadap pnumonia akan membantu untuk mengidentifikasi psien-pasien yang beresiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah tindakan perawatan yang penting (Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573). a) Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu draniase normal paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap pneumonia. Tindakan preventif :tingkankan batuk dan pengaluaran sekresi. b) Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni) adalah mereka yang berisik. Tindakan preventif : lakukan tindak kewaspadaan khusus terhadap infeksi.

10

c) Individu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas mukosiliari dan makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti merokok. d) Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu yang lama yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap bronkopneumonia. Tinadakan preventif : sering mengubah posisi. e) Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan yang melemahkan atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke dalam paru-paru selama periode tidak sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai mekanisme menelan abnormal adalah mereka yang hampir pasti mengalami bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan trakeobronkial, sering mengubah posisi, bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan resiko aspirasi dan terafi fisik dada. f) Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka

yang

mendapat

antibiotik

mengalami

peningkatan

kolonisasi organisme faring dan berisiko. Tindakan preventif : tingakan higiene oral yang teratur. g) Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karna alkohol menekan reflek-reflek tubuh, mobolisasi sel darah putih dan gerakan siliaris trakeaobronkial. Tindakan preventif : bikan dorong kepada individu untuk mengurangi masukan alkohol. h) Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan, ynga mencetuskan pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia. Tindakan preventif : observasi fekuensi pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum memberikan. Jika tampak depresi pernapasan, tunds pemberian obat dan laporkan masalah ini. i) Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah mereka yang berisiko terhadap pneumonoia akibat

11

penumpukan seksesi atau aspirasi. Tindakan preventif : sering melakukan. j) Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi

batuk.

Pneumonia

paskaoperatif

seharusnyadapat

diperkirakan terjadi pada lansia. Tndakan prepentif : sering mobolisasi, dan batuk efekif dan latihan pernapasan k) Setiap orang meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika peralatan tersebit tidak dibersikan dengan tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa peralatan pernapasan telah di bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573)

2.1.6. Pengobatan Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup : a) Oksigen 1-2 L/menit. b) IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. c) Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. d) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. e) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

12

Untuk kasus pneumonia community base : 

Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.



Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberia Untuk kasus pneumonia hospital base : Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.



Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

Pemeriksaan Penunjang

1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.

2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. 3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara 4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial. 5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus. 6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia) 7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah 8. Bilirubin : Mungkin meningkat. 9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear

tipikal

dan

keterlibatan

sitoplasmik (CMP

;

kareteristik sel

rekayasa(rubela)) (Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)

13

Asuhan Keperawatan Pneumonia a. Pengkajian 1. Identitas klien Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian. 2. Keluhan Utama Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, nyeri dan kelemahan. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin. 4. Riwayat Kesehatan Terdahulu Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : astma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat merokok. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK) Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain. 6. Pemeriksaan fisik a) Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas

b) Sirkulasi Gejala : riwayat gagal jantung kronis Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat

c) Integritas Ego Gejala : banyak stressor, masalah finansial

d) Makanan / Cairan

14

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi

e) Neurosensori Gejala : sakit kepala dengan frontal Tanda : perubahan mental

f) Nyeri / Kenyamanan Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia

g) Pernafasan Gejala

: riwayat PPOM, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal,

penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku

h) Keamanan Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam Tanda

: berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan,

mungkin pada kasus rubeda / varisela

i)

Penyuluhan Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul 1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi). 2) Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh batuk 15

bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring. 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun dan muntah. 4) Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. tanda vital : respirasi meningkat, px. fisik : penggunaan otot aksesori, suara nafas bronchial. 5) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah. 6) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. tanda vital : respirasi meningkat. 7) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengatakan badan panas, tampak menggigil, px. tanda vital : suhu meningkat. 8) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama sekunder terhadap perlengketan secret di saluran pernapasan. 9) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder tehadap gangguan pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari karena sulit bernapas dan batuk, tampak lelah. 3.

Perencanaan Keperawatan a. Prioritas Diagnosa Keperawatan 1) Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring. 2) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).

16

3) Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. Tanda vital : respirasi menurun, px. Fisik : penggunaan otot aksesori, suara pernafasan bronchial. 4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun dan muntah. 5) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. Tanda vital : respirasi menurun. 6) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengatakan badan panas, tampak menggigil, px. Tanda vital : suhu meningkat. 7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder tehadap gangguan pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari karena sulit bernapas dan batuk, tampak lelah. 8) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama sekunder terhadap perlengketan secret di saluran pernapasan. 9) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah.

b. Rencana Tindakan 1) Dx I Kriteria tujuan : menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih. Rencana tindakan : a. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada

17

Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru. b. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas krakels Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, krakels terdengar sebagai respon terhadap pengumpulan cairan, secret. c. Berikan minum air hangat daripada air dingin Rasional : cairan hangat memobilisasi dan mengeluarkan secret. d. Kolaborasi pemberian mukolitik, ekspektoran Rasional : membantu menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.

2) Dx 2 Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang Rencana tindakan : a. Tentukan karakteristik nyeri, misal : tajam, ditusuk, konstan Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat dalam pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis. b. Pantau tanda vital Rasional : perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri c. Berikan tindakan nyaman, misal : relaksasi, pijatan punggung Rasional : tindakan non analgesikdiberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesic. d. Kolaborasi dalam pemberian analgesic Rasional : diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri.

18

3) Dx 3 Kriteria tujuan : mempertahankan ventilasi adekuat Rencana tindakan : a. Kaji frekuensi, kedalaman bernapas Rasional : takipnea, pernapasan dangkal sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru. b. Auskultasi bunyi napas Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi cairan/sekresi).

c.

Pantau tanda vital Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut

d. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

4) Dx 4 Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan nafsu makan Rencana tindakan : a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah. Rasional : pilihan intervensi tergantung pada faktor penyebab masalah. b. Auskultasi bunyi usus Rasional : bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat/memanjang. c. Beri makan porsi kecil tapi sering, termasuk makanan yang menarik untuk pasien Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan nafsu makan meskipun lambat untuk kembali. d. Kolaborasi pemberian antiemetic

19

Rasional : diharapkan mampu mencegah muntah

5) Dx 5 Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas Rencana tindakan : a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas Rasional : menetapkan kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi. b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut ssi indikasi Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat. c. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

6) Dx 6 Kriteria tujuan : mempertahankan suhu dlm batas normal Rencana tindakan : a. Pantau suhu pasien Rasional : suhu 38,9 oC-41,1 oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut. b. Beri kompres mandi hangat Rasional : dapat membantu mengurangi demam c. Kolaborasi pemberian antipiretik Rasional : diharapkan dapat membantu menurunkan demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

7) Dx 7 Kriteria tujuan : Pola tidur pasien adekuat Rencana tindakan :

20

a. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat b. Beri tempat tidur yang nyaman Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur dan dukungan psikologis c. Instruksikan tindakan relaksasi Rasional : membantu menginduksi tidur d. Dorong posisi nyaman, Bantu dalam mengubah posisi Rasional : pengubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat 8) Dx 8 Kriteria tujuan : infeksi tidak terjadi Rencana tindakan a. Pantau tanda vital, khususnya selama awal terapi Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi dapat terjadi. b. Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi c. Batasi pengunjung sesuai indikasi Rasional : menurunkan pemaajanan terhadap pathogen infeksi lain. d. Kolaborasi pemberian antimikrobial sesuai hasil kultur sputum/darah Rasional : digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia.

9) Dx 9 Kriteria tujuan : menunjukkan volume cairan adekuat Rencana tindakan a. Kaji perubahan tanda vital

21

Rasional : peningkatan suhu meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa Rasional : indikator langsung kekuatan volume cairan. c. Catat laporan mual muntah Rasional : adanya gejala ini menunjukkan masukan oral. d. Kolaborasi pemberian antipiretik, antiemetik Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan.

4.

Evaluasi

1)

Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih

2)

Nyeri berkurang atau hilang

3)

Pola napas pasien adekuat

4)

Nafsu makan pasien meningkat

5)

Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

6)

Suhu dalam batas normal

7)

Pola tidur pasien adekuat

8)

Infeksi tidak terjadi

9)

Volume cairan adekuat

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

SARAN

22

DAFTAR PUSTAKA

Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174

Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573 S. A. Price, 2005, Hal 804-814 Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 466 Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78 Soeparman, dkk, 1998, Hal 697 Soeparman, dkk, 1998, Hal 697 askepterkini.blogspot.co.id

23

24

Related Documents

Kasus
June 2020 54
Kasus Tht.docx
May 2020 30
Kasus Ppm.docx
October 2019 39
Kasus Raskin
April 2020 34

More Documents from ""