Asuhan Keperawatan Kasus Diabetes Melitus
Dosen Pengampu: Ns. Diah Ratnawati, M. Kep, Sp. Kep. Kom
Disusun Oleh: Endang Dwi Suhartiningsih Ardhita Qory Anjani Diah Ayu Kusumaningrum Cintya Veronica Erliana mandasari Hannisa Rizki Riansyah Nessa Ismah M
1610711055 1610711063 1610711067 1610711069 1610711074 1610711079 1610711083
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Kasus Diabetes Melitus.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Depok, 4 Maret 2019
Penyusun
ii
Daftar Isi
Cover Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang I.2 Rumusan Masalah I.3 Tujuan Bab II Tinjauan teori II.1 Progran kesehatan terkait DM II.2 Program kota sehat terkait DM II.3 Prevalensi Populasi DM II.4 Karakteristik dan tumbuh kembang II.5 Pengertia, etiologi, dan tanda gejala II.6 Komplikasi, cara pencegahan, dan penatalaksanaan II.7 Pengkajian,analisa data, dan diagnose II.8 Intervensi Bab III Penutup III.1 Kesimpulan III.2 Saran Daftar isi
iii
1 2 2 3 4 5 8 10 11 15 18 20 20 21
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik dan katarak (Tjokroprawiro, 2001). Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari keseluruhan populasi penderita DM (Anonim, 2005). Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai organ termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi (Rochmah, 2006). Umur secara kronologis hanya merupakan suatu determinan dari perubahan yang berhubungan dengan penerapan terapi obat secara tepat pada orang lanjut usia. Terjadi perubahan penting pada respon terhadap beberapa obat yang terjadi seiring dengan bertambahnya umur pada sejumlah besar individu (Katzung, 2004). Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi insulin pada usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya perubahan komposisi tubuh, komposisi tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak 30%, sedangkan tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal 5%. Faktor yang kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan transkolasi GLUT-4 (glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah perubahan pola makan pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga prosentase bahan makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor 3 keempat adalah perubahan neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Rochmah, 2006).
1
I.2 RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Apa saja program kesehatan terkait dm? Apa saja program kota sehat terkait dm? Bagaimana dengan prevalensi populasi dm? Bagaimana karakteristik dan tumbuh kembang lansia? Apa pengertian, etiologi, tanda dan gejala dm? Apa saja komplikasi, cara pencegahan, dan penetalaksanaan dm? Apa saja pengkajian, analisa data, dan diagnose dari kasus? Apa saja intervensi menurut kasus?
I.3 TUJUAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mengetahui program kesehatan terkait dm Mengetahui saja program kota sehat terkait dm Mengetahui prevalensi populasi dm Mengetahui karakteristik dan tumbuh kembang lansia Mengetahui pengertia, etiologi, tanda dan gejala dm Mengetahui saja komplikasi, cara pencegahan, dan penetalaksanaan dm Mengetahui pengkajian, analisa data, dan diagnose dari kasus Mengetahui intervensi menurut kasus
2
BAB II TINJAUAN TEORI II.1 Program terkait kasus Diabetes Melitus Program pengendalian diabetes mellitus dilaksankan secara terintegrasi dalam program pengendalian penyakit tidak menular, yatu antara lain : 1. Pendekatan factor resiko penyakit tidak menular terintegrasi di fasilitas layanan primer pandu (ptm) Untuk peningkatan tatalaksana factor resiko utama (konseling berhenti merokok hipertensi, dislipidemia,obesitas di fasilitas pelayanan dasar (puskesmas,dokter keluarga, praktik swasta) Tata laksana terintegrasi hipertensi dan diabetes melalui pendektan factor resiko Prediksi resiko penyakit jantung dan strike dengan chart WHO 2. Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular) Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan dini dalam memonitoring factor resiko menjadi salah satu tujuan dalam program pengendalian. Posbindu PTM ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarkat terhadap factor resiko baik terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakat lingkungan sekitarnya. 3. Program CERDIK dan PATUH di posbindu PTM dan Balai Gaya Hidup Sehat program patuh , yaitu: P : periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter A : atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur T : tetap diet sehat dengan gizi seimbang U : Upayakan beraktivitas fisik dengan aman H : hindari rokok, alcohol dan zat karsinogen lain nya Program CERDIK, yaitu :
C: Cek kondisi kesehatan secara berkala E : enyahka asap rokok R : Rajin aktifitas fisik D : diet sehat dengan kalori seimbang I : Istirahat yang cukup K : kendalikan stress
Beban penyakit diabetes sangat besar apalagi bila telah terjadi komplikasi. Upaya pengendalian sangat penting dalam mengendalikan dampak komplikasi yang menyebabkan beban baik bagi individu maupun pemerintah
3
II.2 Program Kota Sehat terkait penyakit Diabetes Melitus Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat dilakukan melalui berbagai kegiatan dengan memberdayakan masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Untuk mewujudkannya dilaksanakan melalui “FORUM” atau dengan memfungsikan lembaga masyarakat yang ada. Forum tersebut disebut “FORUM KABUPATEN/KOTA SEHAT” atau sebutan lain yang serupa sampai tingkat kecamatan dan desa. Tujuan diadakan nya program kota sehat adalah Tercapainya kondisi Kabupaten/Kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat untuk bekerja dan berkarya bagi warganya dengan terlaksananya berbagai program pembangunan berwawasan kesehatan, sehingga dapat maningkatkan sarana, produktivitas dan perekonomian masyarakat . Salah satu program yang diadakan adalah adanya pemberdayaan masyarakat dalam mendeteksi dini penyakit diabetes miletus yang digadang gadang telah menjadi penyebab kematian di kota kota besar yang tentunya di sebabkan oleh banyak nya factor. program kota sehat yang berkaitan dengan diabetes bisa kita lihat pada kota percontohan, Jakarta. Jakarta menjadi kota pertama Diabetes memang menjadi pembunuh ketiga terbesar di Indoensia selain jantung dan stroke. Bahkan, dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, DKI Jakarta menduduki posisi enam besar provinsi tertinggi prevalensi diabetes tipe 2 pendudukan usia 15 tahun ke atas di Indonesia. Hal ini menjadi perhatian serius Novo Nordisk dan Pepmrov DKI Jakarta. Gubernur DKI, Anies Baswedan turun langsung dalam penandatangan kerja sama ini. Gubernur menyatakan rasa bangganya, Jakarta menjadi kota pertama di Asia Tenggara dan Indonesia yang menyelenggarakan program ini. "Jakarta bangga menjadi kota pertama di Indonesia yang menjalankan program global ini dalam memberikan akses pengetahuan menyeluruh akan perawatan diabetes," ujar Anies dalam acara penandatanganan kerja sama tersebut di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (24/8). Anies berharap, warga Jakarta mau lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan fisik harian yang membuat mereka bisa terhindar dari ancaman dibetes. "Saya yakin bahwa Cities Changing Diebetes dapat menjadi katalis untuk mempelajari penyakit diabetes dalam konteks perkotaan secara menyeluruh dan nantinya kota-kota lain bisa belajar dengan Jakarta," sambungnya. Program Cities Changing Diabetes sudah dimulai sejak 2014 bekerja sama dengan University College London, dan Steno Diabetes Center Copenhagen. Pertama kali dimulai di Mexico City, di Meksiko.
4
II.3 PREVALENSI DIABETES MELITUS
5
6
7
II.4 KARAKERISTIK DAN TUMBUH KEMBANG LANSIA a. Karakteristik Lansia Lansia ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Ciri ciri usia lanjut cenderung menuju dan membawa peyesuaian diri yang buruk daripada yang baik dan banyak kesengsaraan daripada kebahagiaan. Adapun karakteristik lansia menurut Hurlock : a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran b. Perbedaan individual pada efek menua c. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda d. Berbagai strereotip orang lanjut usia e. Sikap sosial terhadap usia lanjut f. Orang lansia memiliki status kelompok minoritas g. Menua membutuhkan perubahan arah h. Penyesuaian yang buruk i. Keinginan menjadi muda sangat kuat b. Batasan Lansia Batasan lansia berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan usia lanjut, (Depkes dalam Sutikno, 2011) membuat pengelompokan Batasan lansia sebagai berikut: 1. Kelompok pertengahan usia (45-54 tahun) 2. Kelompok lanjut usia dini (55-64 tahun) 3. Kelompok usia lanjut (65 tahun ke atas) 4. Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (berusia 70 tahun ke atas atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat). 8
Menurut WHO lanjut usia meliputi (Notoatmodjo, 2007 dalam Sutikno 2011): 1. Usia pertengahan (middle age), usia 45 – 59 tahun 2. Usia lanjut (elderly), usia 60 – 70 tahun 3. Usia lanjut tua (old), usia antara 75 – 90 tahun 4. Usia sangat tua (very old), usia di atas 90 tahun c. Perubahan Pada Lansia Semakin bertambahnya umur, proses penuaan secara degeneratif akan berdampak pada perubahan perubahan di diri manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia (Kuntjoro, 2002 dalam Sutikno, 2011): 1. Perubahan fisik Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik dan juga fungsinya akan menurun.Perubahan dari tingkat sel sampai kesemua organ tubuh. 2. Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yang pertama adalah perubahan fisik, kesehatan umum, keturunan, tingkat pendidikan, dan lingkungan. 3. Perubahan psikososial Pada umumnya setelah orang memasuki lansia akan mengalami penurunan kognitif dan psikomotor. Dengan adanya penurunan fungsi tersebut, lansia mengalami perubahan psikososial terkait dengan kepribadian lansia itu sendiri. 4. Perkembangan spiritual Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari tujuan dan arti hidup, kebutuhan untuk saling mencintai dan dicintai serta, kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan maaf.
9
II.5 Pengertian, etiologi, tanda, dan gejala DM Pengertian Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar gula darah tinggi). diabetes militus (DM) terkadang dirujuk sebagai “gula tinggi” baik oleh klien maupun penyedia layanan kesehatan. Pemikiran dari hubungan gula dengan DM adalah sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang mengandung gula ciri dari DM yang tidak terkontrol. Walaupun hiperglikemia memainkan sebuah peran penting dalam perkembangan komplikasi terkait DM, kadar yang tinggi dari glukosa darah hanya satu komponen dari proses patologis dan manifestasi klinisyang berhubungan dengan DM. Proses patologis dan faktor resiko lain adalah penting, dan terkadang merupakan faktor-fakror independen. Diabetes militus dapat berhubungan dengan komplikasi serius, namun orang dengan DM dapat mengambil cara-cara pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kejadian
Etiologi Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar: Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik). Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minumalkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus. Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.
10
Tanda dan gejala Gejala yang sering muncul pada DM, yaitu : a. Poliuria (banyak dan sering kencing) b. Polipagia (banyak makan) c. Polidipsi (banyak minum) Kemudian diringi dengan keluhan-keluhan : a. Kelemahan tubuh, lesu, tidak bertenaga. b. Berat badan menurun c. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf d. Kelainan kulit, gatal-gatal, bisul-bisul e. Infeksi saluran kencing f. Kelainan ginjal kalogi: keputihan g. Infeksi yang sukar sembuh Pada pemeriksaan laboratorium: a. Kadar gula darah meningkat b. Peningkatan plasma proinsulin dan plasma C polipeptida c. Glukosuria
II.6 Komplikasi Diabetes Melitus Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi. Komplikasi akut a.
Diabetes ketoasidosis 11
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit) Komplikasi kronis: a.
Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen. b.
Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM. c.
Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic. d.
Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia. e.
Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular. f.
Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi. g.
Hipoglikemia 12
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.
Cara Pencegahan Diabetes Melitus Mengontrol Gula Darah Melalui pengendalian gula darah yang bagus, kemungkinan komplikasi makrovaskular dapat diminimalisir. Pengendalian gula darah ini tidak usah terlampau ketat pada lansia menyadari kemungkinan hipoglikemia bagi lansia pengidap Diabetes Melitus. Target kontrol gula darah ditentukan oleh status kesehatan serta kemampuan fisik dan mental.
Mengontrol Tekanan Darah Hipertensi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular pada DM. Dari hasil penelitian sebuah lembaga studi di Inggris memperlihatkan bahwa pengendalian tensi/tekanan darah yang baik dengan anti-hipertensi manapun dapat mengurangi kemungkinan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular.
Mengecek Lemak Darah DM dianggap sebagai faktor risiko yang setara dengan penyakit jantung koroner, sehingga penanganan DM harus dikelola secara disiplin, yaitu harus mencapai target kadar kolesterol LDL <100 mg/dl. Pada pasien yang juga menderita penyakit pembuluh koroner atau mempunyai komponen sindrom metabolis lain, maka dianjurkan kadar kolesterol LDL <70 mg/dl. Banyak studi memperlihatkan bahwa penurunan kadar kolesterol dapat mengurangi kejadian kardiovaskular pada lansia dengan DM.
Selain hal-hal di atas, berhentilah merokok jika Anda merokok serta mulai berolahraga secara rutin.
13
Penatalaksanaan Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes : a.
Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin. b.
Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan. c.
Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia. d.
Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan. e.
Pendidikan Diet yang harus dikomsumsi Latihan Penggunaan insulin 14
II.7Kasus Diabetes Melitus pada Lansia Dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat komunitas di Desa Bahagia didapatkan data : Sebagian penduduk beragama islam, terdapat banyak masjid yang digunakan untuk sholat berjamaah dan kegiatan agama lainnya, warga merupakan penduduk yang berasal dari pulau jawa dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, dan sudah banyak warga yang menggunakan handphone sebagai alat komunkasi. Lingkungan di wilayah desa bahagia sangat padat, cenderung kumuh, kotor, dan banyak rumah dengan kondisi tanpa ventilasi yang memadai. Rata-rata pendidikan warga hanya lulusan SD. Sehingga warga tidak terlalu mengerti dengan penyakit dm. Pelayanan kesehatan di desa bahagia cukup sulit dijangkau. Di desa tersebut banyak waga yang menggunakan angkutan umum yang dapat dimanfaatkan untuk berpergian dan terdapa siskamling yang aktif untuk menjaga keamanan warga. Rata-rata warga di desa bahagia sudah tidak bekerja. Kegiatan politik dimasyarakat cukup aktif, banyak keterlibatan warga dalam pembuatan keputusan pemerintah daerah setempat terdapat banyak pula rekreasi yang dapat dikunjungi di sekitar desa tersebut, seperti taman dan mall yang berjarak tidak jauh dari desa tersebut. 24% penduduk merupakan lansia, warga mengatakan bahwa tidak ada posbindu, kader mengatakan bahwa senam lansia dan posbindu tidak pernah dilakukan, 64% lansia mempunyai keluhan adanya penyakit antara lain : Stroke (8%), Hipertensi (8%), dan DM (13%), penyakit jantung (1%), dll. Warga mengatakan malas untuk memeriksakan kadar gula darahnya, karena warga beranggapan tidak terlalu penting. Warga tidak mengetahui bahwa penyakit dm akan membawa komplikasi yang membahayakan. Warga mengatakan bahwa lansia hanya memeriksakan kesehatannya ketika sakit, pengunaan waktu senggang lansia : 48% berkebun/melakukan pekerjaan rumah, 26% jalan-jalan, 5% senam, dan 23% tidak memiliki kegiatan. A. Pengkajian 1. Demografi Terdapat 64% lansia mempunyai keluhan adanya penyakit antara lain : Stroke (8%), Hipertensi (8%), dan DM (13%), penyakit jantung (1%), dll. 2. Etnis Warga desa Bahagia mayoritas berasal dari pulau jawa. 3. Nilai dan keyakinan Sebagian besar penduduk beragama islam, terdapat banyak masjid yang digunakan untuk sholat berjamaah dan kegiatan keagamaan lainnya. B. Subsistem 1. Lingkungan fisik Lingkungan di wilayah desa bahagia sangat padat, cenderung kumuh, kotor, dan banyak rumah dengan kondisi tanpa ventilasi yang memadai. 2. Pelayanan kesehatan dan sosial
15
3. 4.
5.
6.
7. 8.
Pelayanan kesehatan di desa bahagia cukup sulit dijangkau karena aksesnya yang cukup jauh menjadikan warga malas memeriksakan penyakitnya ke pelayanan kesehatan. Posbindu dan senam lansia di desa tersebut tidak pernah dilakukan. Ekonomi Warga desa bahagia sudah tidak bekerja. Transportasi dan keamanan Di desa tersebut banyak warga yang menggunakan jasa angkutan umum yang dapat dimanfaatkan untuk berpergian dan terdapat siskamling yang aktif untuk menjaga keamanan warganya. Politik dan pemerintahan Kegiatan politik di masyarakat cukup aktif, banyak keterlibatan warga dalam pembuatan keputusa pemerintah daerah setempat. Komunikasi Warga berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, sudah banyak warga yang memiliki handphone dan komunikasi antar warga atau etangga sangat baik. Pendidikan Rata-rata pendidikan warga desa bahagia adalah SD. Rekreasi Terdapat tempat rekreasi yang dapat dikunjungi di sekitar desa tersebut, seperti taman yang berjarak tidak jauh dari desa tersebut.
C. ANALISA DATA DATA DS: - warga mengatakan bahwa tidak ada posbindu, kader mengatakan bahwa senam lansia dan posbindu tidak pernah dilakukan - Warga mengatakan malas untuk memeriksakan kadar gula darahnya, karena warga beranggapan tidak terlalu penting. - Warga tidak mengetahui bahwa penyakit dm akan membawa komplikasi yang membahayakan.
INDIKATOR Berdasarkan indikatornya:
MASALAH Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan Berdasarkan indicator pada lansia di Desa bahagia dengan masalah kurangnya statistik: pengetahuan tentang Perilaku kesehatan penyakit dm yang baik untuk mengurangi terjadinya penyakit diabetes
pada lansia di Desa Bahagia:
DO: - Lingkungan di wilayah desa bahagia sangat padat, cenderung kumuh, kotor,
mellitus
Tingkat pengetahuan
yang
baik ≥ 21
Sikap yang baik ≥49 16
dan banyak rumah dengan kondisi tanpa ventilasi yang memadai. -. Pelayanan kesehatan di desa bahagia cukup sulit dijangkau - Rata-rata pendidikan warga hanya lulusan SD. Sehingga warga tidak terlalu mengerti dengan penyakit dm. -64% lansia mempunyai keluhan adanya penyakit antara lain : Stroke (8%), Hipertensi (8%), dan DM (13%), penyakit jantung (1%), dll.
Tindakan yang baik ≥ 65
D. DIAGNOSA Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia di Desa bahagia dengan masalah kurangnya pengetahuan tentang penyakit dm
17
II.8 Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Lansia dengan Diabetes Melitus di Desa Bahagia Tahun 2019 No Diagnosa Tujuan Rencana Kegiatan Evaluasi Keperawatan Komunitas Strategi Kegiatan Kriteria Standar Evaluator 1 Ketidakefektifan Tujuan Umum : 1. Pendidikan 1.1. Penyebaran leaflet Kognitif Peningkatan Setelah dilakukan kesehatan tentang pemeliharaan pengetahuan pemeliharaan tindakan keperawatan (Health promo kesehatan pada masyarakat kesehatan pada selama 8 bulan tion) penyakit DM. mengenai lansia di Desa 1.2 Pentingnya pemeliharaan Bahagia dengan diharapkan masalah pemeliharaan mengetahui hal yang kesehatan pada masalah kesehatan pada menyebabkan DM. penyakit DM, kurangnya masyarakat tidak terjadi 1.3 Pentingnya penyebab dan pengetahuan mengetahui cara cara mencegah tentang penyakit Tujuan Khusus : mencegah dan serta DM. Setelah dilakukan mengontrol DM. mengontrol tindakan keperawatan DM. selama 8 bulan Mahasiswa diharapkan : 2. FGD (Focus 2.1 Pembentukan Kognitif Peningkatan Kader 1. Meningkatnya Group kelompok kerja sikap kader Puskesmas pengetahuan Discussion)/ bersama tokoh dan Supervisor masyarakat dan Proses masyarakat : masyarakat keluarga Kelompok a. Memberikan dalam mengenai pemeliha pelatihan pada para memelihara raan kesehatan kader mengenai kesehatan pada orang yang makanan yang baik penderita dan terkena DM. untuk penderita orang yang 2. Meningkatnya penyakit DM. berpotensi kesadaran dan b. Mendiskusikan terkena DM. motivasi keluarga dengan para kader dan masyarakat untuk untuk berperilaku mengingatkan dan memberi motivasi 18
hidup sehat agar tidak terkena DM.
kepada keluarga yang telah terkena atau beresiko DM untuk mengonsumsi menu makanan yang sesuai 3. Partnership
3.1 Fasilitasi masyarakat atau anggota keluarga yang memiliki penyakit DM ke pelayanan kesehatan paling dasar terdekat
Psikomotor
Melakukan perawatan DM di layanan kesehatan
4. Empowerment
4.1. Adakan senam khusus untuk diabetes
Psikomotor
Mampu merubah perilaku yang menyebabkan diabetes.
5. Intervensi Keperawatan profesional
5.1 Lakukan pemeriksaan kesehatan pada masyarakat, yaitu pemeriksaan gula darah
Psikomotor
Mampu melakukan pemeriksaan kesehatan pada masyarakat.
19
BAB III PENUTUP
III.1 KESIMPULAN Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar gula darah tinggi). Gejala yang sering muncul pada DM, yaitu :Poliuria (banyak dan sering kencing),Polipagia (banyak makan).Polidipsi (banyak minum).Diagnosa dari kasus diatas adalah Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia di Desa bahagia dengan masalah kurangnya pengetahuan tentang penyakit dm.
III.2 SARAN Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21