TEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERETIKA (KASUS: FORD PINTO)
Oleh: 1. 2. 3. 4. 5.
Winayaka Lingga I Gst. Agung Bagus Adhi Damanik I Putu Bayu Suyadnya Pratama Darsyaf Alam I Putu Gede Bagus Hariwangsa
1807611002 1807611003 1807611004 1807611014 1807611016
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2018
A. Profil Ford Pinto Ford Motor Company adalah sebuah produsen mobil asal Amerika Serikat yang didirikan oleh Henry Ford di Dearborn, dekat Detroit, Michigan. Perusahaan ini didirikan pada 16 Juni 1903. Perusahaan ini menjual mobil dan kendaraan komersial dengan merek Ford dan mobil mewah dengan merek Lincoln. Ford juga memiliki produsen SUV Brazil, Troller, dan dan produsen mobil kencang FPV. Ford juga memproduksi traktor dan komponen otomotif. Ford mempunyai 2,1% saham di Mazda, 15% saham di Aston Martin, dan 49% saham di Jiagling. Ford juga mempunyai beberapa perusahaan joint venture. Ford memperkenalkan metode untuk memproduksi mobil skala besar dan manajemen buruh industri
skala
besar
menggunakan
tahap-tahap
teknik
bersama
dengan jalur
perakitan berjalan. Pada tahun 1914 metode ini disebut dengan Fordisme. Pada tahun 1971 Ford Motor Company memasarkan mobil model baru yaitu Ford Pinto yang direkomendasikan oleh Dennis A Gioia. Pinto memiliki berat di bawah 2.000 pound dan itu akan dijual dengan harga kurang dari $2,000. Pengembangan produk Pinto, dari perencanaan konsep sampai produksi, selesai dalam 25 bulan, sedangkan rata-rata industri otomotif adalah 43 bulan. Proyek Pinto adalah jadwal perencanaan produksi terpendek dalam sejarah otomotif hingga saat itu. Pinto adalah kendaraan subkompak pertama yang diproduksi oleh Ford di Amerika Utara. Pinto juga merupakan mobil Amerika pertama yang diproduksi secara massal yang dijual dengan kemudi rack and pinion. Lebih dari 3 juta Pinto diproduksi selama 10 tahun produksi, dengan rincian sebagai berikut.
Tahun 1971 Kalender Unit
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
352.402 480.405 484.512 544.209 223.763 290.132 225.097 188.899 199.018 185.054 Total produksi 3,173,491
1
B. Kronologi Kasus Ford Pinto Kasus Ford Pinto bermula atas kesengajaan perusahaan mendesain mobil yang cukup menjanjikan dengan bagasi yang cukup luas untuk keinginan meraih profit yang sangat tinggi. Dari desain tersebut malah terjadi kecelakaan yang cukup banyak dan menyebabkan beberapa orang meninggal dunia. Penempatan tangki yang berada dipojok belakang menjadi kontroversi, salah satunya membuat mobil lebih rentan jika terjadi tabrakan di bagian belakang mobil. Kerentanan ini ditingkatkan dengan fitur lain dari mobil. Tangki gas dan poros belakang dipisahkan hanya dengan jarak sembilan inci. Ada juga posisi baut yang membahayakan tangki bensin. Akhirnya desain pipa pengisi bahan bakar menghasilkan kemungkinan tumpahan gas yang dapat menyebabkan kebakaran yang berbahaya. Karena banyaknya kelemahan dalam desain ini, Ford Pinto menjadi pusat perdebatan publik 1) Kasus 1 Pada bulan November 1971, Mr. Grays membeli Pinto. Mr. Grays mengalami kesulitan dengan mobil dari awal, selama beberapa bulan pertama kepemilikan, Mr. Grays harus membawa mobil ke dealer untuk perbaikan beberapa kali. Pada tanggal 28 Mei 1972 kecelakaan pun terjadi, Lily Gray istri dari Mr. Gray sedang pergi mengendarai Ford Pinto dengan anak berumur 13 tahun yang bernama Richard Grimshaw. Mereka mengalami kecelakaan, ditabrak mobil lain dalam kecepatan tinggi karena mobil Ford Pinto tersebut mati secara tiba-tiba di tengah jalan bebas hambatan. Ini disebabakan karena masalah pada tangki mobil dari Ford Pinto tersebut dan kecelakaan tersebut menyulut api sehingga menewaskan Lily Gray sedangkan Richard Grimshaw mengalami luka bakar akibat ledakan mobil. Pada pengadilan pertama, sebuah penilaian diberikan terhadap Ford dan jaksa memutuskan pihak Ford wajib menggati rugi atas kecelakaan kepada Mr. Gray $560,000 dan Grimshaw $2,5 juta
2
tetapi yang pada awalnya hakim memutuskan memdakwa uang ganti rugi sebesar $125 juta dan kemudian diturunkan menjadi $ 2,5 juta. 2) Kasus 2 Pada tanggal 10 Agustus 1978, Pinto ditabrak dari belakang di jalan raya Indiana. Hantaman tabrakan itu menyebabkan tangki bahan bakar Pinto pecah, meledak dan terbakar. Hal ini mengakibatkan kematian tiga remaja putri yang berada di dalam mobil itu. Dalam tujuh tahun sejak peluncuran Pinto, sudah ada 50 tuntutan hukum yang berhubungan dengan tabrakan dari belakang. Meskipun demikian, kali ini Ford dituntut di pengadilan kriminal akibat penumpangnya tewas. Setelah banyaknya kasus yang terjadi, dilema dihadapi oleh para desainer yang mengerjakan Pinto. Dilema yang dihadapi para desainer yang mengerjakan Pinto tersebut adalah menyeimbangkan antara keselamatan orang yang mengendarai mobil atau tetap dengan desain awal karena biaya untuk memproduksi Pinto rendah sehingga harganya dapat bersaing di pasar. Mereka harus berusaha menyeimbangkan tugas mereka kepada publik dan tugas mereka kepada atasan. Namun keputusan yang dipilih adalah membayar biaya ganti rugi atas kematian korban kecelakaan daripada mendesain ulang tangki bahan bakar, karena dirasa akan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk mendesain ulang tangki bahan bakar. Akhirnya usaha Ford untuk menghemat beberapa dolar dalam biaya mengakibatkan pengeluaran jutaan dolar untuk membela diri dari tuntutan hukum dan membayar ganti rugi korban. Tentu saja ada juga kerugian akibat hilangnya penjualan akibat publisitas buruk dan persepsi publik bahwa Ford tidak merancang produknya untuk keamanan pengendara. Semua menjadi dilema, karena sangat sulit kalau sebuah institusi lebih mengutamakan laba perusahaan daripada nyawa manusia.
3
C. Pembahasan Kasus Ford Pinto 1) Teori Egoisme Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang mengungungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Teori egoisme berprinsip bahwa setiap orang harus bersifat keakuan, yaitu melakukan sesuatu yang bertujuan memberikan manfaat kepada diri sendiri. Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Di dalam kaitan teori egoisme di kasus Ford Pinto, Ford dinyatakan etika nya tidak baik karena di dalam proses desain ford pinto dan pengujian pra produksinya dilakukan secara cepat dibandingkan dengan waktu normalnya, sehingga ada beberapa laporan laporan rantai komando yang hilang. Begitu juga dengan desainnya yang berbahaya, yang tidak memikirkan keselamatan pengendaranya. Semua hal itu dilakukan perusahaan hanya demi keuntungan perusahaan. 2) Teori Utilitarianisme Utilitarianisme mendefinisikan baik atau buruk dalam bentuk konsekuensi kesenangan (pleasure) dan kesakitan (pain). Tindakan yang beretika adalah tindakan yang menghasilkan kesenangan atau rasa senang yang paling banyak atau rasa sakit yang paling sedikit. Teori ini berdasarkan asumsi bahwa tujuan hidup adalah untuk bahagia dan segala sesuatu yang mendorong kebahagiaan secara etika adalah baik. Dilihat dari sudut pandang utilitarianisme dalam kasus Ford Pinto bahwa Ford beretika baik karena berfokus untuk kepentingan banyak orang yang dalam hal ini adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham dengan hasil penjualan mobil Ford Pinto.
4
Namun tidak beretika baik untuk kepentingan banyak orang dalam hal ini adalah konsumen, karena tidak dijamin keselamatannya. 3) Teori Deontologi Deontologi terkait dengan tugas dan tanggung jawab seseorang. Deontologi mengevaluasi perilaku beretika berdasarkan motivasi dari pengambil keputusan. Menurut teori deontologi, suatu tindakan dapat saja secara etika benar walaupun tidak menghasilkan selisih positif antara kebaikan dan keburukan untuk pengambil keputusan atau masyarakat secara keseluruhan. Dalam kasus Ford Pinto, manajemen perusahaan Ford sudah berusaha mengambil keputusan dalam produksi dan penjualan mobil Ford Pinto yang bisa meningkatkan penjualan untuk kepentingan pemilik perusahaan dimana hal tersebut sudah menjadi tugas dari seorang manajemen dan secara etika sudah baik, namun dari produksi tersebut dapat berdampak buruk bagi pihak lain yaitu konsumen, dan dari hal tersebut etika Ford dikatakan tidak baik. 4) Teori Keadilan Seorang filsuf Amerika, John Rawls (1921-2002) mengembangkan suatu argumentasi justice as fairness. Ia mengembangkan Theory of Justice berdasarkan asumsi self interest dan self reliance. Tidak ada orang yang dapat memperoleh semua yang diinginkan karena orang lain akan mencegah orang tersebut untuk memperoleh keinginannya karena mereka juga menginginkannya. Karena itu dibutuhkan kerjasama agar semuanya mendapatkan sesuai kebutuhannya. Dilihat dari sudut pandang teori keadilan, maka dapat dilihat bahwa terdapat ketidakadilan dalam kasus Ford Pinto ini, dimana perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan mobil dengan biaya yang rendah namun dari pihak konsumen tidak mendapatkan jaminan keselamatan dari mobil yang diproduksi oleh Ford, sehingga etika Ford dapat dikatakan tidak baik.
5
5) Teori Virtue Ethics Virtue ethics berfokus kepada karakter moral dari pengambil keputusan, bukan konsekuensi dari keputusan (utlatarianisme) atau motivasi dari pengambilan keputusan (deontologi). Teori ini mengambil pendekatan yang lebih holistic untuk memahami perilaku beretika dari manusia. Inti dari teori ini adalah integritas, yang meliputi kejujuran dan ketulusan. Di dalam kaitannya dengan kasus Ford Pinto, desainer dan manajemen beretika baik, karena akan ketulusannya melayani perusahaan, namun tidak baik karena tidak tulus dalam melayani keselamatan konsumennya. 6) Pengambilan Keputusan Beretika (Stakeholder Impact Analysis) Manajemen dalam kegiatan rangkaian pengambilan keputusan hendaknya perlu memikirkan bagaimana dampak yang akan terjadi kepada stakeholder atau yang disini berfokus kepada konsumen. Dalam hal ini berarti keputusan yang diambil harus membuat rasa senang lebih banyal dibandingkan dengan rasa sakit yang paling sedikit yang dirasakan konsumen. Dalam kaitannya dengan kasus Ford Pinto, dapat dikatakan Ford dalam pengambilan keputusannya tidak beretika. Keputusan yang yang diambil Ford ini tidak mementingkan konsumen, dimana Pinto menyebabkan banyaknya kecelakaan dan meninggal dunia pada konsumennya.
D. Kesimpulan Dapat disimpulkan, Ford secara keseluruhan etikanya tidak baik di dalam memproduksi Ford Pinto. Seseorang maupun perusahaan dalam melakukan sesuatu perlu memperhatikan etikanya, baik dari segi kepentingannya (teori egoisme), segi kebahagiaan (teori utilitarianisme), tugas dan tanggung jawab (teori deontologi), keadilan (teori keadilan), ketulusan (teori virtue ethics), serta pengambilan keputusan yang mementingkan stakeholder. Pilihlah yang lebih mengarah ke etika yang baik dibanding etika yang tidak baik. 6