Kasus Asma.docx

  • Uploaded by: Wahyu Ariawan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kasus Asma.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,589
  • Pages: 20
MAKALAH PRAKTIKUM PRACTICE COMPOUNDING AND DISPENSING “SWAMEDIKASI – KASUS 9 (ASMA)”

DOSEN PEMBIMBING MAMIK PONCO RAHAYU, M.Si., Apt.

DISUSUN OLEH: NADYA FACHRUN NISA 1920374146

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2019

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas karena terjadinya aktivitas berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan penyempitan pada saluran nafas yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada (Amanda, 2012). Serangan asma yang dialami oleh penderita dapat disebabkan oleh beberapa faktor pencetus antara lain alergen, infeksi saluran nafas, lingkungan kerja, stres, dan olahraga yang berlebihan (Hackley et al, 2012). Kekambuhan asma yang disebabkan oleh alergen terjadi karena sel-sel pada saluran pernafasan sangat sensitif terhadap zat-zat tertentu seperti bulu kucing, debu rumah, serbuk sari bunga, dan asap rokok. World Health Organization (2013) menyebutkan bahwa telah tercatat sebanyak 300 juta orang dari segala usia dan latar belakang etnis di seluruh dunia menderita asma. Jumlah penderita asma dikhawatirkan akan terus meningkat hingga 400 juta orang pada tahun 2025 dan diperkirakan sebanyak 250.000 orang meninggal setiap tahun disebabkan oleh asma. Penyakit asma telah menjadi masalah yang cukup serius dan memerlukan upaya pengendalian. Pengendalian asma dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas pencegahan asma antara lain: menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari faktor pencetus serangan asma, dan menggunakan obat-obat antiasma (Sundaru, 2002). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu : 1. Apa definisi asma? 2. Apa patofisiologi asma? 3. Apa saja klasifikasi Asma? 4. Apa faktor penyebab asma? 5. Bagaimana swamedikasi pada kasus asma?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas). Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi (Somatri, 2008). 2.2. Etilogi dan Patogenesis Berbagai sel inflamasi berperan, terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada pasien asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten

maupun

asma

persisten.

Inflamasi

kronik

menyebabkan

peningkatan hiperesponsif (hipereaktifitas) jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam dan/atau dini hari. Episodik tersebut berkaitan dengan sumbatan saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Departemen Kesehatan RI, 2007).

2.3. Faktor Risiko Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host) dan faktor lingkungan. I.

Faktor pejamu tersebut adalah: a. Predisposisi genetik asma b. Alergi c. Hipereaktifitas bronkus d. Jenis kelamin e. Ras/etnik

II.

Faktor lingkungan dibagi 2, yaitu : a. Yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan/predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma 

Alergen di dalam maupun di luar ruangan, seperti mite domestik, allergen binatang, alergen kecoa, jamur, tepung sari bunga



Sensitisasi (bahan) lingkungan kerja



Asap rokok



Polusi udara di luar maupun di dalam ruangan



Infeksi pernapasan (virus)



Diet



Status sosioekonomi



Besarnya keluarga



Obesitas b. Yang menyebabkan eksaserbasi (serangan) dan/atau menyebabkan gejala asma menetap. 

Alergen di dalam maupun di luar ruangan



Polusi udara di luar maupun di dalam ruangan



Infeksi pernapasan



Olah raga dan hiperventilasi



Perubahan cuaca



Makanan, additif (pengawet, penyedap, pewarna makanan)



Obat-obatan, seperti asetil salisilat



Ekspresi emosi yang berlebihan



Asap rokok



Iritan antara lain parfum, bau-bauan yang merangsang

2.4. Gejala Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan tau tanpa pengobatan. Gejala awal berupa : 

Batuk terutama pada malam atau dini hari



Sesak napas



Napas

berbunyi

(mengi)

yang

terdengar

jika

pasien

menghembuskan napasnya 

Rasa berat di dada



Dahak sulit keluar.

Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa. Yang termasuk gejala yang berat adalah: 

Serangan batuk yang hebat



Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal



Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)



Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk



Kesadaran menurun

2.5. Klasifikasi Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan. Tabel 1. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit Derajat Asma

I. Intermiten

Gejala -Siang hari ≤ 2 kali/minggu -Malam hari ≤ 2 kali/bulan -Serangan singkat -Tidak ada gejala antar serangan -Intensitas serangan bervariasi

-Siang hari > 2 kali/minggu, tetapi < 1 kali/hari. II. Persisten Ringan -Malam hari > 2 kali/bulan -Serangan dapat mempengaruhi aktifitas -Siang hari ada gejala -Malam hari > 1 kali/minggu -Serangan mempengaruhi aktifitas III. Persisten -Serangan ≥ 2 kali/minggu Sedang -Serangan berlangsung berhari-hari -Sehari-hari menggunakan inhalasi β2-agonis short acting -Siang hari terus menerus ada gejala -Setiap malam hari sering timbul gejala IV. Persisten Berat -Aktifitas fisik terbatas -Sering timbul serangan 2.6. Tujuan Penatalaksanaan Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan penatalaksanaan asma : 1) Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma 2) Mencegah eksaserbasi akut 3) Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin 4) Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise 5) Menghindari efek samping obat 6) Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel 7) Mencegah kematian karena asma

Penatalaksanaan asma berguna untuk mengontrol penyakit. Asma dikatakan terkontrol bila : 1) Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam 2) Tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk exercise 3) Kebutuhan bronkodilator (agonis β2 kerja singkat) minimal (idealnya tidak diperlukan) 4) Variasi harian APE kurang dari 20 % 5) Nilai APE normal atau mendekati normal 6) Efek samping obat minimal (tidak ada)

7) Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat

2.7. Terapi Non-Farmakologi a. Menghindari pemicu alergen yang diketahui dapat memperburuk gejala, mengurangi penggunaan obat, dan menurunkan bronchial hyperresponsiveness. Pemicu dari lingkungan (misalnya binatang) harus dihindari pada pasien yang sensitif, dan pasien perokok harus didorong untuk berhenti merokok. b. Mengedukasi pasien wajib untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan, kemampuan manajemen diri, dan penggunaan layanan kesehatan. Edukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi mitra kesehatan dalam penatalaksanaan asma. c. Pola hidup sehat dapat dilakukan dengan: penghentian merokok, menghindari kegemukan, dan kegiatan fisik misalnya senam asma.

2.8. Terapi Farmakologi

Contoh obat asma golongan obat bebas terbatas yang bisa didapat di apotek: Nama Obat Asmadex

Asmano

Asmasolon

Neo Napacin

Theochodil

Kandungan Theophylline 130 mg, Ephedrine HCl 10 mg Theophylline 130 mg, Ephedrine HCl 12,5 mg Theophylline 130 mg, Ephedrine HCl 12,5 mg Theophylline 130 mg, Ephedrine HCl 12,5 mg Theophyllin 130 mg, ephedrine HCl 12,5 mg

Produksi

Harga

Dexa Medica

Rp. 850,-/strip

Corsa

Rp. 2.600,/strip

Probus

Rp. 1.900,/strip

Konimex

Rp. 2000,/strip

Global Multi Farma lab

Rp. 3.500,/strip

Untuk pengobatan alergi yang digunakan adalah ANTIHISTAMINIKA. Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Antihistaminika dibagi dalam 2 kelompok, yakni antagonis reseptor-H1 (singkatnya disebut H1 blockers atau antihistaminika) dan antagonis reseptor-H2 (H2 blockers atau zat penghambat asam). 1. H1 blockers mengantagonis histamin dengan jalan memblok reseptor H1 di otot licin dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna, kandung kemih dan rahim. Begitu pula melawan efek histamin di kapiler dan ujung saraf. Efeknya adalah simtomatis, antihistaminika tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi. Antihistaminika dibagi dalam 2 kelompok atas dasar kerjanya terhadap SSP, yakni zat-zat generasi ke-1 dam ke-2.



Generasi ke-1 yakni prometazin, oksomemazin, tripelennamin, feniramin, difenhidramin, klemastin, siproheptadin, azelastin, sinarizin, meklozin, hidroksizin, ketotifen dan oksatomida. Obat-obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki efek antikolinergik.



Generasi ke-2 yaitu astemizol, terfanadin dan fexofenadin, akrivastin, setirizin, loratidin, levokkabastin dan emedastin. Zat-zat ini bersifat hidrofil dan sukar mecapai CCS (cairan cerebrospinal), maka pada dosis teraupetis tidak bekrerja sedatif. Keuntungan lainnya adalah plasma t1/2-nya yang lebih panjang, sehingga dosisnya cukup dengan 1-2 kali sehari. Efek anti alerginya selain berdasarkan antihistaminika, juga berkat dayanya menghambat sintesis mediator radang, seperti prostaglandin, leukotrin dan kinin.

BAB III KASUS 3.1. KASUS 3 Seorang ibu bernama ibu Rahayu dating di apotik dengan keluhan Sesak nafas yang di akibatkan karena menghirup bunga ang ada serbuk sarinya. Sehingga ibu tersebut menginginkan pengobatan seseknya bias di layani di apotik tanpa resep dokter.

Pemilihan Obat Untuk mengatasi asma pada pasien yang mengalami sesak nafas dan disertai batuk maka direkomendasikan pemberian terapi Asmasolon. Asmasolon bekerja sebagai bronkodilator untuk asma karena rhinitis alergi. Asmasolon merupakan obat bronkodilator untuk mengatasi sesak napas akibat paparan alergen. Selain itu, karena pasien sesak disebebkan karena alergi maka diberikan antihistamin yaitu cetirizine golongan

DOKUMENTASI SWAMEDIKASI Nama Pasien

Ibu Rahayu

Jenis Kelamin

P / L *)

Usia

30 Tahun

Alamat

Jl. Mojosongo

Tanggal pasien datang 19 Maret 2019 Keluhan pasien

Sesak nafas akibat menghirup bunga

Riwayat alergi

Alergi saat menghirup bunga Makanan : Obat :Cuaca : -

Pasen pernah datang

Ya /

tidak*)

sebelumnya : OBAT YANG DIBERIKAN : Nama Obat

1. Asmasolon

Dosis

Theophyline

Cara

No

Tanggal

pemakaian

Batch

ED

3x1 hari

130mg Ephedrine HCl 12,5 mg 2. Cetirizine

10 mg

1 x sehari

3 4 *) coret salah satu Surakarta, 19 maret 2019 Yang menyerahkan, Apotek Nadya Farma

Nadya Fachrun Nisa, S.Farm. Apt.

Sediaan Terpilih A. Informasi Obat 1) ASMASOLON Tablet Antiasma

a) Sediaan dan Kemasan Tablet b) Harga Rp. 2.000,a) Komposisi Setiap tablet mengandung : Teofilin 130 mg Ephedrine HCl 12,5 mg b) Indikasi Asma bronkial, asma bronkitis, asma karena rhinitis alergi. c) Dosis Dewasa: 1-2 tablet 3-4 kali sehari sesudah makan. d) Efek samping Mual, muntah, diare, sakit kepala,insomnia, takikardi. e) Peringatan Hati-hati pada pasien hipoksemia, gangguan ginjal dan hati, wanita hamil dan menyusui, anak-anak dan lansia.

f) Penyimpanan -

Asmasolon disimpan pada tempat dengan suhu suhu ruangan/di kotak obat.

-

Jauhkan Asmasolon dari jangkauan anak-anak.

2). Cetirizine HCl (OWA 3)

c) Sediaan dan Kemasan Tablet salut selaput d) Harga Rp. 10.000 g) Komposisi Setiap tablet mengandung : cetirizine 10 mg h) Indikasi Urtikaria kronik idiopatik, bersin-bersin, gatal, dan rinorea pada rhinitis alergi i) Dosis Dewasa : 5-10mg sekali sehari j) Efek samping Sedasi merupakan efek samping yang dilaporkan terjadi pada keracunan intensional. k) Peringatan Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

l) Penyimpanan: Simpan ditempat sejuk dan kering terlindungi dari cahaya matahari

3.2. Dialog Swamedikasi Apoteker

: Selamat siang bapak. Perkenalkan saya Nadya Fachrun Nisa, apoteker yang bertugas di Apotek ini. Ada yang bisa saya bantu bu?

Pasien

: Siang mba.. mba saya mau beli obat untuk sesak nafas.

Apoteker

:

Kalau begitu mohon maaf ibu, bisa saya minta waktunya

sebentar untuk ke ruang konsultasi terkait dengan pengobatan ibu? Pasien

: Iya mba, boleh.

Apoteker

: silahkan duduk bu

Pasien

: Iya, terima kasih mba.

Apoteker

: Kalau saya boleh tau obat yang akan dibeli untuk siapa ya bu?

Pasien

: untuk saya sendiri mba

Apoteker

: kalau boleh tau nama ibu siapa ya?

Pasien

: ibu Rahayu mbak

Apoteker

: Alamat dan nomer hp nya berapa ya bu?

Pasien

: Jl. Mojosongo, 0812xxxxxxxx

Apoteker

: pekerjaan ibu apa ya bu?

Pasien

: bekerja di toko bunga mba

Apoteker

: Bagaimana keluhan ibu sekarang?

Pasien

: Begini mba, udah 2 hari ini saya sesak nafas, sangat mengganggu saya saat kerja.

Apoteker

: Saat kapan saja terasa sesaknya bu?

Pasien

: Pas kerja itu mba, kan saya suka menghirup bunga kalau kerja terus sesak nafas.

Apoteker

: sudah sejak kapan bu mengalami hal seperti ini?

Pasien

: baru 2 hari sih mba sesaknya, saya baru bekerja di toko bunga baru sekitar 4 hari ini mbak, sebelumnya saya tidak bekerja.

Apoteker

: Berarti sudah 2 hari ini ya bu sesaknya?

Pasien

: Iya mba.

Apoteker

: sesaknya yang dirasakan sampai terdengar bunyi mengik tidak ya bu?

Pasien

: tidak mba.

Apteker

: Apakah sebelumnya ibu pernah merasakan keluhan seperti ini bu?

Pasien

: pernah mba, tapi sudah lama sekali.

Apoteker

: Oh begitu bu, pas ibu sesak kemarin obat yang diminum apa ya bu?

Pasien

: wah saya sudah lupa mbak.

Apoteker

: apakah saat ini ibu sedang mengkonsumsi obat ?

Pasien

: tidak ada mbak

Apoteker

:

baik bu, mohon ditunggu sebentar ya bu, saya akan

mengambilkan obatnya Pasien

: Iya mba.

Apoteker

: Begini bu, ada beberapa pilihan obat. Nah untuk ibu ini pilihan obat yang saya pilihkan asmasolon dan neo napacin untuk mengatasi sesak nafasnya. Kemudian untuk mengatasi alerginya ada pilihan obat CTM dan Cetirizine karena sesak yang ibu alami diakibatkan alergi polen, karena menghirup bunga. Bagaimana ibu?

Pasien

: bedanya apa ya mba?

Apoteker

: untuk obat asmanya sama saja bu, hanya beda pada harganya saja bu, kalau untuk obat alerginya perbedaannya untuk efek sedasi CTM lebih kuat dibandingkan dengan yang cetirizine. Bagaimana bu?

Pasien

: Oh begitu. Kalau gitu saya pililh yang asmasolon aja sama cetirizine mbak

Apoteker

: baik ibu.

Apoteker

: Saya jelaskan dulu cara penggunaan obatnya ya bu. Untuk obat asmasolon diminum 3 kali sehari 1 tablet setelah makan ya bu. Untuk cetirizine nya diminum 1x sehari setelah makan. Obatnya disimpan di tempat yang kering dan terhindar dari cahaya

matahari, agar lebih aman disimpan di kotak obat. Apakah ibu punya kotak obat di rumah? Pasien

: Iya, ada di rumah mba.

Apoteker

: Oh iya ibu, karena ibu mengkonsumsi obat asmasolon tadi kemungkinan efeknya bisa terjadi diare dan pusing. Dan efek dari cetirizine juga dapat menimbulkan rasa sedikit ngantuk Tapi efeknya ini tidak terjadi pada semua orang kok iu. Jadi ibu jangan khawatir.

Pasien

: Begitu ya mba..

Apoteker

:

Iya bu. ibu juga masih tetap bisa bekerja, tetapi saya

menyarankan agar ibu selalu menggunakan masker saat bekerja agar tidak terhirup polen bunga, sehingga ibu tidak sesak nafas dan membantu memaksimalkan pengobatannya juga bu, kemudian istirahat yang cukup ya bu dirumah. Pasien

: Oh begitu ya mbak. Berarti saya harus pakai masker terus kalau kerja ya mba?

Apoteker

: Iya ibu. Apakah ada yang mau ibu tanyakan lagi?

Pasien

: Tidak ada mba.

Apoteker

: baik bu, kalau begitu bisa ibu jelaskan kembali kepada saya tentang apa yang saya jelaskan tadi?

Pasien

: Untuk obat asmasolon diminum tiga kali sehari satu tablet sesudah makan dan cetirizinenya diminum 1x sehari setelah makan. Disimpannya di kotak obat ya. Sama saya kalau kerja harus pakai masker ya mba biar nda sesak lagi. Begitu ya mba?

Apoteker

: Iya betul ibu. Sepertinya ibu sudah paham dengan apa yang saya jelaskan. Oh iya ibu, kalau ibu sudah menggunakan obatnya selama 3 hari tetapi masih tetap tidak berkurang sesaknya, ibu bisa konsultasikan ke dokter ya bu.

Pasien

: Iya mba

Apoteker

: Ada lagi yang mau ditanyakan bu?

Pasien

: Tidak ada mba.

Apoteker

: Kalau begitu, ini ada kartu nama saya bu jika ada yang ingin bapak tanyakan atau konsultasikan silahkan hubungi nomor saya ya . Untuk pembayarannya bisa dilakukan di kasir ya bu. Terima kasih bapak.

Pasien

: Iya mba, nanti kalau ada apa-apa, saya nanti menghubungi mba. Terima kasih banyak ya mbak.

Apoteker

: Iya sama-sama bu. Semoga lekas sembuh ya Bu.

BAB IV KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas karena terjadinya aktivitas berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan penyempitan pada saluran nafas yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada. Serangan asma yang dialami oleh penderita dapat disebabkan oleh beberapa faktor pencetus antara lain alergen. Kekambuhan asma yang disebabkan oleh alergen terjadi karena sel-sel pada saluran pernafasan sangat sensitif terhadap zatzat tertentu seperti serbuk sari bunga (polen). Pada asma yang disebabkan oleh alergen penting sekali bagi pasien untuk menghindari penyebab terjadinya asma. Untuk pengobatan farmakologinyanya dapat diberikan asmasolon dan antihistamin seperti cetirizine HCl.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Kusnandar.2013.Iso Farmakoterapi.Penerbit PT.ISFI.jakarta Somatri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Salemba Medika

Related Documents

Kasus
June 2020 54
Kasus Tht.docx
May 2020 30
Kasus Ppm.docx
October 2019 39
Kasus Raskin
April 2020 34

More Documents from ""

Kasus Asma.docx
June 2020 28
Klasifikasi
August 2019 82
Klasifikasi.docx
August 2019 34
Pcd_anemia.docx
June 2020 19
Pcd 1_paristasia.docx
June 2020 20