PERAN TENAGA KESEHATAN PADA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Antonius Rianto Putra Lape 1708010074
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 2018/2019
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang Narkoba merupakan kelompok obat yang mempengaruhi kerja tubuh terutama otak. Narkoba dapat berguna di bidang kesehatan dan pengobatan sebagai anestesi karena efeknya yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Di sisi lain penyalahgunaan narkoba berdampak buruk pada kesehatan fisik, mental dan sosial sebab dapat menimbulkan kecanduan (adiksi) dan berujung pada ketergantungan (dependensi).
Diperkirakan seperempat miliar orang, atau
sekitar 5 persen dari populasi orang dewasa global, menggunakan narkoba setidaknya satu kali pada tahun 2015. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa sekitar 29,5 juta pengguna narkoba, atau 0,6 persen dari populasi orang dewasa global, menderita gangguan penggunaan narkoba. Ini berarti bahwa penggunaan narkoba mereka berbahaya sampai-sampai mereka mungkin mengalami ketergantungan obat dan memerlukan perawatan. (world drug report 2017) Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang melanda dunia juga berimbas ke tanah air dan menyasar ke berbagai lapisan masyarakat indonesia tanpa terkecuali. Sasaran peredaran narkoba bukan hanya tempattempat hiburan malam, tetapi sudah merambah ke daerah permukiman, kampus, ke sekolah-sekolah, rumah kost, dan bahkan di lingkungan rumah tangga. Penyalahgunaan narkoba yang mulanya biasa ditemukan pada golongan ekonomi tinggi sekarang dapat ditemui pada golongan ekonomi rendah sebab harga narkoba sudah bervariasi dari yang mahal sampai murah. Indonesia saat ini tidak hanya menjadi konsumen narkoba melainkan juga produsen narkoba, sehingga tingkat penggunaan narkoba juga bertumbuh cepat. Berdasarkan pendataan dari aplikasi Sistem Informasi Narkoba (SIN) jumlah kasus narkotika yang berhasil diungkap selama 5 tahun terakhir dari tahun 2012-2016 per tahun sebesar 76,53%. Kenaikan paling tinggi pada tahun 2013 ke tahun 2014 yaitu 161,22%. Tahun 2016 jumlah kasus narkotika yang berhasil diungkap adalah 868 kasus, jumlah ini meningkat 36,05% dari tahun 2015.
Tingginya penyalahgunaan narkoba dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor internal seperti tingkat pengetahuan, rasa ingin tahu, usia dan pemecahan permasalahan pribadi, juga faktor eksternal seperti keluarga, lingkungan, sosial ekonomi dan pekerjaan. Dampak buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang sangat merugikan kehidupan masyarakat mendorong pemerintah melalui Badan Narkotika Nasional untuk lebih fokus melakukan berbagai upaya pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Adapun target yang ditetapkan adalah terkendalinya laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 0,05% setiap tahun. P4GN tidak hanya berfokus pada pencegahan namun juga rehabilitasi pengguna narkoba. (infodatin 2017).
Program P4GN meliputi pencegahan, pemberantasan,
pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi. Pencegahan penyalahgunaan narkoba terutama berfokus pada peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya dari penyalahgunaan narkoba. Pencegahan dilakukan pada kelompok masyarakat yang belum memakai narkoba namun beresiko tinggi agar tidak mencoba memakai narkoba. Tenaga kesehatan turut berperan dalam mencegah penyalahgunaan narkoba, lebih khusus lagi pencegahan penyakit yang menular bersama pemakaian narkoba. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahasnya dalam karya tulis ilmiah ini.
1.2 Tujuan penulisan Untuk memberikan kajian teoritis tentang peran tenaga kesehatan pada pencegahan penyalahgunaan narkoba
1.3 Manfaat penulisan Untuk memberikan kontribusi pada pencegahan penyalahgunaan narkoba
1.4 Metode penulisan Metode penulisan yang dilakukan adalah studi pustaka menggunakan sumber google scholar dengan kata kunci pencegahan narkoba dan penyalahgunaan narkoba
BAB II DASAR TEORI
2.1 Penyalahgunaan Narkoba Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Penggolongan Narkoba sendiri diatur oleh Undang-undang sebagaimana tercantum dalam Permenkes Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika. a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : opium, tanaman ganja, heroina, amfetamina, metamfetamina, etkatinona, tanaman KHAT (Catha edulis) dan lainlain. b. Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : dekstromoramida,
metadona,
morfina,
petidina,
dihidroetorfin,
oripavin dan lain-lain. c. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapidan/atau untuk tujuan pengembanagn ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodeina, narkodeina, buprenorfina dan lainlain. Penyalahgunaan narkoba adalah penyalahgunaan salah satu atau beberapa jenis narkoba secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. (Azmiyati 2014 dalam Qomariyatus 2015)
2.2 Dampak Narkoba Dari penjabaran sebelumnya telah kita ketahui bahwa narkotika ternyata berguna dalam bidang kesehatan dan ilmu pengetahuan. Namun penggunaan narkoba yang tidak sesuai dengan indikasi medis atau dosis yang ditentukan, tentunya akan berdampak bburuk pada fisik dan mental hingga akhirnya mempengaruhi perilaku sosial. Tiap zat memberikan efek yang berbeda-beda terhadap tubuh, namun biasanya menyerang pada jantung, otak, tulang, pembuluh darah, paru-paru, sistem saraf dan sistem pencernaan. Pengguna narkoba juga beresiko tinggi untuk dapat terinfeksi penyakit-penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS, hepatitis, herpes dan TBC (infodatin, 2017). Gangguan pada mental manusia seperti gangguan pada fungsi kognitif (daya pikir dan memori), fungsi afektif (perasaan dan mood), dan psikomotorik (perilaku gerak). Secara psikososial penyalahgunaan narkotika akan mengubah seseorang menjadi pemurung, pemarah, pencemas, depresi, paranoid, dan mengalami gangguan jiwa, menimbulkan sikap masa bodoh, tidak peduli dengan norma masyarakat, hukum, agama, serta dapat mendorong melakukan tindak kriminal seperti mencuri, berkelahi dan lain-lain. Efek depresi juga dapat ditimbulkan akibat kecaman keluarga, teman dan masyarakat atau kegagalan dalam mencoba berhenti memakai narkoba. Tindak kriminal tidak serta merta merupakan efek langsung dari penggunaan narkoba. Seseorang dapat melakukan tindak kriminal atau tindakan pelanggaran moral lainnya demi mendapatkan uang agar dapat membeli narkoba. Sebab seseorang yang menggunakan narkoba akan menjadi addict dan melakukan segala cara untuk mendapatkan narkoba. Beberapa wanita rela menjual jasa seks demi uang untuk membeli alkohol dan narkoba. Pelacur yang mengalami ketergantungan narkoba dan tidak mempunyai uang untuk membeli narkoba rela melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom bila pembelinya memaksa. Hal ini tentunya akan meningkatkan resiko penularan penyakit-penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual lainnya. Penggunaan narkoba mengguanakan jarum suntik memperbesar kemungkinan seseorang terkena juga HIV/AIDS.
2.3 Penyebab penyalahgunaan narkoba Penyalahgunaan narkoba dalam masyarakat berasal dari pengedar narkoba. Mula-mula mereka diberi beberapa kali dan setelah mereka merasa ketergantungan terhadap narkoba itu, maka pengedar mulai menjualnya. Setiap pecandu narkoba setiap saat membutuhkan narkoba sebagai bagian dari kebutuhan hidupnya yang dosisnya cenderung akan selalu bertambah. Dari sebab itu narkotika adalah komoditi yang menguntungkan, meskipun ancaman dan resikonya cukup berat. Inilah yang menjadi alasan banyak orang yang tergiur untuk terjun ke bisnis ini. Para sindikat narkoba terus berupaya keras untuk menciptakan konsumen-konsumen baru dalam mengembangkan pemasaran narkoba dan obat keras. Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Banyak dari mereka yang menggunakan narkoba dengan alasan untuk kesenangan batin, namun sayangnya banyak yang tidak mengetahui bahaya narkoba. Masyarakat Masyarakat termasuk dalam salah satu faktor yang berpengaruh. Masyarakat seperti ini biasanya adalah suatu masyarakat yang lepas dari pengawasan dan bimbingan. Masyarakat seperti ini diimpikan oleh para generasi muda yang ingin mencari kebebasan tersendiri. Masyarakat seperti ini pula biasanya menjadi sumber distribusi narkoba dan obat keras lainnya. Kurangnya pembinaan dan pengarahan terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba, dan maraknya fasilitas hiburan masyarakat merangsang timbulnya peredaran narkotika. keluarga Masalah lainnya yaitu hubungan dan komunikasi dalam keluarga yang tidak harmonis. Kurangnya perhatian orang tua terhadap perkembangan dan aspirasi anaknya dan lemahnya bimbingan dan pengawasan, mendorong mereka untuk mencari kesibukan di luar tentunya tanpa bimbingan dan pengawasan orang tuanya. Misalnya saja, orang tua yang terbilang sukses dalam berkarir tetapi
kurang memberi perhatian kepada keluarga ataupun adanya perselisihan di keluarga hingga mengalami kehancuran (broken home). Personal Seseorang yang menjadi pencandu narkoba pada dasarnya adalah orang-orang yang tidak mempunyai kepribadian yang rapuh sehingga mudah dipengaruhi oleh orang lain terutama teman sebaya dan lingkungan. Adanya rasa ingin tahu dan ingin mencoba-coba, pengaruh dari teman agar dapat diterima di lingkungan mereka atau untuk menunjukkan rasa solidaritas, untuk melarikan diri dan untuk memperoleh rasa aman. Tidak jarang ada juga remaja-remaja yang ikut-ikutan karena mendengar cerita mengenai kenikmatan dan kehebatan obat-obatan tersebut, maupun menjadi korban pengedar obat-obatan yang mencari langganan. Maka dari itu, bila seseorang ingin terhindar dari narkoba, harus dapat menjauhkan dirinya dari hal-hal yang memungkinkan untuk mencoba dan bersentuhan dengan narkoba.
kebijakan P4GN 1. arah P4GN
menjadikan
97,2
%
penduduk
indonesia
imun
terhadap
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba melalui partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan negara indonesia dengan menumbuhkan sikap menolak narkoba dan menciptakan lingkungan bebas narkoba.
Menjadikan 2,8 % penduduk indonesia (penyalahguna Narkoba) secara bertahap mendapat layanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial melalui rawatinap atau rawat jalan serta mecegah kekambuhan program after care (rawat lanjut).
2. Tujuan P4GN
Peningkatan imunitas masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program P4GN
Peningkatan pemulihan penyalahguna narkoba hingga tidak kambuh kembali
Peningkatan pengungkapan berbagai jaringan sindikat narkoba dan asset yang berkaitan dengan tindak kejahatan narkoba
Peningkatan pranata hukum dan efektivitas kerja sama kelembagaan
Peningkatan profesionalisme organisasi dan pelayanan prima di bidang P4GN
P4GN terbagi menjadi 4 bidang yaitu Bidang Pencegahan, Bidang pemberdayaan masyarakat, bidang rehabilitasi, dan bidang pemberantasan. Untuk pelaksanaan dari Bidang Pencegahan sendiri, sebagaimana diatur dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) yang tertuang dalam Inpres Nomor 12 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (P4GN), adalah sebagai berikut. a) Memberikan penyuluhan dan penerangan kepada para siswa/pelajar pendidikan menengah yang rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan narkoba b) Membentuk dan meningkatkan keterampilan kader anti narkoba di kalangan para siswa/pelajar pendidikan menengah yang lingkungannya rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran narkoba. (Tri Wulandari, 2016)
BAB III ANALISIS DAN SINTESIS
Peran tenaga kesehatan dalam mencegah penyalahgunaan narkoba Pencegahan penyalahgunaan narkoba hendaknya dilakukan oleh berbagai elemen fungsi masyarakat. Hal ini dikarenakan penyebab penyalahgunaannya yang sangat kompleks. Pencegahan dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat, terkhususnya masyarakat yang beresiko tinggi agar tidak mencoba memakai narkoba. Salah satu bentuk yang dilakukan yaitu melalui kegiatan penyuluhan. Pencegahan penyalahgunaan masyarakat, tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk menghindari penggunaan narkoba namun juga mengajak serta memberdayakan masyarakat agar dapat berperan secara aktif dalam mencegah penyalahgunaan narkoba. Pencegahan dengan berfokus pada siswa/pelajar pendidikan menengah dirasakan kurang efektif, sebab dapat dikatakan tingkat pendidikan mereka sudah cukup.
Pencegahan harus berfokus pada lingkungan yang berpotensi besar terjadi penyalahgunaan narkoba, yaitu lingkungan-lingkungan liar. Di lingkungan seperti itu pula terjadi banyak penularan-penularan penyakit berbahaya. Disinilah perlu adanya peran tenaga kesehatan sebagai tenaga profesional dan ahli, tidak hanya melakukan pencegahan di lingkungan sekolah, namun juga di lingkungan-lingkungan liar yang lebih beresiko. Kampanye-kampanye anti narkoba perlu lebih digalakkan lagi agar semakin banyak lapisan masyarakat yang teredukasi. Pencegahan
penyalahgunaan
narkoba
juga
dapat
dilakukan
dengan
pembentukan kelompok anti narkoba, baik di kalangan mahasiswa dan juga siswa sekolah menengah. Di kalangan mahasiswa dapat dibentuk Kelompok Mahasiswa Peduli Narkoba (KOMPENA) dan di kalangan siswa sekolah menengah dibentuk Kelompok Siswa Peduli Narkoba (KOSPENA). Kelompok ini merupakan relawan yang peduli terhadap permasalahan penyalahgunaan narkoba di negeri ini. Dengan dibentuknya KOMPENA dan KOSPENA, tentu sumber daya manusia untuk mencegah penyalahgunaan narkoba bertambah dan diharapkan tidak ada lagi penyalahgunaan narkoba di kalangan mahasiswa dan pelajar sekolah menengah.
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang tidak boleh dianggap sepeleh. Dampaknya yang besar sungguh sangat merugikan masa depan bangsa ini. Penyebabnya pun sungguh kompleks, sehingga perlu keterlibatan berbagai lapisan masyarakat untuk ikut turut serta dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba. Peran tenaga kesehatan, sebagai tenaga profesional juga sangat diharapkan, terlebih dalam lingkungan tempat terjadi penyalahgunaan narkoba sekaligus penularan penyakit terjadi. Pembentukan KOMPENA dan KOSPENA juga dianggap penting sebab selain semakin banyak sumber daya manusia yang bergerak dalam mencegah penyalahgunaan narkoba, juga membentuk generasi mendatang yang berintelektual dan peduli terhadap penyalahgunaan narkoba.
DAFTAR PUSTAKA
United Nations Office on Drugs and Crime. 2017. Executive Summary Coclusions and Policy Implications. United Nations Publications. Viena.
Sholihah, Q. 2013. Efektivitas Program P4GN Terhadap Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 9(1).
Eleanora F. N. 2011. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba serta Usaha Pencegahan dan Penanggulangan Narkoba. Jurnal Hukum. 25(1)
Purnomowardani A. D. Dan Koentjoro. 2000. Penyingkiran Diri, Perilaku Seksual, dan Penyalahgunaan Narkoba. Jurnal Psikologi. 1 : 60-72
Wulandari, T. 2016. Implementasi Kebijakan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) pada kalangan pelajar di Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta.