Karya Sastra Angkatan 1966.docx

  • Uploaded by: Sara Chrisandy
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Karya Sastra Angkatan 1966.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,335
  • Pages: 13
Tugas pkn KArya sastra angkatan 1966-2000

Disusun Oleh :

Sara Chrisandy (XII IPA 6/ 30)

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen SMA N 1 Sragen Tahun Ajaran 2014/2015

A.KARYA SASTRA ANGKATAN 1966-1970 1. Novel Ziarah karya Iwan Simatupang Judul Pengarang Angkatan Penerbit Tebal

: “ZIARAH” : Iwan Simatupang : 1966 : Djambatan : 148 Halaman

Sinopsis Novel Ziarah karya Iwan Simatupang adalah novel yang menceritakan seorang pelukis terkenal seantero negeri yang dibuat terkapar tidak berdaya alias shock dan trauma setelah ditinggal mati istrinya yang sangat dia cintai.Istri yang dia kawini dalam perkawinan secara tiba-tiba.Suatu ketika pelukis mencoba bunuh diri karena ketenaran karya lukisnya yang memikat semua orang dijagat bumi ini mengakibatkan ia memiliki banyak uang dan membuat dia bingung.Karena kebingungannya ini sang pelukis berniat bunuh diri dari lantai hotel dan ketika terjun dia menimpa seorang gadis cantik.Dan tanpa diduga pula sang pelukis langsung mengadakan hubungan jasmani dengan si gadis diatas jalan raya,Hal ini membuat orang-orang histeris dan akhirnya seorang brigadier polisi membawa mereka ke kantor catatan sipil dan mengawinkan mereka. Hidup bahagia bersama sang istri membuat pelukis benar-benar kehilangan.Apalagi setelah dia tahu bahwa istrinya mati karena telah melihat ibu kandung ada bersama gerombolan nona-nona tua yang menyaksikan kebahagiaan mereka saat hidup dalam gubuk tepi laut.Pelukis pun langsung pergi kekantor sipil guna mengurusi penguburan istrinya tetapi tak ada tanggapan positif dari pengusaha penguburan.Itu terjadi karena pelukis tak tahu apa-apa tentang istrinya.Yang dia tahu hanyalah kecintaan pada istrinya.Sehingga mayat istrinya terkatung-katung karena tak memiliki surat penguburan yang syah.Pelukis pun menghilang ketika dicari walikota (merupakan walikota kedua dalam novel ini,dia adalah wakil walikota yang diangkat menjadi walikota setelah walikota pertama gantung diri karena tak bisa memecahkan masalah mengundang pelukis saat akan ada kunjungan tamu asing) yang ikut menghadiri penguburan istri pelukis. Sampai akhirnya pengusaha penguburan itu menyesali perbuatannya dan dengan keputusan walikota akhirnya mayat istri pelukis dikuburkan.Sampai penguburan usai pelukis tak kelihatan.Saat kembali ke gubuknya dia melihat wanita tua kecil.Tak tahu itu siapa,ternyata adalah ibu kandung dari si gadis.Bercerita panjang tentang masa lalunya yang suram dan sampai saat terakhir dia bertatapan dengan anaknya yang justru membuat delima bagi si anak.Lalu pergi sambil menagis.Dan sesaat kemudian pelukis ada dalam gubuknya,memandangi keadaan sekitar yang penuh karangan bunga,membakarnya sampai habis.Hingga tersisa beberapa yang ia bawa ke kuburan istrinya.Ia titipkan karangan bunga pada centeng perkuburan.Ziarah tanpa melihat makam istrinya. Setelah itu hidup pelukis semakin tak tentu arah.Ia seolah tak pernah percaya bahwa istrinya telah mati.Pagi harinya hanya digunakan untuk menunggu istrinya ditikungan entah tikungan mana dan malam harinya dituangkan arak keperutnya,memanggil Tuhannya,meneriakkan nama istrinya,menangis dan kemudian tertawa keras-keras.

Hingga akhirnya datang opseter perkuburan yang meminta dia mengapur tembok perkuburan kotapraja yang sebelumnya telah berbekas pamplet-pamplet polisi bahwa dia dicari. Pelukis menerima tawaran itu dan esoknya ia mulai bekerja mengapur tembok perkuburan kotapraja itu 5 jam berturut-turut tiap harinya, sedangkan opseter perkuburan mengintip dari rumah dinasnya.Pekerjaan baru pelukis ini membawa perubahan tingkah laku pelukis sehingga membuat seluruh negeri geger.Hingga walikota akan memberhentikan opseter perkuburan.Tetapi ketika mengantar surat pemberhentian kerja itu,walikota malah mati sendiri karena kata-kata opseter tentang proporsi.Sebelumnya juga pernah terjadi kekacauan dinegeri karena opseter pekuburan memakai rasionalisme dalam kerjanya dan hanya memberi instruksi kerja pada selembar kertas pada pegawainya. Setelah beberapa hari pelukis mengapur tembok perkuburan pada suatau hari dia bergegas pulang sebelum 5 jam berturut-turut.Opseter perkuburan heran kemudian mendatanginya dan ternyata pelukis ingin berhenti bekerja.Opseter kebingungan tetapi pelukis menjelaskan bahwa dia tahu maksud opseter memperkerjakannya.Bahwa selain untuk kepentingan opseter sendiri,Opseter ingin pelukis menziarahi istrinya yang sudah tiada itu.Keesokan harinya Opseter ditemukan gantung diri.Pekuburan geger,tetapi hanya sedikit sekali empati dari pegawai-pegawai pekuburan.Maklum mereka hanya mengenal Opseter lewat instruksi kerjanya saja tanpa pernah bertemu dan mengenalnya.Penguburan opseter berlangsung cepat.Setelah penguburan,Pelukis bertemu Maha guru dari Opseter yang kemudian menceritakan riwayat Opseter. Diakhir cerita,pelukis akhirnya pergi ke balai kota melamar menjadi Opseter Pekuburan.Untuk Ziarah yang terus-menerus pada mayat-mayat manusia,pada mayat istrinya. Unsur Instrinsik Novel a.Tema :Ziarah Kubur b.Tokoh Utama: Pelukis,Istri Pelukis,Opseter Perkuburan Antagonis : Istri Protagonis : Pelukis Tritagonis : Opseter PekuburanMahaguru Opseter Pembantu:Walikota,Wakil Walikota,maha guru Opseter,Ayah Opseter,orang Buta profesional,kepala Negara,perdana menteri,Nona-nona tua,brigadier polisi,mandor dan pegawai pekuburan,kepala dinas pekerjaan umum,official,centeng pekuburan c.Alur : Alur dalam novel ini memang sedikit membingungkan pembaca, pengarang sengaja menggunakan alur “Flash Back”.Pembaca diajak untuk mengernyitkan dahi karena cerita diawal novel bukanlah awal cerita,melainkan awal cerita baru diceritakan dibagian berikut dalam novel.Alias pembaca diajak ke waktu sebelumnya oleh pengarang dengan sentuhan filsafat yang amat menarik dan berkesinambungan. Ini jelas terlihat diawal novel saat disebutkan sang pelukis begitu kehilangan setelah ditinggal mati istrinya,tetapi dibagian belakang malah pembaca diajak untuk mengikuti kisah pertemuan pelukis dengan istri,kehidupan mereka yang mengundang banyak pesona,dan saat-saat terakhir istrinya mati.Bukan hanya pelukis dan istri saja saja tetapi pengarang juga mengajak pembaca untuk mengikuti kisah balik kehidupan opseter sebelum menjadi opseter.

Pengenalan : pengenalan-pengenalan Tokoh-tokoh novel,baik pelukis,opseter dan juga istri opseter yang tersaji bukan hanya diawal novel. Pemunculan konflik :Kematian istri pelukis,yang menjadi awal derita pelukis. Konflik :Opseter pekuburan menyuruh pelukis untuk mengapur tembok luar komplek pekuburan. Antiklimaks : pelukis tahu tujuan sebenarnya opseter pekuburan memperkerjakannya Peleraian :Mahaguru opseter menceritakan semua tentang riwayat opseter pekuburan. d.Sudut pandang:Orang ketiga (Dia,nya) e.Setting Tempat di tikungan :”….disalah satu tikungan….(1) Rumah kecil :”…kekamar kecil.disatu rumah kecil….(1) Di kakilima :”…langkah-langkahnya dikakilima…(6) Di kedai arak :”sekencang-kencangnya ke kedai arak..(2) Di pekuburan :”..suasana pekuburan di tengah hari…(10) Di rumah dinas opseter:” ..jendela rumah dinasnya…(11) Kantor dinas walikota:”..sidang darurat badan pekerja harian.(12) Di alun-alun kota :”…orang-orang dialun-alun ikut….(19) Diistana Negara :”…kabinet kepada parlemen…(35) Dilintasan lari :”…bertulisan benar-benar :FINISH..(55) Di hotel :”..kamarnya ditingkat empat hotel itu (73) Diaspal jalan raya :”..yang sedang asyik diatas aspal panas(73) Di kantor catatan sipil :”..eh catatan sipil,supaya hal yang…(74) Digubuk tepi pantai :”..kegubuk yang masih utuh di pantai (89) Rumah nyonya tua :”..rumah kami dilalui serdadu serdadu(119) LPAYLITK :“..lembaga pemeliharaan anak-anak yang Lahir dari Ibu Yang Tidak Kawin…(120) LPWTYS :.”.Lembaga Pemeliharaan Wanita-wanita Tua Yang Sendiri..(122) Tembok luar perkuburan:”dia melompat turun dari tembok…(126) Balai kota :”…ke balai kota…(140) Waktu Pagi hari :”… saya minum arak sepagi ini…(7) ….paginya dia selalu gembira…(1) ….esoknya pagi-pagi benar kepala…(30) Tengah hari :”…persis tengah hari mereka…(10) ….lepas sedikit tengah hari…(11) :”…menjelang benamnya matahari dia..(11) …matahari segera akan tenggelam…(104) Malam hari :”…begitu malam jatuh perutnya…(1) …persis jam 12 tadi malam…(31) …kepanas makanan malamnya….(134) Suasana Gembira :”..menggegar suatu tawa gempita..(15) Sunyi :”..sunyi senyap di pekuburan itu…(133) Takut :”..bukan sorak sorai!tapi teriakan…(55) Ramai :”..ketengah orang ramai itu……..(55)

Sore hari/senja

Panic Kacau Gelisah Hening Sedih

:”Hadirin geger…..(55) :”mandor melihat opseter keluar rumah.(52) :”..dia mulai gelisah.dia melihat…(89) :”sesudah itu hening sehening-heningnya(3) :”.demi satu titik membasah dimatanya(123)

f.Karakteristik: Ceritanya sangat menarik,sentuhan filsafat pengarang benar-benar tersaji dalam novel ini.Tak kurang dalam setiap bagian novel terdapat kalimat-kalimat yang merupakan ilmu filsafat.Contoh kalimat itu seperti “Balas dendam memerlukan persiapan,pemikiran,memerlukan system filsafat tersendiri yang merentangkan isi,tujuan,faedah dan dalih balas dendam itu nanti kepada dirinya sendiri,kepada anak cucunya dan apabila masih aa juga umat manusia da kemanusiaan sesudah kurun sejarah kini-juga kepada umat manusia dan kemanusiaan yang akan datang…(20)” Juga dalam kalimat “selanjutnya,filsafat murni hanya didapat pada suasana disebelah dalam dari tembok-tembok itu…(46). Gaya humor pengarang juga samar-samar,pembaca harus benar-benar mengerti maksud pengarang dulu sebelum dibuat tertawa membayangkan bahwa itu sangat lucu.Ada beberapa bagian dalam novel yang bisa dikatakan sebagai penunjuk bahwa pengarang memiliki daya humor yang cukup tinggi.Seperti saat ketika opseter dan walikota saling melihat bola mata.Dan saling terkejut dan saling berteriak.Tentu saja mengundang tawa bagi pelukis yang menyaksikannya…(14-15).Juga saat menceritakan kisah ketenaran pelukis,yang justru membuat dia hampir bunuh diri sebelum akhirnya mengawini seorang gadis…(68-74) Dalam menghadirkan sebuah masalah pengarang tidak sungkan untuk mendramatisir,tapi endingnya juga sangat mengaggumkan.Karena dengan penambahan cerita yang didramatisir itu justru semakin membuat semangat pembaca.Ini terlihat saat menceritakan kematian walikota setelah gemetar mendengar kata-kata proporsi dari opseter..(18-26) dan saat sang istri kehilangan giginya…(90-91) yang dibuat begitu terasa dihati pembaca. g.bahasa :dalam Penulisan novel ini,pengarang masih tetap memakai bahasa Indonesia walaupun banyak sekali ejaan-ejaan yang tak Baku,,ungkapan-ungkapan ataupun konotasi,dan majas-majas terutama majas personifikasi serta terdapat juga istilah-istilah berbau filsafat yang diolah menjadi kesatuan kalimat yang benar-benar membawa pembaca ke arah pemikiranpemikiran logis dan membenamkan pembaca dalam novel yang memiliki keindahan ilmu filsafat dari pengarang sendiri. Seperti terlihat dalam beberapa contoh: *Ejaan tak baku=Tilpon,enpelop-enpelop,kattelebelleces,dsb *Ungkapan-ungkapan atupun konotasi =kedua matanya yang redup,zenith bertemu nadir…(26) =Hanya untuk memprsaksikan sepasang merpati yang sedang asyik di atas aspal panas itu…(73) =yang mulia ini bersama staf ahli-ahlinya juga Cuma garuk garuk kepala saja…(35) =fraksi-fraksi pro dan kontra sama-sama tarik urat lehernya…(35) =seolah udara kutub menghembus masuk ke dalam tubuhnya melalui rongga mulutnya..(46) Dsb… *Majas Personifikasi =rasa riang mendaki dalam dirinya…(2) =berpikiran setan…(9)

=praktek-praktek menjilat atasannya…(20) =mereke terbang ke pintu gerbang…(28) Dsb.. *Majas hiperbola =Tuan adalah nabi seni lukis masa datang *Istilah filsafat =kebenaran dari jenis subtil,yakni:yang memperhitungkan apa yang disebut nuans.Ya !nuanslah yang terlalu sedikit sekali diperkirakan dalam undang-undang dasar tiap-tiap Negara.Dan kini demi nuans itu dia harus membangkang ..(17) =Yes,truly;for,look you,the sins of the father are to be laid upon the children;therefore,I promise yes,I fear you.I was always plain with you,and so now I speak my agitation of the matter;therefore be of good cheer,for truly I think you are damn’d.The is but one hope in it that can do you any good;and that is but a kind of bastard hope neither..(38) Beberapa hal diatas hanyalah beberapa contoh penggunaan bahasa Indonesia yang dibuat begitu menarik oleh pengarang.Kesatuan dari beberapa hal diataslah yang membuat novel ini mengena dihati pembaca. h.kepengarangan: Iwan Martua Lokot Dongan Simatupang,atau biasa dipanggil Iwan Simatupang,beliau dilahirkan di Sibolga 18 Januari 1928 dan meninggal di Jakarta 4 Agustus 1970.Sebelum menulis novel ini,beliau menulis beberapa novelnya yang terkenal,seperti Merahnya Merah yang mendapat hadiah nasional 1970 dan novel Ziarah itu sendiri dalam terjemahan Bahasa Inggris yang mendapat hadiah roman ASEAN terbaik tahun 1977.

2. Puisi Tirani dan Benteng – Taufik Ismail (Angkatan 1966) Taufik Ismail Puisi 1 KARANGAN BUNGA Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke salemba Sore itu.

Menuju pemakaman Siang ini Anakmu yang berani Telah tersungkur ke bumi Ketika melawan tirani Taufiq Ismail [Tirani dan Benteng], 1966

Ini dari kami bertiga Pita hitam pada karangan bunga Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yang ditembak mati Siang tadi Karya : Taufiq Ismail, Tirani, 1966 Puisi 2 SALEMBA Alma Mater, janganlah bersedih Bila arakan ini bergerak perlahan

Puisi 3 BENDERA Mereka yang berpakaian hitam Telah berhenti di depan sebuah rumah Yang mengibarkan bendera duka Dan masuk dengan paksa Mereka yang berpakaian hitam Telah menurunkan bendera itu

Di hadapan seorang ibu yang tua ”Tidak ada pahlawan meninggal dunia!”

Dalam setiap kalimat yang berakhiran: “Duli Tuanku”?

Mereka yang berpakaian hitam Dengan hati yang kelam Telah meninggalkan rumah itu Tergesa-gesa

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus Berjalan terus Kita adalah manusia bermata sayu, yang ditepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Kemudian ibu tua itu Perlahan menaikkan kembali Bendera yang duka Ke tiang yang duka 1966 Puisi 4 HORISON Kami tidak bisa dibubarkan Apalagi dicoba dihalaukan Dari gelanggang ini Karena ke kemah kami Sejarah sedang singgah Dan mengulurkan tangannya yang ramah tidak ada lagi sekarang waktu Untuk merenung panjang, untuk ragu-ragu Karena jalan masih jauh Karena Arif telah gugur Dan luka-luka duapuluh satu 1966 Puisi 5 KITA ADALAH PEMILIK SYAH REPUBLIK INI Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus Berjalan terus Karena berhenti atau mundur Berarti hanyut Apakah akan kita jual keyakinan kita Dalam pengabdian tanpa harga Akan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus Berjalan terus dari: Tirani dan benteng – taufik ismail Puisi 6 DOA Tuhan kami Telah nista kami dalam dosa bersama Bertahun membangun kultus ini Dalam pikiran yang ganda Dan menutupi hati nurani Ampunilah kami Ampunilah Amin Tuhan kami Telah terlalu mudah kami Menggunakan asmaMu Bertahun di negeri ini Semoga Kau rela menerima kembali Kami dalam barisanMu Ampunilah kami Ampunilah Amin.

1966

3. Tokoh Sastra Terkenal Taufiq Ismail, dilahirkan di Bukittinggi, 25 Juni 1937, lulusan Fakultas Kedokteran Hewan UI, redaktur senior Horison. Penerima Anugerah Seni dari pemerintah RI tahun 1970 dan Sastra ASEAN tahun 1994 ini telah berjasa besar dalam memasyarakatkan, mengembangkan dan memajukan sastra Indonesia bersama tokoh-tokoh lain seperti Sutarji Calzoum Bachri, Agus R. Sarjono, Jamal D. Rahman, Abdul Hamid Jabbar (almarhum) melalui program SBSB (Sastrawan Buicara Siswa Bertanya) di sekolah-sekolah (SMA/MAN/SMK) di seluruh Indonesia tahun 2000 – 2004. Karena jasa-jasanya dan prestasinya, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memberinya gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang sastra. Penyair ini terkenal dengan kumpulan sanjak Tirani dan Benteng, tertbit tahun 1966. Sanjak berjudul Seorang Tukang Rambutan dan Istrinya, Karangan Bunga, Sebuah Jaket Berlumur Darah, Kami adalah Pemilik Sah Republik Ini, Yang Kami Minta Hanyalah…bisa dijumpai dalam buku-buku tersebut. Kumpulan sanjaknya yang lain, Sajak Ladang Jagung (1973) terbit setelah ia pulang dari Amerika. Dalam buku tersebut, kita bisa membaca Kembalikan Indonesia Padaku, Beri Daku Sumba, Bagaimana Kalau ….. Sejak puluhan tahun yang lalu (1974) Taufiq bekerja sama dengan Bimbo Group dalam penulisan lirik lagu. Kita bisa dengar nikmati lagu dan lirik Aisyah Adinda Kita, Sajadah Panjang, Balada Nabi-nabi, Bermata tapi Tak Melihat, Ibunda Swarga Kita, dan lain-lain dari dirinya. Taufiq Ismail juga menulis Sajak-sajak Si Toni, Balai-balai, Membaca Tanda-tanda, Abad ke-15 Hijriah, Rasa Santun yang Tidur, Puisi-puisi Langit. Pada awal tahun 1994 diluncurkan buku antologi puisi berjudul Tirani dan Benteng cetak ulang dua kumpulan puisinya yang terkenal itu. Buku tersebut diberi pengantar oleh sang penyair secara cukup panjang dan mendalam. Di antara kata pengantar dan dua kumpulan sanjak tersebut disertakan pula dalam buku ini Sajak-sajak Menjelang Tirani dan Benteng. Pada tahuntahun seputar Reformasi ditulisnya puisi berjudul Takut 98 dan antologi puisi Malu Aku Jadi Orang Indonesia (MAJOI) terbit tahun 1998. Bersama DS Mulyanto, rekan sastrawan Angkatan ’66, Taufiq Ismail mengeditori buku tebal berjudul Prahara Budaya (antologi esai, 1995), bersama LK Ara dan Hasyim Ks menyusun buku tebal juga berjudul Seulaweh Antologi Sastra Aceh (1995).

B.KARYA SASTRA ANGKATAN 1980-1990 1.Resensi Novel: BURUNG-BURUNG MANYAR Judul Novel : Burung-burung Manyar Pengarang : Y.B. Mangunwijaya Penerbit : Djambatan Tahun terbit : 1981 Jumlah Halaman : 262 halaman Tokoh : Setadewa alias Teto Larasati alias Atik Brajabasuki dan Marice (orangtua Teto)

Antana dan Istri (orangtua Atik) Mayor Verbruggen Janakatamsi RESENSI Novel ini mengisahkan revolusi Indonesia. Keunikannya adalah sang tokoh utama (Setadewa alias Teto) justru berperang dari pihak Belanda melawan Indonesia, tempat di mana Larasati berjuang. Pemilihan tokoh yang seperti ini membuat novel ini pernah dicekal dengan alasan membahayakan patriotisme. Namun tak dipungkiri novel ini amat menarik dan sungguh pantas menerima penghargaan seperti yang diterimanya sebagai novel terbaik Asia Tenggara tahun 1984. Kisah berawal dari masa kecil Setadewa (Teto) anak Brajabasuki dan Marice. Basuki adalah seorang tentara KNIL berpangkat Letnan, lulusan akademi militer Belanda di Breda. Ia masih keturunan keraton. Isterinya Marice adalah seorang wanita Indo yang cantik yang dulu pernah dilamar Mayor Verbruggen teman Basuki di Akademi Breda, namun ia lebih memilih Basuki. Dengan latar belakang seperti ini tentu saja Teto mengalami masa kecil yang indah. Masa kecil yang juga di alami Larasati (Atik). Ayahnya seorang pegawai dinas Kebun Raya Bogor dan Ibunya masih keturunan keraton. Teto dan Atik pernah bertemu dan berteman baik sejak kecil. Namun masa-masa indah itu segera berakhir ketika Belanda kalah dan Jepang mulai menguasai Indonesia. Tentara KNIL pun dibubarkan. Ayah Teto kemudian ditangkap Jepang dan Ibunya harus rela menjadi gundik Jepang supaya suaminya dibebaskan. Ternyata walaupun ibunya telah berkorban, ayahnya toh tidak dibebaskan. Teto yang telah selesai sekolah berangkat ke Jakarta. Di sana ia bertemu dengan Mayor Verbruggen dan masuk tentara KNIL. Ia masuk KNIL karena begitu benci pada Jepang dan semua orang yang memuja Jepang seperti para pemimpin revolusi Indonesia. Berseberangan dengannya, Larasati justru setamat sekolah membantu perjuangan Indonesia dengan bekerja pada kantor Perdana Menteri Sutan Syahrir. Dua insan yang saling mencintai ini berpisah karena perbedaan arah perjuangan. Selama perang ini tak dapat dipungkiri bahwa baik Teto maupun Atik saling merindukan dan mereka hanya sekali pernah bertemu kembali di rumah Atik di Kramat saat Teto dengan sengaja melakukan patroli ke rumah kekasihnya. Setelah itu mereka tak pernah berjumpa. Teto yang betul-betul menaruh dendam kepada Jepang menjadi komandan unit pasukan yang turut menyerang Yogyakarta pada agresi militer Belanda kedua. Pada saat serangan itu Larasati yang dalam perjalanan bersama ayahnya, turut diserang angkatan udara Belanda. Ayahnya tewas dalam pangkuan Atik. Atik kemudian membantu di dapur umum untuk para gerilyawan Republik. Satu hal yang pantas dikemukakan adalah kebaikan hati yang tiada taranya dari Mayor Verbruggen yang cintanya pernah ditolak ibu Teto. Ia ternyata amat mencintai Marice. Ia mengasihi Teto anak dari orang yang menolak cintanya. Ia masih sempat mencari di mana Marice berada dan kemudian menemukannya di RS Jiwa di Kramat. Ketika hal ini diberitahukan kepada Teto, semakin hancurlah hati Teto. Apalagi mereka Verbruggen pergi menjenguk ibunya yang telah hilang ingatan. Kecewa karena pengorbanannya untuk Basuki suaminya ternyata dikhianati Jepang. Setelah perang usai Teto yang merasa gagal dalam segalanya pergi ke Belanda dan melanjutkan studi di Universitas Havard. Ia kemudian menjadi doktor matematika, ahli komputer, dan manajer produksi Pasific Well Oils Company. Ia tak pernah berkontak lagi dengan Atik yang tatkala perang usai melanjutkan sekolah di bagian Biologi. Akhirnya ia menikah dengan Janakatamsi walaupun cintanya hanya untuk Teto. Teto kembali ke Indonesia untuk berziarah ke makam ibunya. Ia juga berziarah ke makam Ayah Atik. Ketika mendengar bahwa Atik akan mempertahankan disertasi doktoratnya, ia memutuskan untuk menghadirinya. Disertasi Atik berjudul Jatidiri dan Bahasa Citra dalam

Struktur Komunikasi Varietas Burung Ploceus Manyar. Burung manyar jantan yang harus membuat sarang untuk menarik perhatian manyar betina. Ketika manyar betina tidak memilih sarang yang telah dibuatnya, manyar jantan sedih, marah dan mengobrak-abrik sarang buatnya. Namun ia tidak sampai putus asa tetapi kembali membuat sarang baru yang lebih bagus lagi. Kisah manyar ini seakan menyindir Teto. Ketika revolusi ia begitu marah kepada Jepang dan antek-anteknya, sehingga merasa tidak ada lagi harapan baginya. Kesombongannya itu membuat sarang manyar cintanya kepada Atik berantakan. “Namun Atik boleh berpidato indah tentang manyar, tetapi manusia bukanlah manyar’, kata hati Teto. Atik memperoleh gelar doktor dengan nilai Summa cum Laude. Setelah penganugerahan gelar itu, Teto tidak jadi bertemu Atik. Hatinya tidak siap bertemu pandang dengan Atik. Ia kembali ke tempat ia menginap. Justru di sinilah pendopo pertemuan mereka. Bersama suaminya, Atik (yang mendengar kabar tentang seorang laki-laki dari jauh datang berziarah ke makam ayahnya) menjumpai Teto. Pertemuan penuh emosi pun terjadi. Atik menangis melepaskan kerinduan yang terpendam bertahun-tahun lamanya. Kemudian Teto diajak untuk ke rumahnya. Betapa gembira Atik bertemu dengan Teto. Masih tampak cinta dan kekagumannya pada Teto. Teto melihat ini justru berbahaya bagi rumah tangga Atik. Teto merasa tak enak hati walaupun suami Atik dengan penuh perhatian menerima kehadiran Teto. Suami Atik membantu Teto mengungkap penyelewengan penghitungan minyak di komputer Pasific Well Oils Company yang membawa kerugian bagi Indonesia. Itulah cara Teto untuk berbakti bagi bangsa Indonesia. Karena itulah Teto dipecat dari pekerjaannya termasuk juga Janakatamsi suami Atik. Bagian terakhir novel ini memperlihatkan bagaimana Teto merasa bisa membahayakan rumah tangga Atik yang telah dikaruniai tiga orang anak. Sangat jelas Atik masih mencintainya seperti halnya ia pun tak dapat melupakan cinta pada Atik. Ketika mengadakan piknik ke hutan bersama Atik sekeluarga, ia dan Atik berjanji saling menjaga diri. Teto juga mengatakan permintaan ayah Janakatamsi yang mengharapkan anaknya pergi naik haji. Teto bersedia membantu biaya naik haji untuk Atik dan suaminya tersebut. Dalam penerbangan ke Mekkah, pesawat mereka jatuh di Kolombo, Srilanka. Berakhirlah riwayat Atik dan suaminya Tinggallah Teto sendirian mengasuh ketiga anak Atik. Ia tak kunjung menikah karena ia belum berani mengorbankan citra terakhir yang paling indah dalam sejarah hidupnya, yakni citra Atik. REFLEKSI Judul novel ini diambil dari judul disertasi Atik tentang Burung-burung Manyar. Manyar jantan memang kecewa karena sarangnya tidak menarik perhatian manyar betina. Ia mengobrak-abrik sarang buatannya. Namun ia juga bangkit dari kegagalan untuk membuat sarang baru. Suatu hal yang menarik ini dapat menjadi pesan bagi manusia yang pernah merasa gagal untuk tidak larut dalam kesedihan tetapi juga berani bangkit membuat sarang baru. Kita juga dapat belajar dari tokoh Verbruggen. Walaupun cintanya ditolak Marice ia masih tetap mencintai Marice seumur hidupnya. Ia tidak membalaskan kekecewaannya pada Teto yang notabene anak dari wanita yang menolak cintanya. Inilah bukti dari cinta sejati.

C.KARYA SASTRA ANGKATAN REFORMASI PERINGATAN Jika rakyat pergi Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati Barangkali mereka putus asa Kalau rakyat bersembunyi Dan berbisik-bisik Ketika membicarakan masalahnya sendiri Penguasa harus waspada dan belajar mendengar Bila rakyat berani mengeluh Itu artinya sudah gawat Dan bila omongan penguasa Tidak boleh dibantah Kebenaran pasti terancam Apabila usul ditolak tanpa ditimbang Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan Dituduh subversif dan mengganggu keamanan Maka hanya ada satu kata: lawan!. (Wiji Thukul, 1986)

D.KARYA SASTRA ANGKATAN 2000 1. Sinopsis Novel Edensor Penulis: Andrea Hirata Penerbit: Bentang Pustaka Tahun Pertama Terbit: 2007 Jumlah Halaman: 288

Novel berjudul Endesor ini merupakan bagian dari serangkaian seri tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Endesor sendiri merupakan rangkaian ke tiga. Tokoh utama pada novel ini masih Ikal dan juga Arai, sepupunya. Secara umum novel ini bercerita mengenai kehidupan pendidikan Arai juga Ikal yang berhasil melanjutkan kuliahnya di Eropa. Sebelum berangkat ke sana, mereka berpamitan pada gadis pujaan mereka yakni Zakia Nurmala juga A Ling. Meski Zakia cuek menanggapi kepergian Arai, tetapi gadis itu tetap terbawa di hatinya. Demikian pula dengan Ikal. Meski tak bertemu dengan A ling, ia tetap memendam cinta. Arai dan Ikal menempuh hampir 16 jam perjalanan dari Indonesia menuju Belanda. Sesampainya di Belanda, mereka berdua dijemput seorang wanita berparas menawan bernama Mrs. Famke Somers yang mengantarkannya ke sebuah flat sewaan tempat mereka akan

menginap. Sayangnya, karena kesalahpahaman mereka berdua diusur dari tempat tersebut dan menghabiskan malam pertama di taman kota di tengah kedinginan yang menusuk tubuh. Udara tak bersahabat tersebut bahkan membuat Ikal seolah sekarat. Keesokan harinya, mereka berjalan-jalan ke pusat kota. Namun dengan penampilan mereka yang kusut, banyak petugas yang menaruh curiga dan menggeledah mereka berdua. Pertolongan kemudian datang setelah Erika, sekretaris Dr. Woodward ditugaskan menjemput mereka dan mengantarkannya kembali ke flat. Seminggu di flat, mereka memutuskan berangkan ke Perancis untuk mencari apartemen tempat tinggal sekaligus mengunjungi menara Eifel yang legendaris itu.

Selang beberapa waktu, perkuliahan dimulai. Mereka dipertemukan orang-orang dari berbagai bangsa. Ikal bertemu dengan seorang gadis Jerman bernama Katya yang memiliki rupa sempurna. Katya kemudian menjalin kasih dengan ikal. Hanya saja, rasa cintanya pada A Ling membua Ikal tak sanggup menjalani kisah tersebut lebih lama. Ia akhirnya memutuskan untuk berteman saja dengan Katya. Ikal memang sangat mencintai A Ling. Sayangnya ia tak tahu dimana keberadaan wanita bermata segaris itu. Ia hanya tahu A Ling meneruskan sekola tata busananya. Bisa saja di Singapura, di Afrika atau bahkan Eropa. Ikal sangat ingat, ia pernah membaca novel yang berkisah tentang sebuah kampung indah bernama Endesor. A Ling sangat ingin ke tempat tersebut. Dalam perjalanan masa kuliah, Ikal dan teman-temannya dilingkupi kebosanan sehingga mereka memutuskan untuk melakukan taruhan mengelilingi Eropa selama 3 bulan. Siapa yang mampu mengelilingi Negara terbanyak adalah pemenangnya. Taruhan tersebut sebenarnya membuat tujuan lain Ikal terlaksana, yakni mencari A Ling. Mereka memulai perjalanan dari Belanda. Bersama Arai, ia berhasil mengelilingi beberapa Negara cantik di Eropa. Sayangnya, Arai terserang penyakit pernapasan akut sampai-sampai ia harus dipulangkan ke Indonesia. Akhirnya Ikal memutuskan kembali ke apartemennya di Perancis. Ia disambut kabar murung bahwa dosen pembimbingnya akan segera pensiun dan ia disarankan ikut bersamanya ke sebuah tempat bernama Sheffield di Inggris. Di dalam perjalanan ia melewati sebuah desa yang sangat indah dan memutuskan untuk singgah. Ia tak tahu nama tempat itu, dan saat bertanya ia terkejut sebab tempat itu bernama Endesor.

Tokoh-Tokoh 1. Ikal (Andrea Hirata) adalah seorang anak yang berasal dari keluarga miskin di Belitong. Setelah menyelesaikan studinya di Jakarta, ia mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk melanjutkan S2 di Universitas Sorbonne, Paris, Perancis. 2. Arai (Arai Ichsanul Mahidin) adalah sepupu jauh sekaligus sahabat Ikal. Ia juga mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk belajar biologi di Universitas Sorbonne, Paris. 3. Weh adalah seorang laki-laki pribumi cerdas yang pernah menempuh pendidikan di Mollen Bass Technisce School. Karena menanggung malu menderita burut, akhirnya ia memilih untuk mengasingkan diri menjadi nelayan dan hidup di perahu. Weh adalah guru untuk Ikal, memberi pelajaran besar untuk mengenal dirinya sendiri. 4. Mak Birah adalah dukun beranak yang membantu kelahiran Ikal. 5. Dr. Michaela Woodward adalah seorang Keynesian sekaligus pejabat Uni Eropa yang menjadi penentu akhir beasiswa. 6. Famke Somers adalah penerima besiswa Uni Eropa di Amsterdam School of The Arts yang mendalami street performance. Ia juga merupakan seorang model. Ia ditugaskan untuk menjemput Ikal dan Arai pada saat mereka datang pertama kali ke Eropa.

7. Simon Van Der Wall adalah induk semang atau pemilik kost tempat Arai dan Ikal singgah sementara di Brussel. Laki-laki ini bersifat dingin dan birokratis. 8. Pak Toha adalah laki-laki tua dari Purbalingga yang karena peristiwa 1965 menetap di Rumania dan belum pernah kembali ke Indonesia. Pak Toha bertemu dengan Arai dan Ikal dengan tidak terduga saat mereka menjelajahi Eropa. 9. Naomi Stansfield adalah seorang mahasiswi dari London, Inggris yang selalu mengikuti mode. Ia selalu berselisih dengan Virginia Townsend. 10. Virginia Sue Townsend adalah mahasiswi dari Vermont, Amerika Serikat. Ia merupakan pesaing utama Naomi Stansfield. 11. Katya Kristanaema adalah seorang mahasiswi di kelas Ikal yang berasal dari Jerman. Ia mnenyukai Ikal dan kemudian sempat menjadi kekasih Ikal. 12. The Pathetic Four adalah kelompok mahasiswa di kelas Ikal yang merupakan penerima beasiswa dari Uni Eropa ataupun Bank Dunia. Mereka berjuang keras untuk bisa mendapatkan nilai cukup sehingga tidak perlu mengulang. Mereka terdiri dari:  

 

Monahar Vikram Raj Chauduri Manooj (MVRC Manooj) adalah seorang juru tulis di kantor sensus Punjab, India; Pablo Arian Gonzales adalah seorang guru matematika dan pelatih sepak bola dari Guadalajara, Meksiko. Ia memperoleh beasiswa dari Bank Dunia dalam rangka memberantas kemiskinan di Meksiko; Ninochka Stronovsky adalah seorang pemain catur andal dari Georgia. Ia mendapatkan beasiswa karena keandalannya dalam bermain catur. dan Ikal sendiri.

2. Puisi                

Bulan Tertusuk Lalang bulan rebah angin lelah di atas kandang cicit kelelawar menghimbau di ubun bukit di mana kelak kujemput anak cucuku menuntun sapi berpasang-pasangan angin termangu di pohon asam bulan tertusuk lalang tapi malam yang penuh belas kasihan menerima semesta baying-bayang dengan mesra menidurkannya dalam ranjang-ranjang nyanyian

Related Documents


More Documents from ""