BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG Menurut Jackson (1991) Belajar merupakan proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya yang sistemis dan sistematis dalam menata lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta didik. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa ( Rusman, 2010,hal.256 ).Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar,1989:103) Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.Dari berbagai sumber dijelaskan bahwa siswa Sekolah Dasar belajar secara holistik (menyeluruh).Konsep yang abstrak harus dikongkritkan dengan media yang tentunya menarik minat peserta didik mengikuti pelajaran sekaligus untuk mendalaminya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat penting untuk dipelajari dan berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaaatannya bagi kehidupan seharihari. Pada prinsipnya, pelajaran IPA di SD membekali siswa dengan kemampuan berbagai cara untuk mengetahui dan suatu cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam. Mengingat ruang lingkup IPA yang mencakup ilmu keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat perlu untuk dikuasai sudah
1
sepantasnya seorang pendidik khususnya guru IPA harus menguasai bidangnya agar setiap siswa dapat mengerti dan memahami materi-materi yang terdapat dalam ruang lingkup IPA tersebut. Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA dan banyak orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami.Namun, pada umumnya siswa merasa bahwa IPA sulit dan untuk mempelajarinya harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuwan. Ada tiga alasan perlunya memahami IPA antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuwan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari IPA. Mendefinisikan IPA secara sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain. Belajar IPA tidak sekedar belajar informasi tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar IPA juga belajar tentang cara memperoleh informasi, cara dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Sebagai proses, IPA dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah melalui keterampilan menemukan, antara lain mengamati, mengklarifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan,
memprediksi,
menduga,
mendefinisikan
secara
operasional, merumuskan hipotesis, mengintepretasikan data, mengontrol variabel, melakukan variabel dan melakukan eksperimen. Sebagai sikap, IPA dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif dan menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif. 1. Identifikasi Masalah Memperhatikan situasi diatas, kondisi yang ada saat ini adalah a. Pembelajaran pengetahuan alam di kelas masih berjalan monoton. b. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.
2
c. Belum ada kolaborasi antara siswa dan guru. d. Metode yang digunakan bersifat konvensional. e. Rendahnya kualitas pembelajaran pengetahuan alam. f. Rendahnya prestasi siswa untuk mata pelajaran pengetahuan alam. 2. Analisis Masalah Ada beberapa hal yang mengakibatkan rendahnya kualitas pembelajaran baik prestasi siswa maupun aktivitas belajar, antara lain : a. Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. b. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri. c. Siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain. 3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah Berdasarkan kondisi tersebut, penulis mengadakan refleksi dan merasa tidak puas dengan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa. Dari ketidakpuasan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dengan bantuan teman sejawat dalam menganalisis masalah yang terdapat di kelas II materi Ciri-Ciri Benda Padat dan Benda Cair dengan judul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Tentang CiriCiri Benda Padat dan Benda Cair Melalui Metode Demonstrasi dengan Menggunakan Objek Nyata Pada Siswa Kelas II SDN Cikasungka II ”.
B.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusunlah perumusan masalah sebagai berikut: “Adakah pengaruh hasil belajar siswa kelas II tentang ciri –ciri benda padat dan benda cair dengan menggunakan objek nyata dalam metode demontrasi pada siswa kelas II SDN Cikasungka II ?”
C.
TUJUAN PENELITIAN
3
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini : 1.
Untuk mendeskripsikan cara meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan objek nyata dalam metode demontrasi pada siswa kelas II SDN Cikasungka II .
2.
Untuk mengetahui apakah penggunaan objek nyata dalam metode Demontrasi di pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN Cikasungka II .
3.
Untuk mengetahui apakah penggunaan objek nyata dalam
metode
demonstrasi di pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas II SDN Cikasungka II. D.
MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Bagi Guru 1.
Memberikan motivasi kepada guru untuk dapat berkembang secara profesional
dengan
menunjukkan
kemampuan
memperbaiki
pembelajaran yang dikelola. 2.
Memotivasi guru untuk berani memanfaatkan setiap media yang tersedia dalam rangka meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.
Bagi Siswa 1.
Memberikan pembelajaran yang bermakna
2.
Dapat meningkatkan prestasi belajar IPA
Bagi Sekolah 1.
Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru,perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
4
A.
Pembelajaran IPA SD Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berupa keterampilan siswa yang disesuaikan dengan situasi masa sekarang dan masa yang akan datang. Selain keterampilan laboratoris atau motoris, jenis keterampilan lain yang juga penting diperoleh siswa dari belajar Sains adalah keterampilan intelektual dalam menggunakan nalar. Untuk mencapai keterampilan tersebut guru harus menyajikan pembelajaran Sains yang memberikan kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat dialihgunakan. Kemampuan itu antara lain berupa: 1.
Kemampuan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan
2.
Kemampuan mengajukan gagasan berdasarkan pengalaman dan penalaran terhadap kejadian disekitarnya
3.
Kemampuan bertindak berdasarkan nalar serta tanggung jawab terhadap keteraturan sistem di alam. Kita mengetahui bahwa pada dasarnya manusia itu berpikir utuh-
menyeluruh terlebih pada usia kanak-kanak. Pada masanya, kanak-kanak belum dapat secara efektif berpikir parsial, spesifik, dan terkotak-kotak. Berdasarkan itu maka pelajaran Sains di Sekolah Dasar (SD) semestinya disajikan dalam bentuk yang holistik dan terpaut dengan dunia nyata anak dan mata pelajaran yang lain. Penerapan selanjutnya adalah guru harus meletakkan siswa sebagai faktor utama dalam pembelajaran ( child center ) dan siswa diberikan banyak kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dari penggunaan indranya. Pembelajaran IPA di SD banyak menggunakan percobaan-percobaan dan berhubungan dengan hal-hal yang nyata atau dengan hal-halyang dapat mereka bayangkan. Hal ini akan melahirkan pembelajaran IPA yang banyak melibatkan siswa secara langsung, guru memberikan kesempatan anak untuk menemukan sendiri jawabannya, sedangkan guru siap dengan alternatif jawabannya bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Sehingga pada akhirnya
5
pembelajaran IPA akan membawa dampak yang baik bagi perkembangan pengetahuan anak didik. B.
Hakikat Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar indiIIdu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. (Rusman,2010, hal 1). Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Dalam peristiwa belajar semua aspek dalam diri siswa sebagai indiIIdu seperti intelektual,sosial emosional, fisik harus terlibat secara uruh sehingga potensi, bakat dan minat siswa dapat terjadi secara maksimal. Untuk
mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran,
terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen ebaluasi. Masing masing komponen tersebut saling terkait dan saling memengaruhi satu sama lain. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu sama dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi : tujuan, materi,metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
C.
Ciri Belajar
6
Banyak pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu : proses, perubahan perilaku dan pengalaman 1.
Proses Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaanya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan ( orang yang sedang belajar itu ). Guru tidaka dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Yang dapat diamati gutu ialah manisfestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
2.
Perubahan perilaku Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai ( sikap ). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasill\kan dari pengalaman ( interaksi dengan lingkungan ), tempat proses mental dan emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah ( kawasan ) yaitu : pengetahuan (kognitif), keterampilah (psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif).
3.
Pengalaman Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara indiIIdu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial.Lingkungan
pembelajaran
yang
baik
adalah
lingkungan yang memicu dan menantang siswa belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga, apalagi di kelas rendah kurang memicu siswa belajar lebih giat. Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan melalui pengalaman tidak lansung. Belajar melalui pengalaman langsung, siswa belajar
7
dengan melakukan sendiri atau dengan menhalaminya sendiri. Akan tetapi bila siswa mengetahui karena membaca buku atu mendengarkan penjelasan guru, maka disebut belajar melalui pengalaman tidak langsung. D.
Tahap Perkembangan Belajar Anak Sekolah Dasar Tahap perkembangan tingkah laku belajar siswa Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Kedua hali tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri siswa dengan lingkungannya. Menurut Piaget (1950) Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya ( teori kognitif). Setiap anak schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahamanterhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentangobjek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi,yaitu menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan akomodasi, yaitu proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikirannya untuk menafsirkan objek yang dilihatnya. Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri yaitu : konkret, integratif dan hierarkis. Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan diotak-atik dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yangdapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak usia sekolah dasar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkandengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya. Keadaan yang dialami sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Integratif berarti memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan dan terpadu, berbagai disiplin ilmu dikaitkan menjadi pengalaman belajar yang bermakna.
8
Hierakis berarti berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. E.
Metode Pembelajaran Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pelajaran berakhir. Djamarah (1991, dalam Djamarah dan Zain, 2002) mengungkapkan seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalamannya guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Tetapi juga penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis anak didik. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M.Sc.
9
Ed, mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut:
F.
1.
Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya
2.
Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya
3.
Situasi yang berbagai-bagai keadaannya
4.
Fasilitas yang berbagai-bagai keadaannya
5.
Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat memperlajarinya secara proses. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya.
G.
Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. 2. Fungsi Media Pembelajaran Media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan: a. Menghadirkan obyek sebenarnya atau obyek yang langkah b. Membuat duplikasi dari obyek yang sebenarnya c. Membuat konsep abstrak ke konsep konkret d. Memberi kesamaan persepsi e. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak f. Menyajikan ulang informasi secara konsisten g. Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai dan menarik.
H.
Hasil Belajar Menurut Arikunto (2006) “Hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses pengajaran yang dilakukan oleh
10
guru”. Sedangkan menurut Slameto (2003: 3) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, belajar itu sendiri yaitu berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dari beberapa definisi diatas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu yang diperoleh siswa sebagai hasil yang diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran. Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar diri siswa ( ekstern ) 1.
Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terdapat hasil belajar diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,perhatian, kelemahan dan kesehatan serta kebiasan siswa.
2.
Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar di antaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik ( termasuk suasan kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah ( termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah.
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
11
A.
Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian pada penelitian saya adalah siswa-siswi kelas II dengan jumlah 22 siswa laki-laki 13 dan perempuan 9 tahun pelajaran 2018/2019. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di SD Negeri Cikasungka II Kecamatan Solear Kabupaten Tangerang. 3. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 September 2018, 10 September 2018, 17 September 2018, semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019. Tabel 1 Jadwal Perbaikan Pembelajaran Hari/Tanggal
No
1
2
3
Pelaksanaan Senin , 3 September 2018
Senin,
10
September
2018 Senin, 17 Oktober 2013
Siklus
Prasiklus
I
II
Pokok Bahasan Ciri Benda Padat dan Benda Cair Ciri Benda Padat dan Benda Cair Ciri Benda Padat dan Benda Cair
4. Pihak yang Membantu Setiap siklus meliputi rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi dan dibantu oleh Supervisor II yaitu Abdul Raup, S.Pd untuk mengamati proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan dan supervisor I yang bertugas membimbing pelaksanaan PKP mahasiswa di kelas bimbingan PKP, serta kepala SD Negeri Cikasungka II telah memberikan pengalaman pada penelitian ini. B.
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
12
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran, guru diamati oleh seorang teman sejawat dengan prosedur pembelajaran dan langkah-langkah sebagai berikut. PraSiklus 1.
Perencanaan Tindakan yang dilakukan pada prasiklus adalah menerapkan metode demonstrasi
dalam
proses
pembelajaran
untuk
meningkatkan
penguasaan siswa terhadap materi Ciri Benda Padat dan Benda Cair. Rencana perbaikan pembelajaran pada prasiklus terdiri dari langkahlangkah: Dalam perencanaan prasiklus sebelum dilakukan perbaikan, peneliti dibantu oleh teman sejawat terlebih dahulu merumuskan masalah yang terjadi yaitu siswa lebih mampu menguasai materi IPA Ciri Benda Padat dan Benda Cair dan dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Adapun kegiatan yang dilakukan, yaitu: 1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran prasiklus 2) Menyiapkan alat peraga berupa benda-benda di kelas, batu, piring, gelas 3) Menyiapkan sistematika laporan prasiklus 4) Menyiapkan lembar observasi 5) Lembar evaluasi 6) Menyiapkan LKS
2.
Pelaksanaan Tindakan yang dilakukan pada prasiklus adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi tentang Ciri-Ciri Benda Padat dan Benda Cair dengan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada awal pertemuan guru mengucapkan salam kepada siswa, memotivasi siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatankegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran menggunakan metode demonstrasi.
13
Kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang kegiatannya sebagai berikut : 1) Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang benda-benda di kelas ( meja,kursi, buku, papan tulis, pensil, spidol dan lain-lain ) 2) Siswa diminta untuk menyebutkan benda-benda yang ada di kelas tersebut. 3) Guru meletakkan benda-benda seperti penggaris,pena,piring, gelas, batu dan lain-lain di atas meja sedangkan siswa diminta mengamati. 4) Siswa diminta untuk menyebutkan benda yang merupakan benda padat yang ada di atas meja. 5) Guru melakukan demonstrasi dengan meletakkan batu di atas piring 6) Siswa diminta untuk menyebutkan bagaimana bentuk batu setelah diletakkan di atas
piring
7) Guru meletakkan penggaris di atas meja 8) Siswa diminta untuk menyebutkan bagaimana bentuk penggaris di atas meja 9) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang dipelajari serta diberikan penguatan Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang dipelajari serta siswa diberikan soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa pada prasiklus. 3. Pengamatan/Pengumpulan Data Pada tahap ini, selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman sejawat mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru (lembar observasi siswa dan guru terlampir). 4. Refleksi Kegiatan refleksi yang dilakukan adalah mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh teman sejawat memperoleh hasil: 1) Siswa yang baru menguasai materi 10 orang atau 45,45%.
14
2) Sebagian siswa sudah ada yang aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru. 3) Guru belum bisa memberikan perhatian secara menyeluruh kepada siswa. 4) Guru belum melibatkan siswa 100% dalam proses pembelajaran. Adapun kekurangan yang belum bisa diatasi pada prasiklus ini akan diperbaiki pada siklus I. Siklus I 1. Perencanaan Siklus I dilaksanakan berdasarkan refleksi prasiklus dan bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran pada prasiklus. Pada siklus I ini diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya. Rencana perbaikan pembelajaran pada siklus I terdiri dari langkah-langkah Dalam perencanaan siklus I ini, peneliti akan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada prasiklus, yaitu siswa belum bisa menyebutkan perbedaan ciri-ciri benda padat dan benda cair.Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu: 1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus I 2) Menyiapkan alat peraga berupa benda-benda di kelas, sebotol kecap, gelas, secangkir air 3) Menyiapkan sistematika laporan siklus I 4) Menyiapkan lembar observasi 5) Lembar evaluasi 6) Menyiapkan LKS b. Pelaksanaan Tindakan yang dilakukan pada siklus I ini adalah memperbaiki masalah yang belum dapat diatasi pada prasiklus, yaitu siswa belum bisa menyebutkan perbedaan ciri benda padat dan benda cair. Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus I yaitu, a) kegiatan awal yang meliputi salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, melakukan apersepsi dan menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
dengan
menggunakan metode demonstrasi.b)Kegiatan inti yaitu kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang langkah kegiatannya sebagai berikut :
15
1) Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang benda-benda yang merupakan benda cair 2) Siswa diminta menyebutkan benda-benda yang merupakan benda cair 3) Guru meletakkan secangkir air, satu buah gelas dan satu botol kecap di atas meja sedangkan siswa diminta untuk mengamati 4) Siswa diminta untuk menyebutkan benda yang merupakan benda cair yang ada di atas meja. 5) Guru melakukan demostrasi dengan memasukkan air yang berada di dalam cangkir ke dalam sebuah gelas 6) Siswa diminta untuk menyebutkan bentuk air sebelum dan sesudah dimasukkan ke dalam gelas. 7) Guru menuangkan kecap ke dalam mangkuk 8) Siswa diminta untuk menyebutkan bagaimana bentuk kecap setelah dan sebelum dimasukkan ke dalam mangkuk 9) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah dipelajari dan diberikan penguatan Diakhir pertemuan, guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari dan memberikan pemantapan materi yang dilanjutkan dengan melakukan evaluasi secara indiIIdu. Dari proses pembelajaran, siswa sudah mulai terlihat aktif. c. Pengamatan/Pengumpulan Data Pada siklus I ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman sejawat mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru (lembar observasi terlampir). d. Refleksi Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti bersama dengan teman sejawat memperoleh hasil: 1)
Siswa yang baru menguasai materi 14 orang atau 63,63 %
16
2) Sebagian siswa belum menguasai materi tentang perbedaan ciri-ciri benda padat dan benda cair. 3) Sebagian siswa sudah benar dalam menjawab pertanyaan dari guru dan terlibat aktif dalam pembelajaran. 4) Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas dimana siswa sudah lebih fokus dalam pembelajaran Adapun kekurangan yang belum bisa diatasi pada prasiklus ini akan diperbaiki pada siklus I. Siklus II 1. Perencanaan Siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus I dan bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I. Pada siklus II ini diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya. Rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: Dalam perencanaan siklus II ini, peneliti akan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I, yaitu siswa belum bisa menentukan perbedaan ciri-ciri benda padat. Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu: 1)
Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus II
2) Menyiapkan alat peraga berupa objek nyata yaitu piring, gelas, cangkir, botol, piring,air, minyak goreng, kecap. 3) Menyiapkan sistematika laporan siklus II 4) Menyiapkan lembar observasi 5) Lembar evaluasi 6) Menyiapkan LKS
2. Pelaksanaan Tindakan yang dilakukan pada siklus II ini adalah memperbaiki masalah yang belum dapat diatasi pada siklus I, yaitu siswa belum bisa menentukan perbedaan ciri-ciri benda padat dan benda cair. Dari pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat, secara umum pelaksanaan kegiatan perbaikan
17
sudah sesuai dengan rencana. Prosedur pelaksanaannya adalah dimulai dari kegiatan awal, inti, dan kegiatan akhir. Pada awal pertemuan guru mengucapkan salam kepada siswa, memotivasi siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi ini. Setelah siswa mulai memperhatikan ke depan, guru mulai memperlihatkan kepada siswa perubahaan yang terjadi bila pensil dipindahkan dari atas meja ke dalam kotak pensil dan perubahan yang terjadi bila air dari gelas dituangkan kedalam cangkir.Setelah itu guru menjelaskan tentang perubahan wujudnya. Kemudian, siswa menyelesaikan soal yang ada di LKS. Siswa diminta untuk bertanya apabila belum mengerti tentang ciri-ciri benda cair dan benda padat, misalnya ”ada yang belum jelas, ada yang mau bertanya?”. Diakhir pertemuan, guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari dan memberikan pemantapan materi yang dilanjutkan dengan melakukan evaluasi secara indiIIdu. Metode demonstrasi dengan menggunakan objek nyata membuat siswa aktif dalam pembelajaran. 3. Pengamatan/Pengumpulan Data Pada siklus II ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman sejawat mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru (lembar observasi siswa dan guru terlampir) 4. Refleksi Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti bersama dengan teman sejawat memperoleh hasil: 1) Jumlah siswa yang mencapai KKM dengan nilai diatas 76 sebesar 90,90 %. 2) Sebagian siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan benar sebesar 90,90 %. 3) Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas. Hasil tes siklus II ini menunjukkan skor rata-rata kemampuan siswa dalam menguasai materi sebesar 90,90 %. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah
18
menguasai materi secara lebih baik. Oleh karena itu, perbaikan pembelajaran dihentikan.
C. Hal-hal yang Unik Hal-hal yang unik yang muncul pada saat perbaikan pembelajaran IPA dari 22 siswa di kelas II, yaitu: a. Pada prasiklus saat awal pembelajaran, siswa terlihat tegang, kaku, dan sangat serius karena ada tamu (teman sejawat) yang mengamati pembelajaran. Namun, pada siklus I dan II siswa mulai terbiasa dengan kehadiran teman sejawat tersebut. b. Perhatian siswa tertuju pada objek nyata berupa minyak,madu,air yang ditunjukkan guru. c. Siswa tampak malu-malu ketika harus menyampaikan pendapat tentang cara merawat dokumen tersebut. d. Guru tampak sibuk dan repot dalam mengelola kelas karena selain mengajar juga harus mengadakan pengamatan terhadap keaktifan siswa.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
19
Mengenai kondisi awal pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN Cikasungka II materi Membedakan ciri benda cair dan benda padat Hidup menunjukkan yaitu. (1) pembelajaran pengetahuan alam di kelas masih berjalan monoton; (2) belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat; (3) belum ada kolaborasi antara siswa dan guru; (4) metode yang digunakan bersifat konvensional (5) rendahnya kualitas pembelajaran pengetahuan alam, dan (6) rendahnya prestasi siswa untuk mata pelajaran pengetahuan alam. Dari pelaksanaan tindakan kelas hasilnya adalah sebagai berikut. 1. Nilai Rata-Rata Hasil evaluasi belajar selama siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut. Tabel. 4.1 Nilai Rata-Rata No Tindakan
Nilai Rata-Rata
Keterangan
1.
Pra Siklus
59,09%
Belum Tercapai
2.
Siklus 1
70,91%
Belum Tercapai
3.
Siklus 2
74,09%
Belum Tercapai
4.
Siklus 3
85,45%
Terlampaui
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa hasil evaluasi nilai ratarata proses belajar mengajar di awal pembelajaran sebesar 59,09%. Selama siklus 1 menunjukkan peningkatan sebesar 70,91%. Hasil evaluasi nilai rata-rata dalam proses belajar mengajar selama siklus kedua
sebesar
74,09% dan nilai rata-rata dalam proses belajar mengajar selama siklus ketiga menunjukkan peningkatan sebesar 85,45 %.
Perolehan skor Nilai Rata-Rata selama siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
20
85.45%
90.00% 80.00%
Ketercapain (%)
70.00% 60.00%
70.91%
74.09%
59.09% Pra Siklus
50.00%
Siklus 1
40.00%
Siklus 2
30.00%
Siklus 3
20.00% 10.00% 0.00% Grafik 4.1 Nilai Rata-Rata
2. Ketercapaian KKM Perolehan skor Ketercapaian KKM 75 selama siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut. 120.00% 95.45%
Persentase
100.00%
80.00%
77.27%
50.00% 50.00%
60.00%
63.64% ≥ 75 36.36%
40.00%
≤ 75
22.75% 20.00%
4.55%
0.00% Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Grafik 4.2 Ketercapaian KKM
Hasil evaluasi tingkat ketercapaian siswa terhadap KKM sebesar 75 pada awal pembelajaran masih rendah dengan perolehan persentase sebesar 27,73%. Di siklus pertama ketercapaian siswa meningkat sebesar 50,00%. Ketercapaian siswa terhadap KKM sebesar 75 pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan perolehan persentase sebesar 63,64%. tingkat ketercapaian siswa siklus ketiga mengalami peningkatan dengan perolehan persentase sebesar 95,45%.
21
3. Aktivitas Siswa Meningkatnya rata-rata nilai evaluasi dan tingkat ketercapaian diikuti pula aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah pada pembelajaran Metode Demontrasi selama siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut. 120.00% 100% 100.00%
Persentasi
80.00% 60.00%
72.73% 50.00% 50.00%
59.09% Aktif
40.91% 40.00%
Pasif 27.27%
20.00% 0% 0.00% Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Grafik 4.3 Aktivitas Siswa
Grafik 4.3 diatas menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada awal pembelajaran menunjukan aktivitas yang sangat rendah, hanya 50,00% siswa aktif. Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergolong rendah dengan perolehan skor 59,09% siswa aktif. Pada siklus kedua aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergolong sedang dengan perolehan skor 72,73% siswa aktif. Siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi pertanyaan yang diberikan guru ataupun pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta didik lainnya.
Suasana
pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan. Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergolong tinggi dengan perolehan skor 100% siswa aktif. B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus 1 a. Perencanaan
22
Perencanaan tindakan dilakukan dengan membuat segala sesuatu yang diperlukan seperti: Perangkat Perbaikan Pembelajaran (RPP), dan beberapa instrument pendukung seperti: tes, observasi. Dalam perencanaan tindakan ini peneliti akan membuat skenario pembelajaran yang dituangkan dalam RPP. b. Pelaksanaan Pada saat awal siklus pertama pelaksanaan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan : 1) Pembelajaran Metode Demontrasi dilaksanakan dengan cara belajar secara kelompok, peserta didik belum terbiasa belajar dengan kondisi demikian. 2) Pemahaman peserta didik terhadap langkah-langkah pembelajaran Metode Demontrasi masih rendah. Langkah-langkah yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut diatas antara lain. 1) Memberikan motivasi dan dorongan pada siswa agar aktif bekerja dalam kelompok. 2) Memberikan bimbingan secara langsung pada peserta didik baik secara indiIIdu maupun secara berkelompok. Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan guru dan superIIsor 2 dapat disimpulkan : 1) Peserta didik mulai memahami pola pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran Metode Demontrasi. 2) Langkah-langkah pembelajaran Metode Demontrasi sudah dapat dilakukan peserta didik dengan baik. 3) Kondisi pembelajaran sudah mulai kondusif dengan meningkatnya aktivitas siswa. c. Observasi 1) Hasil evaluasi nilai rata-rata dalam proses belajar mengajar selama siklus pertama menunjukkan peningkatan sebesar 70,91 atau 70,91%.
23
2) Hasil evaluasi tingkat ketercapaian siswa terhadap KKM sebesar 75 pada siklus pertama masih rendah dengan perolehan persentase sebesar 50,00%. 3) Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergolong rendah dengan perolehan skor 59,09% siswa aktif. d. Refleksi Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut. 1) Suasana pembelajaran belum mengarah pada pendekatan pembelajaran Metode Demontrasi. Dilihat dari perolehan skor aktivitas siswa hanya 59,09% aktif. 2) Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata sebesar 70,91% dan tingkat ketercapaian ketuntasan sebesar 50,00. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut : 1) Lebih intensif membimbing siswa untuk belajar baik secara indiIIdu maupun membimbing siswa secara berkelompok. 2) Mempersiapkan pembelajaran yang lebih baik sehingga siswa lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan.
Siklus 2 Siklus kedua terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang digambarkan sebagai berikut. a. Perencanaan 1) Lebih intensif membimbing siswa untuk belajar baik secara indiIIdu maupun membimbing siswa secara berkelompok. 2) Mempersiapkan pembelajaran yang lebih baik sehingga siswa lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan. 3) Membuat perangkat pembelajaran Metode Demontrasi yang lebih mudah dipahami peserta didik.
24
b. Pelaksanaan 1) Pelaksanaan pembelajaran menunjukkan kepada pembelajaran Metode Demontrasi. Tugas yang diberikan guru kepada peserta didik mampu dikerjakan dengan baik. Peserta didik saling membantu untuk memahami materi pelajaran yang diberikan melalui diskusi dan Tanya jawab. 2) Peserta didik termotivasi untuk bertanya mengikuti pembelajaran Metode Demontrasi. 3) Pembelajaran yang menyenangkan sudah mulai tercipta. c. Observasi 1) Hasil evaluasi nilai rata-rata dalam proses belajar mengajar selama siklus kedua menunjukkan peningkatan sebesar 74,09 atau 74,09%. 2) Hasil evaluasi tingkat ketercapaian siswa terhadap KKM sebesar 75 pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan perolehan persentase sebesar 63,64%. 3) Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergolong sedang dengan perolehan skor 72,73% siswa aktif. d. Refleksi Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah sebagai berikut. 1) Meningkatnya rata-rata nilai evaluasi sebesar 74,09% diikuti pula tingkat ketercapaian KKM 75 sebesar 63,64%. 2) Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah pada pembelajaran Metode Demontrasi. Siswa mampu bekerja sama dalam kelompok dan memahami tugas yang diberikan guru. Siswa sudah mulai mampu berpartisipasi dalam kelompok dan tapat waktu menyelesaikan tugas yang diberikan. Aktivitas siswa yang aktif sebesar 72,73%. Siklus 3 a. Perencanaan
25
1) Memberikan semangat dan dorongan untuk belajar secara berkelompok lebih aktif lagi. 2) Lebih intensif memberikan bimbingan pada peserta didik baik secara indiIIdu maupun berkelompok. 3) Memberikan penghargaan. 4) Membuat perangkat pembelajaran Metode Demontrasi yang lebih mudah dipahami peserta didik. b. Pelaksanaan 1) Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah kepada pembelajaran Metode Demontrasi. Tugas yang diberikan guru kepada peserta didik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Peserta didik dalam kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran
yang telah diberikan baik melalui Tanya jawab maupun
diskusi. Mereka kelihatan lebih antusias mengikuti proses belajar mengajar. 2) Siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi pertanyaan yang diberikan guru ataupun pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta didik lainnya. 3) Suasana pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan. c. Observasi 1) Hasil evaluasi nilai rata-rata dalam proses belajar mengajar selama siklus ketiga menunjukkan peningkatan sebesar 85,45 atau 85,45 %. 2) Hasil evaluasi tingkat ketercapaian siswa terhadap KKM sebesar 75 pada siklus ketiga mengalami peningkatan dengan perolehan persentase sebesar 95,45%. 3) Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergolong tinggi dengan perolehan skor 100% siswa aktif. d. Refleksi Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus ketiga ini adalah sebagai berikut.
26
1) Meningkatnya rata-rata nilai evaluasi belajar siswa
menerapkan
pembelajaran Metode Demontrasi sebesar 85,45% dan tuntas secara klasikal, dan diikuti pula peningkatan ketercapaian peserta didik terhadap KKM 75 yang telah ditetapkan guru menjadi 95,45%. 2) Meningkatnya aktivitas siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini berdasarkan observasi 72,73% pada siklus kedua meningkat menjadi 100% pada siklus ketiga. 3) Meningkatnya aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan menerapkan pembelajaran Metode Demontrasi di kelas II SDN Cikasungka II materi Membedakan ciri benda cair dan benda padat Hidup pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana
pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran Metode
Demontrasi.
27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam tiga siklus dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa kelas II SDN Cikasungka II pada mata pelajaran IPA materi Ciri-Ciri Benda Padat dan Benda Cair mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan objek nyata melalui metode eksperimen. 2. Pembelajaran menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi tepat digunakan untuk mempelajari IPA pokok bahasan Ciri-Ciri Benda Padat dan Benda Cair. 3. Mengaitkan pembelajaran dengan menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. 4. Keterampilan dan keaktifan siswa dalam tanya jawab selama proses pembelajaran menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi dapat muncul dan 81,81% menunjukan peningkatan. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA sebagai berikut: 1. Sebaiknya guru melaksanakan pembelajaran menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi dalam mengajar IPA pokok bahasan CiriCiri Benda Padat dan Benda Cair di kelas II SD agar prestasi belajar siswa dapat meningkat. 2. Gunakan metode pembelajaran yang tepat dan bervariatif sesuai dengan tujuan pembelajaran dan perkembangan peserta didik .
28
3. Berikan motivasi untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih fokus terhadap pelajaran yang diberikan. 4. Sebaiknya kaitkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan pengalaman kongkrit siswa agar pembelajaran menjadi bermakna. 5. Libatkan siswa secara lebih aktif dalam setiap proses pembelajaran melalui penerapan metode demostrasi. 6. Lakukan refleksi diri setiap selesai mengajar untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
29
Anitah Sri,dkk.2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas terbuka.
Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah SB & Zain A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik Oe. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Nursiyani AT. 2002. Pelangi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Rusman, M.Pd 2013. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers
Sapriati Amalia, dkk. 2008. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta : Universitas terbuka
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Wardani IGAK, Wihardit K
2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka
30