Karden Edi Sontang Manik

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Karden Edi Sontang Manik as PDF for free.

More details

  • Words: 1,398
  • Pages: 8
Karden Eddy Sontang Manik berfikir untuk maju Karden Eddy Sontang Manik lebih dikenal oleh mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan panggilan KES Manik. Dengan wajah dan cara bicara yang khas, setiap orang yang berhadapan dengannya akan tahu dengan pasti bahwa beliau adalah putra Batak yang banyak memahami pemikiran dan kultur Jawa. Tidak ada perasaan canggung ketika mengucapkan kata-kata dalam bahasa jawa atau sunda dengan dialek bataknya yang kental. Bahkan sekali-kali dalam pembicaraannya selalu diucapkan beberapa istilah jawa untuk menggugah pemikiran mahasiswa agar lebih mampu merasakan pengorbanan orang tua yang dengan susah payah untuk menyekolahkan anaknya.

Belajar: konsekuensi logis penciptaan akal Mempertahankan diri untuk terus belajar merupakan komitmen yang harus dijaga oleh seseorang yang menyatakan diri sebagai mahasiswa. Prinsip ini merupakan prinsip yang tidak dapat ditawar oleh seorang mahasiswa jika berhadapan dengan beliau. Sekolah adalah pekerjaan yang paling mudah, Ucap beliau jika harus berhadapan dengan mahasiswa yang rendah komitmennya untuk belajar. Dengan hanya

bermodalkan kemauan untuk belajar, seorang mahasiswa pasti akan dapat menyelesaikan sekolahnya dengan baik, sambung beliau dengan nada yang agak meninggi. Biasanya jika sudah sampai pada tataran pembicaraan seperti ini, setiap mahasiswa sudah tidak mampu untuk mencerna dengan baik sisa-sisa kalimat yang terucap kemudian. Pasalnya, beliau menganggap bahwa dalam masa bekerja, seorang sarjana harus menghadapi berbagai masalah kehidupan dengan tanpa meninggalkan upaya yang ikhlas untuk menunggu rahmat tuhan. Tidak ada satu kalimatpun dapat digunakan untuk menyanggah pernyataan beliau yang mengatakan bahwa niat yang diwujudkan dalam melaksanakan pekerjaan selalu harus didasari oleh kepercayaan terhadap tuhan. Tidak ada satu alasanpun bagi seorang manusia untuk mengabaikan tuhannya ketika mereka mendapatkan pemecahan kesulitan dengan cara sementara meminggirkan tuhannya dan baru kembali setelah urusan selesai. Sedikit atau banyak upaya manusia untuk mengabaikan tuhannya, manusia sudah melangkahkan kaki ke arah yang sulit untuk kembali. Beliau berpendapat bahwa meninggalkan cara-cara setan jauh lebih sulit dari meninggalkan kebiasaan merokok yang sama sama menjajah manusia. Sebagai mantan perokok berat, banyak sekali sindiran-sindiran yang mampu membuat juniornya terpojok dan tidak mampu berdalih untuk tetap mempertahankan kesalahannya.

Menggali Warna

2

Belajar menjadi inti dari cara berfikir manusia. Belajar merupakan tugas bagi seorang manusia untuk memberikan bobot dan warna bagi sikap manusia di kemudian hari. Sampai pada tataran tertinggi, belajar adalah upaya manusia untuk mengenal dan mensyukuri kehendak tuhan dalam menciptakan manusia dan alam semesta.

Santun: Performa dan Indikator Kemampanan Pemikiran Proses pembelajaran manusia yang panjang baru akan mewujud dalam diri seseorang untuk lebih santun dalam bersikap. Dalam hal ini, kesantunan lebih merupakan bentuk ungkapan pemikiran seseorang dalam membentuk cara bersikap dan mengkomunikasikan pemikiran tanpa melupakan berbagai aspek yang mungkin terkait dan dampak yang mungkin ditimbulkannya. Santun berfungsi sebagai rambu dan arah manusia dari satu tahap kepada tahap lainnya untuk menjaga pemikiran merdeka agar tidak tersesat dalam pencapaian tujuan hidup manusia. Santun yang berfungsi sebagai arah kehidupan merupakan kinerja manusia dalam memapankan pemikiran ke dalam tataran yang mampu menjaga harag dan derajat manusia, sedangkan rambu lebih merupakan indikator untuk menilai pencapaian pemikiran seorang manusia dalam membentuk kemapanan pemikiran itu sendiri. Tidak pernah terbayangkan oleh seorang KES Manik ketika harus menjalani berbagai kesulitan sampai akhir tahun 70-an untuk mempertahankan keyakinannya terhadap kehidupan yang lebih baik di masa-masa yang

Menggali Warna

3

akan datang. Banyak kesulitan yang harus dihadapi sebagai seorang staf pengajar dalam membentuk mental mahasiswa yang lahir dalam situasi pemikiran tradisional masyakat Lampung terhadap pendidikan. Hampir seluruh mahasiswa Fakultas Pertanian UNILA merasa takut untuk berhadapan dengan beliau dalam posisi bermasalah atau melakukan kecurangan. Seorang KES Manik akan menindak tegas seluruh kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa tanpa perasaan takut akan adanya pembalasan secara pribadi di kemudian hari. Ketegasan inilah yang kemudian menjadi awal dalam pembentukan kebijakan yang mengharuskan setiap dosen untuk menempelkan jawaban ujian dan membagikan berkas ujian sebagai acuan mahasiswa dalam mengukur perolehan nilai ujian masing-masing. Banyak pendapat yang mengatakan struktur kelembagaan yang digagas oleh KES Manik bukan merupakan hal yang luar biasa. Akan tetapi jika dilihat dari situasi penerapan pendidikan yang berkeadilan, proses penilaian hasil ujian mahasiswa yang bersifat transparan secara bertahap mampu menghilangkan praktek dosen yang semena-mena dalam memberikan nilai ujian kepada mahasiswa. Perubahan sistem penilaian hasil ujian mahasiswa dari sistem absolut ke dalam sistem yang transparan dengan serta merta mampu meredam konflik antara dosen dengan mahasiswa, serta mahasiswa dengan mahasiswa. Selain itu juga, terbentuk pengakuan dan penghargaan yang baik di antara mahasiswa yang satu dengan lainnya terhadap penguasaan materi kuliah tertentu yang berbeda di antara mereka.

Menggali Warna

4

Sadar atau tidak sadar, penerapan sistem tranparansi penilaian hasil ujian mahasiswa merupakan kebijakan yang didasarkan kepada falsafah yang memposisikan setinggi-tingginya kedudukan dan fungsi dosen serta meletakkan mahasiswa sebagai pelajar yang akan dihargai sesuai kinerjanya. Cara berfikir transparan inilah yang kemudian merupakan indikator kinerja mahasiswa dan menjadi perilaku kinerja proses belajar mengajar yang saling menghargai antara dosen dan mahasiswa.

Belajar Menghargai Diri Dalam perkembangan kehidupan kampus yang semakin hari semakin marak dengan gaya kehidupan kota besar, seringkali beliau merasa prihatin akan perkembangan kejiwaan mahasiswa ketika harus mempertanggung jawabkan hasil pembelajaran terhadap cara menghargai diri sendiri dalam kehidupan kesehariannya di kampus. Tidak disangkal oleh beliau bahwa gaya kehidupan Kota Bandar Lampung merupakan acuan bagi gaya kehidupan kota-kota lainnya di Provinsi Lampung, sehingga cepat atau lambat gaya kehidupan mahasiswa yang berfikiran bebas akan dapat disalahartikan bagi kehidupan masyarakat di tempat mereka berasal. Keprihatinan ini sering ditampakkan oleh beliau ketika melihat seorang mahasiswa yang berangkat ke kampus menggunakan sendal jepit atau kaus oblong yang sudah berlubang di sana sini. Premis yang menyebutkan bahwa semua gaya tersebut akan menghilang pada saat mahasiswa terjun ke dalam masyarakat, seringkali ditepis

Menggali Warna

5

jauh-jauh jika mengingat resiko yang akan dihadapi oleh mahasiswa sebelum terjun ke dalam masyarakat. Masalahnya, apakah setiap mahasiswa akan mampu menyimak dengan baik bahwa proses pembelajaran untuk menghargai diri sendiri juga merupakan materi ajar yang tidak disilabuskan secara formal di perguruan tinggi. Bukankah mahasiswa yang menganut gaya seperti ini akan menjadi mahasiswa yang ekslusif dan terpisah dari kebanyakan mahasiswa lainnya, sehingga akan menghambat proses belajar mengajar antara mahasiswa dengan mahasiswa. Kemampuan untuk belajar menghargai diri inilah yang sering beliau katakan sebagai motor penggerak dalam menciptakan proses belajar mengajar antarmahasiswa dan mahasiswa dengan dosennya, sehingga setiap mahasiswa mampu menciptakan dan membawa budaya kampus sebagai budaya belajar yang menjadi patokan bagi kehidupan masyarakat muda pada umumnya.

Menghidupkan Kehidupan Rasa hormat saya kepada beliau semakin memuncak apabila teringat penjelasan beliau tentang cara-cara memberi arti kepada kehidupan. Dalam pandangan beliau, kehidupan akan sedikit memiliki arti jika seseorang yang hidup memiliki keluarga yang dapat dipertanggungjawabkan. Baru kemudian kehidupan itu sendiri akan memiliki arti yang lebih besar ketika seseorang dengan keluarganya mampu bergandeng tangan dengan lingkungan untuk menciptakan kehidupan lingkungan warga yang lebih harmonis. Bahkan kemudian Menggali Warna

6

menjadi sangat berarti ketika kehidupan itu sendiri mampu menjaga dan berjalan bersama dalam kesatuan kekerabatan yang tidak berbatas suku, ras, dan agama. Ada beberapa keunikan budaya yang dirasakan beliau ketika harus menggunakan bahasa batak dalam berkomunikasi dengan orang yang mampu berbicara fasih dengan bahasa tersebut. Setiap penekanan kata dalam aksentuasi bahasa akan memberi arti yang lebih menjurus kepada pengertian maksud ucapan, sehingga materi pembicaraan lebih mengena kepada pokok permasalahan. Untuk tujuan ini beliau tidak ragu-ragu untuk mengajarkan atau menterjemahkan beberapa kata kepada siapapun yang ingin belajar bahasa batak kepadanya. Dalam perkembangan budaya Lampung secara umum, perkembangan budaya masyarakat Lampung tidak terlepas dari budaya-budaya suku lainnya yang nyaris telah terakulturasi secara sempurna. Secara khusus, budaya tradisonal lampung masih tetap menjadi ikon bagi daerah lampung di satu sisi, sedangkan di sisi lain budaya tersebut ditopang secara kuat oleh pilar-pilar persatuan dan kesatuan suku lainnya yang berada di wilayahnya. Hal ini yang melatarbelakangi beliau untuk berkiprah di dalam organisasi Kerukunan Masyarakat Batak (Kerabat) Provinsi Lampung, yaitu organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang sosial dan budaya. Selain untuk meningkatkan keutuhan budaya bagi masyarakat batak yang bertempat tinggal di Lampung, beliau memiliki pandangan agar seluruh warga batak yang berada di provinsi Lampung ikut serta membangun provinsi Lampung sebagai kampung halaman

Menggali Warna

7

ke dua tempat dimana anak cucu mereka akan dilahirkan dan dibesarkan. Dalam strukturnya, organisasi ini dibentuk berdasarkan perkumpulan marga yang disebut punguan yang merupakan kumpulan beberapa marga dengan induk marga yang sama. Secara teknis, Kerukunan Masyarakat Batak berfungsi dalam penyelesaian masalah sesuai dengan norma-norma adat dan budaya, sehingga dapat memberi kontribusi secara nyata ke dalam pembangunan budaya Lampung secara umum. Terlepas dari peran beliau dalam organisasi kemasyarakatan Kerabat, keinginan beliau yang utama adalah bermaksud untuk menyebarluaskan kearifan budaya batak sebagai suatu bagian budaya yang menjadi ciri dan perekat budaya dalam skala keluarga, kelompok, masyarakat, regional, dan nasional.

Menggali Warna

8

Related Documents

Edi
November 2019 34
Edi
November 2019 36
Edi
November 2019 36
Edi
June 2020 22
Edi
December 2019 30