Karakteristik Per Jenis B3 1. Limbah infeksius, yang terdiri atas exkreta, spesimen laboratorium bekas balutan, jaringan busuk dan lain-lain. Limbah tajam, yang terdiri atas pecahan peralatan gelas seperti thermometer, jarum bekas dan alat suntik, limbah plastik, bekas kemasan obat dan barang, cairan infus, spuit sekali pakai/disposable perlak. 2. Limbah jaringan tubuh, seperti sisa amputasi, plasenta yang tidak etis dibuang sembarang. 3. Limbah sitotoxik, yakni sisa obat pembunuh sel yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker. 4. Limbah kimia dari laboratorium, rumah obat. Limbah radioaktif, limbah cucian pakaian, limbah dapur dan limbah cair domestik. 5. Mudah meledak. Suatu limbah B3 dikatakan memiliki karakteristik mudah meledak (eksplosif) apabila pada temperatur dan tekanan standar (25 oC dan 760 mmHg) dapat meledak, atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. US-EPA sendiri tidak memasukkan sifat mudah meledak sebagai salah satu sifat limbah B3 karena sifat ini sudah termasuk dalam sifat reaktif. Sifat eksplosif dari suatu bahan atau limbah dapat dikategorikan berdasarkan kecepatannya berekspansi atau sensivitasnya terhadap lingkungan sekitar. Salah satu contoh limbah B3 dengan sifat mudah meledak adalah limbah kimia dari jenis peroksida organik. Limbah B3 jenis ini dikategorikan sebagai yang paling berbahaya, karena selain bersifat oksidator kuat juga memiliki sifat kimia yang tidak stabil. Kebanyakan senyawa peroksida organik sangat sensitif terhadap guncangan, gesekan, dan panas, serta dapat terdekomposisi secara eksotermis dengan melepaskan energi panas yang sangat tinggi. Contoh limbah peroksida organik antara lain asetil peroksida, kumena peroksida, asam parasetat, dan dibenzoil peroksida. Limbah lain yang memilki karakteristik mudah meledak adalah limbah kimia jenis monomer yang mampu berpolimerisasi secara spontan sambil melepaskan gas bertekanan serta panas yang tinggi. Contohnya adalah butadiena dan metakrilat. 6. Mudah menyala. Suatu limbah B3 dikatakan memiliki karakteristik mudah menyala apabila dapat menyebabkan nyala api/kebakaran, dapat terbakar secara spontan, atau memiliki titik nyala kurang dari 60 o Walaupun umumnya limbah dengan karakteristik mudah menyala merupakan pelarut-pelarut organik, namun terdapat pula limbah padat yang bersifat mudah menyala seperti litium hidrida dan sodium hidrida, yang dapat menyala secara spontan apabila berkontak dengan udara. Contoh lainnya adalah trimetil aluminium yang merupakan senyawa organometal. Limbah padat yang memiliki karakteristik seperti ini dikenal dengan nama limbahpyrophoric. 7. Reaktif. Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah yang tidak stabil pada kondisi normal, di mana limbah tersebut dapat menyebabkan ledakan, bereaksi hebat dengan bahan tertentu, mengeluarkan asap, gas, dan uap beracun, atau menghasilkan campuran yang mudah meledak jika dipanaskan, dikompresi, atau dicampur dengan air. Contoh dari limbah jenis ini adalah beberapa logam dari golongan 1A pada Sistem Periodik seperti litium dan natrium yang bereaksi hebat dengan air menghasilkan gas hidrogen yang mudah terbakar. Beberapa senyawa logam
berbentuk bubuk juga bersifat reaktif. Selain itu bahan-bahan pengoksidasi (oksidator) juga bersifat reaktif terhadap senyawa-senyawa organik yang dapat menimbulkan ledakan. 8. Korosif. Limbah korosif adalah assam dengan nilai pH sama dengan atau kurang dari 2, dan basa dengan nilai pH sama dengan atau di atas 12,5, dan/atau limbah yang dapat menyebabkan perkaratan pada logam. Contoh limbah jenis ini adalah limbah asam sulfat bekas, sodium hidroksida bekas, akumulator sel basah, dan larutan etching. 9. Toksik. Adalah limbah yang dapat berbahaya atau fatal jika mencapai jaringan target dan terakumulasi dalam konsentrasi tertentu di dalam tubuh makhluk hidup, baik dengan cara terhirup melalui saluran pernafasan, terserap melalui kulit, maupun tertelan melalui mulut. Contoh limbah jenis ini adalah timbal dan merkuri.