Karakteristik Kimia, Fisika dan Mikrobiologi Media yang Digunakan 2.2.1 PDA (Potato Dextrose Agar) PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan media komplek dan media diferensiasi untuk pertumbuhan jamur dan yeast sehingga sering digunakan sebagai uji untuk menentukan jumlah jamur dan yeast dengan menumbuhkan mikroba pada permukaan sehingga akan membentuk koloni yang dapat diikat dan dihitung (Fardiaz, 1993). Selain itu PDA (Potato Dextrose Agar) juga digunakan untuk pertumbuhan, isolasi dan enumerasi dari kapang serta khamir pada bahan makanan dan bahan lainnya. Komposisi medianya adalah 20% kentang, agar, 1 liter aquades dan 2% peptone. Media PDA (Potato Dextrose Agar) digunakan untuk pertumbuhan, isolasi dan enumerasi dari kapang dan khamir pada bahan makanan dan bahan lainnya. Karbohidrat dan senyawa yang diambil dari kentang mendukung pertumbuhan khamir dan kapang dan pada kondosi pH yang diturunkan dapat menghambat pertumbuhan kontaminan (bakteri yang ikut). Jika medium ini dipakai untuk perhitungan jamur, pH medium harus diturunkan hingga 3,5 karena jamur akan tumbuh pada medium ini untuk mengembangkan morfologinya (Thatcher and Clark, 1987). Fungsinya sebagai media selektif untuk pertumbuhan jamur dan yeast hingga sering digunakan sebagai uji untuk menentukan jumlah jamur dan yeast yang dilakukan dengan menumbuhkan mikroba pada permukaan sehingga akan membentuk koloni yang dapat diikat atau dihitung (Fardiaz, 1993) 2.2.2 PCA (Plate Count Agar) PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung 0,5% tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa sehingga semua mikroba termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh dengan baik pada medium tersebut (Fardiaz, 1993). Media plate count agar (PCA) dapat berfungsi sebagai media untuk menumbuhkan mikroorganisme. Untuk penggunaannya, digunakan PCA instant sebanyak 22,5 gram untuk 1 Liter aquades. Berdasakan komposisinya, PCA termasuk ke dalam medium semisintetik, yaitu medium yang komponen dan takarannya sebagian diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui secara pasti. PCA berwarna putih keabuan, berbentuk granula dan merek yang digunakan adalah Merck. Sebelum dipanaskan tidak larut sepenuhnya dalam air, tetapi masih terlihat serbuk-serbuknya, berwarna kuning dan terlihat keruh. Setelah dipanaskan serbuk media larut seluruhnya dalam air, berwarna kuning. (Fardiaz, S. 1992). DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standarisasi Nasional Indonesia.2009. SNI 3144-2009 tentang Tempe Kedelai. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Afrianto, E dan E. Liviawaty, 2005. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.Hadiwiyoto, S, 1983. Hasil-Hasil olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Yokyakarta: Liberty. Afriyanto Eddy. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya. Jakarta : Penerbit Kanisius (halaman : 140) Alimuddin, Ali. 2008. Mikrobiologi Dasar I. Makassar : FMIPA UNM. Asaihl. 1985. Food Technology and Nutrition. Yogyakarta: UGM-Press. Astawan. 2004. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Jakarta: Akademi Presindo. Buckle, K.A., Edwards, G.H. Fleet, dan H. Wooton. 1985. Ilmu Pangan (Terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia. Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan. Eskin dalam Tensiska et al. 2007. Aplikasi Ekstrak Pigmen dari Buah Arben (Rubus idaeus (Linn.)) Pada Minuman Ringan dan Kestabilannya Selama Penyimpanan. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/aplikasi_ekstrak_pigmen.pdf. (Diakses tanggal 10 Desember 2013). Fardiaz S. 1993. Mikrobiologi Pangan. Penuntun Praktek-Praktek Laboratorium. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Fardiaz, Srikandi. 1989. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hadietomo, Ratna. 1990. Mikrobiologi Dalam Praktek. Jakarta : PT. Gramedia. Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC (halaman : 125) Hidayat, N., M. C. Padaga dan S. Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta : Andi. Hoog, J.L., Schwartz C., Noon A. T., O’toole E. T., Mastronarde DN, McIntosh JR, Antony C. 2007. Organization Of Interphase Microtubules In Fission Yeast Analyzed By Electron Tomography. Dev Cell. 12(3): 349-61 Kasmidjo, R.B. 1990. Tempe : Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta Pemanfaatannya. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi. UGM. Muchtadi, D. 1989. Petunjuk Laboratorium Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Natrsir. 2003. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Makassar: Universitas Hasanudin. Nunomura, N. dan Sasaki, M. 1992. Japanese soy sauce. Di dalam : Reddy, N. R., Pierson, M. D. dan Salunkhe, D. K. (eds). Florida: Legume-based Fermented Foods. CRC Press, Inc., Pelczar, M. J., dan Chan, E. S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press. Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press. Pelezar. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Rusmin, S and S. D. Ko. 1974. Rice-Grown Rhizopus oligosporus Inoculum for Tempeh Fermentation. Appl.Microbiol, 28(3): 347-350 Samsudin, A. M. dan Khoiruddin. 2009. Ekstraksi, Filtrasi dan Uji Stabilitas Zat Warna dari Kulit Manggis. Semarang: Jurnal Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Soemartono. 1980. Bercocok Tanam Padi. Yasaguna. Jakarta) dalam Hanum, Tirza. 2000. Ekstraksi dan Stabilitas Zat Pewarna dari Katul Beras Ketan Hitam. Buletin Teknologi dan Industri Pangan, Vol.XI, No.1,Tahun 2000. (Diakses tanggal 10 Desember 2013).
Suliantari dan Winiati P.R. 1989. Teknologi Fermentasi Umbi-umbian dan Biji-bijian. Bogor: PAU Pangan dan Gizi-IPB. Suparno dan J.T Martini. 1992. Terasi Bubuk. Kumpulan-kumpulan hasil-hasil Penelitian Pasca Panen Perikanan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Perikanan. Suprapti., M.L, 2002. Membuat Terasi. Yogyakarta: Kanisius. Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti. Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Makassar : UMM Press Winarno.F.g, 1986. Air untuk Industri Pangan. Jakarta: Gramedia. Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, dan merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bahan. Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas / dibungkusnya. Hingga saat ini kebutuhan akan kemasan sangat besar, baik itu untuk kemasan pangan maupun industrial. Kemasan diperlukan untuk melindungi produk, memudahkan pendistribusiannya serta menarik konsumen baik karena segi memperindah maupun informasi yang disajikan kemasan tersebut. Menurut Kotler (1995 : 200) pengemasan adalah kegiatan merancangdan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuahproduk.Swatha mengartikan (1980 : 139) pembungkusan (packaging) adalahk e g i a t a n - k e g i a t a n u m u m d a n p e r e n c a n a a n b a r a n g y a n g m e l i b a t k a n penentuan desain pembuatan bungkus atau kemasan suatu barang. M e n u r u t S a l a d i n ( 1 9 9 6 : 2 8 ) k e m a s a n a d a l a h w a d a h a t a u bungkus. J a d i b e b e r a p a p e n d a p a t p a r a a h l i t e r s e b u t d a p a t d i s i m p u l k a n kemasanadalah suatu kegiatan merancang dan memproduksi bungkus suatu b a r a n g y a n g m e l i p u t i d e s a i n b u n g k u s d a n p e m b u a t a n b u n g k u s p r o d u k tersebut