Kapita Selekta.docx

  • Uploaded by: pjr sumbar2
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kapita Selekta.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,033
  • Pages: 14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia dewasa ini, dimana dengan adanya pendidikan akan mampu menciptakan generasi emas yang akan membangun kembali peradaban suatu bangsa. Banyak program yang telah ditawarkan pemerintah guna untuk meningkatkan mutu suatu pendidikan, serta meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan inklusif merupakan seseuatu yang baru di dunia pendidikan Indonesia. Istilah pendidikan inklusif atau inklusi, mulai mengemuka sejak tahun 1990, ketika konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, yang diteruskan dengan pernyataan tentang pendidikan inklusif pada tahun 1994. Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh karena itu, untuk mendorong kemampuan pembelajaran mereka dibutuhkan lingkungan belajar yang kondusif, baik tempat belajar, metoda, sistem penilaian, sarana dan prasarana serta yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya media pendidikan yang memadai sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pemerintah sebagai faktor utama dalam membuat kebijaksanaan pendidikan

mengupayakan

penyelenggaraan

pendidikan

program inklusif.

pemerataan Pendidikan

pendidikan inklusif

adalah

dengan suatu

kebijaksanaan pemerintah dalam mengupayakan pendidikan yang bisa dinikmati oleh setiap warga negara agar memperoleh pendidikan

tanpa memandang anak

berkebutuhan khusus dan anak normal agar bisa bersekolah dan memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas untuk masa depan hidupnya.

B. Rumusan Masalah 1. Bagiamanakah Pengertian Pendidikan Islam Inklusif ? 2. Apa Sajakah Contoh-Contoh Pendidikan Islam Insklusif ?

2 3. Bagaimanakah Macam-Macam Kebutuhan Khusus ? 4. Bagaimanakah Tanggung Jawab Pendidikan (Islam) Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus ? 5. Bagaimanakah Perbedaan Sistem Lembaga Pendidikan Islam Inklusif Dengan Lembaga Pendidikan / Sekolah Umum ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Pengertian Pendidikan Islam Inklusif. 2. Untuk mengetahui Contoh-Contoh Pendidikan Islam Insklusif. 3. Untuk mengetahui Macam-Macam Kebutuhan Khusus. 4. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Pendidikan (Islam) Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus. 5. Untuk mengetahui Perbedaan Sistem Lembaga Pendidikan Islam Inklusif Dengan Lembaga Pendidikan / Sekolah Umum.

3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pendidikan Islam Inklusif Istilah Inklusi berasal dari bahasa Inggris “inclusion” yang berarti sebagai penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial dan konsep diri atau visi misi sekolah.1 Inklusif juga dapat diartikan sebagai cara berfikir dan bertindak yang memungkinkan setiap individu merasakan diterima dan dihargai. Lebih jauh lagi inklusif berarti bahwa semua anak dapat diterima meskipun konsep “semua anak” harus cukup jelas, dan masih sulit bagi banyak orang untuk memahaminya. Para ahli pendidikan mengemukakan konsep pendidikan inklusif secara beragam, namun pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama. Ada beberapa ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan inklusif sebagai berikut: 1. Menurut Stainback bahwa sekolah inklusif adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. 2. Staub dan Peck mengemukakan pendidikan inklusif adalah penempatan anak berkelainan ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas. Hal ini menunjukkan kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak-anak berkelainan, apapun kelainan jenisnya.2 3. Sirinam

Khalsa

pendidikan

inklusif

adalah

suatu

cara

untuk

menghilangkan model segregasi atau pemisahan anak-anak berkelainan yang belajar dengan cara yang berbeda. 4. Sapon-Shevin yang dikutip Geniofam mendefinisikan pendidikan inklusif adalah sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat di kelas reguler bersama-sama teman seusianya.3

1

David Smith, Sekolah Inklusif Konsep dan Penerapan Pembelajaran, (Bandung: Nuansa, 2012), h. 45 2 Tarmansyah, Perspektif Pendidikan Inklusif Pendidikan Untuk Semua, (Padang:UNP Press, 2009), h. 76 3 Geniofam, Mengasuh dan Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Gerai Ilmu, 2010), h. 61

4 5. Depdiknas menegaskan bahwa pendidikan inklusif didefinisikan sebagai Sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Dengan demikian penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah untuk melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik (siswa). 6. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 tahun 2009, menyebutkan

pendidikan

inklusif

adalah

sistem

penyelenggaraan

pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik umumnya. Pendidikan inklusif berarti sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik atau kondisi lainnya. Ini harus mencakup anak-anak penyandang cacat dan berbakat. Anak-anak jalanan dan pekerja, anak berasal dari populasi terpencil atau yang berpindah-pindah. Anak dari kelompok etnis minoritas, linguistik atau budaya dan anak-anak dari area atau kelompok yang kurang beruntung atau termajinalisasi Inti pendidikan inklusif adalah hak azazi manusia atas pendidikan. Seperti yang diinformasikan pada Deklarasi Hak Azazi Manusia pada tahun 1994, yang sama pentingnya adalah hak agar tidak didiskriminasikan. Suatu konsekuensi logis dari hak ini adalah bahwa semua anak mempunyai hak untuk menerima pendidikan. Tidak didiskriminasikan dengan dasar kecacatan, etnis, agama, bahasa, jenis kelamin, kemampuan dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan pendidikan inklusif adalah pendidikan yang menempatkan anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus belajar bersama

5 dengan anak normal dalam satu kelas di sekolah umum yang dekat dengan tempat tinggalnya. Sebagai bangsa yang beragama, penyelenggaraan pendidikan inklusif tidak bisa lepas dari konteks agama karena pendidikan merupakan tangga utama dalam mengenal Allah swt. Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang landasan religius dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif yaitu surat An-Nur ayat 61:

‫ج‬ ٌ ‫يض َح َر‬ ِ ‫ْس َعلَى ْاْل َ ْع َمى َح َر ٌج َو ََل َعلَى ْاْلَع َْرجِ َح َر ٌج َو ََل َعلَى ْال َم ِر‬ َ ‫لَي‬ ‫ت أ ُ َّم َهاتِ ُك ْم أ َ ْو‬ ِ ‫ت آبَائِ ُك ْم أ َ ْو بُيُو‬ ِ ‫َو ََل َعلَى أَنفُ ِس ُك ْم أَن تَأ ْ ُكلُوا ِمن بُيُوتِ ُك ْم أ َ ْو بُيُو‬ ‫ت َع َّما ِت ُك ْم أ َ ْو‬ ِ ‫ام ُك ْم أ َ ْو بُيُو‬ ِ ‫ت أَخ ََواتِ ُك ْم أ َ ْو بُيُو‬ ِ ‫أ َ ْو بُيُو‬ ِ ‫ت أ َ ْع َم‬ َ ‫تخ‬ ‫ْس‬ ِ ‫أ َ ْو بُيُو‬ َ ‫َاَل ِت ُك ْم أ َ ْو َما َملَ ْكتُم َّمفَا ِت َحهُ أ َ ْو‬ َ ‫صدِي ِق ُك ْم َلي‬

‫ت إِ ْخ َوانِ ُك ْم‬ ِ ‫بُيُو‬ ‫ت أ َ ْخ َوا ِل ُك ْم‬ ِ ‫بُيُو‬

‫س ِل ُموا َعلَى‬ َ َ‫َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَن تَأ ْ ُكلُوا َج ِميعا ً أ َ ْو أ َ ْشتَاتا ً فَإِذَا دَخ َْلتُم بُيُوتا ً ف‬ َ ً‫ار َكة‬ َّ ‫ط ِيبَةً َكذَ ِل َك يُبَيِ ُن‬ َّ ‫أَنفُ ِس ُك ْم ت َ ِحيَّةً ِم ْن ِعن ِد‬ ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ ‫َّللاُ لَ ُك ُم ْاْليَا‬ َ َ‫َّللاِ ُمب‬ ﴾٦١﴿ ‫ت َ ْع ِقلُون‬ Artinya:“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri atau di rumah bapakbapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, di rumah saudara bapakmu yang laki-laki di rumah saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang lakilaki di rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya”.

6 Makna yang tersirat dalam ayat tersebut adalah bahwa Allah swt tidak membeda-bedakan kondisi, keadaan dan kemampuan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat normal adalah masyarakat yang berada pada nuansa yang holistik dengan menerima adanya perbedaan sebagai anugerah Maha Pencipta, ada siang ada malam, ada laki-laki dan ada perempuan, ada yang cacat dan ada yang tidak cacat merupakan kehidupan yang terintegrasi menjadi suatu kehidupan sosial yang harmonis sehingga nampak indah.

B. Contoh-Contoh Pendidikan Islam Insklusif Berangkat dari pemaparan di atas maka sudah saatnya lembaga-lembaga pendidikan Islam membuka diri untuk mengakomodasi penyelenggaraan pendidikan Inklusi. Hal ini sebagai sebuah upaya riil untuk memberikan akses yang sama kepada peserta didik muslim yang mengalami keterbatasan fisik maupun mental untuk secara proporsional dan dan dibangun di atas keadilan mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang sama sebagaimana yang diterima oleh peserta didik lainnya. Sebagai gambaran ada beberapa macam pola penyelenggaraan pendidikan Inklusi baik yang sudah diselenggarakan di luar negeri maupun yang sudah diterapkan di Indonesia. Yang jelas bahwa pendidikan Inklusi pada dasarnya memiliki dua model. Pertama yaitu model inklusi penuh (full inclusion). Model ini menyertakan peserta didik berkebutuhan khusus untuk menerima pembelajaran individual dalam kelas reguler. Kedua yaitu model inklusif parsial (partial inclusion). Model parsial ini mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan khusus dalam sebagian pembelajaran yang berlangsung di kelas reguler dan sebagian lagi dalam kelas-kelas pull out dengan bantuan guru pendamping khusus. Model pendidikan inklusif yang diselenggarakan pemerintah Indonesia yaitu model pendidikan inklusif moderat.4 Pendidikan inklusif moderat yang dimaksud yaitu: pertama, pendidikan inklusif yang memadukan antara terpadu dan inklusi penuh. Model moderat ini dikenal dengan model mainstreaming. 4

Direktorat Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Policy Brief Sekolah Inklusif; Membangun Pendidikan Tanpa Diskriminasi, No. 9. Th.II/2008, Departemen Pendidikan Nasional, 2

7 Model pendidikan mainstreaming merupakan model yang memadukan antara pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (Sekolah Luar Biasa) dengan pendidikan reguler. Peserta didik berkebutuhan khusus digabungkan ke dalam kelas reguler hanya untuk beberapa waktu saja. Kedua, filosofinya tetap pendidikan inklusif, tetapi dalam praktiknya anak berkebutuhan khusus disediakan berbagai alternatif layanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Anak berkebutuhan khusus dapat berpindah dari satu bentuk layanan ke bentuk layanan yang lain, seperti: 1. Bentuk kelas regular penuh, dimana anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama, 2. Bentuk kelas reguler dengan cluster, dalam model ini anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus, 3. Bentuk kelas regular dengan pull out, anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus, 4. Bentuk kelas regular dengan cluster dan pull out, anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar bersama dengan guru pembimbing khusus, 5. Bentuk kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian, anak berkelainan belajar di kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidangbidang tertentu dapat belajar bersama anak lain (normal) di kelas regular, 6. Bentuk kelas khusus penuh di sekolah reguler, anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler.5

5

Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), 100

8 Dengan demikian, pendidikan inklusif seperti pada model di atas tidak mengharuskan semua anak berkelainan berada di kelas reguler setiap saat dengan semua mata pelajarannya (inklusi penuh). Hal ini dikarenakan sebagian anak berkelainan dapat berada di kelas khusus atau ruang terapi dengan gradasi kelainannya yang cukup berat. Dengan demikian penyelenggaraan pendidikan inklusi di pendidikan regular dalam konteks pendidikan Islam berarti dapat diselenggarakan di berbagai jenjang pendidikan Islam mulai dari RA/BA/TA sampai di PTAI.

C. Macam-Macam Kebutuhan Khusus Anak yang berkebutuhan khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya yaitu berdasarkan aspek kecerdasan (intelegensi), berdasarkan aspek fisik, dan berdasarkan aspek tingkah laku, serta berdasarkan aspek tertentu. 1. Berdasarkan Aspek Kecerdasan a) Kelompok anak berkebutuhan khusus berintelegensi di atas rata-rata. Yaitu seorang anak yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) di atas 110. Ciri-ciri anak ini adalah cepat dalam belajar (memahami, menghafal, dsb). b) Kelompok anak berkebtutuhan khusus beritelegensi di bawah ratarata.Yaitu seorang anak yang kecerdasan intelektualnya (IQ) di bawah 90. Ciri-ciri anak ini adalah lamban dalam belajar, mengingat dan memahami. 2. Berdasarkan Aspek Fisik a) Tuna Netra Yaitu seorang anak yang tergannggu pengelihatannya baik total maupun parsial. Ciri anak ini adalah memiliki daya pendengaran dan perabaan yang kuat, suka mengusap-usap mata,dsb. b) Tuna Rungu Yaitu seorang anak yang memiliki gangguan pendengaran baik lemah pendengaran maupun tuli. Ciri anak ini adalah jalannya sempoyongan, terlihat seperti orang bodoh,sering curiga terhadap orang sekitar, dsb.

9 c) Tuna Grahita Yaitu seorang anak yang mengalami hambatan perkembangan mental dengan karakteristik idiot dan imbesil. d) Tuna Daksa Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan anggota tubuh karena luka, penyakit, ataupun pertumbuhan yang salah. Anak ini memiliki ciri kelainan fisik/cacat fisik, suka menampakkan kemarahan tanpa sebab yang jelas, dsb. 3. Berdasarkan Aspek Tingkah Laku (Tunalaras) Seorang dikatakan tunalaras apabila ia mempunyai tingkah laku yang menyimpang dari orang yang normal, tidak mempunyai sikap, dan suka melanngar peraturan dengan frekuensi yang cukup besar. Penyebab tunalaras ada dua yaitu gangguan emosi dan gangguan penyesuaian sosial. Cirinya adalah memiliki aktifitas berlebih,

berperilaku nakal, suka

melanggar aturan baik kecil maupun besar. 4. Berdasarkan Aspek Tertentu a) Autis Yaitu seoarang anak yang hanya tertarik terhadap dunianya sendiri dan acuh terhadap orang lain. Ciri dari anak yang menderita autis adalah bicarnaya lambat dak kata-katanya sukar dipahami, ia suka menyendiri dan sedikit kontak mata, sensitif terhadap sentuhan seperti dipeluk, dsb. b) Hiperaktif Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan berupa aktifitas autu gerak jasmani yang berlebihan. Cirinya adalah tidak bisa diam, sering gagal fokus, sering tidak mampu mengikuti instruksi, sering lupa dalam tanggungjawabnya, dsb.

D. Tanggung Jawab Pendidikan (Islam) Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Demi pemerataan kesempatan belajar bagi semua anak, dan pendidikan juga merupakan suatu kebutuhan yang mutlak bagi semua manusia tanpa memandang keadaan anak, baik itu anak normal maupun anak berkelainan pun berhak pula mendapatkan pendidikan yang layak sebagaimana anak-anak normal pada umumnya. Dalam rangka mensukseskan wajib belajar pendidikan dasar dua

10 belas tahun dan perwujudan hak asasi manusia, maka pelayanan pendidikan bagi anak berkelainan dipandang perlu untuk ditingkatkan baik bagi mereka yang telah bersekolah maupun yang belum sempat mengenyam pendidikan sama sekali. Secara umum, akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus semakin tidak terjangkau karena lokasi sekolah yang tersedia tidak merata ke berbagai daerah. Kita jarang sekali menemukan SLB yang terdapat di pedesaan maupun daerah-daerah terpencil. Sebagian besar, lokasi SLB berada di ibukota kabupaten. Padahal,

anak-anak

berkelainan

tersebar

hampir

di

seluruh

daerah

(Kecamatan/Desa), tidak hanya di ibukota kabupaten. Akibatknya, sebagian anak-anak berkelainan, terutama yang kemampuan ekonomi orangtuanya lemah, terpaksa tidak disekolahkan karena lokasi SLB jauh dari rumah. Sementara kalau akan disekolahkan di SD terdekat, SD tersebut tidak bersedia menerima karena merasa tidak mampu melayaninya. Sebagian yang lain, mungkin selama ini dapat diterima di SD terdekat. Namun, karena ketiadaan pelayanan khusus bagi mereka, akibatnya mereka berisiko tinggal kelas dan akhirnya putus sekolah. Bagi anak yang berkebutuhan khusus, memperoleh pendidikan di sekolah luar biasa (SLB) atau sekolah terpadu merupakan anugerah yang tak terhingga karena kesempatan belajar dan mengenyam pendidikan tidak mudah diperoleh. Apalagi cita-cita untuk memasuki sekolah pendidikan formal yang dihuni anakanak normal, yang seolah-olah menjadi mimpi di siang bolong. Jika anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus, bukan tidak mungkin mereka memilih untuk berhenti melanjutkan sekolah daripada harus menanggung malu karena merasa terpinggirkan dari lingkungan baru mereka. Permasalahan tersebut bisa saja akan berakibat pada kegagalan program wajib belajar. Dalam mengantisipasi ketidakpercayaan mereka dan demi menyukseskan

wajib

belajar

pendidikan

dasar

maka

dipandang

perlu

meningkatkan perhatian terhadap anak-anak berkelainan, baik yang telah memasuki sekolah umum (SD), tetapi belum mendapatkan pelayanan pendidikan karena tidak diterima di SD terdekat atau lokasi SLB jauh dari tempat lokasi.

11 Yang di butuhkan oleh anak berkebutuhan khusus sekarang adalah penanganan secara serius dari pihak terkait, terutama orang tua, pihak sekolah, pemerintah, dan masyarakat untuk membangkitkan semangat pantang menyerah dalam menjalani kehidupan tanpa harus berkecil hati dengan keterbatasan yang dimiliki. Mereka harus didorong bahwa keterbatasan fisik jangan sampai dijadikan alasan untuk tidak kreatif atau putus sekolah. Justru dengan keterbatasan yang diberikan Tuhan akan semakin membuat mereka percaya diri dan tidak mudah putus asa dengan segala keterbatasan yang ada. Di balik keterbatasan, pasti tersimpan kelebihan yang tersembunyi dan tidak diketahui oleh orang lain, bahkan oleh diri sendiri.6

E. Perbedaan Sistem Lembaga Pendidikan Islam Inklusif Dengan Lembaga Pendidikan / Sekolah Umum Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Semangat penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa adanya diskriminasi kepada siapapun. Pendidikan reguler merupakan

pendidikan

pada umumnya

yang

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya unuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri , kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Peksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas inklusif secara umum sama dengan pelaksanaan kegiaan belajar-mengajar di kelas reguler. Namun demikian. karena di dalam kelas inklusif di samping terdapat anak normal juga terdapat anak luar biasa yang mengalami kelainan/penyimpangan (baik phisik, intelektual, 6

Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif (Konsep dan Aplikasi)..., hlm. 21.

12 sosial, emosional, dan/atau sensoris neurologis) dibanding dengan anak normal, maka dalam kegiatan belajar-mengajar guru yang mengajar di kelas inklusif di samping menerapkan prinsip-prinsip umum juga harus mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan kelainan anak.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Semangat penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang

13 bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa adanya diskriminasi kepada siapapun. Pendidikan reguler merupakan

pendidikan

pada umumnya

yang

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya unuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri , kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. B. Saran Setelah

penulis

menguraikan

masalah

tersebut

banyak

sekali

kekurangannya. Untuk itu kami harapkan kepada bapak dosen khususnya dan kepada para rekan/ pembaca pada umumnya untuk meneliti dan mengkaji kembali hal-hal yang berhubungan dengan masalah ini, supaya para pembaca mendapat wawasan yang lebih luas, dan kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya untuk perbaikan kami dalam penyusunan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA Nurjan, Syarifan. 2017. Perkembangan Peserta Didik Perspektif Islam. Yogyakarta: Titah Surga. Ilahi, Mohammad Takdir. Pendidikan Inklusif (Konsep dan Aplikasi) Agustyawati dan Solicha. 2009 Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Smith, David. 2012. Sekolah Inklusif Konsep dan Penerapan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.

14 Tarmansyah. 2009. Perspektif Pendidikan Inklusif Pendidikan Untuk Semua. Padang:UNP Press. Geniofam. 2010. Mengasuh dan Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Gerai Ilmu.

Related Documents

Kapita
June 2020 26
Kapita Selekta.ppt
April 2020 16
Kapita Selekta.docx
April 2020 19
Kapita Selekta.pdf
April 2020 17
Kapita Selekta
June 2020 16
Kapita Selekta
October 2019 29

More Documents from "Garry Daniels Genola"

Kapita Selekta.docx
April 2020 19