Kapita Selekta

  • Uploaded by: Garry Daniels Genola
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kapita Selekta as PDF for free.

More details

  • Words: 2,187
  • Pages: 11
MODUL PERKULIAHAN

Kapita Selekta Ilmu Sosial : Bahasan Sosiologi MASYARAKAT DAN BUDAYA (ANTROPOLOGI) Fakultas

Program Studi

Fakultas Ilmu Komunikasi

Public Relations

Tatap Muka

04

Kode MK

Disusun Oleh

85002

Fit Yanuar S.Isip.

Abstract

Kompetensi

Modul ini hendak memperkenalkan mahasiswa tentang konsep

Mahasiswa mengerti akan konsep masyarakat dan budaya dengan

masyarakat dan budaya dengan mengangkat telaahan antropologi.

mengangkat telaahan antropologi.

Masyarakat dan Budaya (Antropologi) TIPE DAN UNSUR MASYARAKAT Sosiologi jelas merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat. Sebagai sebuah ilmu pengetahuan, sosiologi dapat berdiri sendiri. Akan tetapi masyarakat dapat dikaji dalam seluruh ilmu sosial, tak hanya dalam sosiologi. Ilmu ekonomi, misalnya, mengkaji masyarakat dalam usaha memecahkan persoalan yang timbul karena tidak seimbangnya persediaan pangan dibandingkan jumlah penduduk, atau mempelajari upayaupaya untuk menaikkan produksi bahan sandang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dan lain-lain. Ilmu politik mempelajari suatu segi khusus pula dari kehidupan masyarakat yang

menyangkut

soal

kekuasaan,

misalnya

upaya

memperoleh

kekuasaan,

mempertahankannya, penggunaannya, dan seterusnya, yang dikaitkan dengan keberadaan negara. Ada pula ilmu jiwa sosial yang menelaah perilaku manusia sebagai individu. Antropologi, khususnya antropologi sosial, agak sulit untuk dibedakan dengan sosiologi. Bahkan di beberapa perguruan tinggi dan lembaga ilmiah, menurut Soerjono Soekanto (2003: 16), antropologi dan sosiologi merupakan dua spesialisasi yang seringkali digabungkan dalam satu bagian. Antropologi pada dasarnya mempunyai lima lapangan penyelidikan, yaitu: 1. Masalah sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis. 2. Masalah sejarah terjadinya aneka-warna bahasa-bahasa yang diucapkan oleh manusia di seluruh dunia. 3. Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna bahasa-bahasa yang diucapkan oleh manusia di seluruh dunia. 4. Masalah perkembangan, persebaran, dan terjadinya aneka-warna kebudayaan manusia di seluruh dunia. 5. Masalah dasar-dasar kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat sukusuku bangsa yang tersebar di sepuruh muka bumi, zaman sekarang ini. 2013

2

KSIS-Sosiologi Fit Yanuar, S. Isip.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

Dengan memberikan perhatian pada lapangan penyelidikan keempat dan kelima dapatlah dipahami bahwa sukar mengadakan pembatasan yang tegas antara antropologi dan sosiologi. Dulu, menurut Soekanto (Ibid.: 17) ada ilmuwan yang membuat perbedaan dengan menyatakan bahwa antropologi membatasi telaahan pada masyarakat yang sederhana. Namun sekarang, antropologi pun memberi perhatian pada masyarakat modern. Walaupun demikian tetap masih dapat dicarikan pembedaanya. Menurut Soekanto lagi, titik tolak kajiannyalah yang menentukan perbedaan. Dalam peralihan dari masyarakat sederhana dan/atau tradisionil ke masyarakat modern, antropologi bertitik tolak pada unsurunsur tradisionilnya, sementara sosiologi terutama memperhatikan unsur-unsur yang baru (modern). Berdasarkan pada pandangan di atas, kini kita dapat meneruskan pembahasan dengan sebuah pertanyaan, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat? Soekanto menyatakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Istillahnya adalah gregariousness, di mana karena itu manusia pun disebut sebagai social animal (= hewan sosial). Naluri manusia hidup bersama manusia lainnya ini kemudian melahirkan kelompok-kelompok sosial (social-group). Secara definitif, kelompok sosial tak lain dari himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama (Ibid.: 117). Kelompok sosial ini memiliki beberapa tipe. Dari segi besar-kecilnya jumlah anggota kelompok, dapat digunakan analisa Georg Simmel. Menurutnya, bentuk terkecil kelompok sosial yang terdiri dari satu orang sebagai fokus hubungan sosial bernama monad. Jika penelitian terkait dengan dua atau tiga orang, maka itu disebut dengan istilah dyad dan triad. Ada pula kelompok sosial yang bernama keluarga (family). Hampir semua manusia pada awalnya merupakan anggota keluarga itu. Kelompok sosial berbentuk keluarga yang diperluas jumlahnya dapat disebut sebagai rukun tetangga, seterusnya rukun wilayah, desa, kota, dan negara. Semakin sempit wilayahnya semakin dekat hubungan sosialnya. Sebenarnya sosiolog menciptakan tipe-tipe kelompok sosial dan masyarakat dari beberapa kriteria atau ukuran (Ibid.: 166), seperti: a. Besar-kecilnya jumlah anggota b. Derajat interaksi sosial c.

Kepentingan dan wilayah

d. Berlangsungnya suatu kepentingan e. Derajat organisasi

2013

3

KSIS-Sosiologi Fit Yanuar, S. Isip.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

f.

Kesadaran akan jenis yang sama, hubungan sosial dan tujuan dari anggota masyarakat itu.

Soekanto (Ibid.) menambahkan beberapa tipe dan unsur masyarakat sebagai berikut: -

In-group, yaitu kelompok sosial dengan mana individu mengidentifikasikan dirinya.

-

Out-group, yaitu kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan ingroupnya.

-

Kelompok primer (primary group) atau face-to-face group merupakan kelompok sosial yang paling sederhana, di mana anggota-anggotanya saling mengenal, terdapat kerjasama yang erat.

-

Kelompok sekunder (secondary group) adalah kelompok-kelompok yang terdiri dari banyak orang, antara siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng.

-

Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama, di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungan itu adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan.

-

Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka pendek. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka.

-

Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya.

-

Informal group yaitu kelompok sosial yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali, yang menjadi dasar bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama.

-

Membership group merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelomppok tersebut.

-

Reference group ialah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.

-

Kelompok okupasional, merupakan kelompok yang terdiri dari orang-orang yang melakukan pekerjaan sejenis.

2013

4

KSIS-Sosiologi Fit Yanuar, S. Isip.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

-

Kelompok volonter, mencakup orang-orang yang mempunyai kepentingan sama namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas daya jangkaunya.

Selain itu terdapat pula kelompok sosial yang tak teratur. Ia dinamakan sebagai kerumunan (crowd) yang secara definitif berarti individu-individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan. Adapun kerumunan terbagi ke dalam bentuk-bentuk berikut: 1. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial, yang terbagi lagi atas: a. Khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audiences) b. Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expresive group). 2. Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowds), dengan pembagian: a. Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations) b. Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds) c. Kerumunan penonton (spectator crowds) 3. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (lawless crowds): a. Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs) b. Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds)

CIRI MASYARAKAT TRADISIONAL DAN KOTA Tidak mudah mengklasifikasikan masyarakat tradisionil. Demi mudahnya, masyarakat tradisonil dapat dirujukkan kepada masyarakat yang hidup dengan nilai-nilai lama. Namun, apakah masyarakat primitif, ataupun masyarakat terasing yang masih ada di berbagai belahan bumi ini, termasuk Indonesia, adalah masyarakat tradisional? Ataukah yang dimaksud masyarakat tradisional itu adalah masyarakat pedesaan? Soekanto (Ibid.: 153) mengangkat tentang masyarakat pedesaan yang dibedakannya dengan masyarakat kota. Jelas, masyarakat kota diidentikkan dengan komoderenan, walaupun bukan berarti masyarakat pedesaan sama sekali lepas dari pengaruh modernisasi. Di antara ciri masyarakat desa adalah:

2013

5

KSIS-Sosiologi Fit Yanuar, S. Isip.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

-

Antar-anggota masyarakatnya mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam.

-

Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan.

-

Mata pencarian yang menonjol terkait dengan pertanian, yang menunjukkan ada keterikatan anggota masyarakat itu dengan tanah (earth-bound); walaupun demikian tak berarti setiap orang atau keluarga mempunyai tanah.

-

(Di

Indonesia)

pada

masyarakat

pedesaan

dikenal

sebuah

lembaga

kemasyarakatan yang disebut dengan istilah gotong-royong. -

Pada masyaakat pedesaan, golongan orang-orang tua biasanya memegang peranan penting.

-

Pengendalian sosial masyarakatnya terasa sangat kuat.

-

Sistem komunikasi yang ada cenderung sederhana.

-

Hubungan antara masyarakat dan pemerintah (penguasa politik) cenderung tidak resmi; musyawarah lebih menonjol.

Adapun masyarakat perkotaan atau urban community adalah masyarakat kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Tekanan pengertian “kota” terletak pada sifat serta ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Berikut beberapa ciri masyarakat kota: -

Terbiasa hidup dengan hasil-hasil industri.

-

Masyarakatnya hidup dengan rasionalitas. Kehidupan keagamaan berkurang dibandingkan masyarakat desa.

-

Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain. Yang penting pada msyarakat perkotaan ialah manusia perseorangan, atau individu.

-

Masyarakat perkotaan sangat memperhatikan sektor pembagian kerja atau keahlian. Gejala ini menciptakan lahirnya kelompok-kelompok masyarakat kecil (small group).

-

Mobilitas masyarakat sangat tinggi. Waktu menjadi hal yang penting. Orang-orang kota cenderung merasa kekurangan waktu.

2013

6

KSIS-Sosiologi Fit Yanuar, S. Isip.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

-

Masyarakat kota sudah terbiasa dengan berbagai perubahan sosial.

Ketersediaan pekerjaan yang masif di perkotaan telah menimbulkan gejala perpindahan masyarakat desa ke kota. Istilah untuk ini adalah urbanisasi. Pada satu sisi, urbanisasi menjadi jalan ke luar bagi kebutuhan perkotaan terhadap orang-orang yang mau bekerja di kota, namun di sisi lain ini menimbulkan permasalahan luas, baik pada pengaturan kehidupan sosial di perkotaan itu sendiri maupun dari meredupnya kegairahan anggota masyarakat beraktivitas di wilayah pedesaan.

KONSEP KEBUDAYAAN Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian, tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan, dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat yang menjadi wadah dan pendukungnya. Kebudayaan (culture), menurut Burhan Bungin (2006: 52) adalah produk dari seluruh rangkaian proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan aktivitasnya. Maka, kebudayaan adalah hasil nyata dari sebuah proses sosial yang dijalankan oleh manusia bersama masyarakatnya. Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah yang merupakan kata jamak dari dari kata budhdhi, yang berarti budi atau akal. Oleh karenanya, menurut Koentjaraningrat kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal (Ibid.). Adapun Soekanto, juga mengutip Koentjaraningrat, memperjelas makna budaya dari bahasa asingnya: culture (Inggris), yang berasal dari kata Latin, colere, yang artinya ialah mengolah atau mengerjakan. Dari etimologinya itu, culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Menurut Bungin, pernyataan bahwa kebudayaan adalah produk dari seluruh seluruh rangkaian proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan aktivitasnya di atas, sejalan dengan rumusan Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi bahwa kebudayaan adalah seluruh hasil karya, rasa, dan cipta manusia. Karya masyarakat menghasilkan material culture seperti teknologi dan karya-karya kebendaan atau budaya materi yang diperlukan manusia untuk menguasai dan menundukkan alam sekitarnya. Rasa adalah spritual culture, yang meliputi seluruh unsur mental dan kejiwaan manusia. Rasa menghasilkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial, hukum, dan norma sosial, yang disebut dengan pranata sosial. Apa yang dihasilkan rasa dapat digunakan untuk mengatur masalah-

2013

7

KSIS-Sosiologi Fit Yanuar, S. Isip.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

masalah kemasyarakatan. Di dalamnya termasuk agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dan hasil ekspresi jiwa lainnya. Cipta merupakan immaterial culture, ia bukan budaya spritual culture yang menghasilkan pranata sosial namun menghasilkan gagasan, teori, wawasan, dan semacamnya, yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan masyarakat. Karsa adalah kemampuan atau kecerdasan untuk menempatkan karya, rasa, dan cipta pada tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan kepentingannya bagi seluruh masyarakat. Soekanto (2003: 172) mengangkat ada kebudayaan pada suatu masyarakat yang sempurna daripada kebudayaan masyarakat lainnya. Arah kesempurnaan di sini adalah dalam konteks lebih dapat memenuhi segala kebutuhan anggota masyarakat. Dalam hal ini muncul istilah peradaban (civilization). Peradaban umat manusia sekarang dijejali oleh produk kebudayaan modern.

UNSUR-UNSUR BUDAYA Kebudayaan yang ada dalam setiap masyarakat memiliki beberapa unsur, baik yang bersifat besar maupun kecil. Soekanto (Ibid.: 175) mengangkat pendapat Merville J. Herskovits bahwa terdapat empat unsur pokok kebudayaan, yaitu: 1. Alat-alat teknologi. 2. Sistem ekonomi. 3. Keluarga. 4. Kekuasaan politik. Sementara, Bronislaw Malinowski menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan adalah: 1. Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat dalam upaya menguasai alam sekelilingnya. 2. Organisasi ekonomi. 3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, termasuk juga keluarga. 4. Organisasi kekuatan. Adapun C. Kluckhorn menyimpulkan tujuh unsur kebudayaan universal sebagai berikut:

2013

8

KSIS-Sosiologi Fit Yanuar, S. Isip.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (contohnya: pakaian, perumahan, alatalat rumah tangga, alat transportasi, senjata, dan lain-lain). 2. Mata pencarian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya). 3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan). 4. Bahasa (lisan maupun tertulis). 5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya). 6. Sistem pengetahuan. 7. Religi (sistem kepercayaan). Oleh Bungin (2006: 54), disimpulkan bahwa kebudayaan universal memiliki unsurunsur sebagai berikut: 1. Sistem teknologi. 2. Sistem mata pencaharian hidup (sistem ekonomi-produksi). 3. Sistem sosial. 4. Sistem bahasa. 5. Sistem kesenian. 6. Sistem ilmu pengetahuan. 7. Sistem religi. 8. Sistem pertahanan dan kekuasaan. 9. Sistem norma dan aturan. 10. Sistem pendidikan. 11. Sistem kesehatan. 12. Sistem pertahanan (kekuatan). NORMA BUDAYA & CUSTOM

2013

9

KSIS-Sosiologi Fit Yanuar, S. Isip.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

Norma budaya penjelasannya tak jauh berbeda dengan norma sosial. Dan, penjelasan tentang norma sosial telah diberikan pada modul yang kedua halamaN 6-8. Demikian pula custom (adat-istiadat) termasuk di dalamnya. TIPE-TIPE BUDAYA Tipe-tipe budaya mengacu pada tipe-tipe masyarakat. Dan ini sudah dijelaskan pada bagian awal dari modul ini. Sebagai tambahan, Bungin (Ibid.) mengutip Koentjaraningrat, mengatakan ada tiga gejala kebudayaan, yaitu: ide, aktivitas, dan artefak. Masih mengutip Koentjaraningrat, Bungin menyebut ada tiga wujud kebudayaan, yaitu: 1. Wujud kebudayaan sebagai totalitas dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma, peraturan, dan sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai sebuah totalitas dari aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia,

Fit Yanuar, S.ISIP., Maret 2013.

2013

10

KSIS-Sosiologi Fit Yanuar, S. Isip.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka Soerjono Soekanto, Sosiologi - Suatu Pengantar (Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 2003). Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si., Sosiologi Komunikasi – Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Penerbit Kencana Prenada, Jakarta, 2006).

2013

11

KSIS-Sosiologi Fit Yanuar, S. Isip.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

Related Documents


More Documents from "didinfachrudin"

Kapita Selekta
October 2019 29
1.pdf
May 2020 11
Diktat Codeigniter
June 2020 7
Component Joomla
June 2020 15