Kanker Tiroid.docx

  • Uploaded by: Purpleyou
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kanker Tiroid.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,051
  • Pages: 29
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kelenjar tiroid terletak di dalam leher bagian bawah, di sebelah kanan-kiri anterior trakea, melekat pada tulang laring dan pada dinding laring. Kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan sinistra yang saling berhubungan oleh istmus. Masingmasing lobus tebalnya ±2 cm, panjangnya ±4 cm dan lebarnya ±2,5 cm. Struktur dari kelenjar tiroid terdiri dari banyak folikel-folikel tertutup (100-300 mikrometer) yang dibatasi sel epitel kuboid. Saraf vasomotor pada kelenjar tiroid sebagian besar tidak bermielin dan terdapat pada dinding arteri tiroid, sedangkan saraf simpatis berakhir pada lamina basal folikel yang merangsang langsung pada sel folikel. Sel folikel mengeluarkan cairan lekat yaitu koloida tiroid (materi proteinaseosa berwarna merah muda) mengandung yodium yang dinamakan hormon tiroxin (T4) dan triiodotironin (T3). T4 dan T3 meningkatkan kecepatan metabolisme basal tubuh (BMR) dengan mempercepat reaksi kimia tubuh, mengatur penggunaan oksidasi dan udara pernapasan. Sekresinya dipengaruhi hormon dari lobus anterior kelenjar hipofisis yaitu tirotropik/TSH. T3 disekresikan oleh kelenjar tiroid hanya 7 % sehingga jumlahnya di dalam darah jauh lebih sedikit dan lebih sebentar daripada T4 namun T3 empat kali lebih kuat intensitas dan kecepatan kerjanya. T4 juga nantinya akan diubah menjadi T3 di dalam jaringan, diantaranya karena faktor stress, intake makanan dan minuman beryodium, suhu, dan kebutuhan oksigen. Bila kelenjar tiroid tidak aktif maka koloid dihasilkan banyak serta folikel akan membesar dan lapisan selnya datar. Selain T4 dan T3, kelenjar tiroid mensekresikan juga Tirokalsitonin/Kalsitonin untuk metabolisme kalsium tubuh, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Kalsitonin memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi kalsium dalam cairan ekstravaskuler. Kelenjar tiroid akan meningkatkan pelepasan kalsitonin bila kadar serum kalsium meningkat, dan sebaliknya.

1|STIKes Wira Medika PPNI Bali

B. Rumusan Masalah 1.

Apa definisi dari Kanker Tiroid ?

2.

Apa saja etiologi dari Kanker Tiroid ?

3.

Bagaiaman patofisiologi Kanker Tiroid ?

4.

Apa saja manifestasi klinisKanker Tiroid ?

5.

Bagaiaman penatalaksanaan dariKanker Tiroid ?

6.

Bagaimana asuhan keperawatan gangguan sistem endokrin dengan Kanker Tiroid ?

C. Tujuan Penulisan 1.

Mengetahui definisi dari Kanker Tiroid.

2.

Mengetahui etiologi dari Kanker Tiroid.

3.

Mengetahui patofiologi dari Kanker Tiroid

4.

Mengetahui manifestasi dariKanker Tiroid.

5.

Mengetahui penatalaksanaan dari Kanker Tiroid.

6.

Mengetahui asuhan keperawatan padaKanker Tiroid.

2|STIKes Wira Medika PPNI Bali

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Kebutuhan Dasar 1.

Definisi Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan. Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme. Kanker tiroid terjadi pada sel-sel kelenjar tiroid (organ berbentuk mirip kupu-kupu terletak di pangkal leher), yang berfungsi memproduksi hormon untuk mengatur kecepatan jantung berdetak, tekanan darah, suhu tubuh dan berat badan. Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif baik namun perjalanan klinisnya sukar diramalkan. Klien dengan Ca Tiroid mengalami stres dan kecemasan yang tinggi.

2.

Epidemiologi Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan tersering. Lebih banyak pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2 : 1 sampai 3 : 1. Insidensnya berkisar antara 5,4-30%. Berdasarkan jenis histopatologi, sebarannya adalah kanker tiroid jenis papilar (71,4%); kanker tiroid jenis folikular ( 16,7%); kanker tiroid jenis anaplastik (8,4%); dan kanker tiroid jenis medular (1,4%). Berdasarkan usia kanker tiroid jenis papilar biasanya pada pasien yang berusia kurang dari 40 tahun, berbeda dengan kanker tiroid folikular yang banyak pada usia di atas itu. Sedangkan kanker jenis medular sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun). Angka insidensi tahunan kanker tiroid bervariasi di seluruh dunia, yaitu dari 0,5-10 per 100.000 populasi. Karsinoma tiroid mempunyai angka prevalensi yang sama dengan multipel mieloma. Karsinoma tiroid ini merupakan jenis keganasan jaringan endokrin yang terbanyak, yaitu 90% dari seluruh kanker endokrin.

3|STIKes Wira Medika PPNI Bali

American Cancer Society memperkirakan bahwa sekitar 17.000 kasus baru muncul setiap tahunnya di Amerika Serikat dan sekitar 1.300 diantaranya mengakibatkan kematian. Tetapi dengan pengobatan yang adekuat, sekitar 190.000 penderita tetap dapat hidup normal dan beberapa dapat bertahan lebih dari 40 tahun.

3.

Klasifikasi Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi : a. Karsinoma Folikuler. Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan. b. Karsinoma Papilar. Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total. c. Karsinoma Medular. Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 % dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.

4|STIKes Wira Medika PPNI Bali

d. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik). Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti: 1) Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring). 2) Suara serak. 3) Disfagia Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kira-kira 1 tahun setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati

dengan

pembedahan

paliatif,

radiasi

dan

kemoterapi.

Stadium Cancer Thyroid : Stadium kanker ini tidaksaja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi TNM adalah sebagai berikut: Tipe dan stadium

<45 tahun

> 45 tahun

Stadium I

Setiap T, setiap N, M0

T1, N1, M0

Stadium II

Setiap T, setiap N, M1

T2-4, N1, M0

Papiler

Stadium III

Setiap T, N0, M0,

Stadium IV

Setiap T, setiap N, M0

Tipe dan stadium

<45 tahun

>45 tahun

Stadium I

Setiap T, setiap N, M0

T1, N0, M0

Stadium II

Setiap T, setiap N, M1

T2-4, N0, M0

Stadium III

-

Setiap T, N1, M0

Stadium IV

-

Setiap T, setiap N, M0

Stadium I

-

T1, N0, M0

Stadium II

setiap T, setiap N, M0

T2-4, N0, M0

Stadium III

-

Setiap T, N1, M0

Stadium IV

setiap T, setiap N, M1

Setiap T, setiap N, M1

Folikuler

Meduler

5|STIKes Wira Medika PPNI Bali

Tdk dapat dikalsifikasikn Stadium I

-

-

Stadium II

-

-

Stadium III

-

-

Stadium IV

setiap T, setiap N, etiap setiap T, setiap N, setiap M M

Catatan : Tx : tumor tidak dapat ditentukan T0 : Tidak ada tumor T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm T3 : fikus intraglanduler multiple T4 : tumor primer terfiksasi

4.

Etiologi Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun. Ada juga faktor predisposisilainnya seperti kelainan genetic, usia, jenis kelamin, ras, dan tempat tinggal (daerah pantai).

6|STIKes Wira Medika PPNI Bali

5.

Patofisiologi Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada, riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun serta tetangga atau penduduk sekampung ada yang menderita kelainan kelenjar gondok (endemis) dapat mencetuskan timbulnya neoplasma yang menyebabkan timbulnya pertumbuhan kecil (nodul) di dalam kelenjar tiroid seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh pelepasan TRH oleh Hipotalamus. Dimana karena pengaruh TRH, Hipofisis anterior akan merangsang peningkatan sekresi TSH sebagai reaksi adanya neoplasma. Peningkatan TSH ini akan meningkatkan massa tiroid yang akan berdiferesiasi sehingga memunculkan kanker tiroid. Kanker ini umumnya akan meluas dengan metastasis dan invasi kelenjar dan organ tubuh. Berikut perluasan kanker pada organ tubuh yang lain : Pada kanker papiler, kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam kelenjar dan dengan invasi kelenjar getah bening lokal. Selama bertahun-tahun tumbuh sangat lambat dan tetap berada dalam kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua kanker ini bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal ke dalam otot dan trakea. Selain itu, dapat tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik. Pada stadium lanjut, dapat menyebar ke paru-paru. Pada kanker folikuler cenderung menyebar melalui aliran darah, menyebarkan sel-sel kanker ke berbagai organ tubuh. Kanker ini sedikit lebih agresif dari pada kanker papiler dan menyebar dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh darah disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Kanker-kanker ini sering tetap mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodin radioaktif untuk membentuk tiroglobulin dan jarang untuk mensintesis T3 dan T4. Pada kanker anaplastik, terjadi invasi lokal pada stadium dini ke struktur di sekitar tiroid lalu bermetastasis melalui saluran getah bening dan aliran darah. Kanker cenderung menyebar melalui sistem getah bening ke kelenjar getah bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. Pada metastase stadium dini dapat merupakan komplikasi dari masalah kelenjar lain (sindroma neoplasia endokrin multipel).

7|STIKes Wira Medika PPNI Bali

6.

Manifestasi Klinis Tanda dan gejala kanker tiroid adalah: a.

Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau pembengkakan kelenjar getah bening di daerah leher (karena metastasis).

b.

Nodul ganas membesar cepat, dan nodul anaplastik cepat sekali (dihitung dalam minggu), tanpa nyeri.

c.

Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher, seperti gangguan menelan yang menunjukkan adanya desakan esofagus, atau perasaan sesak yang menunjukkan adanya desakan / infiltrasi ke trakea.

7.

d.

Suara penderita berubah atau menjadi serak.

e.

Bisa terjadi batuk atau batuk berdarah, serta diare atau sembelit.

Pemeriksaan Fisik a.

Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar leher, adanya nodule yang membesar disekitar leher.

8.

b.

Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik.

c.

Parastesia dan reflek tendon menurun.

d.

Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara.

e.

Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas.

Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang a.

Skin test : menggunakan radio isotop

b.

Lab : pemeriksaan T3 & T4

c.

Kadar kalsitonin

d.

USG : menentukan kadar nodul padat, keras, dan kistis

e.

MRI

f.

Pemeriksaan fungsi tiroid

g.

Pemeriksaan potongan beku : untuk membedakan tumor ganas atau jinak sebelum dilakukan pembedahaan.

h.

SGOT & SGPT

i.

Foto X-Ray

j.

Ultrasound

k.

CT-Scan : melihat perluasan tumor

l.

Biopsy aspirasi

8|STIKes Wira Medika PPNI Bali

9.

Penatalaksanaan Medis a.

Penatalaksanaan Medik Tidak

ada

pengobatan

yang

langsung

ditujukan

kepada

penyebab

hipertiroidisme. Namun upaya untuk menurunkan hiperaktif tiroid akan mengurangi gejalanya secara efektif dan menghilangkan penyebab utama terjadinya komplikasi serius. Terdapat 3 bentuk terapi yang tersedia untuk mengobati dan mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan yaitu : (Smeltzer, 2002. Hlm: 1308-1310) 1) Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang.Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik.Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total

merupakan

indikator

tumor

residif

atau

tumbuh

kembali

(barsano).Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler. 2) Radiologis a) Foto X-Ray Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badanbadan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening.Pemeriksaan XRay juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang.Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.

9|STIKes Wira Medika PPNI Bali

b) Ultrasound Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhana dan murah. c) Computerized Tomografi CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid. d) Scintisgrafi Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas.Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat. 3) Biopsi Aspirasi Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk

pemeriksaan sitologi.

Berdasarkan

arsitektur sitologi

dapat

diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler b.

Penatalaksanaan Keperawatan Adapun penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan adalah modifikasi aktivitas, pemantauan berkelanjutan, pengaturan suhu, dukungan emosional, dan pendidikan pasien.(Smeltzer, 2002. Hlm: 1302-1303). 1) Modifikasi aktivitas Penderita kangker tiroidakan mengalami pengurangan tenaga dan letargi sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, resiko komplikasi akibat imobilitas akan meningkat. Kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan pada status kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi akibat hipertiroidisme. Peranan perawat yang penting adalah membantu perawatan dan kebersihan diri pasien sambil mendorong

10 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

partisipasi pasien untuk melakukan aktivitas yang masih berada dalam batas toleransi yang ditetapkan untuk mencegah komplikasi imobilitas. 2) Pemantauan berkelanjutan Pamantauan TTV dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama proses penegakan diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi : Kemunduran status fisik dan mental a) Tanda serta gejal yang menunjukkan peningkatan laju metabolik akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi sistem kardivaskuler dan pernafasan b) Keterbatasan dan komplikasi miksidema yang berkelanjutan 3) Pengaturan suhu Pasien yang sering mengalami gejala menggigil dan menderita intoleransi yang ekstrem terhadap hawa dingin meskipun ia berada pada ruangan yang nyaman atau panas. Ekstra pakaian dan selimut yang diberikan dan pasien harus dilindungi terhadap hembusan angin. 4) Dukungan emosional Penderita hipertiroidisme sedang hingga berat dapat mengalami reaksi emosional hebat terhadap perubahan penampilan serta citra tubuhnya dan terhadap terlambatnya diagnosis, yang sering dijumpai pada penyakit ini. 5) Pendidikan pasien 6) Pasien dan keluarga sering sangat prihatin terhadap perubahan yang mereka saksikan akibat hipertiroid. Sering kita menentramkan pasien dan keluarga dengan penjelasan bahwa banyak diantara gejala-gejala tersebut akan menghilang setelah dilakukan terapi dan berhasil dilakukan.pasien diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan dokter meskipun gejala sudah membaik. Instruksi tentang diit untuk meningkatkan penurunan berat

badan begiru pengobatan

dimulai, untuk

prose

penyembuhan.

10. Prognosis Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kira-kira 1 tahun setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi.

11 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

11. Pencegahan Secara umum, penatalaksanaan kanker tiroid adalah: a.

Operasi Pada kanker tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi (operasi pengambilan tiroid) total merupakan pilihan untuk mengangkat sebanyak mungkin jaringan tumor. Pertimbangan dari tindakan ini antara lain 60-85% pasien dengan kanker jenis papilare ditemukan di kedua lobus. 5-10% kekambuhan terjadi pada lobus kontralateral, sesudah operasi unilateral.

b.

Terapi Ablasi Iodium Radioaktif Terapi ini diberikan pada pasien yang sudah menjalani tiroidektomi total dengan maksud mematikan sisa sel kanker post operasi dan meningkatkan spesifisitas sidik tiroid untuk deteksi kekambuhan atau penyebaran kanker. Terapi ablasi tidak dianjurkan pada pasien dengan tumor soliter berdiameter kurang 1mm, kecuali ditemukan adanya penyebaran.

c.

Terapi Supresi L-Tiroksin Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi dipertimbangkan karena adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid bila tidak ditekan akan merangsang pertumbuhan sel-sel ganas yang tertinggal. Harus juga dipertimbangkan segi untung ruginya dengan terapi ini. Karena pada jangka panjang (7-15 tahun) bisa menyebabkan gangguan metabolisme tulang dan bisa meningkatkan risiko patah tulang.

Secara khusus (berdasarkan klasifikasi kanker tiroid), penatalaksanaan kanker tiroid adalah: a.

Penatalaksanaan Kanker Papiler Kanker ini diatasi dengan tindakan pembedahan, yang kadang melibatkan pengangkatan kelenjar getah bening di sekitarnya. Nodul dengan diameter lebih kecil dari 1,9 cm diangkat bersamaan dengan kelenjar tiroid di sekitarnya, meskipun beberapa ahli menganjurkan untuk mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Pembedahan hampir selalu bisa menyembuhkan kanker ini. Diberikan hormon tiroid dalam dosis yang cukup untuk menekan pelepasan TSH dan membantu mencegah kekambuhan. Jika nodulnya lebih besar, maka biasanya dilakukan pengangkatan sebagian besar atau seluruh kelenjar tiroid dan seringkali diberikan yodium radioaktif, dengan harapan bahwa jaringan tiroid yang tersisa atau kanker yang telah menyebar akan menyerapnya dan hancur.

12 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

Dosis yodium radioaktif lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa keseluruhan kanker telah dihancurkan. Kanker papiler hampir selalu dapat disembuhkan. b.

Penatalaksanaan Kanker Folikuler Pengobatan untuk kanker ini adalah pengangkatan sebanyak mungkin kelenjar tiroid dan pemberian yodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan maupun sel kanker yang tersisa.

c.

Penatalaksanaan Kanker Anaplastik Pemberian yodium radioaktif tidak berguna karena kanker tidak menyerap yodium radioaktif. Pemberian obat anti kanker dan terapi penyinaran sebelum dan setelah pembedahan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Operasi reseksi diikuti radiasi dan kemoterapi.

d.

Penatalaksanaan Kanker Meduler Pengobatannya

meliputi

pengangkatan

seluruh

kelenjar

tiroid.

Lebih dari 2/3 penderita kanker meduler yang merupakan bagian dari sindroma neoplasia endokrin multipel, bertahan hidup 10 tahun; jika kanker meduler berdiri sendiri, maka angka harapan hidup penderitanya tidak sebaik itu. Kadang kanker ini diturunkan, karena itu seseorang yang memiliki hubungan darah dengan penderita kanker meduler, sebaiknya menjalani penyaringan untuk kelainan genetik. Jika hasilnya negatif, maka hampir dapat dipastikan orang tersebut tidak akan menderita kanker meduler. Jika hasilnya positif, maka dia akan menderita kanker meduler; sehingga harus dipertimbangkan untuk menjalani pengangkatan tiroid meskipun gejalanya belum timbul dan kadar kalsitonin darah belum meningkat. Kadar kalsitonin yang tinggi atau peningkatan

kadar

kalsitonin

yang

berlebihan

setelah

dilakukan

tes

perangsangan, juga membantu dalam meramalkan apakah seseorang akan menderita kanker meduler.

13 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

A. PENGKAJIAN DATA 1. Keluhan Utama Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan pasien dengan nodul tiroid nontoksik baik jinak maupun ganas, biasanya datang dengan keluhan kosmetik atau takut timbulnya keganasan. Sebagian besar keganasan tiroid tidak menimbulkan keluhan, kecuali jenis anaplastik yang sangat cepat membesar dalam beberapa minggu saja. Pasien umumnya mengeluh adanya gejala penekanan pada jalan napas (sesak) atau pada jalan makanan (sulit menelan). Pada nodul dengan adanya perdarahan atau disertai infeksi, bisa menimbul keluhan nyeri. Ke suara serak. 2.

Riwayat Kesehatan Saat Ini Adanya keluhan sakit dan nyeri, pada leher, serta perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode atau waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada leher.

3.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu Kesehatan masa lalu pasien biasanya pasien mempunyai riwayat gondok pada keluarga, penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian. Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.

4.

Riwayat Alergi Mengkaji apakah pasien mempunyai riwayat alergi obat, makanan, minuman, dll.

5.

Riwayat Penyakit Keturunan Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien, apakah pasien mempunyai penyakit keturunan / hereditas seperti hipertensi, diabetes melitus, asma, dan lain-lain.

6.

Pemeriksaan Fisik 1) Aktivitas / Istirahat Gejala : a.

Insomnia, sensitivitas meningkat

b.

Otot lemah, gangguan koordinasi

c.

Kelelahan berat

Tanda : a.

Atrofi Otot

14 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

2) Sirkulasi Gejala : a.

Palpitasi

b.

Nyeri dada (angina)

Tanda : a.

Distrimnia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur

b.

Peningkatan tekanan darah dengan nada yang berat. Takikardi saat istirahat.

c.

Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksitosis)

3) Eliminasi Gejala : a.

Urine dalam jumlah banyak

b.

Perubahan dalam feses (diare)

4) Integritas Ego Gejala : a.

Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik

Tanda : a.

Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi

5) Makanan / Cairan Gejala : a.

Kehilangan berat badan yang mendadak

b.

Nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan. Mual dan muntah

Tanda : a.

Pembesaran tiroid, goiter

b.

Edema non-pitting terutama daerah pretibial

6) Neurosensori Tanda : a.

Bicaranya cepat dan parau

b.

Gangguan status mental dan prilaku, seperti : bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma

c.

Tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak

d.

Hiperaktif refleks tendon dalam (RTD)

15 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

7) Nyeri / Kenyamanan Gejala : a.

Nyeri orbital, fotofobia

8) Pernafasan Tanda : a.

Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea

b.

Dispnea

c.

Edema paru (pada krisis tirotoksikosis)

9) Keamanan Gejala : a.

Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan

b.

Alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan)

Tanda : a.

Suhu meningkat diatas 37,4oC, diaphoresis

b.

Kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus.

c.

Eksoftalmus : retraksi, iritasi pada konjungtiva, dan berair. Pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah

10) Seksualitas Tanda : a.

2.

Penurunan libido, hipomenorea, amenorea, dan impoten.

Diagnosa Keperawatan a.

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara, kerusakan saraf laring.

b.

Nyeri akut berhubungan dengan cedera pascaoperasi.

c.

Kerusakan menelan berhubungan dengan tumor laringeal (kanker tiroid).

d.

Kurang pengetahuan mengenai penyakit, kondisi dan prosedur penatalaksanaan penyakit berhubungan dengan keterbatasan paparan informasi.

16 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

3. Intervensi No 1

Dx

TUJUAN DAN KH

Kerusakan

komunikasi

Setelah

dilakukan

INTERVENSI tindakan

verbal berhubungan dengan

keperawatan selama ...x24 jam

cedera pita suara, kerusakan

diharapkan kerusakan komunikasi

saraf laring.

verbal teratasi dengan KH :

1.

RASIONAL

Kaji fungsi bicara secara

1.

periodik 2.

Untuk mengetahui kondisi klien

Pertahankan

komunikasi

2.

sederhana

Agar

tidak

memaksa

Kriteria hasil:

terlalu

klien

untuk

berbicara

1. Mampu menciptakan metode

3.

Memberikan

metode

komunikasi dimana kebutuhan

komunikasi alternative yang

dapat dipahami

sesuai 4.

Kolaborasikan dengan dokter

3.

diperlukan

dengan

kondisi klien

4.

dalam pemberian obat-obat yang

Menyesuaikan

Untuk

meningkatkan

komunikasi verbal

untuk

meringankan rasa nyeri.

2

Nyeri

akut

berhubungan

dengan cedera pascaoperasi.

Setelah

dilakukan

tindakan 1.

Kaji

tanda-tanda

adanya

1.

Bermanfaat

dalam nyeri,

keperawatan selama ...x24 jam

nyeri baik verbal maupun

mengevaluasi

diharapkan nyeri terkendali dan

nonverbal,

menentukan

berkurang dengan KH :

intensitas (skala 0-10), dan

intervensi

Kriteria hasil:

lamanya.

efektivitas terapi.

1. Tidak ada rintihan 2. Ekspresi wajah rileks 17 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

2.

Memberikan posisi

semi

catat

lokasi,

pasien fowler

pada dan

2.

Mencegah leher

dan

pilihan menentukan

hiperekstensi melindungi

3. Melaporkan

nyeri

dapat

sokong kepala/leher dengan

berkurang atau hilang, dari skala 7 berkurang menjadi 2.

integritas garis jahitan

bantal kecil. 3.

Anjurkan

pasien

menggunakan

teknik

3.

membantu

untuk

memfokuskan

kembali

relaksasi, seperti imajinasi,

perhatian dan membantu

musik yang lembut, relaksasi

pasien

progresif.

nyeri/rasa tidak nyaman

untuk

mengatasi

secara lebih efektif. 4.

Kolaborasi analgesik

pemberian narkotik

diresepkan

&

4.

yang

Analgesik narkotik perlu pada nyeri hebat untuk

evaluasi

memblok rasa nyeri.

keefektifannya. 3

Kerusakan

menelan

Setelah

dilakukan

tindakan 1.

berhubungan dengan tumor

keperawatan selama ...x24 jam

laringeal (kanker tiroid).

diharapkan tingkat zat gizi yang tersedia

mampu

memenuhi 2.

Kaji

derajat

kesulitan

1.

menelan klien

Untuk

mengetahui

seberapa parah klien untuk menelan makanan

Aukultasi bising usus

2.

Membantu

dalam

kebutuhan metabolik dengan KH :

menentukan respon untuk

Kriteria hasil:

makan

1. Terpenuhi asupan makanan,

berkembangnya

cairan, dan zat gizi 2. Toleransi terhadap diet yang 3.

18 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

atau

komplikasi Berikan

makanan

dalam

3.

Meningkatkan

proses

dianjurkan

jumlah keci dan teratur, dalm

3. Mempertahankan massa tubuh

jumlah yang sering

dan berat badan dalam batas 4.

Kolaborasikan dengan dokter

normal 4. Melaporkan

keadekuatan

tingkat energi 4

Kurang

pengetahuan

Setelah

dilakukan

Pemberian

vitamin

obat obat atau vitamin yang

membantu

memenuhi

diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi klien.

tindakan

1.

Kaji respon verbal dan non

keperawatan selama ...x24 jam

verbal

dan

prosedur

diharapkan klien mampu berfikir

kondisinya saat ini

penatalaksanaan

penyakit

positif dan menerima keadaan

2.

dengan

klien

Beri dukungan emosional dan

dengan

tubuhnya dengan baik

keterbatasan

paparan

KH:

penyakit,

Kriteria hasil:

prosedur

1.

penyakit kepada klien

Klien bisa percaya diri dan mengetahui kondisi tubuh nya

19 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

3.

penjelasan

1.

tentang

berhubungan

saat ini.

4.

kebutuhan nutrisi klien.

mengenai penyakit, kondisi

informasi

pencernaan

dari klien

2.

mengenai

kondisi

Mengetahui respon positif

Memotifasikan klien untuk optimis

dan

dengan

keadaannya

penatalaksanaan

Kaji adanya factor yang memperparah masalah klien

3.

Agar keparahan penyakit klien tidak terjadi

4. Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan. Implementasi merupakan tahap pengerjaan

atau tindakan

dari intervensi

yang telah

disusun.Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang dilakukan.

5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan Nursing Outcomes Classification yang telah ditetapkan guna mengetahui perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan implementasi sesuai Nursing Intervention Classification. a.

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara, kerusakan saraf laring. 1) Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami.

b.

Nyeri akut berhubungan dengan cedera pascaoperasi. 1) Tidak ada rintihan 2) Ekspresi wajah rileks 3) Melaporkan nyeri dapat berkurang atau hilang, dari skala 7 berkurang menjadi 2.

c.

Kerusakan menelan berhubungan dengan tumor laringeal (kanker tiroid). 1) Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi 2) Toleransi terhadap diet yang dianjurkan 3) Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal 4) Melaporkan keadekuatan tingkat energi

d.

Kurang

pengetahuan

penatalaksanaan

mengenai

penyakit

penyakit,

berhubungan

kondisi

dengan

dan

keterbatasan

informasi 1) Klien bisa percaya diri dan mengetahui kondisi tubuh nya saat ini.

20 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

prosedur paparan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CA TIROID

I.

PENGKAJIAN A. Identitas Klien Nama

: Nn. ULF

Umur

: 21 tahun

TTL

: 21 Maret 1997

Jenis kelamin : Perempuan Alamat

: Jl diponogoro

Status perkawinan : Belum Kawin Agama

: hindu

Pendidikan

: SMU

Pekerjaan

: swasta

Lama bekerja : 2 tahun MRS

18 november 2018

B. Riwayat Kesehatan 1. Status kesehatan saat ini: Pasien mengeluh nyeri pada luka post oprasi,nyeri dirasakan seprti tersayatsayat,nyeri saat makan dan minum,skala nyeri 7,dan pasien juda ngeluh susah bicara, suara serak,susah menelan makan dan pasian hanya mampu menghabiskan makan ¼ porsi . Tanggal 23 november klien menjalani operasi Hemi Thyroidectomy. 2.

Riwayat Kesehatan Yang Lalu: Sebelumnya klien hanya mengeluh suaranya yang berubah menjadi serak, terasa ada gangguan waktu menelan serta teraba benjolan kecil. Klien tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita penyakit seperti yang dialaminya kini.

C. Pengkajian Fisik Tanggal

23 november 2018 pukul 12.30 WIB:

TB= 147 cm, BB= 36 kg. 1. Sistem Pernafasan (B 1) RR = 18 x/mnt, tidak ada sesak nafas, suara nafas normal. 2. Sistem Hemodinamika (B 2) TD = 130/80 mmHg, nadi 100 x/mnt, suhu = 36,5 oC, drain terpasang, perdarahan  10 cc, tidak ada hematom. Suara jantung vesikuler, perfusi perifer baik, turgor baik, intake-output seimbang, infus RL:D5 = 2:3. 21 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

3. Sistem Kesadaran dan Otak (B 3) Keadaan umum baik, compos mentis, pusing masih. Klien tampak masih mengantuk, tidak ada muntah, pupil normal, orientasi baik, GCS 4 5 6. 4. Sistem Perkemihan (B 4) BAK spontan (tanpa kateter), warna kuning jernih. 5. Sistem Pencernaan (B 5) Puasa sampai ada bising usus dan flatus. Minum susu dan diet TKTP. Klien memiliki riwayat sakit maag. BMR dilakukan 3x (I= 13,5, II=13,2, III= 13,7). 6. Sistem Integumen dan Muskuloskeletal (B 6) Luka post op Hemi Thyroidectomy di leher di verban dengan baik. D. Pengkajian Psikososial 1. Pola pikir dan persepsi: kesulitan yang dialami klien: klien merasa terganggu dengan adanya benjolan di lehernya. 2. Persepsi diri: klien khawatir benjolan yang ada di lehernya akan membesar sehingga ia bersedia dioperasi. 3. Suasana hati: klien merasa lega karena benjolan di lehernya sudah tidak ada lagi. 4. Hubungan/komunikasi: klien mudah diberikan penjelasan dan cepat memahami maksud dan tujuan dari penjelasan tersebut. Klien selalu didampingi oleh nenek, kakak dan teman sekerjanya. 5. Kehidupan keluarga: - Adat istiadat yang dianut: Jawa. - Pembuat keputusan dalam keluarga: kakak laki-laki tertua. - Pola komunikasi: melalui perantaraan nenek. Klien setiap ingin sesuatu selalu disampaikan melalui neneknya terlebih dahulu untuk kemudian disampaikan kepada kakaknya atau kepada saudara lain yang lebih tua. - Keuangan: memadai.

E. Data laboratorium dan radiologi: Tanggal 12 november 2018: Patologi Anatomy (PA); kesimpulan: Thyroid, FNA. Papillary Carsinoma Thyroid. Tanggal 16 november 2018: Thorax Foto: -

Cor : besar dan bentuk normal.

-

Pulmo: tidak tampak proses metastase.

22 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

-

Kedua sinus Phrenice Costalis tajam. Tidak tampak osteolitik dan osteoblastik process.

-

Pada Trakea: trakea tampak deviasi ke kanan.

Tanggal 23 november 2018: Laboratorium: -

Leukosit: 12,7 x 1000/UL

-

Hb: 10,4 g/dl.

-

PCV: 30,7.

-

Diff:

- SEG = 85 - Lym = 11 - Mono = 1 - LED = 24 mm/jam.

F. Terapi/Pengobatan Tanggal 23 november 2018: -

Injeksi Clindamycin 300 mg 3x1 hari.

-

Injeksi Gentamycin 80 mg 2x1 hari.

-

Injeksi Novalgin 3x1 amp.

-

Injeksi Transamin 3x1 amp. Tanggal 25 April 2001 ganti obat oral, yaitu:

II.

-

Kalnek 10 mg 3x1 tab.

-

Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tab.

-

Diet TKTP.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.Analisa Data

DATA ETIOLOGI Ds : pasien mengeluh nyeri Massa tiroid meningkat pada luka post oprasi

MASALAH Nyeri akut

Do : skala nyeri 7,pasien Memunculkan kangker tampak meringis kesakitan, tiroid wajah pucat, TD 130/80MMHG,Nadi 100X /menit Pembengkakan laring

Ds :pasien mengeluh susah Pembengkakan laring bicara Do : suara serak, pasien tampak selalu terdiam Cedera pita suara,serak 23 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

Kerusakan komunikasi verbal

Ds : pasien ngeluh susah Pembengkakan laring saat menelan Do : pasien hanya mampu menghabiskan makanan ¼ Tumor laringeal porsi sekali makan.

Kerusakan menelan

2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan cedera pascaoperasi. b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara, kerusakan saraf laring. c. Kerusakan menelan berhubungan dengan tumor laringeal (kanker tiroid).

24 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

III.

INTERVENSI

No 1

Dx Nyeri

TUJUAN DAN KH akut

1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal

berhubungan

keperawatan selama 3 .x24 jam

maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas

menentukan

dengan

diharapkan nyeri terkendali dan

(skala 0-10), dan lamanya.

menentukan efektivitas terapi.

pascaoperasi.

dilakukan

RASIONAL

tindakan

cedera

Setelah

INTERVENSI

berkurang dengan KH :

2. Memberikan pasien pada posisi semi fowler

Kriteria hasil:

dan sokong kepala/leher dengan bantal kecil.

1. Tidak ada rintihan 2. Ekspresi wajah rileks 3. Melaporkan

nyeri

dapat

berkurang atau hilang, dari skala 7 berkurang menjadi 2.

1. Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri,

2. Mencegah

pilihan

hiperekstensi

intervensi

leher

melindungi integritas garis jahitan

3. Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi,

3. membantu untuk memfokuskan kembali

seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi

perhatian dan membantu pasien untuk

progresif.

mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara

4. Kolaborasi pemberian analgesik narkotik yang diresepkan & evaluasi keefektifannya.

lebih efektif. 4. Analgesik narkotik perlu pada nyeri hebat untuk memblok rasa nyeri.

25 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

dan

2 2

Kerusakan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji fungsi bicara secara periodik

1. Untuk mengetahui kondisi klien

komunikasi

selama 3.x24 jam diharapkan kerusakan 2. Pertahankan komunikasi sederhana

2. Agar tidak terlalu memaksa klien untuk

verbal

komunikasi verbal teratasi dengan KH :

berhubungan

Kriteria hasil:

dengan

cedera 1. Mampu

pita

suara,

kerusakan saraf

3. Memberikan metode komunikasi alternative yang sesuai

menciptakan

berbicara 3. Menyesuaikan dengan kondisi klien

metode 4. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian 4. Untuk meningkatkan komunikasi verbal

komunikasi dimana kebutuhan dapat

obat-obat yang diperlukan untuk meringankan

dipahami

rasa nyeri.

laring.

3 3

Kerusakan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji derajat kesulitan menelan klien

menelan

selama 3.x24 jam diharapkan tingkat zat 2. Aukultasi bising usus

berhubungan

gizi yang tersedia mampu memenuhi 3. Berikan makanan dalam jumlah keci dan 2. Membantu dalam menentukan respon

dengan

kebutuhan metabolik dengan KH :

tumor

laringeal (kanker tiroid).

teratur, dalm jumlah yang sering

Kriteria hasil:

4. Kolaborasikan dengan dokter obat obat atau

1. Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi 2. Toleransi

diet

yang

dianjurkan 3. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal 5. Melaporkan

keadekuatan

tingkat

energi 26 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

untuk menelan makanan

untuk

makan

atau

berkembangnya

komplikasi

vitamin yang diperlukan untuk memenuhi 3. Meningkatkan proses pencernaan kebutuhan nutrisi klien.

terhadap

1. Untuk mengetahui seberapa parah klien

4. Pemberian vitamin membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

IV. Implementasi Implementasi diberikan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan

V. EVALUASI Tgl/ jam

Diagnosa

Evaluasi

26november

Nyeri akut

S: pasien mengatakan nyeri berkurang

2018

O:skala nyeri 4,TD 110/70 mmhg, nadi 88 kali/menit,pasien tampak rileks

11.00

A:tujuan tercapai, masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi 2,3,dan 4 Kerusakan komunikasi verbal

S: pasien mengatakan sudah tidak susah lg untuk bicara O: suara pasien tidak serak A:tujuan tercapai, masalah teratasi P: perahankan kondisi pasien

Kerusakan menelan

S: pasien mengatakan sudah tidak susah saat menelan makanan O : pasien takpak mampu menghabiskan makan 1 porsi A: tujuan tercapai, masalah teratasi P: pertaankan kondisi pasien

27 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

BAB III PENUTUP

A. Simpulan Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat (4) tipe, yaitu papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler. Kanker tiroid lebih sering ditemukan pada orang-orang yang pernah menjalani terapi penyinaran di kepala, leher maupun dada. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun serta tetangga atau penduduk sekampung ada yang menderita kelainan kelenjar gondok (endemis). Hal ini lebih kepada pola hidup dan letak geografis yang tidak mendukung pada pemenuhan intake yodium. Penatalaksanaannya diantaranya adalah Operasi, Terapi Ablasi Iodium Radioaktif, Terapi Supresi L-Tiroksin.

B. Saran 1.

Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakn asuhan keperawatan kepada klien kanker tiroid sesuai dengan indikasi penyakit.

2.

Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien kanker tiroid dengan baik dan benar.

28 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

DAFTAR PUSTAKA

Isselbacher, Kurt J. 2000. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC Johnson, M, dkk. 2000. Iowa Intervention Project: Nursing Outomes Classification (NOC) 2nd. Mosby : St.Louis. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. NANDA, 2005, NANDA:Nursing Diagnosis Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia. Suastika, K.1995.Penyakit Kelenjar Tiroid. Jakarta : EGC. Sudoyo Aru.W.dkk, 2009. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 5. Jakarta : Interna Publising WHO (2004) http://www.medicastore.com/med/detail/Kanker Tiroid/231206/19.46 WIB @id.

29 | S T I K e s W i r a M e d i k a P P N I B a l i

Related Documents

Kanker
August 2019 50
Kanker Payudara
November 2019 33
Kanker Tiroid.docx
October 2019 21
Kanker Payudara.docx
November 2019 28
Kanker Payudara.docx
October 2019 20
Kanker Lambung.docx
June 2020 12

More Documents from "Puja Indah Anggraeni"

Kanker Tiroid.docx
October 2019 21