Summary : 29 tahun hamil III-para di 38 minggu usia kehamilan disajikan. Pasien dirawat mengeluh sakit perut yang tidak pasti. Dengan pemeriksaan speculum serviks besar dengan adanya kemerahan saluran serviks ulseratif maka dilakukan biopsi. Diagnosis pathohistological dengan baik membedakan karsinoma sel skuamosa. Tidak ada metastasis lokal atau kelenjar getah bening atau tanda-tanda lain dari adanya penyebaran kanker (tahap 1a). CS dilakukan, lahir bayi dengan berat 2 kg, melanjutkan total abdominal hysterectomy dengan salpingoophorectomy bilateral. Temuan pathohistological: invasi stroma dari 3 mm secara mendalam dan 6 mm penyebaran lateral (FIGO tahap 1A1). Periode pasca operasi adalah uneventfull, pasien dirujuk ke nstitute of Nuclear Medicine untuk pengelolaan selanjutnya, di mana dia hanya menerima 2 siklus radiasi dan kemoterapi dan setelah itu berhenti treatement tersebut. Dua tahun kemudian pasien mengalami kesakitan parah dan meninggal karena uremia. karsinoma sel skuamosa=salah satu sel kanker kulit CS=Caesar total abdominal hysterectomy = pengangkatan rahim dan serviks, tanpa ovarium dan tuba falopi. mengangkat uterus bersama servik sekaligus salpingoophorectomy bilateral= operasi untuk mengangkat kedua indung telur(bilateral oophorectomy) TAH– BSO merupakan suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic endrometriosisTAH-BSO adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic diseas, leymiomas dan chronic endometriosis. Invasi= infeksi Subjektif Mengeluh sakit perut yang tidak jelas, meninggal dikarenakan uremia Objektif Perviks 40 mm; abnormal adneksa tidak jelas terlihat,pada usia kehamilan 38 minggu. Invasi stroma dari 3 mm secara mendalam dan 6 mm penyebaran lateral (FIGO tahap 1A1). Pemeriksaan vagina dan penilaian serviks tidak menunjukkan perdarahan vagina vagina sehat dan lembab, vulva normal, Serviks pusat,kuat, nodular, keras, panjang (2 cm)
https://www.cancer.gov/types/cervical/patient/cervical-treatment-pdq Pemeriksaan speculum : serviks besar dengan kemerahan pada saluran serviks ulseratif dan tidak ada temuan pendarahan. Tidak ada metastasis lokal di kelenjar getah bening vagina atau inguinal (Tahap 1a). pemeriksaan rectum menunjukkan bahwa sfingter utuh, mukosa normal dan tidak ada penyebaran lokal. Biopsi punch : karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi baik. (penyelidikan Umum tidak menunjukkan kelainan kecuali nilai hemoglobin rendah (9gm / dl).
http://www.sign.ac.uk/pdf/sign99.pdf *kelainan adneksa : Tumor adneksa kebanyakan diakibatkan oleh infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, peradaangan ini menyebar ke ovarium, peritonium, pembuluh darah pelviks, dimana kuman itu masuk ke organ pelviks
*Douglas punksi adalah membuat lubang menembus forniks posterior vagina sampai menembus ke kavum douglas
Assesment Periode pasca operasi berlalu dengan lancar, dan pasien dipulangkan dengan bayinya pada hari pasca operasi 10 dalam kesehatan yang baik. Laporan histopatologi dilaporkan kanker serviks sebagai tahap FIGO(1A1): »invasi stroma 3 mm diukur secara mendalam dan 6 mm penyebaran yang lateral.
Pasien terdiagnosa kanker serviks st.IA1 Setelah operasi caesar dilakukan, dilanjutkan total histerektomi abdominal dan bilateral salpingo ooforektomi. dilakukan insisi uterus segmen atas untuk menghindari tumor. Pada kasus sesuai dengan standart treatment dimana telah dilakukan
Treatmen yang disarankan
Pasien dirujuk ke Institute of Nuclear Medicine untuk pengelolaan selanjutnya, di mana dia hanya menerima 2 siklus radiasi dan kemoterapi dan setelah itu berhenti menjalani treatement tersebut. Dua tahun kemudian pasien mengalami kesakitan parah dan meninggal karena uremia.
http://www.medscape.com/viewarticle/778003_3
http://www.scielo.br/pdf/spmj/v127n6/08.pdf Menurut https://www.cancer.gov/types/cervical/patient/cervical-treatment-pdq#section/_180 4 tipe standart treatment untuk kanker serviks ,yaitu : 1. 2. 3. 4.
Surgery Radiation Therapy Chemotherapy Targeted Therapy
Pada kasus tersebut juga telah dirujuk ke institute of Nuclear Medicine untuk pengelolaan selanjutnya, di mana pasien hanya menerima 2 siklus radiasi dan kemoterapi. Treatment Terdapat sebuah uji perbandingan antara kombinasi chemotherapy dan radiotherapy dengan adjuvant radiotherapy saja. Didapatkan data berupa kombinasi chemotherapy dan radiotherapy secara signifikan menurunkan resiko kematian dan perkembangan penyakit, tetapi juga meningkatkan toksisitas dibandingkan dengan treatment berupa radiotherapy saja. Maka dari itu perlu dilakukan diskusi dengan para ahli kesehatan terkait untuk menentukan risk and benefit dari pengobatan yang dilakukan.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4164460/ Jika pada akhirnya diberikan chemotherapy, direkomendasikan obat chemotherapy untuk stage IA1 : cisplatin 100mg/m2 q4 minggu
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2667811/pdf/zlj1069.pdf
https://www.tri-kobe.org/nccn/guideline/gynecological/english/cervical.pdf Juga perlu diperhatikan efek samping dari agen kemoterapi yang akan diberikan. Cisplatin memiliki efek samping, salah satunya adalah kerusakan ginjal. Pada pasien wanita di atas, beliau meninggal dikarenakan uremia akibat kerusakan ginjal. Walaupun tidak dijelaskan penyebab Beliau meninggal, agen kemoterapi merupakan salah satu penyebab kerusakan ginjal itu sendiri.
http://cjasn.asnjournals.org/content/7/10/1713.full Sebagai langkah untuk mengatasi efek samping kerusakan ginjal dari cisplatin dapat dilakukan dengan cara : 1. Pemberian cairan untuk membantu proses diuresis. 2. Melakukan pengujian elektrolit dan darah dalam sampel urine selama pengobatan kemoterapi. 3. Pemberian obat amifostine untuk melindungi ginjal ketika diberikan cisplatin dalam dosis besar. 4. Dilakukan dialysis. 5. Dilakukan pengganti obat platinum carboplatin dan oxaplatin dikarenakan profil nefropati yang lebih rendah.
http://cjasn.asnjournals.org/content/7/10/1713.full Plan Psychosocial care and support for patients and carers : jika ini diterapkan kemungkianan besar pasien tidak harus menghentikan terapi dan bisa memperlambat kenaikan/komplikasi kanker serviks Follow up: Pemeriksaan ginekologi termasuk PAP smear biasanya dilakukan setiap 3 bulan untuk 2 tahun pertama, setiap 6 bulan untuk 3 tahun ke depan dan tahunan sesudahnya. PET / CT mungkin memiliki peran dalam mendeteksi awal kekambuhan lokal dan deteksi metastasis. Dilakukan pemeriksaan ginjal secara rutin dan pemeriksaan darah untuk mengetahui efek samping dan penangan yang diharapkan.
http://annonc.oxfordjournals.org/content/21/suppl_5/v37.full.pdf+html