Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pud

  • Uploaded by: Firda Retro
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pud as PDF for free.

More details

  • Words: 2,844
  • Pages: 8
Kajian Pengelolaan Penangkapan Ikan di Perairan Umum Daratan (Studi Kasus Pada Perairan Sungai dan Rawa banjiran di Kabupaten Ogan Komering Ilir) Oleh Maulana Firdaus1 (BBRSEKP)

Abstrak Teknis pemanfaatan sumberdaya pada perairan umum daratan (sungai dan rawa banjiran) tidak hanya digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan tetapi juga untuk kegiatan pertanian dan peternakan. Secara umum kegiatan penangkapan pada perairan umum daratan di Propinsi Sumatera Selatan telah mengalami lebih tangkap (over fishing). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengelolaan kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di perairan umum daratan (sungai dan rawa banjiran). Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan analisis deskriptif analitik. Berdasarkan hasil dari penelitian, studi literatur dan diskusi dengan responden diketahui bahwa kegiatan penangkapan di sungai dan rawa banjiran berdasarkan musimnya, oleh Fatah dan Gaffar (2007) dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu ketika air besar, air mulai surut, air surut dan air mulai naik. Alat tangkap yang digunakan bersifat Multy Gears. Pengaturan alokasi hak penangkapan ikan pada perairan sungai dan rawa banjiran di Kabupaten Ogan Komering Ilir diatur dengan sistem lelang berdasarkan peraturan daerah. Dalam peraturan tersebut siapapun yang memanfaatkan lebak lebung harus melalui mekanisme lelang yang dilakukan oleh pemerintah dan dikenal dengan istilah lelang lebak lebung. Kata Kunci : Pengelolaan, Perikanan Tangkap, Sungai dan Rawa Banjiran Pengantar Pemanfaatan potensi sumber daya perikanan perairan umum daratan provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2000 mencapai 40,65 % untuk perikanan tangkap dan 18,51 % untuk perikanan budidaya (Anonimous,2002). Perairan Umum di Sumatera Selatan mempunyai peranan penting bagi masyarakatnya dimana sumberdaya dari perairan ini dapat memenuhi kebutuhan pangan khususnya pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kabupaten Ogan Komering Ilir merupakan salah satu wilayah Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Sumatera Selatan yang dimana 60% wilayahnya adalah perairan (Bahri, 2007). Berdasarkan potensi yang tampak pada sektor perikanan,perairan umum daratan hal tersebut telah memunculkan permasalahan baru dalam pemanfaatan sumberdaya ikan. Perebutan wilayah penangkapan ikan (fishing ground) bukanlah sesuatu hal yang baru. Kompetisi yang terjadi adalah sebuah bentuk persaingan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal diantara para pelakunya (nelayan), yang merupakan sebuah wujud dari kegiatan eksploitasi sumberdaya ikan, dimana jika dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan tersebut. Hasil produksi dari kegiatan penangkapan ikan, khususnya pada perairan umum daratan di Kabupaten OKI telah mengalami penurunan, hal tersebut diduga karena semakin berkurangnya stok ikan pada perairan tersebut akibat usaha penangkapan yang terus dilakukan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan hasil produksi ikan di periran umum pada tiga tahun terakhir sampai dengan tahun 2007. Penurunan hasil produksi ini selain sangat berpengaruh terhadap pendapatan nelayan juga merupakan salah satu indikasi telah terjadinya lebih tangkap (over fishing) pada perairan tersebut, sehingga diperlukannya pengkajian terhadap pengelolaan kegiatan penangkapan ikan yang berkelanjutan.

1

Calon Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSEKP), Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260. E-mail : [email protected]

Tabel.1 Perkembangan Nilai Hasil Tangkapan di Perairan Umum Tahun 2003 -2007 Produksi Ikan Perairan Umum Wilayah

Tahun 2005 (ton)

(%)

Tahun 2006 (ton)

(%)

Tahun 2007 (ton)

(%)

Kab. Ogan Komering Ilir

11.290,9

26,23

11.313,4

26,59

5.710,6

13,26

(Prov) Sumatera Selatan

43.050,6

100

42.534

100

43.044,5

100

Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2006 – 2007.

Penelitian mengenai kajian pengelolaan penangkapan ikan di perairan umum daratan (sungai dan rawa banjiran) bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan sumberdaya perairan umum daratan dan pengelolaan kegiatan penangkapan yang ada di perairan umum daratan. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus (Nasir, 1998), namun persoalan yang dihadapi didaerah penelitian juga merupakan persoalan yang sama bagi sebagian besar daerah perairan sungai dan rawa banjiran di Indonesia pada umumnya. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada perairan sungai dan rawa banjiran (sungai lempuing) di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Kabupaten OKI merupakan salah satu wilayah Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Selatan yang dimana 60% wilayahnya adalah perairan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli tahun 2008. Metoda pengumpulan data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan narasumber (nelayan dan instansi terkait) yang mencakup informasi-informasi sesuai dengan tujuan dari penelitian. Data sekunder yang diperoleh berupa data produksi perikanan, letak geografis, demografi dan data-data lain yang terkait dengan penelitian yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten OKI dan Badan Pusat Statistik. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik snowball sampling (Nasir, 1998). Jumlah nelayan yang dijadikan sampel adalah sebanyak 18 orang. Metoda analisis data Analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis deskriptif analitik. Data atau informasi hasil dari penelitian, studi literatur dan diskusi dengan responden di analisis secara deskriptif, dimana analisis deskriptif mengacu pada transformasi dari data-data mentah ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan (Nasir, 1998). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Perikanan Perairan Sungai dan Rawa Banjiran Perairan tipe sungai dan rawa banjiran mempunyai ciri khas, yaitu dimana fluktuasi air yang sangat berbeda antara musim penghujan dan musim kemarau (Arifin dan Ondara, 1982). Pada musim penghujan air sungai meluap hingga menggenangi sebagian besar arealnya kecuali bagian tanah yang tinggi (talang), sebaliknya pada musim kemarau air sungai menjadi surut dan sebagian besar arealnya kering kecuali bagian yang dalam meliputi sungai utama dan lebung (Welcome, 1985). Danau dan lebak secara geografis akan terlihat nyata pada musim kemarau, namun kedua kawasan tersebut masih merupakan integritas ekologis dan sistem kawasan sungai dan paparan banjirannya. Sungai dan lebung masih akan berisi air sepanjang tahun, sedangkan lebak akan

mengering pada musim kemarau yang jatuh pada bulan Juli sampai dengan bulan September (Koeshendrajana & Cacho, 2001). Perairan ini dihuni berbagai jenis ikan yang pada umumnya mempunyai produktivitas yang tinggi (Welcome, 1985). Jenis ikan tersebut secara garis besar dapat di kategorikan menjadi beberapa kelompok, yakni kelompok ikan hitam (black fish) seperti gabus (Channa striata), sepat siam (Trichogaster pectoralis), betok (Anabas testudineus) dan lain-lain. Kelompok yang kedua adalah ikan putih (white fish) seperti lais (Cryptopterus spp), baung (Mystus nemurus), lampam (Puntius schwanefeldi) dan lain-lain. Pada musim kemarau kelompok ikan hitam umumnya menghuni perairan lebak yang tanahnya cekung dan dalam (lebung), sedangkan ikan putih terdapat pada perairan sungai. Pada perairan sungai dan rawa banjiran terdapat dua macam jenis nelayan yaitu nelayan kelompok dan nelayan bekarang. Nelayan kelompok (collective fisherman) adalah nelayan yang melakukan kegiatan perikanan baik penangkapan maupun budidaya pada suatu objek lelang yang terdiri lebih dari satu orang (berkelompok) sedangkan nelayan bekarang (individual fisherman) adalah nelayan yang melakukan penangkapan seorang diri, yang melakukan kegiatan penangkapan pada suatu objek lelang yang mereka sewa kepada nelayan kelompok dan hasilnya pun dijual kepada yang memberi sewa. Pola dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Sungai dan Rawa Banjiran Sumberdaya perairan sungai dan rawa banjiran bagi masyarakat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik yang bersifat komersial maupun non komersial. Dimana yang bersifat komersial dapat berupa pemanfaatan di bidang pertanian (sawah lebak), pemanfaatan di bidang perikanan (tangkap dan budidaya) dan yang bersifat non komersial diantaranya adalah untuk kegiatan mandi, mencuci dan memasak. Berdasarkan hasil penelitian (data primer) pola pemanfaatan dan tingkat pemanfaatan perairan sungai dan rawa banjiran di Kabupaten Ogan Komering Ilir dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pola Pemanfaatan dan Tingkat Pemanfaatan Perairan Sungai dan Rawa Banjiran Tingkat Pemanfaatan Bulan

Perikanan Sungai

Tangkap

Budidaya

Januari + +++ Februari + +++ Maret ++ ++ April ++ ++ Mei +++ ++ Juni +++ + Juli + + Agustus + + September + + Oktober ++ ++ November + +++ Desember + +++ Sumber : Data Primer Diolah, 2008.

Perikanan Rawa Banjiran

Pelaku

Budidaya

Nelayan Kelompok (collective fisherman)

Nelayan Bekarang (individual fisherman)

Pertanian

Tangkap

+ + ++ ++ ++ ++ +++ +++ +++ +++ + +

-

+ + + + ++ ++ +++ +++ +++ ++ + +

+++ +++ +++ ++ ++ + + + + + ++ +++

+ + ++ +++ +++ +++ +++ + -

Keterangan : (-) = Tidak ada Aktivitas,(+) = Aktivitas rendah. (++)= Aktivitas sedang, (+++)= Aktivitas tinggi

Pada Tabel 2. terlihat bahwa perairan sungai dan rawa banjiran dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian dan perikanan. Pemanfaatan perairan sungai dan rawa banjiran dalam kegiatan perikanan di kelompokkan menjadi dua yaitu kegiatan penangkapan dan budidaya. Kegiatan penangkapan ikan di sungai berdasarkan atas tingkat pemanfaatannya dimana tingkat pemanfaatan yang paling tinggi di lakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni (Transisi air dari tinggi ke rendah), sedangkan pada rawa banjiran tingkat pemanfaatan yang paling tinggi yaitu pada bulan Juli sampai dengan Oktober (pada saat air rendah). Kegiatan penangkapan di sungai dan rawa banjiran berdasar musimnya, oleh Fatah dan Gaffar (2007) dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu ketika air besar, air mulai surut, air surut

dan air mulai naik. Alat tangkap yang digunakan pada perairan sungai dan rawa banjiran adalah bersifat multy gears atau menggunakan banyak macam alat tangkap. Menurut Gaffar dan Utomo (1985), ada 11 jenis alat tangkap yang digunakan pada tipe perairan sungai dan rawa banjiran ini, antara lain yaitu tajur, rawai, empang, tuguk, kilung, sengkirai kawat, sengkirai bambu bilah, sengkirai rotan, kerakat, jala dan langgian. Kegiatan budidaya hanya dilakukan pada perairan sungai, tingkat pemanfaatannya yang paling tinggi dilakukan pada saat transisi air dari tinggi ke rendah (bulan November sampai dengan bulan Februari) sedangkan pada rawa banjiran tidak dilakukan usaha budidaya dikarena pada perairan rawa banjiran ini merupakan daerah lebak yang daratannya cekung, di mana perairan rawa banjiran ini lebih potensial dilakukan penangkapan karena pada saat air surut banyak sekali ikan yang terjebak dalam wilayah rawa banjiran ini. Kegiatan budidaya yang dilakukan adalah kegiatan pembesaran saja, dimana ikan-ikan yang bernilai ekonomis tinggi yang di tangkap oleh nelayan dipelihara dan dibesarkan dalam keramba tancap yang kemudian di jual. Kegiatan pertanian dilakukan oleh masyarakat pada saat air surut, biasanya pada saat air transisi dari tinggi ke rendah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menanam padi (sawah lebak) yang dilakukan (panen) sampai dengan air mulai tinggi. Selain dimanfaatkan untuk menanam padi juga digunakan untuk menanam komoditi pertanian lainnya seperti cabai, kangkung, tomat dan lain-lain. Pengelolaan Penangkapan Ikan di Perairan Sungai dan Rawa Banjiran Sumberdaya perikanan di perairan sungai dan rawa banjiran di Kabupaten Ogan Komering Ilir sudah dieksploitasi sejak lama. Kegiatan penangkapan yang intensif dalam jangka panjang ini mengakibatkan turunnya stok sumberdaya ikan. Bahkan, dalam kondisi yang ekstrim akan menyebabkan kelangkaan atau hilangnya jenis atau spesies tertentu dari perairan sungai atau rawa banjiran. Hal ini seperti yang terjadi di Sungai Lempuing yang ada pada Kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu mulai langkanya berbagai jenis ikan seperti jelawat (Leptobarbus hoeveni), sengarut (Cryptopterus sp), udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan tangkeleso (Schlrephages formosus) bahkan menurut Nasution (2006), ada jenis ikan yang telah hilang dari perairan Sungai Lempuing yaitu ikan patin lokal (Pangasius sp). Sistem pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan pada perairan sungai dan rawa banjiran di Kabupaten Ogan Komering Ilir menggunakan sistem lelang, atau yang lebih dikenal dengan istilah lelang lebak lebung. Lelang lebak lebung adalah sebagai salah satu bentuk pengelolaan untuk mengatur alokasi hak penangkapan ikan pada perairan sungai dan rawa banjiran. Dimana pemenang lelang berhak untuk mengekstrasi sumberdaya objek lelang yang dimenangkan selama setahun. Arsyad dalam Nasution (2001), mengatakan bahwa peraturan lelang lebak lebung pertama kali diterapkan pada saat pemerintahan marga (sistem pemerintahan yang dilaksanakan di Sumatera Selatan sebelum dibentuknya desa-desa) setempat yaitu pada tahun 1630 di zaman Kerajaan Palembang Darussalam yang diperintah oleh Ratu Sanuhun Seding, yang kemudian melalui Peraturan Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Selatan No : 8/Perdass/1973/1974, tanggal 14 Juli tentang lelang lebak lebung yang pada dasar prinsipnya mengatur keseragaman peraturan tata cara lelang lebak lebung dalam marga-marga di Provinsi Sumatera Selatan. Pada saat ini, pengaturan alokasi hak penangkapan ikan pada sumberdaya perairan umum yang diatur oleh peraturan daerah Kabupaten OKI, menyebutkan bahwa siapapun yang memanfaatkan lebak lebung harus melalui mekanisme lelang yang dilakukan oleh pemerintah dan dikenal dengan istilah lelang lebak lebung. Hasil dari lelang menyumbang besaran uang yang cukup lumayan ke kas pemerintah daerah, sehingga lebak dan lebung adalah salah satu sektor yang bisa menjadi andalan bagi Kabupaten Ogan Komering Ilir. Contoh nama-nama objek lelang lebak lebung yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir dapat dilihat pada Tabel 3. Tekanan terhadap sumberdaya akibat penangkapan menjadi semakin tinggi, seiring dengan meningkatnya upaya penangkapan yang dilakukan nelayan, berdasarkan pengamatan di lapang diketahui bahwa nelayan pemenang lelang cenderung mengeksploitasi secara maksimal sumberdaya dalam objek lelang yang menjadi haknya, sehingga hal ini merupakan sebuah ancaman terhadap eksistensi dan kelestarian sumberdaya perikanan tersebut. Dampak yang dirasakan oleh nelayan adalah pendapatan yang semakin menurun akibat penurunan hasil produksi penangkapan ikan yang mereka lakukan, dan terkadang mereka pun mengalami kerugian akibat biaya yang dikorbankan tidak sebanding dengan pendapatan yang mereka terima.

Pelestarian Sumberdaya Perikanan di Perairan Sungai dan Rawa Banjiran Demi melestarikan dan mengembangkan sumberdaya perikanan di lingkungan perairan umum daratan khususnya di Kabupaten Ogan Komering Ilir maka sejauh ini upaya untuk melestarikan sumberdaya perikanan yaitu dengan ditetapkannya beberapa lokasi lebak atau sungai sebagai daerah reservaat atau suaka perikanan. Dalam daerah reservaat atau suaka perikanan dilarang melakukan kegiatan yang dapat merusak kelestarian habitatnya dan melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan empang dan arad, mengesar serta menggunakan alat, bahan dan cara yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Suaka perikanan tersebut ditetapkan dengan SK Gubernur Sumatera Selatan yaitu reservat Teluk Rasau di Kecamatan Pedamaran, sedangkan beberapa suaka lainnya ditetapkan dengan SK Bupati Ogan Komering Ilir. Adapun daerah suaka yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir disajikan pada Tabel 4. Tabel 3. Contoh Nama-Nama Objek Lelang Lebak Lebung Pada Perairan Sungai dan Rawa Banjiran Yang Ada di Sumatera Selatan

No

Kecamatan

Nama Obyek Lelang Lebak Merlung

1

Kota Kayu Agung

Lebak Pancur Sungai Sederas/Sebuluh Arisan Usin Batanghari Lubuk Lampam

2

Lempuing

Batanghari Saranglang Buntu Batanghari Saranglang Pangkuaji Batanghari Sipen Lebak Danau

3

Pedamaran

Lebak Kuali Danau Lebak Air Hitam Lebak Pedamaran Kerangga Pulau Gemantung

4

Tanjung Lubuk

Hindik Urai-urai Pulau Gemantung Macagina Pulau Gemantung Sungsang Pulau Gemantung Sungai Terate di Desa Terusan Menang

5

Sirah Pulau Padang

Batanghari Buntu dimuka Desa Ulak Jermun Lebung di Ulu Desa Sukaraja Batanghari Buntu dimuka Desa Ulak Jermun Lebak Danau Bubusan

6

Jejawi

Lebak Air Itam Sungai Kiri Gabus Batanghari Batun Arisan Sinat

7

Pampangan

Arisan Gelunak Arisan Asan

8

Cengal

Petak II Sungai Lumpur, termsuk S. Lais Petak III Sungai Lumpur Sungai Ulok

9

Mesuji

Sungai Sederas Batanghari Mesuji Sungai Beke-beke Besar dan Kecil

10

Pematang Panggang

Sungai Gajah Mati Besar Sungai Kelapa/ Sungai Gajah Mati Kecil

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten OKI - Sumatera Selatan, 2008

Tabel 4. Daerah Reservaat atau Suaka Perikanan Perairan Umum di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2008 Daerah Reservaat atau Suaka Perikanan Lebak atau danau Teluk Purun Lebak atau danau Teluk Gelam Lebak Air Hitam Lebak Air Nilang

Dasar Hukum SK Bupati KDH II Ogan Komering Ilir No: 180/SK/Bappeda/1987

Arisan Lebung Mayan di Pematang Bongor

Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir Nomor : 7 Tahun 2005

Lebak Danau Bubusan

Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir Nomor : 345 Tahun 2007

Danau Teloko

Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir Nomor : 346 Tahun 2007

Palasan Lebak Keman Arisan Lesir Arisan Jemara Lebung Suak Buayo Sungai Harapan

Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir Nomor : 347 Tahun 2007

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir, 2008

Kesimpulan dan Saran Pemanfaatan sumberdaya perairan sungai dan rawa banjiran dimanfaatkan oleh masyarakat dalam bidang perikanan (tangkap dan budidaya) dan pertanian. Pemanfaatan sumberdaya perairan sungai dan rawa banjiran dibidang perikanan tidak bersifat open access, karena adanya sitem lelang lebak lebung yang diatur oleh pemerintah daerah. Kegiatan penangkapan di sungai dan rawa banjiran berdasarkan musimnya, oleh Fatah dan Gaffar (2007) dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu ketika air besar, air mulai surut, air surut dan air mulai naik. Dimana alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan bersifat Multy Gears. Pengaturan alokasi hak penangkapan ikan pada perairan sungai dan rawa banjiran di Kabupaten Ogan Komering Ilir diatur dengan sistem lelang berdasarkan peraturan daerah. Dalam peraturan tersebut siapapun yang memanfaatkan lebak lebung harus melalui mekanisme lelang yang dilakukan oleh pemerintah dan dikenal dengan istilah lelang lebak lebung. Untuk meningkatkan pendapatan nelayan dan pelestarian sumberdaya perikanan perlu adanya pola pengelolaan pemanfaatan sumberdaya sungai dan rawa banjiran yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi saat ini seperti eksploitasi, pencemaran dan perusakan lokasi melalui pendekatan zonasi yang ditentukan bersama dengan berbagai pihak (pemerintah dan masyarakat), sehingga masyarakat dapat memanfaatkan objek lelang secara optimal tanpa harus merusak kelestarian sumberdaya yang ada. Daftar Pustaka Anonim, 2006. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ilir. OKI ---------, 2008. Laporan Tahunan Tahun 2006 Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten OKI. OKI Arifin, Z. dan Ondara, 1982. Pengelolaan Perikanan Di Perairan Lubuk Lampam. Pros. SPPU Puslitbang Perikanan Jakarta. Bahri. R, 2007. Kebijakan Perencanaan Dan Penganggaran Dalam Mengatasi Kemiskinan Di Kabupaten OKI. Bappeda. Palembang. Gaffar, A.K. dan A.D. Utomo, 1985. Efektivitas Dan Selektivitas Alat Penangkapan Ikan Di Perairan Lubuk Lampam Sumatera Selatan. Bulletin Perikanan Darat Bogor. Vol 8 No 2. Desember 1989. Bogor.

Koeshendrajana, S and Oscar Cacho, 2001. Management Options For The inland Fisheries Resources In South Sumatera, Indonesia. I Bioeconomics Model Working Paper Series In Agricultural And Resources Economic. University Of New England. Nasution, Z. 2004. Rekayasa Kelembagaan Dalam Alokasi Dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Perairan Umum (Studi Kasus Perairan Umum Lebak Lebung Di Sumatera Selatan). Sainsteks Vol. XII No 1. Desember 2004. Semarang. Welcome, R.L. 1985. River Fisheries. FAO Teknical paper 262. FAO. Rome.

Related Documents


More Documents from "Arturo Rosales"