Kabupaten Nabire

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kabupaten Nabire as PDF for free.

More details

  • Words: 1,373
  • Pages: 4
Kabupaten Nabire Last Updated : 2005-01-06 14:38:35 (6869 read) [Printer friendly page | Send to a friend] TAMAN Laut Nasional (TLN) Teluk Cenderawasih (Irian Jaya) menjadi saingan taman laut Bunaken di Sulawesi Utara. Di saat kondisi terumbu karang Bunaken sudah mengalami pencemaran, TLN Teluk Cenderawasih tampil sebagai pilihan wisata penggemar olahraga selam atau snorkeling. Keindahan terumbu karang dan ikan hias air laut menjadi daya tarik utama taman laut ini. Warna-warni bunga karang, aneka jenis ikan hias air laut, dan keunikan biota laut dapat dinikmati di sini. Sebagian TLN Teluk Cenderawasih masuk wilayah Kabupaten Nabire. Luasnya se-pertiga dari total luas taman 1,4 juta kilometer persegi. Beberapa pulau di Nabire masuk dalam kawasan taman nasional ini seperti Taman Wisata Pulau Nubiru, Pepaya, dan Anggrameos. Keanekaragaman hayati banyak dijumpai di sekitar tempat itu, misalnya coral 241 spesies, ikan hias 355 spesies, dan rumput laut 32 spesies. Juga reptilia seperti penyu. Kura-kura ada lima spesies. Mamalia air seperti ikan duyung dan lumba-lumba jumlahnya tiga spesies. Di Kepulauan Mamboor, tepatnya Pulau Ahe, ditemukan rongsokan pesawat terbang peninggalan Perang Dunia Kedua. Sebagian badan pesawat terbenam di antara karang dan sebagian sayapnya menyembul ke permukaan laut. Di Pulau Moor, tepatnya Tanjung Mandurei, ditemukan tumpukan tulang manusia yang sudah berabad-abad tersembunyi dalam goa. Diduga, tulang-tulang tersebut merupakan korban perang antarsuku di Pulau Moor. Mayatnya dikubur di goa-goa sekitar Tanjung Mandurei. Perang antarsuku pada masa lampau ada kaitannya dengan nama Nabire. Di daratan Irian ada dua suku yang suka berperang, suku Yerisiam dan Hundura. Kedatangan misionaris ke tanah ini turut berperan mendamaikan kedua suku tersebut. Akhirnya, tahun 1870 mereka mengadakan pesta perdamaian di suatu tempat yang dinamakan "Navirei". Dalam bahasa Yerisiam, artinya tempat yang ditinggalkan, tempat pertempuran yang ditinggalkan. Kata Navirei inilah yang menjadi cikal bakal nama Nabire. Sebelum menjadi Nabire, daerah ini bernama Daerah Tingkat II Kabupaten Paniai. Karena terlalu luas, sebagian wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Paniai dimekarkan menjadi Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Paniai. Sejalan dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 52 Tahun 1996, daerah Paniai berubah nama menjadi Nabire. Ibu kotanya yang semula di Enarotali pindah ke Kota Nabire. Bersamaan dengan itu, muncul lagi Kabupaten Administratif Paniai yang kemudian menjadi otonom dan menjadikan Enarotali sebagai ibu kota. Wilayah dengan total kegiatan ekonomi Rp 525 milyar pada tahun 1999, memiliki potensi kekayaan laut yang cukup besar. Luas wilayah pesisir dan lautnya 7.200 kilometer persegi atau lebih separuh dari seluruh luas wilayah kabupaten. Dari luas itu, 520 kilometer persegi dimanfaatkan untuk budidaya tambak dan tumpang sari dengan hutan mangrove. Budidaya ini dapat dijumpai di daerah pesisir Kecamatan Yaur, Wanggar, Nabire, dan Napan. Ikan kerapu, sejenis ikan laut bernilai ekonomi tinggi, dibudidayakan di Kecamatan Yaur dan Kepulauan Mamboor. Budidaya teripang dapat dijumpai di Keca-matan Yaur dan Napan. Kon-tribusi perikanan tahun 1999 masih sekitar Rp 7,9 milyar. Sektor Pertanian yang juga mencakup perikanan, memegang posisi utama dalam perekonomian Kabupaten Nabire. Dengan nilai Rp 273 milyar, lapangan usaha ini mampu menggerakkan separuh lebih roda ekonomi di Nabire. Tanaman bahan makanan (tabama) memberi peran Rp 180 milyar. Komoditas terbesar dari tabama berupa ubi jalar yang pada tahun 2000 produksinya 38.000 ton. Ubi ini menjadi makanan pokok sebagian besar masyarakat di pegunungan seperti di Kecamatan Kamu, Ikrar, dan Mapia. Komoditas ini, apabila diolah dapat menghasilkan nilai tambah yang cukup. Ubi jalar dapat diolah menjadi tepung sebagai pengganti beras dan bahan baku kue. Ubi jalar dapat pula diolah menjadi makanan kering. Perkebunan di wilayah ini tumbuh pesat, dengan laju pertumbuhan tahun 1999 mencapai 41 persen. Produk unggulan perkebunan adalah kopi. Nabire menjadi penghasil kopi kedua setelah Kabupaten Jayawijaya di Provinsi Irian Jaya. Seperti halnya kabupaten tetangganya, Mimika, Nabire juga mempunyai potensi pertambangan. Kontribusi pertambangan bagi perekonomian Nabire tahun 1999 besarnya Rp 83 milyar yang menjadi peringkat kedua setelah pertanian. Lapangan usaha ini mengalami pertumbuhan minus 2,07 persen. Emas yang banyak diusahakan oleh penambang rakyat di Kecamatan Uwapa berkurang produksinya. Jenis tambang yang masih bisa dieksploitasi adalah galian golongan C seperti marmer, pasir kuarsa, kaolin, dan batu gamping. Potensi Kabupaten Nabire cukup besar. Tetapi, bagaimana dengan pengembangan dan pemasarannya? Kondisi geografis dan fasilitas penunjang seperti jalan masih perlu diperbaiki. Rencana pembangunan jalan Trans Irian memberi harapan besar bagi distribusi hasil bumi ke daerah lain. Seperti halnya jalan-jalan di Irian Jaya, belum semua kecamatan dapat dijangkau lewat jalan darat. Sukikai misalnya, menjadi satu-satunya ibu kota kecamatan yang masih harus ditempuh dengan pesawat terbang. Yuliana Rini DY/ Litbang Kompas (sumber: http://www.kompas.co.id) http://www.infopapua.com/index.php?module=ContentExpress&file=index&func=display&ceid=26&meid=15

Berwisata ke Ajkwa Sambil Belajar Kamis, 02 Juni 2005 - 07:37 AM

Papua, JIKA melihat isi kekayaan hutan mangrove di Papua, tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa tempat ini dapat menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Ke Pulau Ajkwa (baca: Aikwa) misalnya. Pulau yang berada di muara Sungai Ajkwa, Mimika, Papua, ini merupakan salah satu dari gugusan pulau dengan hutan mangrove di dalamnya. Hutan ini belum terjamah oleh keserakahan industri seperti yang dialami oleh hutan mangrove di daerah lain. Pulau yang mulai terbentuk pada awal 1990 ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang bisa menambah wawasan setiap pengunjung melalui wisata sambil belajar. Wisata sambil belajar ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat untuk menghabiskan waktu senggangnya. Tentunya bukan wisata dengan bermalas-malasan sambil berjemur di teriknya matahari, tetapi berwisata di hutan mangrove lebih bertujuan untuk mengenal dan menikmati alam yang kita miliki. Masa-masa awal terbentuknya Pulau Ajkwa dimulai dari peningkatan sedimentasi yang tinggi di muara Sungai Ajkwa. Pengendapan yang intensif ini akibat dari aliran tailing yang lolos dari daerah pengendapan Ajkwa dan membentuk daratan-daratan baru di muara Sungai Ajkwa. Sebagian dari daratan ini telah ditumbuhi oleh tanaman mangrove. Berdasarkan data satelit, pulau ini mulai ditumbuhi tanaman mengrove sekitar 1997 dan baru menjadi pulau yang cukup stabil pada 2000. Berdasarkan survei vegetasi pada 2000, tercatat dua spesies mangrove dalam kategori pohon, enam spesies mangrove dalam kategori belta, dan enam spesies mangrove dalam kategori anakan. Total spesies mangrove yang berada di pulau ini adalah tujuh spesies. Sedangkan kepadatan mangrove di pulau ini adalah 126 pohon/hektare, 1.051 belta/hektare, dan 643 anakan/hektare. Di samping tumbuhan, ternyata di pulau ini juga dihuni berbagai hewan air seperti krustasea (kepiting dan udang), moluska (keong), dan cacing. Berdasarkan survei 2001, tercatat 30 spesies krustasea, empat spesies moluska, dan tujuh keluarga cacing, yang beranakpinak di pulau ini. Hal ini menunjukkan bahwa hewan-hewan tersebut dapat hidup dan berkembang di daerah yang mengandung tailing. "Hewan-hewan tersebut tidak memiliki tulang rangka tubuh sehingga tidak dapat menyelamatkan diri jika ada ancaman lingkungan di sekitarnya. Artinya, lingkungan pulau di sekitar Sungai Ajkwa tidak tercemari limbah seperti yang dialami oleh daerah lain. Bahkan, komunitas hewan ini terus bertambah setiap waktunya," jelas mantan ahli peneliti utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di bidang moluska laut, Woro Widiarsih Kastoro. Dia menjelaskan, hutan mangrove di Pulau Ajkwa telah membentuk sebuah ekosistem kehidupan. Biota-biota laut yang hidup di sana memancing kedatangan berbagai jenis burung. Karena itu, jika Anda ke sana, jangan lupa membawa teropong. Dari lensa teropong, dapat diamati indahnya bentuk dan warna burung yang sedang bertengger di dahan pohon. Kicauan burung pun nyaring bersahut-sahutan seperti ingin meramaikan pulau yang tidak didiami oleh manusia ini. Ada yang bentuknya aneh seperti great-billed heron yang bertubuh kecil namun berparuh dan berleher panjang. Ada pula red-headed myzomela yang warna bulu kepala hingga buntutnya berwarna merah dengan sayap berwarna hitam. Ada juga yang seluruh anggota tubuhnya berwarna-warni milik burung rufous-night heron. Burung ini memiliki bulu kepala berwarna hitam dengan jambul berwarna putih. Pada bagian leher hingga perut berwarna putih namun sepasang sayapnya berwarna cokelat. Kedua kakinya berwarna kuning semakin menambah warna-warni burung ini. Menariknya lagi, Pulau Ajkwa mungkin akan seperti pulau mati jika tidak ada burung nuri dan mangrove golden whistler. Kicauannya yang nyaring memecah kesunyian pulau ini. Mereka seperti saling bersahutsahutan di pucuk pohon. Jika tidak dapat melihat burung-burung karena tersembunyi di balik dedaunan, jangan kecewa karena kita masih bisa melihat burung raja udang yang berkeliaran di pinggir pantai. Burung ini berjalan-jalan di sekitar pepohonan untuk mencari udang yang bersembunyi di dalam pasir. "Jika berencana mengunjungi hutan mangrove, lebih baik mengunjungi hutan di pulau yang baru terbentuk. Pepohonannya masih dalam tahap pancang dengan tinggi tidak lebih dari sepuluh meter. Selain itu, jarak antarpohon masih berjauhan sehingga memudahkan kita mengamati burung, baik spesies pohon maupun burung pantai. Benar-benar akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan," kata Woro.(Msc/*/S-5) (sumber: media indonesia)

http://www.infopapua.com/modules.php?op=modload&name=News&file=article &sid=2729

info papua com

Related Documents

Kabupaten Nabire
October 2019 19
Kabupaten Maros
April 2020 21
Kabupaten Morowali
August 2019 29
Kabupaten Buleleng.doc
December 2019 20
Kabupaten Semarang.pdf
December 2019 26