PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS SIDAMULYA Jalan Sidamulya Nomor 375A Telepon (0231) 8845226 Email :
[email protected] Astanajapura - 45181
KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR UPTD PUSKESMAS SIDAMULYA NOMOR :
A. Pendahuluan Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di indonesia.
PTM atau penyakit tidak menular merupakan suatu pnyakit yang jika
Anda melakukan kontak dengan penderita tidak menular. Biasanya PTM ini dapat disebabkan oleh faktor genetik dan di ikuti dengan gaya hidup yang tidak sehat. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadi penyakit tidak menular diantaranya adalah kegemukan (kelebihan berat badan), tekanan darah meningkat, peningkatan kadar glukosa dalam darah, serta tingkat kolesterol dalam darah yang tidak optimal terutama peningkatan kadar kolesterol LDL (low Desity Lipoprotein) atau yang biasa disebut kolesterol jahat. Kondisi penyakit tidak menular yang sangat tinggi di indonesia menjadikan pemerintah membuat pedoman gizi seimbang dengan sedemikian rupa sehingga dapat menjadi pedoman untuk masyarakat untuk melakukan hidup sehat. Di dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa setiap orang harus membatasi konsumsi gula, garam dan lemak/minyak yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit tidak menular. Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 69,6% dari
kasus Diabetes Melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini Dalam kurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Peningkatan prevalensi PTM berdampak terhadap peningkatan,sebab pembiayaan kesehatan yang harus di tanggung Negara dan masyarakat. Penyandang PTM memerlukan biaya yang relative mahal, terlebih bila kondisinya berkembang semakin lama (menahun) dan terjadi komplikasi. Data Pusat Pembiayaan Jaminan kesehatan kementrian Kesehatan RI pada tahun 2012 memperlihatkan bahwa PTM menghabiskan biaya pengobatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan biaya pengobatan tertinggi dari seluruh penyakit menular. PTM dapat dicegah dengan mengendalikan factor risikonya, yaitu merokok, diet yang tidak sehat,kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor resiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM. Penngendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah PTM, bagi masyarakat sehat, yang mempunyai faktor risiko dan bagi penyandang PTM, dengan tujuan bagi yang belum memiliki faktor risiko agar tidak timbul faktor risiko PTM, kemudian bagi yang mempunyai faktor risiko diupayakan agar kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM, dan bagi yang sudah menyandang PTM, untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup. Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, pemanntauan faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) TPM. Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM serta tindak lanjut dini yang dilaksanakan secara terpadu, rutin dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor risiko
PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri ini ditujukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada keadaan sehat. Berkaitan dengan hak tersebut diatas maka dalam penyelenggaraan Posbindu PTM
diperlukan
suatu
pedoman
yang
dapat
menjadi
panduan
bagi
penyelenggaraan kegiatan Posbindu bagi para pemangku kepentingan serta petugas pelaksana lapangan. Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM dan tindak lanjutnya. Pelaksanaan kesehatan program PTM sesuai visi UPTD Puskesmas Sidamulya yaitu menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu melalui mampu memberikan inovasi untuk mendorong kemandirian keluarga dalam berprilaku hidup sehat sesuai dengan tata nilai UPTD Puskesmas Sidamulya yaitu cermat, inovatif, terampil dan aman. B. Latar Belakang UPTD Puskesmas Sidamulya terletak di wilayah kecamatan Astanajapura yang terdiri dari 4 desa dengan jumlah penduduk 29.072 jiwa, usia 15-59 tahun 18.592 jiwa dan lansia 60 tahun keatas 2783 jiwa. Dari hasil penilaian kinerja Puskesmas tahun 2018 jumlah penderita hipertensi 711 dan diabetes mellitus 113, merokok usia < 18tahun 227 dan obesitas 742. Berdasarkan data tersebut di atas maka disusunlah kerangka acuan kegiatan program penyakit tidak menular di UPTD Puskesmas Sidamulya tahun 2019 yang disusun berdasarkan RUK/RPK UPTD Puskesmas Sidamulya tahun 2019.
C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus 1. Tujuan Umum : Terlaksananya
pencegahan
dan
pengendalian
faktor
berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik.
risiko
PTM
2. Tujuan khusus : a. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM b. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM c. Terlaksananya tindak lanjut dini D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan No
Kegiatan Pokok
1.
Wawancara
Rincian Kegiatan
2.
Merokok atau tidak Aktifitas fisik Makan sayur dan buah < 5porsi sehari Konsumsi minum alkohl Pemeriksaan Kesehatan Pengukuran tekanan darah pada usia 15 tahun keatas Pengukuran berat badan Pengukuran tinggi badan Pengukuran lingkar perut Penghitungan indeks mas tubuh (IMT)
3.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium gula darah Pemeriksaan laboratorium kolesterol Pemeriksaan laboratorium asam urat Edukasi PTM Rujukan
E. Cara Melaksanakan Kegiatan No
Kegiatan Pokok
1.
Wawancara
Pelaksana Program Lintas PTM Program Terkait - Menyusun rencana kegiatan - Koordinasi dengan lintas program - Menentukan tempat dan waktu pelaksanaan - Menyiapkan kohort PTM - Kader dan petugas PTM melakukn wawancara di
Lintas Sektor Terkait
Ket
posbindu PTM 2.
Pemeriksaan - Menyusun Program kesehatan rencana kegiatan prolanis pada usia - Koordinasi - Edukasi 15tahun ke dengan lintas prolanis atas program - Menentukan tempat dan waktu pelaksanaan - Menyiapkan kohort PTM dan Rujukan - Kader dan petugas PTM melakukn pengukuran di posbindu PTM - Membuat laporan kegiatan
F. Sasaran 1. Usia 15-59tahun 2. Lansia 60 tahun keatas 3. Penderita penyakit tidak menular G. Jadwal pelaksanaan kegiatan No. 1
Kegiatan/ Tahapan kegiatan
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
Posbindu PTM - Wawancara
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
-pengukuran TD
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
-Pengukuran TB/BB
v
V
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
-Pengukuran Lingkar perut
v
V
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
2
Pemeriksaan IVA
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
3
Konseling/penyuluhan PTM
v
v
v
v
v
v
V
v
v
v
v
v
H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan tiap bulan sesuai dengan jadwal kegiatan dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan tersebut.
I. Pencatatan, Pelaporan dna Evaluasi Kegiatan Pencatatan dengan menggunakan kohort PTM dan format laporan yang telah ditetapkan, di evaluasi oleh Kepala Puskesmas Sidamulya, Penanggung Jawab UKM dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten setiap tanggal 5 bulan berikutnya. Evaluasi kegiatan dilakukan setiap bulan sesuai dengan monitoring dan evaluasi Program PTM di UPTD Puskesmas Sidamulya.
PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS SIDAMULYA Jalan Sidamulya Nomor 375A Telepon (0231) 8845226 Email :
[email protected] Astanajapura - 45181
KERANGKA ACUAN PROGRAM LANSIA UPTD PUSKESMAS SIDAMULYA NOMOR :
A. Pendahuluan Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil, karena umur harapan hidup (UHH) bangsa Indonesia telah meningkat (Notoatmodjo, 2007). Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia Indonesia adalah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yaitu sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2012). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun, angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (Kemenkes RI, 2013). Word Health Organization (WHO) telah memperhitungkan bahwa di tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia sebesar 41,4% yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia. Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa memperkirakan bahwa di tahun 2050 jumlah warga lansia di Indonesia sebanyak 60 juta jiwa. Hal ini menyebabkan Indonesia
berada pada peringkat ke-4 untuk jumlah penduduk lansia terbanyak setelah China, India dan Amerika Serikat Meningkatnya umur harapan hidup, disisi lain juga membawa beban bagi masyarakat karena bertambahnya populasi penduduk lansia. Hal ini berarti kelompok risiko tinggi dalam masyarakat kita menjadi lebih tinggi lagi. Peningkatan jumlahlansia dapat berdampak pada timbulnya berbagai masalah jika tidak ditangani dengan segera. Secara biologis, penduduk lansia adalah penduduk yang telah mengalami proses penuaan dan menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan terhadap penyakit.
Berbagai pihak menyadari bahwa dengan bertambahnya jumlah lansia di Indonesia akan membawa pengaruh besar dalam pengelolaan kesehatannya. Saat ini angka kesakitan akibat penyakit degeneratif meningkat jumlahnya disamping masih adanya kasus penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Dalam keluarga, ibu hamil, anak sejak dalam kandungan hingga dewasa serta anggota keluarga berusia lanjut, merupakan kelompok rawan yang dipandang dari segi kesehatan karena kepekaan dan kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan dan ancaman kematian. Dengan demikian, ibu anak dan lanjut usia menjadi komponen dan sasaran perhatian dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga. Dalam kehidupan keluarga, lanjut usia merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa, sedang dalam kehidupan nasional, lanjut usia merupakan sumber daya yang bernilai sesuai dengan pengetahuan, pengalaman hidup dan kearifan yang dimiliki yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaanya (Depkes RI, 2005). Oleh karena itu Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengembangkan suatu program
pembinaan kesehatan lanjut usia dengan strategi pendekatan edukatif melalui institusi pelayanan kesehatan terutama puskesmas dan posyandu lanjut usia. Dengan adanya program ini diharapkan terbentuk suatu masyarakat lanjut usia yang berdaya guna, mandiri dan aktif dalam menjalankan fungsi kehidupannya secara optimal. Pos pelayanan kesehatan terpadu (posyandu) lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia di tingkat desa/kelurahan dalam wilayah kerja masing- masing puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatar belakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu adalah
untuk meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
terutama
lansia.
Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum lansia yang dilakukan dari, oleh, dan untuk lansia yang menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Posyandu lanjut usia merupakan keterpaduan pelayanan yang dibentuk atas dasar peningkatan populasi lansia, mahalnya biaya pengobatan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan, tingginya angka kesakitan dan lain-lain. Posyandu lansia direncanakan dan dikembangkan oleh masyarakat bersama Lurah, kepala lingkungan, petugas kesehatan dan PKK. Penyelenggaraan dilakukan oleh kader yang terlatih.Kader dapat berasal dari anggota PKK, tokoh masyarakat, dan anggota masyarakat lainnya. Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. KMS lansia adalah sebuah kartu catatan tentang perkembangan status kesehatan yang dipantau setiap kunjungan ke posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu lansia antara lain pemeriksaan 4 status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayanan rujukan ke Puskesmas dan penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olah
raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, upaya pembangunan kesehatan lebih difokuskan
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan kesehatan
seperti disparitas status kesehatan yang masih rendah, banyaknya komplikasi penyakit, kinerja pelayanan kesehatan yang masih rendah, perilaku yang tidak mendukung pola hidup bersih dan sehat, rendahnya kondisi lingkungan, rendahnya kualitas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, terbatasnya tenaga kesehatan dengan distribusi yang tidak merata, rendahnya status kesehatan penduduk miskin. Pelaksanaan kesehatan program lansia sesuai visi UPTD Puskesmas Sidamulya yaitu menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu melalui mampu memberikan inovasi untuk mendorong kemandirian keluarga dalam berprilaku hidup sehat sesuai dengan tata nilai UPTD Puskesmas Sidamulya yaitu cermat, inovatif, terampil dan aman.
B. Latar Belakang UPTD Puskesmas Sidamulya terletak di wilayah kecamatan Astanajapura yang terdiri dari 4 desa dengan jumlah penduduk 29.072 jiwa, usia 15-59 tahun 18.592 jiwa dan lansia 60 tahun keatas 2783 jiwa. Dari hasil penilaian kinerja Puskesmas tahun 2018 pelayanan kesehatan lanjut usia 2093 dan pembinaan lansia mempunyai 5 posbindu lansia.
Berdasarkan data tersebut di atas maka disusunlah kerangka acuan kegiatan program Lansia di UPTD Puskesmas Sidamulya tahun 2019 yang disusun berdasarkan RUK/RPK UPTD Puskesmas Sidamulya tahun 2019
C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus 1. Tujuan Umum Meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatnya
kesadaran
para
lanjut
usia
untuk membina
sendiri
kesehatannya. b. Meningkatkan kemampuan dan peranserta keluarga dan masyarkat dalam menghayati dan mengatasi kesehatan lanjut usia c. Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan lanjut usia d. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia.
D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan No
Kegiatan Pokok
Rincian Kegiatan
1
Pemeriksaan Kesehatan Pengukuran tekanan darah pada pra lansia 45-59tahun Pengukuran berat badan dan 60 tahun keatas Pengukuran tinggi badan Pengukuran lingkar perut Penghitungan indeks mas tubuh (IMT)
2.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium gula darah Pemeriksaan laboratorium kolesterol Pemeriksaan laboratorium asam urat Edukasi Rujukan
E. Cara Melaksanakan Kegiatan No
Kegiatan Pokok
Pelaksana Lansia
Program Lintas Program Terkait
Lintas Sektor Terkait
Ket
1.
Pemeriksaan - Menyusun rencana kesehatan kegiatan pada pra - Koordinasi dengan lansia 45lintas program 59tahun dan - Menentukan tempat 60 tahun dan waktu keatas pelaksanaan - Menyiapkan kohort lansia dan Rujukan - Membuat laporan kegiatan
2.
Pemeriksaan Laboratorium
- Petugas menyiapkan laboratorium
Program prolanis - Edukasi prolanis Programer indra -skrining katarak -poli lansia pelayanan lansia
BOK
lansia alat
F. Sasaran a. Pra lansia 45-59 tahun b. Lansia 60 tahun keatas c. Penderita penyakit tidak menular
G. Jadwal pelaksanaan kegiatan No. 1
Kegiatan/ Tahapan kegiatan
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
Posbindu lansia
2
-pengukuran TD
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
-Pengukuran TB/BB
v
V
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
-Pengukuran Lingkar perut
v
V
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Konseling/penyuluhan lansia
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan tiap bulan sesuai dengan jadwal kegiatan dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan tersebut.
I.
Pencatatan, Pelaporan dna Evaluasi Kegiatan Pencatatan dengan menggunakan kohort lansia dan format laporan yang telah ditetapkan, di evaluasi oleh Kepala Puskesmas Sidamulya, Penanggung Jawab UKM dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten setiap tanggal 5 bulan berikutnya. Evaluasi kegiatan dilakukan setiap bulan sesuai dengan monitoring dan evaluasi Program lansia di UPTD Puskesmas Sidamulya.