Ka 2.docx

  • Uploaded by: Gersom Waney
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ka 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,990
  • Pages: 14
BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Dalam sistem pendidikan sekarang, peserta didik dipacu dan dilatih untuk mengembangkan

ketrampilan ilmiah seperti mencari, mengumpulkan, mengamati, bereksperimen, dan menyimpulkan data yang telah ada. Salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan adalah laboratorium. Laboratorium merupakan salah satu infrastruktur di sekolah dan Perguruan Tinggi yang mendukung kegiatan belajar mengajar dan perkuliahan, seperti bidang ilmu bahasa dan ilmu pengetahuan alam (fisika, biologi, dan kimia) di sekolah dan dalam bidang sains di Perguruan Tinggi. Dengan adanya laboratorium kita bisa melakukan pembuktian antara teori yang didapatkan dengan realita yang sebenarnya. Banyak fungsi dan manfaat yang dapat diambil dari penggunaan laboratorium. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium perlu dikelola secara baik untuk kelancaran proses belajar melajar mengajar dan perkuliahan. B.

Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana cara mengelola Laboratorium? 2. Bagaimana cara mengelola dan menggunakan alat laboratorium? 3. Bagaimana Teknik Standarisasi? 4. Bagaimana cara mengenal Bahan dan membuat Larutan Standar? C.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah: 1. Untuk menjelaskan cara mengelola Laboratorium 2. Untuk menjelaskan cara mengelola dan menggunakan alat laboratorium 3. Untuk menjelaskan Teknik Standarisasi 4. Untuk menjelaskan cara mengenal Bahan dan membuat Larutan Standar.

1

BAB II PEMBAHASAN

A.

Pengelolaan Laboratorium

a.

Pengertian, Kedudukan dan Fungsi Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara

efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penangannya bila terjadi kecelakaan. b.

Penanganan dan Penataan Laboratorium 1. Penanganan Laboratorium Penanganan laboratorium secara umum adalah sebagai berikut: 

Mencampur zat-zat kimia Jangan campur zat kimia tanpa mengetahui sipat reaksinya. Jika tidak tahu tanyakan pada orang yang mengetahuinya.



Zat-zat baru atau kurang diketahui Berkonsultasilah bagi keamanan laboratorium sebelum menggunakan zat-zat kimia baru atau yang kurang diketahui. Harus dicheck secara teratur semua zat-zat kimia yang digunakan, karena mungkin menimbulkan resiko.



Membuang material-material yang berbahaya Sebelum membuang material-material yang berbahaya harus diketahui resiko yang mungkin terjadi. Karena itu pastikan bahwa cara membuangnya tidak menimbulkan 2

bahaya. Jika tidak tahu tanyakan pada orang yang mengetahuinya. Demikian juga terhadap air buangan dari Laboratorium. Apakah ada bak penampung khusus atau dibuang begitu saja. Sebaiknya harus ada bak penampung khusus, karena disitu telah banyak tercemar dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Bak ini juga harus ditreatment, agar dapat dinetralisasi. 

Tumpahan Tumpahan asam diencerkan dahulu dengan air dan dinetralkan dengan CaC03 atau soda ash, dan untuk basa dengan air dan dinetraliser dengan asam encer. Setelahnya dipel, dan pastikan kain-kain yang digunakan bebas dari asam atau alkali. Tumbahan minyak, harus ditaburi dengan pasir, kemudian disapu dan dimasukkan dalam tong yang terbuat dari logam dan ditutup rapat. 2. Penataan Laboratorium Tata letak peralatan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan di laboratorium, sehingga laboratorium tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan untuk beroperasi. Kata pengaturan dalam kalimat di atas mengandung makna yang sangat luas, yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu laboratorium yang layak operasi diperlukan penempatan perlatan yang tersusun yang rapi berdasar kepada proses dan langkahlangkah penggunaan/aktivitas dalam laboratorium yang diharapkan, begitu pula dengan daerah kerja harus memiliki luas yang memungkinkan pengguna/pekerja/operator dapat bergerak bebas, aman dan nyaman, di samping lalu lintas bahan yang akan digunakan dapat sampai ke tempat kerja dengan mudah dan lancar. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun tata letak peralatan dan perabotan laboratorium adalah:

c.



mudah dilihat



mudah dijangkau



aman untuk alat



aman untuk pemakai

Administrasi Laboratorium Administrasi merupakan suatu proses pencatatan atau inventarisasi fasilitas dan aktifitas

laboratorium, supaya semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat terorganisir dengan sistematis. Komponen laboratorium yang perlu dilakukan administrasi meliputi. 3

o Bangunan/Ruangan laboratorium o Fasilitas umum laboratorium o Peralatan dan bahan o Ketenagaan laboratorium o Kegiatan laboratorium Adapun administrasi alat praktek IPA menurut sukarso (2005), terdiri dari beberapa bagian antara lain : 1.

Kartu stok adalah untuk mengetahui jumlah alat/bahan yang tersedia di laboratorium dan tempat penyimpanannya

2.

Buku inventaris, memuat catatan tentang jumlah semua macam barang yang ada di laboratorium termasuk perabot laboratorium

3.

Daftar alat/bahan sesuai LKS

4.

Buku harian kegiatan laboratorium berguna untuk merekam semua kejadian dalam kegiatan laboratorium

5.

Label, memuat kode alat, nama alat dan jumlah alat dan keterangan mengenai kondisi alat tersebut

6.

Format permintaan alat/bahan, biasanya diisi oleh guru bila akan melaksanakan kegiatan laboratorium dan diberikan kepada laboran sebelum kegiatan dilakukan

7. d.

Jadwal kegiatan laboratorium.

Struktur Organisasi Laboratorium Di Sekolah Menengah, pengelola laboratorium bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.

Selain pengelola laboratorium biasanya terdapat pula seorang teknisi laboratorium. Tugas teknisi laboratorium membantu penyiapan bahan-bahan / alat-alat praktikum, pengecekan secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Struktur organisasi laboratorium IPA SMA 1. Kepala Sekolah a. Memberi tugas kepada penangung jawab laboratorium IPA, penanggung jawab mata pelajaran (fisika, kimia, dan biologi), dan laboran. b. Memberikan bimbingan, motivasi, pemantauan, dan evaluasi kepada petugaspetugas laboratorium IPA. c. Memberikan motivasi kepada guru-guru IPA dalam hal kegiatan laboratorium IPA. 4

d. Menyediakan dana keperluan operasional laboratorium. 2. Wakasek Kurikulum Membantu tugas kepala sekolah terkait kegiatan pembelajaran/praktikum di laboratorium. 3. Wakasek Sarana dan Prasarana Membantu tugas kepala sekolah dalam pengadaan dan pengelolaan sarana dan prasarana laboratorium. 4. Penanggung Jawab Laboratorium a. Mengkoordinir tenaga laboratorium dibawahnya (koordinator laboratorium dan guru-guru IPA) dalam penggunaan laboratorium. b. Mengusulkan dana untuk pengadaan alat dan bahan praktikum. c. Mengatur penjadwalan penggunaan laboratorium. d. Bertanggung jawab atas kelancaran semua kegiatan laboratorium. e. Bertanggung jawab atas penyelidikan, pemeliharaan dan optimalisasi laboratorium. f. Menyusun tata tertib laboratorium, program kerja laboratorium, dan jadwal pelaksanaan kegiatan praktikum. g. Mengusulkan peningkatan sumber daya manusia di laboratorium pada kepala sekolah. 5. Teknisi Laboratorium a. Membantu tugas-tugas penangung jawab laboratorium. b. Mengecek kelengkapan dan fungsi alat dan bahan lab serta mengawasi pengelolaan laboratorium. c. Bertanggung jawab atas perbaikan alat-alat yang rusak atau tidak berfungsi. d. Melatih guru-guru IPA tentang alat-alat yang belum diketahui penggunaannya oleh guru-guru tersebut. e. Membantu penyiapan bahan-bahan atau alat-alat praktikum, pengecekan secara periodik, kalibrasi serta pemeliharan alat dan bahan. 6. Koordinator Laboratorium a. Mengkoordinir guru mata pelajaran (fisika, kimia, biologi) dalam penggunaan laboratorium.

5

b. Mengusulkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk pengadaan alat/bahan praktikum. c. Bertanggung jawab tentang kebersihan, penyimpanan, perawatan, dan perbaikan alat. d. Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium. e. Inventarisasi dan pengadministrasian peminjaman alat-alat laboratorium. f. Menyusun laporan pelaksanaan kegiaan laboratorium. 7. Guru Mata Pelajaran a. Merencanakan dan mengatur pelaksanaan praktikum secara teratur sesuai bidangnya (fisika, kimia atau biologi). b. Membimbing kegiatan praktikum. c. Memantau dan mengevaluasi kegiatan praktikum

6

e.

Standar Design Laboratorium Pemakai laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan laboratorium.

Pembangunan suatu laboratorium tidak dipercayakan begitu saja kepada seorang arsitektur bangunan. Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain lokasi bangunan laboratorium dan ukuran-ukuran ruang. Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain tidak terletak pada arah angin yang menuju bangunan lain atau pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan laboratorium tidak berdekatan atau dibangun pada lokasi sumber air. Bangunan laboratorium jangan terlalu dekat dengan bangunan lainnya. Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk pengontrolan dan memudahkan tindakan lainnya misalnya apabila terjadi kebakaran, mobil kebakaran harus dapat menjangkau bangunan laboratorium. Selain persyaratan lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan. Ruangan laboratorium untuk pembelajaran sain umumnya terdiri dari ruang utama dan ruang-ruang pelengkap. Ruang utama adalah ruangan tempat para siswa atau mahasiswa melakukan praktikum. Ruang pelengkap umumnya terdiri dari ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipakai praktikum atau percobaan baik untuk siswa maupun untuk guru. Ruang penyimpanan atau gudang terutama digunakan untuk menyimpan bahan-bahan persediaan (termasuk bahan kimia) dan alat-alat yang penggunaannya tidak setiap saat (jarang). Selain ruangan-ruangan tersebut, mungkin juga sebuah laboratorium memiliki ruang gelap (dark room), ruangan spesimen, ruangan khusus untuk penyimpanan bahan-bahan kimia dan ruang adminitrasi / staf . Hal ini didasarkan atas pertimbangan keamanan berbagai peralatan laboratorium dan kenyamanan para pengguna laboratorium. Penyimpanan alat-alat di dalam gudang tidak boleh disatukan dengan bahan kimia. Demikian pula penyimpanan alat-alat gelas tidak boleh disatukan dengan alat-alat yang terbuat dari logam. Ukuran ruang utama lebih besar dari pada ukuran ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Contoh apabila luas lantai untuk sebuah bangunan laboratorium 100m2, 70 – 80 m2 diguanakan untuk ruang utama tempat praktikum. Ruang penyimpanan harus dapat ditempati lemari yang akan digunakan untuk menyimpan alat-alat atau bahan. Demikian juga ruang persiapan, harus dapat ditempati meja dan alat-alat untuk keperluan penyiapan bahan-bahan atau alat-alat untuk

7

percobaan. Contoh tata letak ruangan-ruangan laboratorium beserta ukurannya dapat dilihat pada gambar berikut:

B.

Pengelolaan dan Penggunaan Alat Pengelolaan dan penggunaan peralatan Lab adalah merupakan hal yang harus diketahui

dengan pasti oleh setiap petugas Lab yang akan mengoperasikan alat tersebut. Setiap alat yang akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi :  Siap untuk dipakai (Ready for use)  Bersih  Terkalibrasi  Tidak rusak  Beroperasi dengan baik Peralatan yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk (manual-operation), mana tahu sesewaktu ada kerusakan kecil/atau kerusakan besar, maka buku manual ini akan dapat dimanfaatkan oleh technician/technisi lab. Technisi Lab yang ada harus senantiasa berada di tempat, karena setiap kali peralatan dioperasikan kemungkinan alat tidak beroperasi dengan baik

8

dapat terjadi. Bagi petugas Lab maupun tenaga skill yang ada. Dengan adanya Manajemen Laboratorium yang baik akan tercipta pekerjaan yang mantap. Beberapa peralatan Lab yang dimiliki kiranya dapat disusun secara teratur pada suatu tempat tertentu/rak atau pada pelataran (bench) yang disediakan. Peralatan berfungsi untuk melakukan suatu kegiatan pekerjaan, penelitian atau studi tertentu yang menghendaki adanya bantuan peralatan. Karenanya alat-alat ini harus stand-by, sewaktu-waktu dapat dipakai segera. Untuk itu alat-alat Lab harus dalam keadaan yang baik. Alat-alat ini disusun secara teratur, sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kelompokkanlah alat-alat ini dalam kelompok yang aman dan terkendali. Setelah habis dipakai kembali dibersihkan dan disusun seperti semula. Semua alat-alat ini sebaiknya diberi cover/penutup (misal plastik transparant), terutama bag! alat-alat yang memang memerlukannya. Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan. C.

Teknik Standarisasi a. Standarisasi Larutan Cara menstandarkan larutan baku sekunder adalah sebagai berikut :  Siapkan alat-alat untuk melakukan titrasi( Erlenmeyer, gelas kimia kecil, kaca arloji, corong pendek, pipet gondok, buret, statip, klem buret, alas yang berwarna putih, tabung reaksi, kertas isap, larutan indikator, larutan baku primer, dan larutan baku sekunder).  Bilas alat-alat ukur (alat untuk mengukur volume larutan)dengan larutan yang akan digunakan. Misalnya Buret dibilas dengan larutan baku sekunder, pipet gondok dengan larutan baku primer. Selain itu lakukan juga pembilasan ini untuk alat-alat bantu yang berhubungan dengan alat ukur tersebut, misalnya corong pendek dan gelas kimia kecil berhubungan dengan buret jadi harus dibilas dengan larutan sekunder, sedangkan tabung reaksi berhubungan dengan pipet gondok jadi harus dibilas dengan larutan baku primer.  Isi buret dengan larutan baku sekunder(NaOH) yang akan ditentukan konsentrasinya. (perhatikan buret dicapit dengan klem buret dan disimpan tegak pada statif harus benarbenar tegak). Cara mengisi buret adalah tuangkan larutan baku sekunder dari gelas kimia  ke dalam buret melalui corong pendek sampai sedikit di atas batas tertentu. Buka kran buret dan biarkan cairan mengalir beberapa saat sampai bagian bawah buret(bagian kran) terisi penuh. (perhatikan bahwa semua bagian bawah dari ukuran buret harus terisi penuh).

9

Keringkan bagian atas buret kemudian tanda bataskan buret pada volume tertentu misalnya 0 cm3  Pipet sejumlah volume tertentu dari larutan baku primer misalnya 25 cm3 asam oksalat 0,1 M dengan cara menyedot larutan baku ini menggunakan pipet gondok. Perhatikan cara memipet larutan ini yaitu ibu jari dan jari tengah memegang pipet, sedangkan jari telunjuk dapat bergerak bebas. Masukkan pipet pada larutan baku primer dan sedot larutan ini sampai melewati tanda batas. Angkat pipet dengan cara ujung pipet ditutup oleh jari telunjuk dan keringkan bagian luar pipet dengan kertas isap. Tanda bataskan larutan dalam pipet dengan cara membuka ujung pipet yang ditutup telunjuk secara perlahan-lahan. Setelah larutan berada pada tanda batas, ujung pipet ditutup kembali dengan telunjuk dan pipet diangkat, lalu dipindahkan ke Erlenmeyer.Tuangkan isi dari pipet tadi ke Erlenmeyer dengan cara pipet berdiri tegak lurus dan erlenmeyer pada posisi miring dengan sudut kemiringan 45 º. Tunggu sampai cairan semua berpindah dan biarkan pipet berada pada posisi seperti semula selama 30 detik(perhatikan jangan sekali-kali meniup pipet). Angkat pipet dan disimpan dalam tabung reaksi. Bilas pinggiran Erlenmeyer dengan menggunakan botol semprot, lalu teteskan 3 tetes larutan indikator(larutan fenolftalein).  Lakukan titrasi dengan cara meletakkan Erlenmeyer di bawah buret, jangan lupa alas untuk titrasi harus putih. Kran buret dipegang dengan tangan kiri dan Erlenmeyer dipegang tangan kanan. Buka kran buret dan teteskan larutan baku sekunder, ke dalam Erlenmeyer yang berisi larutan baku primer, sambil Erlenmeyer ini digoyangkan berlawanan arah jarum jam. Amati terus penambahan larutan ini(jangan palingkan mata Anda dari paduan alat yang sedang Anda pegang dan jangan hentikan goyangan pada Erlenmeyer), sampai terjadi perubahan warna dari indikator dan tutup kran dengan segera. Baca volume larutan baku sekunder pada buret. Dan catat pada bukuMisalnya 24,5cm3  Tuliskan data-data ini dalam tabel pengamatan dan berdasarkan data-data yang telah dilakukan tentukan konsentrasi larutan baku sekunder. D.

Pengenalan Bahan dan Pembuatan Larutan Standar a. Pengenalan Bahan Untuk mengenali bahan-bahan kimia, dapat dilihat dari sifatnya yaitu: 1. Bahan kimia mudah terbakar. 

Pelarut dan pereaksi 10



Bahan anorganik seperti



Gas

2. Bahan kimia pengoksidasi. suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya. 3. Bahan kimia mudah meledak. suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya. 4. Bahan radioaktif. bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram. Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat 5. Bahan korosif dan penyebab korosi. bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Menyebabkan cacat permanen pada jaringan tubuh yang terkena bahan korosif. Bahan yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang dapat menyebabkan imflamasi pada kulit. 6. Bahan beracun (toksik) bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. b. Pembuatan Larutan Baku (Larutan Standar) Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.

11

a. Larutan baku primer Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer : 

Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)



Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.



Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.



Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.



Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.



Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung. b. Larutan baku sekunder Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena

berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder : •

Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer



Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan



Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

12

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan Laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun

pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain, yang berfungsi sebagai wadah dalam proses pembelajaran. Tujuan dari laboratorium sendiri yaitu keterampilan kognitif, keterampilan afektif, dan keterampilan psikomotorik. Pada dasarnya pengelola laboratorium merupakan tanggung jawab bersama milik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Pengelolaan dan penggunaan peralatan Lab merupakan hal yang harus diketahui dengan pasti oleh setiap petugas Lab yang akan mengoperasikan alat tersebut. Setiap alat yang akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi siap untuk dipakai(Ready for use), bersih, berkalibrasi, tidak rusak, beroperasi dengan baik. Di dalam laboratorium terdapat bahan-bahan kimia, dan untuk mengenalinya kita dapat melihat dari sifat-sifatnya yaitu bahan kimia yang mudah terbakar, bahan kimia pengoksidasi, bahan kimia mudah meledak, bahan radioaktif, bahan korosif dan penyebab korosii, dan bahan beracun(toksik). Jika kita memperhatikan dengan baik sifat-sifat dari bahan-bahan tersebut maka kecelakaan saat melakukan praktikum dapat diminimalisir. Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. B.

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

Pristiadi U. 2011. Pengelolaan alat dan bahan laboratorium. jakarta http://pristiadiutomo.blogspot.com/2011/03/pengelolaan-alat-dan-bahan-laboratorium.html Ika. 2010. Manajemen laboratorium.jakarta http://ikawcollections.files.wordpress.com/2010/07/manajemen-laboratorium.pdf Ardiwidia M. 2011. penataan-laboratorium biologi.bandung http://ardiwidiatmoko.files.wordpress.com/2011/11/penataan-laboratorium biologi.pdf Sulistyo K. 2010. Pengelolaan dan penataan laboratorium.jakarta http://sulistyok.blogspot.com/2010/12/pengelolaan-dan-penataan-laboratorium.html

14

Related Documents

Ka Leo O Ka Liona
June 2020 21
Ka Leo O Ka Liona
May 2020 25
Ka Leo O Ka Liona
June 2020 25
Ka Leo O Ka Liona
June 2020 24
Kuroshitsuji-ka
April 2020 11
Aset Ka
November 2019 45

More Documents from ""

Ka 2.docx
June 2020 1
Ckb Paling Baru.docx
December 2019 5