NAMA
: HENRY EDUWAR SIREGAR
NIM
: 032017084
KELAS
: NERS 2 C
DOSEN
: LINDAWATI SIMORANGKIR S.Kep., Ns., M.Kes.
PATIENT SAFETY TUGAS: 1. Prinsip dan konsep patient safety. 2. Pengaruh factor lingkungan dan manusia pada patient safety. 3. Cara meningkatkan patient safety dengan menggunakan metode peningkatan kualitas. 4. EBP untuk pennigkatan patient safety.
Jawaban :
1. Prinsip dan Konsep Patient Safety Patient safety adalah konsep pasien yang sedang dalam pelayanan kesehatan dapat mencapai dampak yang diharapkan. Dalam hal injury, patient safety didefinisikan sebagai terbebas dari accidental injury dengan menjamin keselamatan pasien melalui penetapan sistem operasional, meminimalisasi kemungkinan kesalahan, dan meningkatkan pencegahan agar kecelakaan tidak terjadi dalam proses pelayanan. Patient safety adalah komponen kritis dari mutu pelayanan. Banyak kesalahan medis dikaitkan dengan budaya patient safety. Sebagai organisasi pelayanan kesehatan yang secara kontinyu memperbaiki pelayanannya, penting bagi rumah sakit untuk menumbuhkan budaya safety (culture of safety). Untuk mencapai budaya safety dibutuhkan pemahaman tentang nilai, kepercayaan, norma penting dalam organisasi, dan sikap serta perilaku yang terkait patient safety.
Tujuh prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit terdiri dari: Kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien Komitmen pelayanan kesehatan berorientasi patient safety Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko penyebab insiden terkait patient safety Kepatuhan pelaporan insiden terkait patient safety Kemampuan berkomunikasi yang efektif dengan pasien tentang faktor risiko insiden terkait patient safety Kemampuan mengidentifikasi akar masalah penyebab masalah terkait patient safety Kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi untuk mencegah kejadian berulang. Ket : Pertama, kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien rumah sakit dari kondisi baik menjadi sangat baik. Kedua, komitmen memberikan pelayanan yang berorientasi patient safety dari kondisi baik tetap pada kondisi baik. Ketiga, kemampuan mengidentifikasi faktor risiko penyebab insiden terkait patient safety dari kondisi sangat kurang menjadi kurang. Keempat, kepatuhan pelaporan insiden terkait patient safety dari kondisi sangat kurang menjadi baik. Kelima, kemampuan berkomunikasi yang efektif tentang faktor risiko insiden terkait patient safety dari kondisi sangat kurang menjadi baik. Keenam, kemampuan mengidentifikasi akar penyebab masalah terkait patient safety dari kondisi sangat kurang menjadi baik. Ketujuh, kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi untuk mencegah kejadian berulang dari kondisi sangat kurang menjadi baik. 2. Pengaruh faktor lingkungan dan manusia pada patient safety. Lingkungan Lingkungan kerja adalah lingkungan yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang dalam bekerja. Lingkungan kerja tersebut dapat dibagi dua yaitu lingkungan fisik seperti bangunan dan fasilitas yang disediakan serta letak gedung dan prasarananya. Sedangkan lingkungan non fisik adalah rasa aman dari bahaya, aman dari pemutusan
kerja, loyalitas baik kepada atasan maupun sesama rekan kerja dan adanya rasa kepuasan kerja dikalangan karyawan. (Wursanto, 2005:288).
Ket : 1.)
Kondisi fisik (kondisi kerja) merupakan keadaan kerja dalam perusahaan yang meliputi penerangan tempat kerja, penggunaan warna, pengaturan suhu udara, kebersihan, dan ruang gerak. 2.)
2.)
Kondisi non fisik (iklim kerja) sebagai hasil persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja tidak dapat dilihat atau disentuh tetapi dapat dirasakan oleh karyawan tersebut harus mempunyai kemampuan dalam membentuk iklim kerja tersebut. Pekerja menginginkan kondisi disekitar pekerjaanya baik, karena kondisi tersebut mengarah kepada kenikmatan dan kesenangan secara fisik misalnya penerangan terlalu kecil dapat menyebabkan ketidaknikmatan fisik, udara kotor atau miskinnya ventilasi dapat membahayakan bagi kesehatan. Lingkungan fisik dimana individu bekerja mempunyai pengaruh pada jam kerja maupun sikap mereka terhadap pekerjaan itu sendiri.
Manusia Faktor manusia didefinisikan sebagai studi tentang keterkaitan antara manusia, alat-alat yang mereka gunakan, dan lingkungan dimana mereka tinggal dan bekerja. Dalam konteks ini, pendekatan faktor manusia digunakan untuk mengetahui di mana dan mengapa sistem atau proses rusak. Mempelajari kinerja manusia bisa menghasilkan penciptaan sistem yang aman dan menurunkan kondisi yang menyebabkan kesalahan. Namun, tidak semua kesalahan terkait dengan faktor manusia. Meskipun desain peralatan dan bahan harus mempertimbangkan cara orang dalam menggunakannya, faktor manusia tidak dapat mengatasi kerusakan peralatan atau kegagalan material. Sebagian besar mempelajari faktor manusia adalah untuk peningkatan hubungan antara sistem dengan manusia, dengan merancang sistem dan proses yang lebih baik. Termasuk; menyederhanakan dan standardisasi prosedur tindakan, meningkatkan komunikasi dan koordinasi di dalam tim, atau merancang ulang peralatan untuk meningkatkan hubungan antara manusia dengan mesin.
3. Cara meningkatkan patient safety dengan menggunakan metode peningkatan kualitas. Keselamatan pasien memerlukan pemahaman mendalam tentang proses pelayanan pasien, serta kemampuan untuk mengukur hasil pasien dan menguji apakah prosedur medis yang digunakan efektif. Jika hasil dari pelayanan pasien tidak diukur, sulit untuk mengetahui apakah langkah-langkah yang diambil oleh petugas kesehatan sebenarnya memperbaiki situasi medis pasien. Hanya menerapkan protokol medis tidak memperbaiki masalah; karena bisa jadi ada faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap masalah selain fakta bahwa petugas medis tidak mengikuti langkah-langkah serta protokol medis yang benar. Memahami beberapa penyebab kecelakaan medisdan kesalahan medis memerlukan penggunaan metode yang dirancang untuk memahami semua kemungkinan penyebab kesalahan. Pelaksanaan metode peningkatan paling berkualitas melibatkan tim dari orangorang yang bekerja bersamasama menggunakan proses untuk memperbaiki atau mencegah masalah tertentu. Tapi, pertama-tama, anggota tim perlu setuju bahwa masalah yang sedang ditangani adalah masalah yang layak diperbaiki. Pelajar didorong untuk mengetahui apakah fasilitas kesehatan di mana mereka bekerja memiliki program perbaikan kualitas dan apakah mereka bisa mengamati atau bergabung dalam tim untuk melakukan kegiatan perbaikan. Pelajar dapat mulai memahami peran peningkatan kualitas dengan: • bertanya dan belajar tentang alat-alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan keselamatan pasien; • mengakui bahwa ide positif tentang pengembangan keselamatan bisa berasal dari siapa pun; • menyadari bahwa lingkungan lokal merupakan factor kunci dalam proses perbaikan; • menyadari bahwa cara berpikir dalam sistem dan cara individu bereaksi sama pentingnya dengan struktur dan proses di layanan medis; • menyadari bahwa praktik inovatif dilakukan dengan mengadopsi proses baru;
• pemahaman bahwa pengukuran hasil pasien diperlukan untuk mendesain strategi yang tepat dan untuk mengevaluasi perbaikan.
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Nine Patient Safety Solutions (9-PSS) menurut WHO(2007), yaitu: Melihat-sama, menyebut-sama tentang nama obat, Identifikasi pasien dengan benar, Komunikasi saat pasien berpindah tangan, Benar prosedur benar bagian tubuh, Kontrol kosentrasi cairan dan elektrolit, Ketelitian pengobatan saat peralihan perawatan, Menghindari chateter dan selang tersumbat atau tidak tersambung, Penggunaan alat suntik sekali pakai, Menjaga kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi.
4. EBP untuk peningkatan patient safety. Menurut Greenberg & Pyle (2006) dalam Keele (2011), “Evidence-Based Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan”. Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) Evidence-Based Practice in Nursing adalah penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan. Evidance Based Practice merupakan bukti ilmiah terbaik dari literature keperawatan maupun medis untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien dimana dalam praktiknya dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan dapat mengidentifikasi dan memahami fenomena dan hubungan antar fenomena yang terjadi, mengklarisifikasi hubungan antara fenomena dan mengklarifikasi hubungan antar fenomena dan mengidentifikasi alasanan mengapa peristiwa tertentu terjadi, dapat memperkirakan outcome atau hasil yang spesifik pada situasi tertentu serta diharapkan perawat dapat mengontrol apabila outcome suatu situasi bisa diprediksi, dan menentukan langkah selanjutnya untuk memberikan intervensi yang akurat untuk keselamatan pasien. Aplikasi Evidanced Based Nursing pada IPSG (International Patient Safety Goal) disini dijelasakan tentang safety merupakan derajat dimana pengembangan organisasi, peralatan, bersikap tidak membahayakan, atau mengurangi resiko pada pasien staff, atau pengunjung.
Patient safety merupakan pencegahan untuk tidak merugikan pasien. Kualitas pasien merupakan derajat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan untuk individu maupun populasi yang ditentukan dari outcomes kesehatan dan konsisten berdasarkan penilaian pengetahuan profesional. Yang dimaksudkan Quality yaitu : a. Doing The Right Thing (lakukan sesuatu yang benar) b. Right First Time (Benar waktu pertama) c. Right Everytime (Benar Setiap waktu)
Peran perawat dalam penerapan EBN pada IPGS yaitu meliputi : a. Patient identification (identifikasi pasien) b. Effective communications (komunikasi yang efektif) c. High-Alert Medications (Waspada tinggi pengobatan) d. Correct : site, procedure, patient (Benar : tempat, prosedur dan pasien) e. Prevention of Infection (Pencegahan dari infeksi) f. Prevention of Falls (Pencegahan resiko jatuh)