Jurnal_osmoregulasi_yafie_rahmat[1].docx

  • Uploaded by: nasrul hidayatullah
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jurnal_osmoregulasi_yafie_rahmat[1].docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,649
  • Pages: 6
Pengaruh Salinitas terhadap Osmoregulasi (Amphiprion Sp.) Muhammad Yafie Rahmat Rezky H. L011 17 1528 Departemen Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar [email protected]

Abstrak Salinitas di perairan menimbulkan tekanan-tekanan osmotik yang dapat berbeda dengan tekanan osmotik di dalam tubuh organisme perairan. Hal tersebut menyebabkan organisme harus melakukan mekanisme osmoregulasi di dalam tubuhnya sebagai upaya untuk menyeimbangkan tekanan osmotik di dalam dan di luar tubuh. Proses osmoregulasi merupakan salah satu proses fisiologi yang terjadi dalam tubuh ikan untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh agar seimbang dengan lingkungannya. Ikan badut merupakan ikan air laut yang memilikii kadar garam lebih rendah dari lingkungannya. Ikan ini dapat hidup pada salinitas kisaran 30-35 ppt. kegiatan praktikum ini di laksanakan pada hari Rabu, 19 Maret 2019 di Laboratorium Fisibiologi Biota Laut, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar. Praktikum dilakukan untuk menguji tingkat ketahanan ikan Badut pada salinitas yang berbeda. Dengan mengamati tingkah laku, bobot tubuh, dan bukaan operculum ikan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat metabolisme dan pertumbuhan ikan yang pada kondisi salinitas yang berbeda. Kata Kunci : Osmoregulasi, Salinitas, Tekanan Osmotik, Ikan Badut Amphiprion sp.

PENDAHULUAN

pangkal ekor. Ikan ini memiliki sebaran

Ikan badut merupakah ikan yang berasal dari kelas Actinopterigy yang memiliki cirri-ciri berwarna oranye cerah, dengan tiga garis putih pada tubuhnya. Tiga garis putih terdapat pada bagian kepala,

tengah-tengah

badan,

dan

warna hitam pekat dan pola garis putih di bagian perut lebih tajam. Parameter kualitas air yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan badut, yaitu suhu (28-32°C),

salinitas

(30-32

ppt),

kesadahan (80-120 mg/l), pH (7-8), DO (>5 mg/l), amoniak (<0,5 mg/l), phospat

(<0,1 mg/l), NO2 (<0,1 mg/l), dan NO3

memiliki tantangan yang lebih sulit

(<0,5 mg/l).

dalam

Salinitas adalah jumlah total material dalam gram, termasuk ion-ion inorganik (sodium dan klorid, fosfor organik, dan hidrogen) dan senyawa kimia (vitamin dan pigmen tanaman), yang terdapat dalam 1 kg air atau dapat juga didefinisikan sebagai konsentrasi total ion yang terdapat di perairan yang dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (˚/˳˳). Salinitas air tawar kurang dari 0,5 ppt; sedangkan salinitas ratarata di laut terbuka sekitar 35 ppt dan berkisar antara 33-37 ppt. Salinitas dapat bervariasi secara luas di daerah teluk dan estuari yang dipengaruhi oleh aliran

arus,

aliran

air

tawar,

dan

evaporasi (Stickney, 2000).

mempertahankan

kandungan

garam dalam tubuh karena mereka hidup dalam lingkungan perairan dan mempunyai tendesi untuk melepaskan air sebanyak mungkin. Ikan air laut mengandung konsentrasi garam yang lebih rendah dibandingkan kandungan garam pada lingkungannya, sehingga kandungan garam sering dikeluarkan. Agar proses fisiologis di dalam tubuh berjalan normal, maka diperlukan suatu tekanan osmotik yang konstan (Lantu, 2010). Apabila

tekanan

osmotik

lingkungan lebih tinggi (hipertonik) dari pada tekanan osmotik dakam cairan tubuh,

maka

cairan

tubuh

ikan

cenderung untuk bergerak keluar secara osmosis melalui kulit dan insang. Ikan

Salinitas mempunyai pengaruh

akan

berusaha

mempertahankan

osmotik yang dapat mempengaruhi

tekanan osmotik cairan tubuh agar tidak

aktivitas

secara

keluar dari selnya dengan mengekstrak

langsung, baik terhadap osmoregulasi

air tawar dari media dengan cara

maupun bioenergetik (Kinne,

melakukan

fisiologi

organisme

1964;

aktivitas

minum

untuk

Gilles dan Pequeux, 1983). Meskipun

mengabsorpsi elektrolit. Bila terdapat

berdasarkan

kelebihan elektrolit, terutama Na+ Cl-

hasil

penelitian

Hardjamulia et al. (1986) bahwa benih

yang

ikan patin dapat bertahan hidup dan

dikeluarkan melalui insang. Sebaliknya,

tumbuh baik pada tingkat salinitas 3

apabila tekanan osmotik lingkungan

sampai 7 ppt. Namun pengaruh tekanan

lebih rendah (hipotonik) cairan tubuh

osmotik terhadap tingkat kelangsungan

ikan bersifat hiperosmotik terhadap air

hidup

media maka air dari media eksternal

serta

pertumbuhan

belum

diambil

oleh

darah

akan

cenderung menembus masuk ke dalam

diketahui dengan jelas.

tubuh ikan melalui bagian-bagian tubuh Karnaky Jr. dan Karl Jr. (1998) menyatakan

bahwa

golongan

ikan

yang berlapis tipis seperti insang dan kulit. Elektroloit cenderung berdifusi

keluar tubuh dan cairan internal akan kekurangan elektolit melalui ekskresi dan untuk mengatasi hal tersebut ikan akan

berusaha

METODE

mempertahankan

Praktikum ini dilaksanakan pada

tekanan osmotik cairan tubuh dengan

tanggal 20 Maret 2019 pukul 13.30-

cara meningkatkan absorpsi elektrolit

15.30

dari air media melalui insang dan

Penangkaran, Fakultas Ilmu Kelautan

membuang cairan berlebih dalam tubuh

dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,

melalui

Makassar. Parameter yang diukur pada

ekskresi

uriner

yang

hipoosmotik (Taufik, 2006).

organisme

menyebabkan

selalu

dapat

perubahan

energi.

Perubahan salinitas yang menyebabkan terjadinya proses osmoregulasi akan mengakibatkan

pula

terjadinya

peningkatan kebutuhan energi. Proses tersebut membutuhkan energi yang cukup besar (Stickney, 2000). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pada salinitas lingkungan

tidak

sesuai

konsentrasi

garam

fisiologis

dengan dalam

tubuh ikan, maka energi di dalam tubuh yang

seharusnya

digunakan

untuk

pertumbuhan akan digunakan untuk penyesuaian konsentrasi dalam tubuh dengan

lingkungannya

mengakibatkan

proses

di

Laboratorium

praktikum ini yaitu salinitas air atau

Proses yang terjadi dalam suatu tubuh

Wita

sehingga pertumbuhan

terhambat.

media asal organisme yang dijadikan sebagai hewan uji. Kemudian dilakukan pengamatan

dengan

melakukan

pengamatan tingkah laku hewan uji pada

menit

melakukan

1-5,

dan

kemudian

pengamatan

dengan

menghitung bukaan operkulum pada ikan. Penghitungan bukaan Operculum pada Ikan Giru atau yang lebih dikenal sebagai Ikan Badut yang dalam bahasa Ilmiahnya adalah (Amphiprion ocellaris), dilakukan pada menit diatas menit ke-5 yaitu menit ke-6 sampai pada menit ke30. Pada menit ke 30-35 kembali dilakukan pengamatan tingkah laku ikan selama 5 menit, lalu dilakukan kembali perhitungan bukaan operkulum hingga menit ke-60 dan pada menit tersebut kembali dilakukan pengamatan tingkah laku ikan selama 5 menit menggunakan

Pada jurnal ini akan dijelaskan

stopwatch.

tentang aktivitas osmoregulasi pada

dilakukan,

organisme, faktor yang berpengaruh

penimbangan untuk mengetahui massa

terhadap proses osmoregulasi, dan

akhir hewan uji setelah diberi perlakuan.

pengaruhnya

Selain itu, juga dilakukan pengamatan

terhadap

aktivitas

metabolik serta pertumbuhannya.

Setelah selanjutnya

pengamatan dilakukan

warna tubuh yang terjadi selama proses

pengamatan berlangsung dan setelah

30

proses pengamatan. HASIL DAN PEMBAHASAN

35

Hasil pengamatan dari Ikan Giru yang ditempatkan pada berbagai media salinitas yang berbeda dengan ketetapan nilai yang beragam. Dapat

+

+

+

+

++

+

Tabel

1.

Tingkah

Amphiprion

laku

ocellaris

Ikan

pada

Giru

3

Wa Perco

ktu

baan

(me nit) 5

30

0 pp t

1 0 p pt

20

30

40

pp

pp

pp

t

t

t

++

+

++

++

++

+

+

+

+

+

+

+ +

+

+

+

+

+

+

35

+

+ +

35

+

60

+

65

+

2

5

++

++

+

+

+

+

+

+

++

++

+

+

+

++

++

++

+

+

+

+

+

+

+

+

+

++

++

++

+

: Sangat Aktif

++

: Aktif

+

: Pasif

Pada Tabel diatas menunjukkan perbedaan

tingkah sp.

laku

Dengan

dari

ikan

tingkatan

+

+

+

salinitas yang berbeda. Dalam hal ini

+

+

+

penyebabnya adalah karena perbedaan yang

memengaruhi

+

+

+

Osmoregulasi pada ikan Amphiprion sp.

+

+

+

Sehingga tingkah laku ikan Amphiprion

+

+

+

+

+

+

+

+

++

+

++

+

+

+

+

+ +

65

++

+

+++

salinitas 60

+

+ +

+

++

++

30

++

++

+

Amphiprion 1

++

++

+

salinitas

berbeda.

++

++

65

Tingkah laku Ikan Giru selama proses pengamatan berlangsung.

+

++

+

tabel yang terdapat di bawah akan

++

++

+

5

++

+

60

diamati dari hasil pengamatan melalui

++

+

++

++ +

sp. Menjadi berbeda-beda.

Tabel 2. Bukaan operkulum Ikan Giru Amphipriona berbeda.

sp..

pada

salinitas

Tabel

Perc

ktu

0

10

20

30

40

obaa

(m

pp

pp

pp

pp

pp

n

enit

t

t

t

t

t

5-

35

30

17

35-

19

60

64

1

2 3560

530 3 3560

1

12

25

18

14

08

38

34

sp.

tubuh

ikan badut

pada

salinitas

salinit

Sebelu

Sesud

as

m

ah

(ppt)

(gram)

(gram)

0

3,15

4,36

10

3,32

3,78

20

3,87

3,93

berbeda.

Percoba

)

30

Berat

Amphiprionin

Wa

5-

3.

an

8 1

1

1

1

62

52

27

69

30

3,8

3,38

8

7

9

9

40

4,05

5,8

3

1

1

2

1

0

3,09

4,66

51

14

20

53

83

10

2,95

2,78

7

8

8

8

4

20

2,91

3,19

19

1

1

1

1

30

3,30

64

62

52

27

69

40

3, 66

4,99

8

7

9

9

0

3, 15

4,36

35

1

12

25

18

10

3,32

3,78

17

14

08

38

34

20

3,87

3, 93

30

3,8

3,38

40

4,05

5,8

8 1

2

27

38

35

96

77

35

17

33

4

6

1

2

3

Pada tabel diatas memperlihatkan perubahan bobot tubuh pada ikan Tabel diatas menunjukkan nilai

Amphiprion sp. disebabkan oleh

dari keseluruhan bukaan operculum

pengaruh perbedaan Osmoregulasi dan

pada Ikan Amphiprion sp. dari salinitas

perbedaan salinitas. Ikan ber-

yang berbeda-beda. Umumnya bukaan

osmoregulasi dengan kondisi

operculum adalah karena pengaruh

perbedaan salinitas membuat ikan

dari perbedaan salinitas. Perbedaan

harus dapat meregulasi sistem osmosis

salinitas memengaruhi bukaan

dalam tubuhnya sehingga

operculum dan osmoregulasi dari Ikan

menambahkan bobot tubuhnya dan

Amphiprion sp.

menambah massa tubuhnya atau mengurangi bobot tubuhnya dan mengurangi massa tubuhnya.

KESIMPULAN Zuchairi, Rina. 2013. Identifikasi Parasit Salinitas yang beragam pada

pada

Ikan

Badut di

(Amphiprion

percobaan yang dilakukan terhadap

percula)

Balai

Besar

Ikan Giru memberikan hasil yang

Pengembangan

menunjukkan pengaruh dari salinitas

(BBPBL)

terhadap proses Osmoregulasi pada

Pertanian. Universitas Lampung.

Budidaya

Lampung.

Laut

Fakultas

Ikan Giru. Dari pengamatan yang dilakukan, Ikan Amphiprion ocellaris

Lantu, Sartje. 2010. Osmoregulasi Pada

memiliki tingkatan Toleransi yang

Hewan

cukup tinggi terhadap perubahan

perikanan dan kelautan

salinitas. Ikan Amphiprion ocellaris

Vol. VI No. 1 UNSRAT.

memiliki kemampuan Osmoregulasi

Manado.

yang tergolong baik karena dapat

lingkungan. Sehingga Ikan Amphiprion ocellaris dapat bertahan pada kondisi salinitas yang berbeda-beda. Namun Ikan Amphiprion ocellaris tidak dapat bertahan lama diluar dari salinitas normalnya yaitu 30 ppt untuk waktu yang lama. DAFTAR PUSTAKA

Pamungkas, Wahyu. 2012. Aktivitas Respons

Pertumbuhan, dan Energetic Cost pada Ikan yang Dipelihara dalam Lingkungan Penelitian

Bersalinitas. dan

Pemuliaan

Balai Ikan.

Subang.

Stickney, R.R. 1979. Principles of Warmwater

Aquaculture.

John

Willey and Sons, Inc. The United States of America, 1,063 pp.

Jurnal

Taufik Imam, Eni Kusrini. 2006. Peran

menyesuaikan dengan kondisi

Osmoregulasi,

Kuatik.

Hormon

syaraf

pada

osmoregulasi hewan air. Pusat

riset

perikanan

budidaya. Jakarta

More Documents from "nasrul hidayatullah"

Lusi004.pdf
April 2020 1
Lotm V1.docx
November 2019 33
Doc1.docx
May 2020 17
Proker.docx
November 2019 34