PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP INDEK KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDONGSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER Muchammad Fahrur Ridwanˡ, Yunita Satya Pratiwi², Cahya Tri Bagus3 ˡMahasiswa Program Studi S1 Keperawatan ²Dosen S1 Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan FIKes Universitas Muhammadiyah Jember E-mail: Abstract The decline in physical condition in the elderly will lead to conditions that are prone to various kinds of diseases. Decreased physical ability also causes changes in sleep quality in the elderly. Poor sleep quality in the elderly having a devastating effect on the elderly. Oneway non-pharmacological therapy to improve sleep quality of the elderly are the elderly gymnastics . Following the elderly gymnastics minimal effects are elderly feel happy, always excited, sleep better, keep your mind fresh. , The purpose of this study is to identify the influence of gymnastics elderly against quality index in posyandu lansia health centers working area Andongsari districts Ambulu Jember. The study design used is Pretest-Posttest One Group Design. Total population 40 respondents and sample in this research is 32 respondents using purposife sampling techniques. Statistical test results using Wilcoxon Sign Rank Test with α = 0.05 p value 0.00 obtained so that it can be concluded that there was gymnastics elderly effect on sleep quality index in posyandu lansia health centers working area Andongsari Ambulu District of Jember. This study was recommended for health workers to serve as non farmakolgis therapy to overcome the problem of sleep quality in elderly. Keywords: gymnastics elderly, index sleep quality, elderly Bibliography: 21 (2005-2016)
PENDAHULUAN Lanjut usia adalah seseorang
Kemunduran
lain
yang
dialami
adalah kemunduran fisik antara lain
yang telah mencapai usia lebih dari
kulit
60 tahun. Menjadi tua ditandai
keriput, rambut beruban, gigi mulai
dengan adanya kemunduran biologis
ompong,
yang terlihat sebagai kemunduran
penglihatan berkurang, mudah lelah,
yang terjadi adalah kemampuan-
gerakan menjadi lamban dan kurang
kemampuan kognitif seperti suka
lincah, serta terjadi penimbunan
lupa, kemunduran orientasi terhadap
lemak terutama di perut dan pinggul
waktu, ruang, tempat, serta tidak
(Maryam, et.,al).
mudah menerima hal atau ide baru.
mulai
mengendur,
pendengaran,
timbul
dan
Kemampuan menurun
fisik
juga
yang
menyebabkan
kelincahan gerak,
gerak,
daya
keseimbangan
tahan,
kesegaran
perubahan kualitas tidur pada lansia
jasmani dan stamina. Dalam latihan
(Putra, 2011). Lansia juga memiliki
senam semua anggota tubuh (otot-
kebutuhan hidup yang sama dengan
otot) mendapat suatu perlakuan.
kebutuhan orang lain agar dapat
Otot-otot
hidup dengan sejahtera. Kebutuhan
muscle (otot untuk melakukan tugas
yang terbesar bagi lansia adalah
berat) dan fine muscle (otot untuk
tingkatkan kesehatan. Salah satu
melakukan tugas ringan) (Suroto,
aspek
2004).
utama
kesehatan
dari
untuk
peningkatan
adalah
gross
adalah
Banyaknya perubahan yang
untuk
terjadi pada lansia banyak juga
memastikan pemulihan fungsi tubuh
masalah kesehatan yang dialami
sampai tingkat
oleh
pemeliharaan
optimal
tidur
dan
keterjagaan
fungsional untuk
disiang
menyelesaikan menikmati
lansia
tersebut
lansia,
sehingga
untuk
memastikan
mempertahankan kualitas kesehatan
hari
guna
lansia perlu adanya upaya-upaya
dan
yang harus dilakukan. Salah satunya
yang
adalah dengan menerapkan pola
tugas-tugas
kualitas
yang
hidup
tinggi. (Stenley and Beare, 2007). Salah satu jenis olahraga yang
hidup sehat pada lansia. salah satu poa
hidup
sehat
yaitu
dengan
bisa dilakukan pada lansia yaitu
melakukan senam lansia secara rutin
senam. Senam adalah serangkaian
diharapkan dapat menghasilkan efek
gerak nada yang teratur dan terarah
baik terhadap peningkatan kualitas
serta
tidur
terencana
yang
dilakukan
pada
lansia.
Dengan
secara tersendiri atau berkelompok
pemenuhan kebutuhan tidur lansia
dengan
meningkatkan
yang terpenuhi maka diharapkan
kemampuan fungsional raga untuk
kualitas hidup lansia juga akan
mencapai tujuan tersebut (Suroto,
meningkat.
maksud
2004). Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan kekuatan otot,
kelentukan
persendian,
MATERIAL DAN METODE Tujuan
dari
penelitian
ini
adalah mengidentifikasi pengaruh
senam lansia terhadap indek kualitas
Kualitas
pada lansia di Posyandu lansia
tidur baik
wilayah
kerja
puskesmas
Andongsari
kecamatan
Kabupaten
Jember.
Ambulu Desain
penelitian yang digunakan
ialah
Pretest-Postest One Group Design. Jumlah populasi 40 responden dan sampel pada penelitian ini yaitu 32 responden
dengan
menggunakan
teknik purposive sampling. Hasil uji statistik
menggunakan
Wilcoxon
Sign Rank Test. Penelitian dilakukan pada
bulan
Mei
–
Juni2016.
Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner.
Total
9
28,1
32
100,0
Dari tabel penelitian dapat
diketahui
responden
tabel diatas
bahwa
mayoritas
dari 32 memiliki
kualitas tidur buruk dengan jumlah 16 responden (50,0%). Dan kualitas tidur
sangat
responden kualitas
buruk
sebanyak
(21,9%), tidur
responden
sedangkan
baik
sebanyak
9
Hal
itu
(28,1%).
menunjukan
7
bahwa
mayoritas
responden yang belum melakukan senam lansia mengalami kualitas tidur buruk.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel
2
Distribusi
Hasil penelitian disajikan dalam
responden berdasarkan indek kualitas
bentuk analisa bivariat yang akan
Kualitas
dibahas dengan menggunakan tabel
tidur
distribussi frekuensi sebagai berikut:
Kualitas tidur
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan indek kualitas tidur setelah senam lansia
buruk
Indeks kualitas
Jumlah
tidur
Prosentas e (%)
7
21,9
buruk Kualitas tidur buruk
50,0
(%) 5
15,6
19
59,4
8
25,0
32
100,0
Kualitas tidur sangat baik
tidur setelah senam lansia Berdasarkan
16
Jumlah Prosentase
baik
Total
Kualitas tidur sangat
Kualitas tidur
frekuensi
tabel
diatas
dapat
diketahui bahwa setelah melakukan senam responden tidak ada yang
memiliki kualitas tidur sangat buruk ,
kerja
kualitas
sampai juni 2016
tidur
buruk
menurun
puskesmas
andogsari,
mei
menjadi 5 responden (15,6 %), kualitas
tidur
baik
menjadi 19 responden (59,4 %). Kualitas tidur, dan terdapat kualitas tidur
sangat
baik
Beberapa
meningkat
sebanyak
8
responden (25,0 %). Kualitas tidur setelah melakukan senam terjadi
responden
mengalami penyakit fisik sebagai dampak
dari
proses
penuaan.
Penyakti yang mereka alami diantara terkait dengan pertulangan seperti rematik,
gout
dan
sebagainya,
dimana rasa nyeri yang ditimbulkan
peningkatan.
oleh penyakit tersebut membuat tidur Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan indek kualitas tidur setelah dan sebelum senam lansia
Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk
Kualitas Tidur Pretest Postest N % N % 0 0 8 25 9 16 7
28,1 50 21,9
19 5 0
P value
mereka terganggu. Penyakit lain yang dialami adalah yang berkaitan dengan
0,00
atau
di malam hari menyebakan mereka
-5,260
terbangun
akhirnya
hingga
pada
tidak
dapat
tidurnya.
Setiap
mereka
mempertahankan
penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan
Berdasarkan
hasil
uji
satistik
Wilcoxon Sign Rank Test dengan menggunakan metode pengolahan data SPSS versi 1.9 diperoleh nilai P=0,000 pada derajat kemaknaan α = 0,05.
urin
kejadian ngompol. Inkontinensia urin Z
sering
59,4 15,6 0
inkontinensia
Hal
tersebut
menunjukan
bahwa nilai P lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti ada pengaruh signifikan pengaruh senam lansia terhadap indek kualitas tidur pada lansia Di posyandu lansia wilayah
fisik
(misalnya
kesulitan bernapas), atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti
itu
mempunyai
masalah
kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan
diimobilisasi
pada
traksi
dapat mengganggu tidur (Perry dan
diberikan treatment senam lansia
Potter, 2009).
menunjukkan bahwa yang memiliki
Indek kualitas tidur lansia
kualitas tidur baik sebanyak 19
sebelum dilakukan perlakuan senam
responden (59,4 %), sedangkan yang
lansia adalah kurang baik, karena
memiliki kualitas tidur sangat baik
responden sebagian besar masih
sebanyak
mengeluh jika kualitas tidur mereka
responden yang memiliki kualitas
tidak baik. Keadaan ini disebabkan
tidur buruk sebanyak 5 (15,6 %), dan
oleh beberapa faktor diantaranya
tidak ada responden yang memiliki
adalah karena pada lansia telah
kualitas tidur yang sangat buruk.
mengalami perubahan
berbagai terutama
macam fisiologis
8
responden
Senam
(25%),
mampu
mengembalikan
posisi
dan
maupun biolgis. Pada lansia Episode
kelenturan sistem saraf dan aliran
tidur REM cenderung memendek.
darah. Senam lansia juga mampu
Terdapat penurunan yang progresif
memaksimalkan supply oksigen ke
pada tahap tidur NREM 3 dan 4.
otak,
Beberapa usia lanjut tidak memiliki
kesegaran
tahap 4 atau tidur dalam. Seorang
pembuangan
usia lanjut lebih sering terbangun
dalam
pada malam hari, dan membutuhkan
merupakan kombinasi dari gerakan
banyak waktu untuk jatuh tidur.
otot dan teknik pernafasan. Teknik
Tetapi pada lansia yang berhasil
pernapasan yang dilakukan secara
beradaptasi
sadar dan menggunakan diafragma,
fisiologis
terhadap dan
perubahan
menjaga
sistem
serta
sistem
tubuh energi
tubuh.
negatif
Senam
dari lansia
dalam
memungkinkan abdomen terangkat
mudah
perlahan dan dada mengembang
mempertahankan tidur REM (Perry
penuh. Teknik pernapasan tersebut,
& Potter, 2005).
mampu memberikan pijatan pada
penuaan
psikologis
mampu
lebih
Pada penelitian ditemukan
jantung yang menguntungkan akibat
bahwa dari 32 responden nilai rata
naik turunnya diafragma, membuka
rata indek kualitas tidur pada lansia
sumbatan-sumbatan
di pusyandu lansia wilayah kerja
memperlancar
puskesmas
andongsari
sesudah
aliran
dan darah
ke
jantung serta meningkatkan aliran
maksimal memompa darah keseluruh
darah ke seluruh tubuh.
tubuh sehingga aliran darah menjadi
Senam
lansia
merangsang
lancar dan dengan lancarnya aliran
penurunan aktifitas saraf simpatis
darah
dan peningkatan aktifitas saraf para
menjadi
simpatis yang berpengaruh pada
tersebut bisa membuat lansia akan
penurunan
tidur
hormon
adrenalin,
dapat
membuat
rileks.
lebih
keadaan
Keadaan
cepat
dan
dapat
norepinefrin dan katekolamin serta
mempertahankan
vasodilatasi pada pembuluh darah
dapat memperoeh kualitass tidur
yang
transport
yang maksimal. Dengan kualitas
oksigen ke seluruh tubuh terutama
tidur lansia yang baik diharapkan
otak
juga kualitas kesehatan pada lansia
mengakibatkan
lancar
sehingga
dapat
menurunkan tekanan darah dan nadi
tidur,
rileks
sehingga
juga akan lebih baik.
menjadi normal. Pada kondisi ini
Berdasarkan hasil uji satistik
akan meningkatkan relaksasi lansia.
Wilcoxon
Selain itu, sekresi melatonin yang
metode pengolahan data SPSS versi
optimal
beta
1.9 diperoleh nilai P=0,000 pada
membantu
derajat kemaknaan α = 0,05. Hal
peningkatan pemenuhan kebutuhan
tersebut menunjukan bahwa nilai P
tidur lansia(Rahayu, 2008).
lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti
endhorphin
dan
pengaruh dan
dengan
menggunakan
Peneliti berpendapat bahwa
ada pengaruh signifikan pengaruh
indek kualitas tidur pada lansia
senam lansia terhadap indek kualitas
diposyandu lansia wilayah kerja
tidur pada lansia Di posyandu lansia
puskesmas
setelah
wilayah kerja puskesmas andogsari.
dilakukan senam lansia adalah baik
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
ke sangat baik, hal tersebut karena
metode
responden telah melatih tubuhnya
peningkatan nilai rata – rata indek
dengan senam lansia, salah satu
kualitas tidur sebelum diberikan
manfaat
dapat
perlakuan senam lansia dengan nilai
memaksimalkan kerja organ-organ
minimal 8 dan maksimal 20 dengan
dalam tubuh. Salah satu contohnya
standart
adalah jantung bisa bekerja dengan
diberikan perlakuan senam lansia
andongsari
senam
adalah
wilcoxon
deviasi
3,759.
didapatkan
Sesudah
dengan
nilai
minimal
14
dan
berjemur di pagi hari mengalami
maksimal 24 dengan standart deviasi
pertambahan waktu tidur sebanyak
2,707.
satu jam (Youngstedt, 2005) Siklus tidur dipengaruhi oleh
Gangguan tidur terjadi karena
beberapa hormone seperti ACTH,
adanya
ketegangan
otot,
ketika
GH, TSH, dan LH. Hormon ini
seorang
mengalami
stres
maka
masing-masing
beberapa
disekresi
oleh
otot
akan
mengalami
kelenjar pituitary anterior melalui
ketegangan. Aktifnya saraf simpatis
hipotalamus path way. Sistem ini
tersebut membuat orang tidak dapa
secara
mempengaruhi
santai atau relaks sehingga tidak
neurotransmitter
dapat memunculkan rasa kantuk.
teratur
pengeluaran
noreepinefrin, dopamine, serotonin
Dengan
yang bertugas mengatur mekanisme
senamyang teratur seminggu 3 kali
tidur (Japardi, 2002). Pada lansia,
,responden merasa tidurnya menjadi
keadaan hormonal yang menurun
lebih nyenyak dari biasanya dan
akan
mudah
mengakibatkan
pola
tidur
mengikuti
dalam
kegiatan
mengawali
tidur.
berubah. Hormon melatonin berperan
Kemudahan dalam mengawali tidur
dalam mengontrol irama sirkardian,
ini berdampak pada lama tidur,
sekresinya terutama pada malam hari
dengan tidur lebih awal dari biasanya
yang
danmasa
berhubungan
dengan
rasa
memasuki
tidur
yang
mengantuk. Lansia sering terbangun
lebihpendek secara langsung akan
pada malam hari sehingga waktu
memperlama jam tidur responden.
tidur malam menjadi berkurang,
Meningkatkan kualitas tidur
ketika bangun pagi terasa tidak segar,
dapat dilakukan dengan berbagai
siang hari mengalami kelelahan,
cara
lebih sering tidur sejenak dan merasa
modifikasi lingkungan, kebersihan
mengantuk sepanjang hari (Marcel,
diri,
2008). Latihan fisik atau olahraga
merupakan
tertentu
untuk
meningkatkan kualitas tidur. Dua
pemenuhan
puluh menit berolahraga per hari
kebutuhan tidur. Kelompok yang
sangat dianjurkan untuk menjaga
berolahraga di pagi hari dan rutin
tubuh tetap bugar dan mendapat tidur
mengatasi
dapat
bermanfaat
gangguan
yaitu
dan
dari
asupan
olahraga. cara
nutrisi,
Olahraga
efektif
untuk
yang berkualitas (Rafiudin, 2004).
dapat menimbulkan rasa gembira,
Menurut Mangoenprasodjo (2005)
rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan
olahraga usia lanjut perlu diberikan
gerak) dan menghilangkan depresi.
dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, dan bersifat aerobik. Beberapa contoh olahraga yang dapat dilakukan oleh lansia yaitu jalan kaki, olahraga yang bersifat rekreatif dan senam. Beberapa senam yang dapat dilakukan oleh lansia yaitu yoga dan senam.
ringan
bermanfaat
tersebut
untuk
sangat
ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas). melakukan
senam
secara
teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur
kekuatan
persendian,
Ada pengaruh yang signifikan dimana
nilai
diperoleh
hasil
p
value=0,000 kemaknaan α < 0,05, dengan demikian H1 diterima yang berarti ada pengaruh senam lansia
lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas andongsari
menghambat
proses degeneratif/penuaan. Senam
Orang
Simpulan
terhadap indek kualitas tidur pada
Semua senam dan aktifitas olahraga
SIMPULAN DAN SARAN
otot,
kelentukan
kelincahan
gerak,
keluwesan, cardiovascular fitness
Saran Diharapkan
bagi
perawat
menjadikan senam lansia sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien khususnya pada lansia dengan masalah
keperawatan,
terutama
dengan masalah tidur karena terbukti bahwa
senam
lansia
merupakan
terapi yang efektif untuk mengatasi masalah tidur pada lansia.
dan neuromuscular fitness. Apabila orang melakukan senam, peredarah
DAFTAR PUSTAKA
darah akan lancar dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi
proses
indorfin
hingga
terbentuk hormon norepinefrin yang
Ansori, F.Z. (2014). Pengaruh Senam Lanjut Usia Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Usia Lanjut Di Posyandu Abadi IV Kartasura. http://eprints.ums.ac.id/30816/1 7/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses 10 November 2015
Asmadi, 2012. Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien Jakarta: Penerbit Salemba Medika Buysse, D.J.,Reynold III, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., & Kupfer, D.J. (1988). The Pittsburgh Sleep Quality Index : A New Instruen For Psychiatric Practice And Research. https://www.researchgate.net/fil e.PostFileLoader.html?id=56f194 d7cbd5c20c4844948b&assetKey= AS%3A342512934899714%40145 8672855658 Diakses 02 januari 2016 Dewi, S.R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish. DRS. Suroto.MPd. (2004). Pengertian Senam, Manfaat Senam Dan Urutan Gerakan. Semarang.
Di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. http://perpusnwu.web.id/karyail miah/documents/3424.pdf. diakes 10 november 2015 Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati., Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Mulyanti dan hartini sri. (2009). Efektivitas Senam Lnsia Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Darah Pada Lansia Merokok Di Dusun Pirak Mertosutan Sidouhur Godean Sleman Yogyakarta. http://download.portalgaruda.or g/article.php?article=119646&val =5479. Diakses 10 November 2015
Fatimah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga Medikal Series
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Handayani. L.T. 2014. Buku Ajar Statistik Inferensial Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jember . Tidak Dipublikasikan
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat Wahyu, dan Khusnul Khasanah. (2012). Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial “MANDIRI” Semarang. http://download.portalgaruda.or g/article.php?article=74186&val= 4707. Diakses 11 November 2015 Hidayat. A. (2009). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :Salemba medika Irmawati lilian, (2013). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Medik Stanley, M., & Beare, P.G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.