Jurnali B.ind.docx

  • Uploaded by: Lab struktur material
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jurnali B.ind.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,898
  • Pages: 12
1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dalam bidang konstruksi semakin pesat, membuat berkembangnya juga aspek-aspek metode konstruksi yang dilakukan. Dalam pekerjaan konstruksi tidak bisa lepas dengan pengerjaan pembetonan. Pada proses pembetonan sendiri mutlak dilakukan pemadatan atau vibarasi dengan tujuan meminimalkan udara yang terjebak dalam beton segar sehingga diperoleh beton yang homogen dan tidak terjadi rongga-rongga di dalam beton. penggunaan vibrator pada daerah yang padat tulangan seperti pada balok, kolom dan sambungan yang padat tulangan tidak menjamin tercapainya kepadatan secara optimal di karenakan alat vibrator tidak dapat menjangkau ke seluruh bagian Self compacting Concrete (SCC) dapat merupakan suatu inovasi beton yang mampu mengalir serta padat dengan memanfaatkan berat sendiri tanpa memerlukan proses pemadatan dengan getaran atau metode lainnya. Beton SCC dapat dihasilkan jika adanya material tambahan berupa cairan superplasticizer sebagai material tambah untuk meningkatkan fluiditas dan kekuatan.Ukuran maksimum agregrat yang dapat digunakan pada beton SCC yakni agregrat kasar dengan ukuran 20 mm.pembuatan beton SCC yang dilakukan mengacu pada European Federation of National Associations Representing For Concrete (EFNARC) sebagai penentuan formula mix desain dan parameter pengujiannnya,kemudian digunakan material dari daerah kalimantan. Sehingga pada akirnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan dasar dalam perencanaan pembuatan beton SCC yang mengacu pada EFNARC dengan menggunakan material dan zat aditif yang tersedia untuk wilayah kalimantan, sebagai upaya untuk mendapatkan beton SCC yang di gunakan sebagai pembetonan masal nantinya.

1.2 Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini, yakni: 1.

Bagaimana perubahan karakteristik beton SCC dengan di gunakanya aggregat kasar yang berukuran 12,5mm (1/2in),dan 10mm (3/8in)?

2.

Berapa persen optimum penggunaan aggregat kasar pada beton SCC?

3.

Bagaimana pengaruh variasi prosentase penggunaan zat adittif 0,5%,1% dan 1,5% terhadap karakteristik beton SCC berdasarkan EFNARC Standart dan uji kuat tekannya? 1

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: 1.

Mengetahui perubahan karakteristik beton SCC dengan di gunakanya agregat kasar berukuran 12,5mm (1/2in),dan 10mm (3/8in) dengan penambahan aditif sebanyak 0,5%,1% dan 1,5%.

2.

Mengetahui berapa persen optimum penggunaan aggregat kasar pada beton SCC Mengetahui efisinsi beton SCC dari segi biaya pembuatan beton.

3.

Mengetahui nilai kuat tekan beton pada umur 3,14 dan 28 hari.

1.4 Batasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

Penelitian mengenai beton SCC menggunakan mutu beton rencana 𝑓𝑐′ = 25 MPa.

2.

Pengujian mengenai karakteristik beton SCC hanya mengacu pada EFNARC Standart

3.

Material yang di gunakan adalah pasir dari daerah Barito dan kerikil dari daerah Katunun.(dengan catatan ukuran batu seragam).

4.

Semen yang digunakan adalah semen tipe 1 PCC (Semen Gersik).

5.

Aditif yang digunakan adalah Sika Viscocrete 8030s dan Sika Plastocrete

6.

Pengujian kuat tekan pada penelitian ini menggunakan 9 sampel pada setiap jenis variasi prosentase agregat, yaitu 40% dan 50%, yang dilakukan pengujian beton pada umur 3 hari sebanyak 3 sampel ,14 hari sebanyak 3 sampel ,dan 28 hari sebanyak 3 sampel.

1.5 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.

Menghasilkan beton SCC dengan prosentase agregat kasar optimum yang mampu memenuhi kriteria beton SCC menurut EFNARC standar serta memiliki kekuatan yang cukup baik, ramah lingkungan, dan ekonomis.

2.

Mendapatkan variasi prosentase penambahan zat adittif yang di gunakan sebagai bahan tambah material beton SCC.

3.

Mengembangkan penelitian mengenai beton SCC. 2

2.1 Metodologi Penelitian Material agregat kasar menggunakan krikil katunun dan agregat halus adalah pasir barito,serta menggunakan bahan tambah (admixture) yakni Sika Viscocrete8030s yang berfungsi sebagai superplasticizer. Tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Struktur dan Material,Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat,Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Penelitian diawali mengumpulkan bahan-bahan berupa semen, pasir, kerikil, air, dan bahan tambah yakni Sika Viscocrete8030s. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan masing-masing bahan di laboratorium. pemeriksaan bahan dasar dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik bahan yang digunakan. 3.1 Tinjauan Pustaka Beton merupakan komponen utama sebagai bahan konstruksi struktural yang dihasilkan dari campuran atas air, semen, pasir,kerikil dan bahan tambah (admixture) apabila diperlukan. Semen dan air membentuk pasta semen yang berfungsi sebagai bahan pengikat, agregat kasar dan halus berfungsi sebagai bahan pengisi dan penguat. Bahan-bahan dipilih sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Pemilihan bahan ini sendiri akan mempengaruhi konstruksi dari segi mutu dan kemudahan pengerjaan (Pramono, 2008). Beton SCC dapat didefinisikan sebagai suatu jenis beton mempunyai flowability yang tinggi yang secara otomatis mendapatkan nilai slump yang cukup tinggi. Sehingga mampu mengalir serta padat dalam proses penempatan pada volume bekisting dengan memanfaatkan berat sendiri tanpa memerlukan proses pemadatan dengan getaran atau metode lainnya, dan proses pemadatannya (compaction). Berdasarkan spesifikasi beton SCC dari EFNARC standar, workabilitas atau kelecekan campuran beton segar dapat dikatakan sebagai beton SCC apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Filling ability, adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir dan mengisi keseluruhan bagian cetakan melalui beratnya sendiri

3

2. Passing ability adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir melalui celacela antar besi tulangan atau bagian celah yang sempit dari cetakan tanpa terjadi adanya segregasi atau blocking. 3. Segregation resistance, adalah kemampuan beton SCC untuk menjaga tetap dalam keadaan komposisi yang homogen selama waktu transportasi sampai pada pengecoran. 3.2Rancangan Percobaan Rancangan percobaan ini meliputi : 1. Perencanaan pencampuran beton dengan menggunakan SNI 03-2834-2000. 2. Beton direncanakan untuk mutu 25 MPa dengan bahan-bahan dasar pembentuk campuran yaitu pasir Barito, kerikil Katunun dengan prosentase 40%, ,dan 50%,semen PPC dan air PDAM yang di tambahkan admixture Viscocrete 8030s dan Sika Plastocrete. 3. Dilakukan pengujian slump flow, pengujian L-Shape box dan pengujian J-ring sebagai parameter penentu beton SCC. 4. Benda uji berupa silinder dengan ukuran 100 mm x 200 mm. 5. Sampel beton menggunakan variasi agregat kasar dengan prosentase 40% dan 50%, 2 variasi tersebut di variasikan kembali dengan ukuran agregat yang berbeda, masing-masing 12,5mm (1/2in),dan 10mm (3/8in) dan dengan penambahan aditif masing-masing variasi sebesar 0,5%, 1% dan 1,5% 6. Benda uji berjumlah 108 buah dengan 2 variasi ukuran batu dan prosentase penggunaan yang di reaksikan dengan 3 variasi prosentase penambahan zat additif , dengan rincian sampel seperti berikut: Variasi I

4

Variasi II

Pembuatan Benda Uji Sampel Beton Slinder a.

Mempersiapkan alat dan bahan

b.

Membersihkan dan melumasi cetakan silinder dengan oli pada dinding bagian dalamnya agar cetakan beton dapat dengan mudah saat di lakukan pelepasan.

c.

Menimbang berat masing-masing material sesuai dengan campuran beton

d.

Pengadukan diawali dengan mencampurkan air dengan zat aditif kemudian memasukkan agregat kasar dan garegat halus pada misin mixer dan tuang 30% air yang di gunakan, tungu sampai tercampur merata kemudian diilajutkan dengan memasukan semen kemudian menuangkan keseluruhan air yang bercampur zat aditif secara perlahan

e.

Setelah tercampur merata, kemudian dilakukan pengujian karakteristik beton SCC berdasarkan EFNARC standar yang meliputi pengujian T50, J-ring, dan L-Box,

f.

Setelah dilakukan pengujian parameter beton SCC baru kemudian beton segar di tuangkan kedalam bekisting silinder sampai penud dan meeratakan permukaan campuran beton pada cetakan, membersihkan sisa-sisa beton yang menempel di bekisting mendiamkannya selama ±24 jam.

g.

Setelah ±24 jam, barulah bekisting di buka untuk mengeluarkan benda uji

h.

Beda uji kemudain di lakukan Curing dengan merendam benda uji hingga permukaan benda uji terendam seluruhnya selama 28 hari di dalam bak perendam yang berisi air PDAM.

i.

Setelah sampai umur beton rencana 1 hari sebelumnya sampel di keluarkan dari kolam curing untuk di keringkan sebelum di lakukannya pengujian kuat tekan.

5

Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan material bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan yang digunakan, serta menentukan apakah material tersebut memenuhi syarat untuk digunakan sebagai material penyusun beton. Pada penelitian ini di gunakan persyaratan mutu material berdasarkan peraturan SNI 2847-2013 Pemeriksaan material ini meliputi pemeriksaan terhadap semen, agregat halus, dan agregat kasar.Pemeriksaan bahan dilakukan di Laboratorium Struktur dan Material Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Dengan hasil keseluruhan pemeriksaan bahan terlampira pada tabel 4.1-4.4 sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Semen

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Agregat Halus

6

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar

Hasil Pemeriksaan Zat Additif Pengujian zat aditif dimaksudkan untuk menentukan nilai optimum penggunaan zat aditif pada campuran beton SCC sehingga di dapatkan beton yang dapat memenuhi karakteristik beton SCC berdasarkan EFNARC standar akan teteapi masih tetap ekonomis efesien biaya, pengujian zat adittif

di lakukan dengan

mengkomposisikan 50% Sika Viscocrete dengan 50% Sika PlastoCrete, dan komposisi 25% Sika Viscocrete : 75% Sika Plastocrete Adapun hasil pengujian komposisi 50:50 dan 25:75 penggunaan Sika Viscocrete dan Sika Plastocrete dapat dilihat pada tabel Tabel 4.5 Hasil pengujian zat aditif SCC EFNARC

 Hasil Penetrometer 50% Viscocrete : 50% Plastocrete Waktu Pengikatan Permulaan = 822,42 Menit = 13,7 Jam Suhu Udara/ Pasta

= 28 oC 7

Gambar 4.1 Grafik Penetrometer Test 50% Viscocrete : 50% Plastocrete  Hasil Penetrometer Test 25% Viscocrete : 75% Plastocrete Waktu Pengikatan Permulaan = 846,6 Menit = 14,1 Jam Suhu Udara/ Pasta

= 28 oC

3,5

Gambar 4.2 Grafik Penetrometer Test 25% Viscocrete : 75% Plastocrete

8

Hasil Pemeriksaan Karakteristik Beton SCC Adapun hasil pengujian karakteristik masing-masing ukuran agregat dengan 3 metode pengujian di dapatkan bagan karakteristik ukuran batu pada masing-masing metode sebagai berikut:

1. Slump Flow Test

Gambar 4.3 Grafik Slump Flow Test

2. J-Ring Test

Gambar 4.4 Grafik J-Ring Test

9

3. L-Box Test

Gambar 4.5 Grafik L-Box Test Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa ukuran agregat optimum untuk di gunakan sebagai material penyusun beton self compacting concrete dan dapat memenuhi masing-masing parameter berdasarkan EFNARC standar yakni agregat dengan ukuran 10 mm dengan prosentase agregat kasar 50% serta penambahan zat aditif sebanyak 1 sampai dengan 1,5% .

4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Hasil pengujian kuat tekan beton dengan umur yang direncanakan pada penelitian ini adalah

3,14 dan 28 hari.dimana umur 3 hari di gunakan sebagai

parameter pengikatan awal pada beton kemudian data pengujian 14 hari di gunakan untuk memprediksi kuat tekan optimum pada umur 28 hari nantinya

10

 Hasil Pengujian Kuat Tekan Variasi 10 mm

Va r i a s i 1 0 m m

mbar 4.54 Grafik Hasil Uji Tekan Variasi Agregat Ukuran 10 mm 50.00 45.00 40.00

Kuat Tekan (MPa)

Gambar 4.55 Grafik Hasil Uji Tekan Variasi Agregat Ukuran 12,5 35.00 SCCmm 10-40-0,5 30.00

SCC 10-40-1

25.00

SCC 10-40-1,5

20.00

SCC 10-50-0,5

15.00

SCC 10-50-1

10.00

SCC 10-50-1,5

5.00 0.00 0

5

10

15

20

25

30

Umur Pengujian (Hari)

Gambar 4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Variasi 10 mm  Hasil Pengujian Kuat Tekan Variasi 10 mm

Variasi 12,5mm 45.00 40.00

Kuat Tekan (MPa)

35.00 30.00

SCC 12,5-40-0,5

25.00

SCC 12,5-40-1

20.00

SCC 12,5-40-1,5

15.00

SCC 12,5-50-0,5

10.00

SCC 12,5-50-1

5.00

SCC 12,5-50-1,5

0.00 0

5

10

15

20

25

30

Umur Pengujian (Hari)

Gambar 4.7 Hasil Pengujian Kuat Tekan Variasi 10 mm

11

Berdasarkan Gambar 4.43 dan 4.44 dapat dilihat bahwa hasil pengujian kuat tekan tertinggi pada umur 28 hari adalah beton SCC dengan variasi 10-50-1,5% dengan kuat tekannya sebesar 43,74 MPa.Kuat tekan tertinggi kedua adalah beton SCC dengan variasi 12,5-50-1,5% dengan kuat tekannya sebesar 40,34 MPa, Ada 2 hal pokok yang melatar belakangi variasi beton SCC dengan variasi 1050-1,5% dan beton SCC dengan variasi 12,5-50-1,5% tersebut lebih tinggi hasil uji kuat tekanya di bandingkan variasai yang lain Hal pertama yakni penggunaan prosentaase agregat, penggunaan prosentase optimum aggregat sangat berpengaruh dengan nilai kuat tekan dari penelitian ini dapat di tarik kesimpulan bahwa prosentase penggunaan aggregat kasar kurang dari 50% mengakibatkan penurunan mutu beton, akibat terlalu banyaknya komposisi pasir. Yang kedua yakni pengaruh dari pengunaan zat aditif atau nilai penambahan zat aditif berbanding lurus dengan hasil kuat tekanya, akan tetapi penggunaan aditif yang melebihi penggunaan optium zat aditif tidak menjamin terpenuhinya karakter beton SCC ysng di harapkan. Secara keseluruhan variasi sampel beton SCC memenuhi SNI 2847:2013 point 1.1.1 tentang beton dengan syarat 𝑓𝑐 ′ 17 𝑀𝑃𝑎 untuk bangunan gedung dan campuran beton LSC4 dapat digunakan untuk beton mutu tinggi pada bangunan tahan gempa

12

Related Documents

Jurnali B.ind.docx
April 2020 4

More Documents from "Lab struktur material"