Jurnal Zulfikar.docx

  • Uploaded by: Bowo Boombaystiex
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jurnal Zulfikar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,097
  • Pages: 13
Profita: Komunikasi Ilmiah Akuntansi dan Perpajakan Vol. ... No. ... | Desember 2018

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR, SKEPTISME PROFESIONAL, DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT Zulfikar Ali e-mail: [email protected] ABSTRACT

The purpose of this study is to determine how much influence experience auditor, sceptisme professional and independence auditor on audit quality. Data collection used primary data with distribution questionnaires toward 100 sample Auditors Public Accountant Office in West Jakarta with techniques purposive sampling. Data analyst method in this research used multiple linear regression with SPSS version 20. The results showed that experience auditor and independence auditor affect positive and significant toward Audit Quality, while Sceptisme professional auditor does not affect the Audit Quality. Keywords: Experience auditor, Sceptisme Professional, independence auditor, and audit quality ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor, skeptisme professional dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner yang diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada 100 Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Barat menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis data penelitian ini menggunakan uji analisis multiple regresi dengan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman auditor dan independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, namun skeptisme professional tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Kata Kunci: Pengalaman Auditor, Skeptisme Professional, Independensi Auditor dan Kualitas Audit

PENDAHULUAN Kualitas audit merupakan salah satu output penting dari proses audit yang dilakukan auditor. Auditor dituntut untuk dapat bersikap objektif dan independen agar mampu menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Laporan audit yang berkualitas akan menghindari pemakai informasi dari risiko kesalahan dalam pengambilan keputusan. Audit dikatakan berkualitas adalah ketika auditor mampu mendeteksi dan menemukan suatu pelanggaran sistem akuntansi klien dan adanya pelanggaran dalam pencatatan (Ariningsih dan Merha, 2017).

1

2

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit. Pengalaman yang dimiliki auditor akan mempengaruhi kualitas auditnya, semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai dugaan dalam menjelaskan temuan audit (Rahayu dan Suryono, 2016). Selain pengalaman, tindakan profesional auditor yang mencangkup perencanaan dan pelaksanaan penugasan asurans harus dilakukan menggunakan sikap kewaspadaan profesional dengan menyadari bahwa terdapat situasi-situasi yang menyebabkan informasi pokok tugas (laporan keuangan, pengendalian internal, dan sebagainya) memiliki salah saji material (Hayes at al., 2017:153). Mengingat auditor memiliki peran yang sangat penting dalam dunia bisnis, maka auditor harus memiliki sikap independensi. Independensi merupakan salah satu faktor terpenting bagi auditor untuk menghasilkan kualitas audit. Independensi merupakan hal yang penting selain kemampuan yang dimiliki seorang auditor, artinya auditor harus memiliki pengetahuan dalam menjaring informasi yang dibutuhkan pada setiap proses audit dalam pengambilan keputusan dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen (Ariningsih dan Merha, 2017). Kasus terbaru yang menimpa Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Suherman & Surja di Indonesia adalah salah satu keprihatinan terhadap kualitas audit. Kantor Akuntan Publik yang merupakan Mitra Ernst & Young’s (EY) tersebut telah divonis dengan denda senilai US$ 1 juta (sekitar Rp 13,3 miliar) kepada regulator Amerika Serikat, atas hasil audit pada perusahaan telekomunikasi yang tidak didukung dengan data yang akurat (Tempo.co). Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan terdapat beberapa factor penting yang diduga mempengaruhi kualitas audit sepert; pengalaman auditor, skeptisme profesional, dan independensi. Penelitian yang dilakukan oleh Iskandar (2015), dapat dikatakan bahwa pengalaman memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Hal itu juga dikatakan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Suryono (2016), pengalaman auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Kemudian hasil penelitian Anugerah dan Akbar (2014) menyatakan bahwa skeptisme profesional berpengaruh terhadap kualitas audit. Skeptisme profesional juga diteliti oleh Alfiati (2017), penelitian tersebut menunjukan adanya pengaruh signifikan positif terhadap kualitas hasil audit. Independensi dalam penelitian Rahayu dan Suryono (2016), menunjukan adanya positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Begitupula dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariningsih dan Mertha (2017) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat independensi yang dimilikiseorang auditor, maka akan semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan auditor tersebut.

3

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengalaman auditor, skeptisme profesional dan independensi auditor terhadap kualitas audit. KAJIAN PUSTAKA Agency Theory (Teori Keagenan) Agency theory merupakan implementasi dalam organisasi modern. Teori Agency menekankan pentingnya pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional yang disebut agen yang lebih mengerti menjalankan bisnis sehari-hari (Tandiontong, 2016:5). Teori keagenan (agency theory) diperlukan dalam penelitian ini. Teori keagenan (agency theory) menyatakan perlunya jasa independen auditor dapat dijelaskan dengan teori keagenan (agency theory), yaitu hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agen). Manajemen memiliki kepentingan pribadi yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan sehingga muncul masalah yang disebut dengan masalah agensi (agency problem) akibat adanya asymmetric information. Untuk mengurangi adanya masalah agensi ini, diperlukan adanya pihak independen yang dapat menjadi pihak penengah dalam menangani konflik tersebut yang dikenal sebagai auditor (Auditor’s Independent) (Tandiontong, 2016:6). Kualitas Audit Kualitas audit (quality audit), merupakan probabilitas seorang auditor dalam menemukan dan melaporkan suatu kekeliruan atau penyelewengan yang terjadi dalam suatu sistem klien. Kualitas audit diukur dengan menggunakan indikator kualitas yang seimbang (keuangan dan non keuangan) dari empa kategori: input, proses hasil dan konteks (Tandiontong, 2016:80). Kualitas audit tercermin dari (Tandiontong, 2016:80) : (1) Orientasi masukan (Input Orientation), meliputi penugasan personel oleh KAP untuk melaksanakan perjanjian, konsultasi, supervise, pengangkatan pengembangan profesi, promosi dan inspeksi. (2). Orientasi Proses (Processes Orientation), meliputi: independensi, kepatuhan pada standar audit, pengendalian audit dan kompetensi auditor (3). Orientasi Keluaran (Output Orientation), meliputi: kinerja auditor, penerimaan dan kelangsungan kerja sama dengan klien, dan due professional care. (4). Tindak Lanjut atas Rekomendasi Audit, meliputi jajaran manajemen klien, peraturan internal klien, sistem perusahaan, budaya di perusahaan klien dan fasilitas fisik di persahaan klien memungkinkan untuk mengimplementasikan rekomendasi dari auditor. Pengalaman Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI (2010:11) menjelaskan bahwa pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan atau laporan dibidang yang lain baik dari segi lamanya waktu maupun

4

banyaknya penugasan yang pernah ditangani, semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit (Safitri, 2017). Seorang auditor yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan dan mencari penyebab munculnya kesalahan (Iskandar, 2015). Pengalaman dapat menggali kemampuan auditor dalam melaksanakan tugasnya sehingga mencapai hasil kerja yang berkualitas. Pada umumnya publik berasumsi bahwa pengalaman akan mempengaruhi hasil kerja auditor. Semakin banyak pengalaman kerja auditor, semakin baik pula kualitas hasil kerjanya. Menurut Prinsip kesatu dalam Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1998, “Dalam melaksanakan tugasnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya (Wardhani, 2015). Skeptisme Profesional ISA mensyaratkan bahwa tidakan profesional auditor yang mencangkup perencanaan dan pelakssanaan penugasan asurans harus dilakukan menggunakan sikap kewaspadaan profesional dengan menyadari bahwa terdapat situasi-situasi yang menyebabkan informasi pokok tugas (laporan keuangan, pengendalian internal, dsb) memiliki salah saji material. Kewaspadaan profesional (professional sceptism) merupakan suatu sikap yang menyertakan pemikiran selalu ingin tahu, waspada terhadap kondisi yang mungkin mengindikasikan adanya kemungkinan salah saji karena kesalahan atau kecurangan, dan penilaian penting atas bukti audit (Hayes, et al., 2017:153). Seorang auditor perlu menerapkan sikap skeptisme profesionalnya selama pemeriksaan, untuk mendapat keyakinan yang memadai bahwa salah saji material atau ketidak akuratan yang signifikan dalam data akan terdeteksi, baik karena kesalahan, kecurangan, tindakan melanggar hukum atau pelanggaran peraturan. Penerapan skeptisme professional oleh auditor secara memadai dalam setiap pemeriksakan membawa dampak tercapainya hasil audit yang berkualitas (Anugerah & Akbar, 2014). Independensi Independensi merupakan sikap dimana auditor tidak dapat dipengaruhi oleh klien atau pihak lain yang memiliki kepentingan pribadi. Seorang auditor tidak boleh berpihak kepada siapapun dan harus mampu menghadapi tekanan apa pun dari klien (Rahayu dan Suryono, 2016). Auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang dimiliki auditor, jika auditor kehilangan sikap independensi yang justru sangat penting maka secara langsung auditor akan kehilangan sikap untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya (Ariningsihdan Mertha, 2017). Selain itu, auditor harus bersikap independen terhadap informasi bukannya independen terhadap klien yang menyusun informasi. Artinya, auditor tidak akan bisa independen terhadap klien yang menyewa dan memberi penghasilan kepada mereka, termasuk jika penghasilan itu selain daripada jasa non audit. Sebaliknya, justru auditor bisa independen terhadap

5

informasi yang disampaikan. Misalnya, auditor tidak boleh menetapkan atau mau menetapkan fee audit berdasarkan presentase tertentu dari laba perusahaan (Tandiontong, 2016:171). Kajian Riset Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Safitri et al., (2018) mengenai pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, objektivitas, pengalaman kerja, integritas, dan motivasi sebagai variabel independen terhadap kualitas audit sebagai variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menyatakan Pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Alfiati, (2017) mengenai etika auditor, skeptisme profesional, dan kompetensi auditor sebagai variabel independen terhadap kualitas audit sebagai variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menyatakan skeptisme profesional tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Penelitian yang dilakukan oleh Ariningsih & Mertha, (2017) mengenai independensi, tekanan anggaran waktu, resiko audit, dan gender sebagai variabel independen terhadap kualitas audit sebagai variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menyatakan independensi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas hasil audit. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, & Suryono, (2016) mengenai independensi auditor, etika auditor, dan pengalaman auditor sebagai variabel independen terhadap kualitas audit sebagai variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menyatakan independensi auditor dan pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Trihapsari & Anisykurlillah, (2016) mengenai etika, independensi, pengalaman audit dan premature sign off sebagai variabel independen terhadap kualitas audit sebagai variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menyatakan independensi auditor tidak berpengaruh dan pengalaman audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Rerangka Pemikiran Berdasarkan uraian penelitian terdahulu di atas, maka dapat digambarkan kerangka paradigma penelitian yang disusun dengan melihat masalah dan tujuan penelitian. Gambar 1 Pradigma Penelitian Pengalaman Auditor (X1) Skeptisme Profesional (X2) Independensi (X3)

H1 H2 H3

Kualitas Audit (Y)

6

Pengembangan Hipotesis Seorang auditor yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan dan mencari penyebab munculnya kesalahan (Iskandar, 2015). Pengalaman dapat menggali kemampuan auditor dalam melaksanakan tugasnya sehingga mencapai hasil kerja yang berkualitas. Pada umumnya publik berasumsi bahwa pengalaman akan mempengaruhi hasil kerja auditor. Semakin banyak pengalaman kerja auditor, semakin baik pula kualitas hasil kerjanya (Wardhani, 2015). Pengalaman juga mampu memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Hal ini dapat mendasari pemikiran bahwa pengalaman auditor diduga berpengaruh terhadap kualitas audit. H1: Terdapat pengaruh positif Pengalaman auditor terhadap kualitas audit Skeptisme profesional sangat penting untuk dimiliki oleh auditor guna mendapatkan informasi yang kuat, yang akan dijadikan dasar bukti audit yang relevan yang dapat mendukung pemberian opini atas kewajaran laporan keuangan (Alfiati, 2017). Penerapan skeptisme professional oleh auditor secara memadai dalam setiap pemeriksakan membawa dampak tercapainya hasil audit yang berkualitas (Anugerah, & Akbar, 2014). Kewaspadaan profesional yang akan dipertahankan selama audit merupakan suatu kebutuhan jika auditor ingin mengurangi resiko-resiko, seperti situasi-situasi tidak biasa yang mungkin diabaikan, lebih menggeneralisasikan saat menarik keimpulan dari observsi-observasi audit yang dilakukan, dan menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam menentukan sifat dasar, waktu dan cakupan prosedurprosedur audit (Hayes et al., 2017). H2: Terdapat pengaruh positif Skeptisme profesional auditor terhadap kualitas audit Independensi adalah standar pengauditan yang esensial untuk menunjukan kredibillitas laporan keuangan yang menjadi tanggung jawab manajemen. Jika akuntan tidak bersikap independen, maka opini yang diberikannya tidak akan memberikan tambahan nilai apapun (Tandiontong, 2016:171). AICPA mengusulkan definisi yang mengatakan bahwa auditor harus bersikap independen terhadap informasi bukannya independen terhadap klien yang menyusun informasi. Auditor bisa independen terhadap informasi yang disampaikan. Misalnya, auditor tidak boleh menetapkan atau mau menetapkan fee audit berdasarkan presentase tertentu dari laba perusahaan (Tandiontong, 2016:171). Dalam teori keagenan menyatakan perlunya jasa independen auditor dapat dijelaskan dengan teori keagenan (agency theory), yaitu hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agen) (Tandiontong 2016:6). Dari penjelasan tersebut, dapat mendasari pemikiran bahwa diduga independensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. H3 : Tedapat pengaruh positif Independensi auditor terhadap kualitas audit.

7

DESAIN DAN METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan studi kausal karena untuk menguji hipotesis. Maksud penelitian menggunakan studi kausal adalah agar mampu menyatakan bahwa variabel X menyebabkan variable Y (Sekaran dan Bougie, 2017:112). Penelitian ini menggunakan variabel bebas seperti pengalaman auditor, skeptisme profesional, dan independensi terhadap variabel terkait, yaitu kualitas audit. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana data yang diolah diperoleh dari kuesioner. Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini yaitu Kualitas Audit. Kualitas audit (quality audit) merupakan probabilitas seorang auditor dalam menemukan dan melaporkan suatu kekeliruan atau penyelewengan yang terjadi dalam suatu sistem klien (Tandiontong, 2016:79). Variabel ini diadopsi dari Kristianto (2017) dengan menggunakan 6 item pernyataan. Sedangkan Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah Pengalaman Auditor, Skeptisme Profesional, dan Independensi Auditor. Pengalaman Auditor (X1) merupakan kemampuan seorang auditor yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan dan mencari penyebab munculnya kesalahan (Iskandar, 2015). Variabel ini diadopsi dari Rahayu dam Suryono (2017) dengan menggunakan 6 item pernyataan. Skeptisme Profesional (X2) merupakan kewaspadaan profesional (professional sceptism) merupakan suatu sikap yang menyertakan pemikiran selalu ingin tahu, waspada terhadap kondisi yang mungkin mengindikasikan adanya kemungkinan salah saji karena kesalahan atau kecurangan, dan penilaian penting atas bukti audit (Hayes. et al, 2017:153). Variabel ini diadopsi dari Triarini & Latrini, (2016) dengan menggunakan 6 item pernyataan. Sedangkan Independensi (X3) merupakan sikap auditor yang tidak berpihak kepada siapapun dan mampu menghadapi tekanan apa pun dari klien (Rahayu dan Suryono, 2016). Variabel ini diadopsi dari Ariningsih dan Mertha (2017) dengan menggunakan 6 item pernyataan. Seluruh variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini diukur dengan skala likert 5 poin, mulai dari “Sangat Tidak Setuju” sampai dengan “Sangat Setuju”. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan auditor yang bekerja di 25 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta Barat. Sedangkan sapel penelitian ini adalah sebagian dari 25 KAP di wilayah Jakarta Barat. Jika 1 Kantor Akuntan Publik mempunyai 20 auditor maka total populasi auditor adalah 500 auditor. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah nonrandom sampling, dengan menggunakan metode purposive sampling, yang merupakan penentuan sampel dengan pertimbangan, yaitu pemilihan anggota yang dapat mewakili sifat populasi. Tidak seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan

8

Publik di wilayah Jakarta Barat dapat menjadi objek dalam penelitian ini. Jumlah sampel dapat ditentukan dengan rumus Slovin, yang diperoleh sampel 100 responden. Metode Analisis Data Analisis yang dipakai dalam menguji hipotesis penelitian ini adalah dengan menggunakan multiple regression analysis (analisis regresi berganda). Teknik ini dipakai untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan persamaan regresi sebagai berikut: Y

= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + c

Keterangan Y = Kualitas Audit α = Konstanta β1 - β3 = Koefisien regresi X1 = Pengalaman auditor X2 = Skeptisme profesional X3 = Independensi c = Eror HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kualitas Data Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk variabel. Uji validitas dikatakan vailid. Jika r hitung lebih besar dari r tabel. Nilai r tabel yang didapat adalah 0,197 (didapat dari tabel r dengan nilai df = 100-2 = 98, dan α = 0,05). Sedangkan uji reliabilitas dinyatakan relialibel jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha yang lebih besar daripada 0,60. Tabel 1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Pengalaman Auditor Skeptisme Profesional Independensi Kualitas Audit

Item 6 6 6 6

Uji Validitas Rentang hasil Corrected Itemr tabel Total Correlation 0,490 - 0,635 0,197 0,519 - 0,624 0,197 0,309 - 0,632 0,197 0,505- 0,665 0,197

Sumber: Hasil Olahan SPSS 20 (diolah)

Kepu tusan Valid Valid Valid Valid

Uji Reliabilitas Cronbach Kepu Alpha tusan > 0,6 0,811 Relialibel 0,775 Relialibel 0,822 Relialibel 0,817 Relialibel

9

Berdasarkan tabel di atas maka dapat di simpulkan semua data pernyataan dalam variable Pengalaman Auditor, Skeptisme Profesional, Independensi dan Kualitas Audit telah dinyatakan valid karena hasil keseluruhan r hitung melebihi r tabel, (r tabel = 0,197). Setelah data diuji validitas selanjutnya pengujian reliabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Hasil uji sebagaimana terlihat dalam tabel diatas nilai Cronbach’s Alpha variabel Pengalaman Auditor, Skeptisme Profesional, Independensi dan Kualitas Audit seluruhnya menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha yang melebihi 0,6 sehingga disimpulkan seluruh variable dalam penelitian ini dinyatakan Valid dan Relialibel. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas Penelitian ini menggunakan metode I – Sample Kolmogorov Smirnov, sebagaimana terlihat pada tabel. Berdasarkan uji Normalitas Rumus Kolmogrov – Smirnov test diperoleh nilai KSZ sebesar ,714 dan Asymp Sig sebesar 0,687 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkkan data berdistribusi normal. Uji multikolinearitas Dalam uji multikolinearitas, metode pengambilan keputusan yaitu jika semakin kecil nilai Tolerance dan semakin besar nilai VIF maka semakin mendekati terjadinya masalah multikolinearitas. Jika nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Dari tabel hasil uji Multikolinearitas dapat diketahui bahwa tidak ditemukan adanya masalah multikolinearitas karena nilai Tolerance pada variabel – variabel independen di atas 0,1 dan nilai VIF-nya kurang dari 10. Uji Heteroskedastisitas Pada hasil Uji Heteroskedastisitas disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.Karena titik-titik tidak membentuk pola tertentu dan menyebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Uji Hipotesis Pada analisis regresi ini Kualitas Auditor (Y) sebagai variabel dependen, dan variabel independennya adalah Pengalaman (X1), Skeptisme Profesional (X2), Independensi (X3). Adapun persamaan regresi berdasarkan model regresi tersebut adalah sebagai berikut : Y

=

Kualitas =

α

+ β1X1

+ β2X2

+ β3X3

+e

10,483+ 0,386 P + 0,068 S + 0,204 I + e

10

Dalam hasil pengujian dengan SPSS 20, pada penelitian ini diperoleh nilai konstanta sebesar 10,483 jadi, jika seluruh variabel independen penelitian ini sebesar 0 dapat dikatakan kualias audit sebesar 10,483. Dimana setiap terjadi perubahan kenaikan 1% dari pengalaman auditor, skeptisme professional, dan Independensi maka akan berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahawa semakin banyak pengalaman auditor skeptisme professional, dan Independensi dalam menangani klien maka, kualitas audit semakin baik. Tabel 2 Hasil Hipotesis Model

Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Beta Error (Constant) 10,483 2,336 Pengalaman ,386 064 ,498 1 Skeptisme ,068 ,146 ,038 Independensi ,204 066 ,256 a. Dependent Variable: Kualitas Audit Sumber: Hasil Olahan SPSS 20

T

4,487 5,991 ,463 3,082

Sig.

,000 ,000 ,645 ,003

Pembahasan Hasil Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit Hasil penelitian variabel pengalaman auditor mempunyai nilai signifikansi 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan 0,386. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis H1 terdukung sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin besar pengalaman auditor maka semakin bagus juga kualitas audit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, yaitu Rahayu, & Suryono, (2016), Trihapsari, & Anisykurlillah, (2016), serta Wardhani, (2015) Penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit tetapi penelitian ini tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Safitri, et al (2018), Sari, & Ramantha, (2015), serta Iskandar, & Indarto, (2014). Penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa pengalaman auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit Auditor yang memiliki pengalaman audit yang lebih dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Pengalaman yang lebih banyak akan lebih memudahkan auditor dengan apa yang harus dilakukannya untuk dapat menyelesaikan proses audit, hasil penelitian tersebut juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengalaman seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan

11

tanggapan tentang informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, karena auditor telah banyak melakukan tugasnya atau telah banyak memeriksa laporan keuangan dari berbagai jenis industri. Pengaruh Skeptisme Profesional terhadap Kualitas Audit Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa variabel skeptisme profesional tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini didasari oleh hasil uji statistik (t) menunjukkan nilai probabilitas signifikansi (sig t) variabel skeptisme profesional adalah sebesar 0,645 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini terjadi karena dalam melaksanakan tugas sebagai auditor, tidak boleh meragukan data atau laporan keuangan yang ada. Harus percaya dan melaksanakan audit sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sikap skeptisme profesional atau meragukan data dapat berdampak buruk karena klien jadi tidak percaya terhadap auditor tersebut. Hal ini dikarenakan auditor saja meragukan data mereka, bagaimana mau memeriksa data mereka. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfiati (2017) yang menyatakan bahwa skeptisme profesional tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Triarini, & Latrini, (2016), Sari, & Ramantha, (2015), Anugerah dan Akbar (2014) yang menyatakan bahwa skeptisme profesional berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit Hasil penelitian variabel independensi mempunyai nilai signifikansi 0,03 atau lebih kecil dari 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan 0,204. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis H3 terdukung, maka dapat dikatakan bahwa independensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, yaitu Ariningsih, & Mertha, (2017), Rahayu, & Suryono, (2016), Sari, & Ramantha, (2015), Iskandar, & Indarto, (2014 yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Trihapsari, & Aniykurlillah, (2016) yang menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit Hal ini dikarenakan dalam melaksanakan tugas sebagai pelaksana auditor, auditor harus memiliki sifat independensi atau dalam arti tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain, termasuk pimpinan. Maka dari itu independensi sangat penting bagi auditor, terlebih lagi bagi ukuran kualitas auditor. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi permainan data atau terjadi kecurangan dalam melakukan audit. Semakin independen seorang auditor maka semakin bagus terhadap kualitas audit.

12

PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1). Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin lama auditor bekerja maka semakin baik pula kualitas audit. Maka dengan demikian variabel pengalaman audit dapat dijadikan tolak ukur untuk variabel kualitas audit. 2). Skeptisme profesional tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil ini menunjukkan bahwa sikap skeptis atau skeptisme profesional tidak akan mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Maka dengan demikian variabel skeptisme profesional tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk variabel kualitas audit. 3). Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin independent seorang auditor atau dalam kata lain tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain maka kualitas audit yang dilakukan akan semakin baik. Maka dengan demikian variabel independensi dapat dijadikan tolak ukur untuk variabel kualitas audit. Saran Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah jabarkan sebelumnya, adapun saran yang dapat diberikan yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Saran untuk Kantor Akuntan Publik, diharapkan dapat memberikan pelatihan – pelatihan yang dapat meningkatkan pengalaman, wawasan, dan keilmuan audit para stafnya, dan agar selalu mengetahui informasi terbaru mengenai peraturan standar dan prosedur yang berlaku umum di Indonesia, sedangkan saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperluas sampel penelitian, menambah variabel independent yang berkaitan dengan kualitas audit dan lebih memperhatikan waktu dalam melakukan penelitian.

13

DAFTAR PUSTAKA Alfiati, R. (2017). Pengaruh Etika Auditor, Skeptisme Profesional dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas (Studi Empiris pada Kantor Inspektorat Provinsi Sumatera Barat). Jurnal Akuntansi, 5(1). Anugerah, R., & Akbar, S. H. (2014). Pengaruh Kompetensi, Kompleksitas Tugas dan Skeptisme Profesional terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi (Media Riset Akuntansi & Keuangan), 2(2), 139-148. Ariningsih, P. S., & Mertha, I. M. (2017). Pengaruh Independensi, Tekanan Anggaran Waktu, Resiko Audit, dan Gender pada Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi, 1545-1574. Hays. R, Wiliage. P, Gortemaker. H. (2017). Prinsip-Prinsip Pengauditan. International Standards On Auditing. Edisi Ke Tiga. Jakarta: Salemba Empat. Iskandar, M., & Indarto, S. L. (2014). Interaksi Independensi, Pengalaman, Pengetahuan, Due Professional Care, Akuntabilitas Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kualitas Audit. Purwanto Erwan Agus, Ph.D, dan Sulistyastuti Dyah Ratih, M.Si. 2017. Metode Penelitian Kuanitatif Untuk Administradi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Edisi Kedua. Yogyakarta: Penerbit Gava Media Anggota IKAPI DIY. Rahayu, T., & Suryono, B. (2016). Pengaruh independensi auditor, etika auditor, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 5(4). Safitri, M., Azlina, N., & Hanif, R. A. (2018). Pengaruh Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan, Objektivitas, Pengalaman Kerja, Integritas dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Inspektorat Di Kabupaten/kota Di Provinsi Riau). Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi, 4(1), 1-14. Sari, N. P. P. F., & Ramantha, I. W. (2015). Pengaruh Sikap Skeptisme, Pengalaman Audit, Kompetensi, dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi, 470-482. Sekaran Uma, dan Bougie Roger. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis Pendekatan Pengembangan-Kehalian. Edisi 6, buku 1. Jakarta:Salemba Empat Tandiontong Mathius (2016). Kualitas Audit dan Pengukurannya. Bandung: Alfabeta Bandung Triarini, D. A. W., & Latrini, M. Y. (2016). Pengaruh Kompetensi, Skeptisme Profesional, Motivasi, dan Disiplin Terhadap Kualitas Audit Kantor Inspektorat Kabupaten/Kota Di Bali. E-Jurnal Akuntansi, 1092-1119. Trihapsari, D. A., & Anisykurlillah, I. (2016). Pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman Audit dan Premature Sign Off Terhadap Kualitas Audit. Accounting Analysis Journal, 5(1). Wardhani, P. K. (2015). Pengaruh Akuntabilitas, Pengalaman, dan Due Professional Care Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 2(1).

Related Documents

Jurnal
December 2019 93
Jurnal
May 2020 64
Jurnal
August 2019 90
Jurnal
August 2019 117
Jurnal
June 2020 36
Jurnal
May 2020 28

More Documents from ""

Contoh.pdf
November 2019 6
Jurnal Zulfikar.docx
November 2019 13
Gambar Kiblat.docx
April 2020 7
Ppt Bph.pptx
May 2020 4
Ahmad Yani.docx
December 2019 8
Cl 2 Ltm.docx
June 2020 16