ISSN 2303-1433 DAMPAK FISIOTERAPI DADA TERHADAP STATUS PERNAPASAN ANAK BALITA PNEUMONIA DI RSUD KOJA DAN RSUD PASAR REBO JAKARTA 1
2
Rosa Melati , Nani Nurhaeni , Siti Chodidjah
2
1. Akademi Keperawatan Manggala Husada, Jakarta 13930, Indonesia 2. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail:
[email protected] Abstrak Manifestasi pneumonia pada anak antara lain adanya peningkatan produksi sputum yang kental dan sulit dikeluarkan. Salah satu terapi supportif yang diberikan adalah fisioterapi dada. Fisioterapi dada diberikan untuk mengalirkan dan mengeluarkan sekresi yang ada di saluran pernapasan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dampak fisioterapi dada terhadap status pernapasan denyut nadi/ HR dan saturasi oksigen/ SaO2 anak balita pneumonia. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pre test dan post test without control. Metode sampling consecutif sampling, dengan 35 jumlah responden di RSUD Koja dan RSUD Pasar Rebo Jakarta. Hasil analisis penelitian menunjukkan adanya perbedaan sebelum dan sesudah intervensi pada HR dan SaO2 dengan signifikansi P = 0.001. Hasil penelitian ini merekomendasikan penelitian selanjutnya untuk menggunakan sampel lebih banyak lagi dan menggunakan desain time series pada fisioterapi dada. Kata Kunci: balita, status pernapasan, fisioterapi dada.
Abstract Manifestations of pneumonia in children include an increase in the production of thick sputum, and difficult to remove. One of the supportive therapy given is chest physiotherapy. Chest physiotherapy is given to drain and remove secretions in the respiratory tract. The purpose of this study was to description the effects of chest physiotherapy on respiratory status heart rate/ HR and oksigen saturation/ SaO2 children pneumonia. Design research is a Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 1 / Nomor 1 / Oktober 2018
41
ISSN 2303-1433 quasi experimental with pre-test and post-test without control. Consecutive sampling method of sampling, with 35 respondents in Koja Hospital and Pasar Rebo Hospital Jakarta. Results of the analysis showed that there was a difference before and after intervention in HR and SaO2 with significance P = 0.001. The results of this study recommends further research to use more samples and using time series experimental design on the chest physiotherapy. Keywords: children, respiratory status, chest physiotherapy.
Pendahuluan
perkembangan.
Bervariasinya usia anak mulai dari
ditandai dengan sesak napas, kehilangan
dalam kandungan sampai sebelum 18
cairan berlebihan dan tidak mau makan
tahun, menyebabkan anak tidak selalu
dan minum menyebabkan badannya
berada
lemah, memerlukan perawatan rumah
dalam
Perhatian
kondisi
dari
yang
orangtua
sehat.
diperlukan
Kondisi
sakit
yang
sakit dan membutuhkan perhatian
karena kesehatan seorang anak menjadi
perawat.
tanggung jawab dari orang tua dan
memperhatikan
pemerintah, terutama pada mereka yang
penyakit tetapi perlu memperhatikan
usianya
Masa
fisik dan psikososial anak sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang
tahapan usia tumbuh kembang. Masa
dilalui anak tidak selalu berjalan dengan
perkembangan secara khas terjadi sesuai
baik, banyak penyebab yang menganggu
dengan tahapan usia anak, tetapi perawat
kondisi kesehatan anak antara lain faktor
hendaknya fleksibel dalam menanggapi
sosial ekonomi, lingkungan, fisik dimana
hal ini, terutama pada saat anak sakit dan
fungsi organnya yang belum matur, daya
dirawat di rumah sakit (Johnson &
tahan
Keogh, 2010).
masih
tubuh
malnutrisi
relatif
yang yang
kecil.
rendah,
serta
Perawat
bukan
proses
hanya
penyembuhan
mempermudah
terjadinya penyakit pada anak (World
Salah satu penyakit yang terjadi pada
Health Organization/ WHO, 2006)
anak dan menyebabkan anak dirawat di rumah
sakit
adalah
pneumonia.
Sebagian anak melalui pertumbuhan dan
Pneumonia menjadi pembunuh utama
perkembangan dengan mudah, namun
pada anak dan merupakan penyebab
pada keadaan sakit sebagian anak akan
kematian
mengalami
berkembang ataupun di negara maju
keterlambatan
dalam
tertinggi
baik
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 1 / Nomor 1 / Oktober 2018
di
negara
42
(Alak, Seabrook, & Rieder, 2010; Legg,
oleh bakteri streptococcus pneumoniae.
Barrowman, Shenouda, Koujok & Saux,
Burns menambahkan manifestasi klinis
2012). Tingginya angka kematian dan
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
kesakitan yang disebabkan oleh
dimulai dari infeksi saluran nafas atas,
pneumonia
menjadi
perhatian
demam tinggi, batuk, pernapasan cepat,
pemerintah, dalam upaya menurunkan
dypsnea,
peningkatan
angka kematian anak sesuai dengan
merintih, retraksi, kemudian tampak
tujuan keempat Millenium Development
lemah dan beresiko mengalami distress
Goals (MDGs 2015) (Said, 2010).
pernapasan
yang
suara
lebih
berat
nafas,
serta
hipoksemia. Tinjauan Teori 1. Pneumonia
Penatalaksanaan yang diberikan pada
Pneumonia adalah penyakit inflamasi
pasien dengan pneumonia yang dirawat
pada
dirumah
paru-paru
umumnya
yang
menular
sakit
adalah
pemberian
penurunan
antibiotika dan terapi supportif lainnya
oksigenasi, sesak napas, dan kematian
seperti anti piretik, pemberian cairan,
(Izadnegahdar, Cohen, Klugman, &
oksigen, inhalasi, fisioterapi (Supriyatno
Qazi, 2013).
2010).
World
menyebabkan
dan
Health
Organization
(WHO,
2. Fisioterapi Dada
2013) menyebutkan bahwa pneumonia
Fisioterapi
adalah
yang
physiotherapy (CPT) u adalah salah satu
menyebabkan kematian paling banyak
tindakan untuk membersihan bronkial,
pada anak berusia di bawah 5 tahun
sehingga meningkatkan fungsi paru dan
(balita).
dapat bernapas dengan baik.
Jenis virus utama penyebab pneumonia
Tujuan dari CPT adalah untuk melepas
adalah Respiratory Syncytial Virus/ RSV
dan mengalirkan sekresi bronkial pada
(Hatipoglu,
2012).
saluran napas menggunakan gravitasi
Menurut Burns, Dunn, Blosser, Brady
bumi, dengan memanipulasi dada bagian
dan Starr (2013), penyebab pnemonia
eksternal. Menghilangkan sekresi dapat
adalah
dilakukan dengan batuk, atau aspirasi
salah
satu
2011;
bakteri,
penyakit
Esposito,
virus,
mycoplasma
pneumonia dan chlamydia pneumonia,
dada
atau
Chest
dengan kateter (Magnuson, 2000).
90% kejadian pneumonia disebabkan Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 1 / Nomor 1 / Oktober 2018
43
Metode Penelitian Penelitian
Peneliti juga melakukan uji normalitas.
kuantitatif
dengan
Hasil
uji
normalitas
menunjukkan
kuasi
terdapat sebaran data normal pada HR
ini
setelah intervensi pengukuran pertama,
menggunakan pre test dan post test with
dan sebelum serta sesudah intervensi
out control. pengambilan sampel dengan
pengukuran kedua (p value > 0.05).
menggunakan
Sementara untuk pengukuran lainnya
menggunakan
desain
eksperimental.
Penelitian
consecutive
kuasi
sampling
yaitu pemilihan sampling berdasarkan
memiliki sebaran data tidak normal.
semua objek yang datang dan sesuai dengan
kriteria
penelitian
yang
Peneliti melakukan analisis univariat
dilakukan di dua rumah sakit yaitu
terhadap data karakteristik responden
RSUD Koja dan RSUD Pasar Rebo.
(seperti usia, status gizi dan status
Jumlah besar sampel yang digunakan
pemberian ASI serta HR dan SaO2
pada penelitian ini adalah 35 anak yang
sebelum
menderita pneumonia Tidak ada sampel
Analisis bivariat menggunakan uji
yang
penelitian.
statistik paired t-test untuk mengetahui
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober
perbedaan HR sebelum dan sesudah
2018.
intervensi pada pengukuran kedua.
dropout
dalam
dan
sesudah
pengukuran).
Untuk pengukuran lainnya menggunakan Alat pengumpul data yang digunakan
uji statistik Wilcoxon. Tingkat kesalahan
dalam penelitian ini adalah (1) lembar
α =0,05 dan adanya hubungan yang
data karakteristik responden yang berisi
signifikan apabila nilai p value < 0,05.
tanggal pengambilan sampel, tanggal
Penelitian telah melalui uji etik dari
lahir/ usia anak, berat badan, tinggi
Komite Etik Penelitian Fakultas Ilmu
badan, status gizi dan status ASI; (2)
Keperawatan
UI.
lembar hasil pengukuran; (3) Meteran; (4) timer untuk menghitung nadi dan laju pernapasan selama satu menit penuh; (5) oksimetri untuk mengukur saturasi oksigen responden.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 1 / Nomor 1 / Oktober 2018
44
Hasil Tabel 1 Hasil Analisis Perbedaan Rerata Perubahan Status Pernapasan HR dan SaO2 Sebelum Intervensi Pertama dan Sebelum Intervensi Kedua
Sebelum intervensi Variabel
n
Sebelum intervensi
1
2
P value
Mean
SD
Mean
SD
HR
35
128.00
19.462
120.89
17.548
0.004
SaO2
35
91.66
8.616
93.77
6.193
0.006
Tabel 2 Hasil Analisis Perbedaan Rerata Perubahan Status Pernapasan HR dan SaO2 Sesudah Intervensi Pertama dan Sesudah Intervensi Kedua Sesudah intervensi
Variabel
n
1 Mean
SD
Sesudah intervensi 2 Mean
SD
P value
HR
35
123.66
18.716
120.43
13.937
0.247
SaO2
35
92.31
8.457
96.51
2.639
0.002
Tabel 3 Hasil Analisis Perbedaan Rerata Perubahan Status Pernapasan HR dan SaO2 Sebelum Intervensi Pertama dan Sesudah Intervensi Pertama
Variabel
n
Sebelum intervensi 1 Mean
Sesudah intervensi 1
P value
SD
Mean
SD
HR
35
128.00
19.462
123.66
18.716
0.030
SaO2
35
91.66
8.616
92.31
8.457
0.255
Tabel 4 Hasil Analisis Perbedaan Rerata Perubahan Status Pernapasan HR dan SaO2 Sebelum Intervensi Kedua dan Sesudah Intervensi Kedua
Variabel
n
Sebelum intervensi 2 Mean
Sesudah intervensi 2
P value
SD
Mean
SD
HR
35
120.89
17.548
120.43
13.937
0.832
SaO2
35
93.77
6.193
96.51
2.639
0.001
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 1 / Nomor 1 / Oktober 2018
45
Tabel 1 menunjukkan Nilai rerata HR dan
pertama. Tabel 4 menunjukan nilai rerata
SaO2 sebelum intervensi pertama dan
SaO2 sebelum dan sesudah intervensi pada
kedua memiliki nilai kemaknaan (p value
pengukuran
< 0.05) sehingga dapat disimpulkan ada
kemaknaan (p value < 0.05) sehingga
perbedaan nilai HR dan SaO2 antara
dapat disimpulkan ada perbedaan nilai HR
sebelum
pada
antara sebelum dan sesudah intervensi
pengukuran pertama dan kedua. Tabel 2
pada pengukuran kedua. Sementara hasil
menunjukan nilai rerata RR dan SaO2
analisis uji paired t-test menjelaskan nilai
sesudah intervensi pertama dan kedua
rerata HR sebelum dan sesudah intervensi
memiliki nilai kemaknaan (p value < 0.05)
kedua memiliki nilai kemaknaan P=0.832,
sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan
( > 0.05). sehingga dapat disimpulkan
nilai SaO2 antara sesudah diberikan
tidak ada perbedaan nilai HR antara
intervensi pada pengukuran pertama dan
sebelum dan sesudah diberikan intervensi
kedua. Sementara hasil analisis uji paired
pada pengukuran kedua.
diberikan
intervensi
kedua
memiliki
nilai
t-test menjelaskan nilai rerata HR sesudah intervensi pertama dan kedua memiliki
Pembahasan
nilai kemaknaan P=0.247, ( > 0.05),
Penelitian
sehingga dapat disimpulkan tidak ada
disampaikan oleh Santos, Ribeiro, Ribeiro
perbedaan
sesudah
dan Morcillo (2009) yang menjelaskan
pada pengukuran
bahwa dalam mengekspresikan keparahan
pertama dan kedua. Tabel 3 menunjukan
penyakit dan terapi pada pneumonia dapat
nilai rerata HR sebelum dan sesudah
diketahui melalui HR dan SaO2. Santos
intervensi
menjelaskan
diberikan
nilai
HR
intervensi
pada
antara
pengukuran
pertama
yang
menunjang
bahwa
lainnya
peningkatan
HR
memiliki nilai kemaknaan (p value < 0.05)
disebabkan oleh gangguan pernapasan
sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan
berupa
nilai HR antara sebelum dan sesudah
mengental dan sulit dikeluarkan. Secara
intervensi
pertama.
umum peningkatan HR adalah normal
Sedangkan hasil analisis uji paired t-test
secara fisioligis akibat adanya gangguan
menjelaskan nilai rerata SaO2 sebelum dan
pernapasan. Hal ini disebabkan karena
sesudah intervensi pertama memiliki nilai
belum maturnya proses pertumbuhan dada,
kemaknaan P=0.255, ( > 0.05). sehingga
dan perkembangan sistem pernapasan,
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan
Selain itu anak-anak biasanya memiliki
nilai SaO2 antara sebelum dan sesudah
metabolisme lebih tinggi dan kebutuhan
diberikan intervensi pada pengukuran
istirahat serta oksigen lebih besar.
pada
pengukuran
peningkatan
sekresi
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 1 / Nomor 1 / Oktober 2018
yang
46
Penurunan SaO2 mungkin disebabkan oleh
yang disukai serta meningkatkan istirahat
tingkat keparahan penyakit paru atau
anak.
ketegangan selama fisioterapi dada. Upaya yang
dilakukan
adalah
pemberian
Nilai rerata HR pada sebelum pengukuran
fisioterapi dada dan istirahat yang cukup
kedua lebih rendah, dan SaO2 lebih tinggi.
serta intake nutrisi yang memadai.
Menurut peneliti ini menunjukkan adanya hal yang positif dari fisioterapi dada yang
Penelitian ini juga ditunjang penelitian
dilakukan secara rutin, karena penurunan
Gonzalves
nilai HR serta peningkatan SaO2 memang
(2014)
dimana
hasil
penelitiannya terdapat peningkatan SaO2
diharapkan
secara signifikan tetapi ada penurunan
perbaikan penyakit. Sejalan dengan
HR walau tidak bermakna dan tidak
penelitian
signifikan. Namun penelitian tersebut
mengemukakan
tidak menjelaskan alasan mengapa nilai
sebagian
HR yang didapatkan tidak signifikan.
secara rutin. Madison juga menambahkan
sebagai
tanda
Maddison bahwa
penyakit
adanya
(2013)
yang
fisioterapi
pada
paru-paru
dilakukan
bahwa fisioterapi baik dilakukan pada pagi
Sejalan dengan penelitian Enarson dan
hari
Gie (2005) menjelaskan bahwa fisioterapi
menumpuk pada malam hari dan dilakukan
dada tidak dianjurkan karena fisioterapi
pada sore hari agar mengurangi batuk pada
dada menyebabkan anak gelisah sehingga
waktu tidur malam hari. Penelitian Rochat
meningkatkan denyut nadi. Mengenai
(2013) menjelaskan bahwa ada hubungan
nilai HR kurang signifikan karena anak
antara fisioterapi dada yang dilakukan pada
anak sulit bekerjasama dengan peneliti
bayi yang dirawat di rumah sakit dan
pada usia lebih dari 24 bulan sehingga
merekomendasikan
kadang-kadang mengganggu teknik yang
fisioterapi dada secara rutin.
untuk
mengurangi
untuk
sekresi
yang
melakukan
diberikan dan menyebabkan stress pasien. Santos juga menambahkan fisioterapi
Berdasarkan hasil penelitian sebelum dan
dada
sesudah
memilki
hubungan
dengan
intervensi
pada
pengukuran
meningkatkan metabolisme 35%, juga
pertama SaO2 tidak signifikan walau ada
peningkatan HR. Upaya yang dilakukan
penurunan tetapi kurang bermakna. hasil
meminta orang tua untuk membantu
penelitian menduga karena fisioterapi
menenangkan anak dengan digendong
dada yang diberikan baru satu kali
dan jalan-jalan disekitar ruangan atau
sehingga belum terlihat perubahan pada
memberikan distraksi melalui mainan
saturasi oksigen. Hal ini kemungkinan
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 1 / Nomor 1 / Oktober 2018
47
disebabkan karena jumlah sekresi yang
SaO2 mungkin disebabkan oleh adanya
keluar dari saluran napas belum optimal
tingkat
sehingga
ketegangan
proses
pertukaran
udara
keparahan selama
penyakit
paru
atau
fisioterapi
dada.
terganggu dan menimbulkan masalah
sementara pengaruh fisioterapi terhadap
pula pada pertukaran gas. Hasil penelitian
SaO2 memiliki hubungan secara klinis,
ini sama dengan hasil penelitian yang
sehingga parameter ini membantu evaluasi
dilakukan oleh Lukrafka et al (2012)
klinis dan panduan terapi untuk anak-anak
yang menjelaskan bahwa tidak ada
dengan masalah pernapasan. Upaya yang
perubahan signifikan pada rerata nilai
dilakukan yaitu melakukan fisioterapi dada
SaO2 pada fisioterapi dada, namun
dengan
penelitian tersebut tidak menjelaskan
mengurangi ketegangan pada anak.
hati-hati
sehingga
dapat
alasannya. Penelitian yang dilakukan selama dua hari Meskipun pada fisioterapi pertama saturasi
berturut-turut ini menjelaskan, walaupun
oksigen belum meningkat secara bermakna
pada pemeriksaan kedua, ketiga dan
namun pada pemberian intervensi kedua
keempat ada satu variabel yang tidak
SaO2
yang
signifikan namun secara umum pada akhir
bermakna. Seperti yang di sampaikan oleh
pengukuran HR mengalami penurunan
Gonzalves (2014) dimana peneliti percaya
sementara SaO2 mengalami peningkatan.
bahwa gangguan pernapasan berkurang
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
disebabkan oleh pembersihan sekresi, yang
ada hubungan positif antara fisioterapi
menyebabkan penurunan resistensi saluran
dada terhadap status pernapasan HR dan
napas dan meningkatkan ventilasi dan
SaO2. Hasil penelitian ini ditunjang oleh
perfusi
Gonzalves
penelitian Mardiyanti (2012) menjelaskan
terbalik
adanya pengaruh positif pada anak yang
terhadap SaO2. Penurunan HR serta
berumur di bawah dua tahun yang
peningkatan
menyebabkan
dilakukan fisioterapi dada terhadap status
menurunnya pengeluaran energi karena
pernapasan pada anak dengan infeksi
pada kondisi pneumonia energi lebih
saluran pernapasan akut di RSPAD Gatot
diperlukan untuk melakukan kontraksi otot
Soebroto Jakarta. Indrayeni (2013) juga
jantung dan menggerakan bronkial halus.
menjelaskan ada hubungan positif antara
mengalami
dada.
penurunan
peningkatan
menurut
HR SaO2
berbanding ini
fisioterapi dada terhadap perubahan status Santos, Ribeiro, Ribeiro and Morcillo
pernapasan
menggunakan
(2009) menjelaskan bahwa penurunan
Score. Berdasarkan analisis penelitian
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 1 / Nomor 1 / Oktober 2018
Krissjansen
48
penulis berkesimpulan bahwa fisioterapi
dapat pula menurunkan tingkat kecemasan
dada baik dilakukan pada anak balita
orang tua akan penyakit yang diderita
dengan pneumonia.
anaknya
Simpulan
Saran
Berdasarkan
hasil
perbedaan
Fisioterapi dada sudah baik dilakukan di
antara rerata perubahan status pernapasan
ruang rehabilitasi medik akan tetapi lebih
HR dan SaO2 sebelum intervensi dan
baik lagi jika pemberiannya dilakukan
sesudah intervensi memiliki hasil yang
secara rutin, tanpa menghentikan tindakan
bermakna dan signifikan dengan P value
karena
0.001. Fisioterapi dada memiliki hasil
kerjasama
positif
pemberi pelayanan yang selalu ada selama
pada
analisis
anak
balita
dengan
pneumonia.
hari
libur.
Oleh
dengan
karena
perawat
itu
sebagai
24 jam perlu dilibatkan agar rutinitas pemberian
fisioterapi
dada
terjaga.
Fisioterapi dada sebagai terapi supportif
Perawat hendaknya melakukan fisioterapi
memiliki dampak positif terhadap status
dada
pernapasan anak balita, oleh karena itu
kompetensi mandiri seorang perawat jika
hendaknya tindakan fisioterapi dada ini
fisioterapis tidak datang ke ruang rawat
dapat dijadikan kebijakan rumah sakit.
inap.
Kebijakan
yang
dilaksanakan
ada
secara
rutin
di
ruang
perawatan
sebagai
hendaknya dan
bila
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar
memungkinkan lebih dari satu kali setiap
penelitian
harinya. Penelitian ini merupakan kajian
mengeneralisasikan fisioterapi dada yang
ilmiah yang merupakan pengembangan
paling
evidence based practice terhadap dampak
pengukuran penelitian ini mendapatkan
fisioterapi dada dan status pernapasan HR,
variabel yang kurang signifikan untuk itu
dan SaO2. Penelitian ini diharapkan
perlu dilakukan penelitian dengan jumlah
menambah
memperkaya
sampel lebih besar lagi dan menggunakan
keilmuan akan ragam tindakan fisioterapi
desain time series dengan menambahkan
dada sampai akhirnya ditemukan jenis
suhu tubuh sebagai faktor perancu. Sekitar
fisioterapi dada yang paling tepat untuk
15% anak tertidur setelah fisioterapi dada,
balita. Penelitian ini dapat mempercepat
untuk itu pada penelitian selanjutnya
proses
dilakukan penelitian kualitas tidur anak
manfaat
dan
penyembuhan
anak
menurunkan morbiditas anak sehingga
dan
tepat
berikutnya bagi
balita.
untuk Beberapa
setelah fisioterapi.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 1 / Nomor 1 / Oktober 2018
49
Kepustakaan
newborns
with
bronchiolitis. Variations
management
of
in
Gonçalves
viral et
al.
International Archives of Medicine.
Alak A., Seabrook J. A., & Rieder M. J. (2010)
acute
the
pneumonia
in
http://www.intarchmed.com/conten t/7/1/3.
pediatric emergency departments: compliance with the guidelines. Pediatric
EM.
London,
CJEM
Hatipoglu N., et al. (2011). Viral etiology in hospitalized children with acute lower respiratory tract infection.
2010,12(6),514-9.
The Turkish Journal of Pediatrics Burns C. E., Dunn A. M., Brady M. A.,
2011; 53: 508-516.
Blosser C. G., dan Starr N. B. Indrayeni R. (2013). Dampak Fisioterapi
(2013). Pediatric primary care. 5
Dada Terhadap Perubahan Status
Edisi. Philladelphia: Elsevier
Pernapasan
Saunders.
Respiratory
(Krissjansen
Score,
Saturasi
Enarson P. M., & Gie R. (2005).
Oksigen Dan Denyut Nadi) Anak
Management of Pneumonia in the
Balita Pneumonia Di RDUD Pasar
Child 2 to 59 Month of age. Int
Rebo Dan RSUD Koja Jakarta.
Journal Lung Dis,9 (9), 959-963.
FIK-UI. tesis
Esposito S., et. Al. (2012). Impact of
Izadnegahdar R., Cohen A. L., Keith P. K.,
on
pediatric
& Qazi S. A. (2013). Childhood
community-acquired
pneumonia.
pneumonia in developing countries.
rhinoviruses
Eur J Clin Microbiol Infect Dis
Lancet Respir Med, 1: 574–84
31:1637–1645.
http://dx. doi.org/10.1016/ S2213-
DOI
2600(13)70075-4.
10.1007/s10096-011-1487-4. Gonçalves R. A., Feitosa S. Selestrin C.
Johnson J. Y., & Keogh J. (2010).
Valenti V. E., Sousa F. H., Siqueira
Pediatric Nursing Demystified. New
A. A., Petenusso M. & Carlos L. (2014). Evaluation of physiological
York:
The McGraw-Hill
Companies, Inc.
parameters before and after respiratory
physiotherapy
in
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 1 / Nomor 1 / Oktober 2018
50
Legg A. R., Barrowman N., Shenouda N.,
Santos C., Ribeiro M., Ribeiro J., &
Koujok K., & Saux N. L. (2012).
Morcillo A. (2009). Respiratory
Community
acquired
lobar
physiotherapy in children with
pneumonia in children in the era of
community-acquired
universal 7-valent pneumococcal
Canadian Journal of Respiratory
vaccination: a review of clinical
Therapy — www.csrt.com.
presentations treatment
and
from
pneumonia.
antimicrobial a
Canadian
Supriyatno B. (2010). Batuk Kronik Pada
pediatric hospital. BMC Pediatrics
Anak.
12:133.
Indonesia, Volume: 60. Nomor: 6,
http://www.
Biomed
central. com/1471-2431/12/133 Magnuson
W.
G.,
Physiotherapy.
Majalah
Kedokteran
Juni 2010.
(2000).
Chest
WHO. (2006). Pneumonia: the forgotten
Clinical
Care
killer of children. New York:
Medicine Department. CCMD
WHO.
Share/lr/Policies/Procedures/ WHO. (2013). Pocket Book Of Hospital
Bronchial Hygiene.
care for children. Geneva: WHO Mardiyanti (2011). Dampak Fisioterapi
Press.
Dada Terhadap Status Pernapasan (SpO2, WCSSS Dan Denyut Nadi) Pada Anak Usia Kurang Dari Dua Tahun Dengan ISPA Di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. FIK-UI. Tesis Said M. (2010). Pengendalian Pneumonia Anak
Balita
Pencapaian
Dalam
MDG4.
Rangka Buletin
Jendela Epidemiologi, Volume: 3.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik – Volume 1 / Nomor 1 / Oktober 2018
51