Akurasi teknik baru clean-catch untuk mendiagnosis infeksi saluran kemih pada bayi usia kurang dari 90 hari ________________________________________________________ Tujuan
:
Untuk mengevaluasi ketepatan penegakan diagnosis infeksi saluran kemih (ISK) menggunakan teknik clean-catch baru.
Metode
:
Studi potong lintang pada bayi usia kurang dari 90 hari yang mengalami demam tanpa sebab, dengan dua sampel urin yang didapatkan dengan cara berbeda: teknik stimulasi clean-catch dan kateterisasi kandung kemih.
Hasil
:
Diperoleh 60 pasang sampel kultur urin. Usia mediannya adalah 44 hari. 17% bayi laki-laki. Sensitifitas teknik clean-catch adalah 97% dan dengan spesifisitas sebesar 89%.
Rerata kontaminasi sampel clean-catch lebih rendah (5%)
dibandingkan dengan sampel kateterisasi kandung kemih (8%).
Kesimpulan : Kultur urin menggunakan teknik baru clean-catch memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang akurat dan rerata kontaminasinya rendah.
Hasil studi
menunjukkan bahwa teknik ini bernilai sebagai metode alternatif penegakan diagnosis ISK.
Kata kunci
:
Stimulasi kandung kemih, kateterisasi, clean-catch, sampel urin, infeksi saluran kemih.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah penyebab paling umum infeksi bakteri pada bayi dengan demam yang berusia kurang dari 90 hari. Penegakan diagnosis ISK membutuhkan pengumpulan urin yang dapat dilakukan menggunakan salah satu dari empat metode: kateterisasi uretra, aspirasi suprapubik, kantung urin atau teknik clean-catch. Kateterisasi dan aspirasi suprapubik dianggap sebagai metode yang paling terpercaya karena dapat meminimalisir hasil positif palsu, namun metode ini cukup infasif dan tidak nyaman bagi anak. Penggunaan kantung urin merupakan metode alternatif yang non-infasif dan mudah, tetapi memiliki rerata positif palsu yang cukup tinggi. Penggunaan teknik clean-catch untuk memperoleh sampel urin merupakan metode yang direkomendasikan pada anak dengan toilet-trained. Tetapi, pada anak dengan kontrol sphincter yang masih kurang, pengumpulan urin sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, metode infasif sering digunakan. Penggunaan teknik baru clean-catch dapat memfasilitasi dan mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan sampel urin. Perbandingan data hasil kultur menggunakan metode kateterisasi dan clean-catch terbatas. Terdapat variabilitas yang luas pada rerata positif palsu dan negatif palsu. Tujuan penelititan ini adalah untuk membandingkan ketepatan pengunaan teknik baru clean-catch yang terstandar
dengan pengumpulan urin melalui
kateterisasi sebagai penegakan diagnosis ISK.
METODE Studi potong lintang digunakan untuk menentukan validitas pengumpulan urin menggunakan teknik baru clean-catch pada bayi dengan suspek ISK. Teknik ini terdiri dari 3 langkah: pemenuhan intake oral sesuai usia dan berat badan pasien, protokol pembersihan genitalia pada anak dan stimulasi pengosongan (perkusi suprapubik dan lumbosakral). Penelitian ini telah disetujui oleh komisi etik La Paz University Hospital (Madrid, Spain) dan komite riset Infanta Sofia University Hospital (Madrid, Spain). Data diperoleh dari bayi di ruang emergensi dari Januari 2011 hingga
Januari 2013. Kriteria inklusinya adalah bayi <90 hari dengan demam tanpa sebab, tidak memenuhi kriteria Rochester. Demam didefinisikan dengan suhu aksila ≥ 38°C. Kultur urin bayi didapatkan dengan menggunakan kedua metode (teknik baru clean-catch dan kateterisasi kandung kemih). Pengumpulan dengan cara kateterisasi diperoleh dalam waktu 1 jam. Kriteria eksklusinya adalah tidak memperoleh persetujuan, ketidak mampuan untuk memperoleh sampel dengan kedua metode tersebut, pemberian makan yang buruk, hemodinamik tidak stabil, malformasi genitalia eksterna dan kandung kemih, dan penggunaan antibiotik sebelumnya. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak menyelesaikan studi/penelitian dianggap keluar dari follow-up. Urin segera dikirim ke laboratorium dalam Vacuette dan tabung kultur urin Vacuette. Analisis awal seluruh sampel menggunakan Multistix colorimetric test strips (Siemens, Germany) untuk menentukan nitrit dan leukosit esterase. Dipstick dinyatakan positif bila leukosit esterase dan/atau nitrit positif. Urin diinokulasi dengan 10 μL putaran kalibrasi secara paralel dalam medium kromogenik mieloperoksidase dan medium cystein lactose electrolytedeficient (Becton, Dickinson and Company, USA). Kemudian sampel diinkubasi pada suhu lingkungan 37°C. Hasil kultur urin dievaluasi setelah 24 jam. Sampel tanpa pertumbuhan atau pertumbuhan koloni yang minimal dinyatakan negatif. Identifikasi pertumbuhan bakteri yang memiliki hasil kultur positif didasari oleh reaksi biokimia dan termasuk di dalam database commercial system (Siemens, Germany).
Microscan WalkAway 96
Ketika evaluasi setelah diinkubasi
selama 24 jam tidak jelas, maka piringan di cek kembali setelah 48 jam. Interpretasi hasil kultur dilakukan secara independen oleh teknisi. Kultur urin dinyatakan positif bila ditemukan pertumbuhan murni
>10.000 colony
forming units (CFU/mL) pada spesimen yang diperoleh melalui kateterisasi, dan >100.000 CFU/mL bila spesimen didapat melalui teknik clean-catch. Kultur urin dinyatakan negatif bila pertumbuhan murni yang ditemukan <1.000 colony forming units (CFU/mL) pada spesimen yang diperoleh melalui kateterisasi, atau <10.000 CFU/mL bila spesimen didapatkan melalui teknik clean-catch. Jumlah menengah dengan nitrit dan/atau leukosit esterase dalam urin dianggap positif dan mereka yang tidak dianggap negatif.
Kultur urin dinyatakan terkontaminasi bila ditemukan adanya campuran bakteria yang tumbuh atau adanya pertumbuhan satu atau lebih bakteria nonpatogen (Lactobacillus sp, Staphylococci koagulase negatif dan Corynebacterium sp), terlepas dari jumlah koloni. Manajemen pasien selanjutnya dilakukan sesuai dengan protokol saat ini di Infanta Sofia University Hospital. SPSS versi 18,0 (IBM Corporation, USA) digunakan untuk melakukan analisis data.
Kateterisasi dianggap sebagai gold standard untuk teknik
pengumpulan kultur urin. Sensitifitas, spesifisitas, positif palsu, negatif palsu, dan kemungkinan nilai pretest urine bersih dihitung dibandingkan dengan gold standard.
Kultur urine yang terkontaminasi dieksklusikan untuk akurasi
diagnostik tetapi persentase yang diperoleh dengan menggunakan setiap metode dilaporkan.
HASIL Terdapat 150 pasien yang dipertimbangkan untuk studi ini, diantaranya 19 pasien dieksklusikan karena ketidaksediaan orang tua.
63 pasien dieksklusi
karena hanya terdapat satu sampel urin (35 menjalani pengosongan langsung, 28 menggunakan kateter). 5 pasien dieksklusi karena telah sedang mendapat terapi antibiotik, dan 3 pasien karena keadaan hemodinamiknya tidak stabil. 120 sampel didapat dari 60 pasien yang tersisa. Rerata usianya adalah 44 hari, dan mediannya adalah usia 40 hari (rentang usia 2 – 90 hari). 42 (70%) pasien adalah laki-laki dan belum disirkumsisi. Hasil kultur dari sampel teknik clean-catch adalah 37 positif (62%), 20 negatif (33%), dan 3 terkontaminasi (5%). Hasil dari sampel kateterisasi adalah 34 positif (57%), 21 negatif (35%), dan 5 terkontaminasi (8%). Tidak ada penghitungan dengan jumlah menengah (intermediate) yang diperoleh dari sampel yang ada. Pada teknik clean-catch terdapat 2 kultur positif palsu (10%) dan 1 negatif palsu (7%), sesuai dengan tingkat sensitifitas 97% (95% CI 82% sampai 100%), spesifisitas 89% (95% CI 65% sampai 98%). Prevalensi ISK pada kasus ini adakah 63% (95% CI 49% sampai 76%). Rasio kemungkinan positif adalah sebesar 9,21% (95% CI 24,8 sampai 34,22) jika hasil urin clean-catch positif.
Rasio kemungkinan negatif adalah sebesar 0,03 (95% CI 0,00 sampai 0,23). Posttest kemungkinan mengalami ISK adalah sebesar 94% (95% CI 81% sampai 98%) jika kultur urin teknik clean-catch positif.
Hasil kultur kedua metode
pengambilan sampel urin dirangkum dalam Tabel 1. Tabel 2 menunjukkan hasil urinalisis kecuali sampel yang terkontaminasi. Clean-catch dan kateterisasi menunjuukan pertumbuhan bakteria yang sama pada 32 pasien: Escherichia coli diisolasi pada 27 kultur, Enterobacter cloacae 2 pasien, Enterococcus faisalis 1 pasien, Klebsiella pneumoniae 1 pasien, dan Serratia mercescens 1 pasien. Terdapat 2 hasil kultur positif yang diperoleh dengan menggunakan teknik clean-catch terhadap bakteri E.coli, sedangkan dengan metode kateterisasi didapatkan hasil negatif. Satu kultur positif E.coli dengan menggunakan metode kateterisasi dinyatakan negatif pada sampel kultur clean-catch.
DISKUSI Diagnosis ISK secara cepat dan akurat relevan pada bayi demam. Namun, spesimen yang tidak baik, atau kesalahan interpretasi dari hasil tes dapat berkontribusi dalam diagnosis yang kurang atau berlebihan dalam ISK. Penelitian ini menganalisis validitas dari kultur urin dari sampel yang didapat menggunakan metode clean catch melalui teknik yang sudah terstandarisasi dan berjangka pada bayi
menegakan hasil positif dari kultur urin, dan dilaporkan sensitifitas 81%, dan 86,7% spesifik pada anak <5 tahun. Ramage et al membandingkan teknik clean catch dan punksi suprapubic pada bayi <24 bulam, menggunakann teknik hitung koloni yang sama yang didapatkan dari urin clean
catch yang digunakan dalam studi kali ini dam
didapatkan hasil sensitifitas 88,9%, dan spesifitas 95%. Ulasan yang sistemastis menilai keabsahan urin yang diperoleh dengan menggunakan urin pancaran tengah dibandingakn dengan aspirasi suprapubik pada anak umur <5 tahun, didapat sensitivitas anatara 71,4% dan 100%, dan spesifitas antara 57% dan 100%. Hasil penelitain ini sangat beragam karena peneliti menggunakan berbagai tipe pasien dan kecilnya standarisasi dalam pengumpulan sampel. Penelitian ini menambah perbedaan dari teknik clean-catch yang baru dan mudah pada pasien yang biasanya tidak dapat memberikan urin pancaran tengah yang bersih dengan kateter tradisional. Sampel penelitian ini memiliki hasil yang sangat homogen. hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa teknik ini memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi, dikonfirmasi dengan hasil isolat bakteri. Pada sebagian studi melaporkan bahwa laju positif palsu berkisar antara 4% hingga 53% pada teknik invasif seperti kateter atau punksi suprapubik dibandingkan dengan teknik clean-catch. data kami menghasilkan 2 sampel yang positif palsu, menggunakan urin yang diambil dengan kateter sebagai standart referensi. salah satu dari sampel ini diambil dari bayi berumur 2 bulan dengan keluhan mudah menangis dan hematuria. urinalisis dari urin menunjukkan pyuria dan nitrit positif. kultur urin positif dengan 100.000 CFU/mL E. coli. hasil negatif pada stik celup dan kultur didapat pada urin hasil pengambilan kateter. gambaran klinis ini menunjukkan bahwa kateterisasi menghasilkan negatif palsu, daripada urin dengan teknik
clean-catch yang menghasilkan positif palsu.
Dalam
penelitian kami, hanya ada 1 kultur negatif palsu. hal ini hanya presentase yang lebih kecil daripada yang dilaporkan oleh peneliti lain. Kontaminasi dapat menghasilkan intervensi yang tidak perlu atau tertundanya diagnosis dan pengobatan. dalam penelitian ini, laju kontaminasi dalam sampel yang diambil dengan teknik clean-catchlebih renda dari pada dengan teknik kateterisasi. dengan menghindari menggerakan uretra dan
mengambil sampel dengan cepat mungkin dapat mempengaruhi hasil lebih baik. laju kontaminasi menggunakan teknik clean-catch terlihat lebih rendah dari pada yang laporkan pada literatur medis, meskipun jumlah kasus pada penelitian sekarang terbatas. karacan et al menganalisis validitas dari 4 metode berbeda dalam mengambil sampel urin ( kateter uretra, punksi suprapubik, kantong urin, teknik clean-catch) dengan sampel 1067 anak-anak dari umur nol hingga 16 tahun. spesimen yang diambil dengan teknik clean-catch dan kateter menunjukkan laju kontaminasi yang sama (14.3%). pada tahun 2012, tosif et al melaporkan ada 26% kontaminasi dengan teknik clean-catch. altuntas et al melakukan stimulasi teknik seperti yang dijelaskan herreros et al, mendapatkan laju kontaminasi 27.2%. Temuan yang berbeda pada hasil ini mungkin dikarenakan adanya kontaminasi dalam penelitian ini, namun hal tersebut tidak muncul dalam penelitian kami. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Ukuran sampel terlalu sedikit, dengan lebih banyak pria dibandingkan wanita. Idealnya, urin clean catch seharusnya dapat dibandingkan dengan urin yang didapatkan dari punksi suprapubik. Keterbatasan lainnya adalah kami hanya memasukan anak dengan kecurigaan tinggi diagnosis ISK. Penelitian lebih lanjut dengan analisis berpasangan dari sampel urin anak dibawah 3 bulan dengan risiko infeksi saluran kemih mungkin dapat menentukan beberapa keterbatasan ini. Kesimpulan, sensitivitas dan spesivitas kultur dari urin yang didapat dari metode clean ctach melalui teknik skuensial baru yang akurat dan menghasilkan rata rata kontaminasi yang rendah. Hasil ini menyarankan bahwa teknik ini aman, metode alternatif yang baik untuk diagnosis ISK untuk bayi <90 hari.
CRITICAL APPRAISAL
ANALISIS VIA
Validity: a. Design : cross sectional b. Populasi dan sampel: Pasien yang dirawat di ruang emergensi Infanta Sofia University Hospital pada periode Januari 2011 hingga Januari 2013.
Pasien
merupakan bayi < 90 hari dengan demam (suhu aksila > 38˚C) tanpa sebab, tidak memenuhi kriteria risiko rendah Rochester. c. Pengumpulan sample: consecutive sampling
Importance: a. Karakteristik subjek: Terdapat 150 pasien yang dipertimbangkan untuk studi ini, diantaranya 19 pasien dieksklusikan karena ketidaksediaan orang tua. 63 pasien dieksklusi karena hanya terdapat satu sampel urin (35 menjalani pengosongan langsung, 28 menggunakan kateter). 5 pasien dieksklusi karena sedang mendapat terapi antibiotik, dan 3 pasien karena keadaan hemodinamiknya tidak stabil. 120 sampel didapat dari 60 pasien yang tersisa. Rerata usianya adalah 44 hari, dan mediannya adalah usia 40 hari (rentang usia 2 – 90 hari). 42 (70%) pasien adalah laki-laki dan belum disirkumsisi.
b. Kriteria eksklusi: Kriteria eksklusinya adalah tidak memperoleh persetujuan dari keluarga pasien, ketidakmampuan untuk memperoleh sampel dengan kedua metode tersebut, pemberian makan yang buruk, hemodinamik tidak stabil, malformasi genitalia ekstern a
dan
kandung
kemih,
dan
penggunaan antibiotik sebelumnya. Pasien yang telah memenuhi kriteria
inklusi namun tidak menyelesaikan penelitian, dianggap keluar dari follow-up. c. Analisis: Hasil data di analisis dengan uji sensitivitas dan spesifisitas dengan menggunakan software SPSS 18.0 (IBM corporation, USA). Sensitifitas, spesifisitas, positif palsu, negatif palsu, dan kemungkinan nilai pretest urine bersih dihitung dibandingkan dengan gold standard. Kultur urine yang terkontaminasi dieksklusikan untuk akurasi diagnostik tetapi persentase yang diperoleh dengan menggunakan setiap metode dilaporkan.
d. Hasil: Hasil kultur dari sampel teknik clean-catch adalah 37 positif (62%), 20 negatif (33%), dan 3 terkontaminasi (5%). Hasil dari sampel kateterisasi adalah 34 positif (57%), 21 negatif (35%), dan 5 terkontaminasi (8%). Tidak ada penghitungan dengan jumlah menengah (intermediate) yang diperoleh dari sampel yang ada. Pada teknik cleancatch terdapat 2 kultur positif palsu (10%) dan 1 negatif palsu (7%), sesuai dengan tingkat sensitifitas 97% (95% CI 82% sampai 100%), spesifisitas 89% (95% CI 65% sampai 98%). Prevalensi ISK pada kasus ini adakah 63% (95% CI 49% sampai 76%).
Rasio kemungkinan positif adalah
sebesar 9,21% (95% CI 24,8 sampai 34,22) jika hasil urin clean-catch positif. Rasio kemungkinan negatif adalah sebesar 0,03 (95% CI 0,00 sampai 0,23). Post-test kemungkinan mengalami ISK adalah sebesar 94% (95% CI 81% sampai 98%) jika kultur urin teknik clean-catch positif.
Applicability a. Apakah teknik baru clean-catch dapat diaplikasikan pada pasien < 90 hari? Menurut kami, teknik clean-catch dapat dilakukan di rumah sakit, khususnya di Indonesia, dikarenakan selain dari sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi dibandingkan dengan kateterisasi, teknik ini tidak invasif dan cukup mudah untuk diaplikasikan. Namun, dikarenakan teknik ini baru,
perlu sosialisasi ataupun pelatihan yang lebih guna menguasai teknik clean-catch ini denga baik dan benar. b. Apakah teknik clean-catch mempunyai kelebihan dan kekurangan dibandingkan kateterisasi kandung kemih dalam penegakan diagnosis ISK? Berdasarkan hasil penelitian ini, teknik clean-catch memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dibandingkan dengan kateterisasi. Selain itu, teknik clean-catch juga merupakan metode yang non-invasif sehingga tidak menimbulkan risiko seperti pada pemasangan kateter.
Dalam penegakan diagnosis ISK, teknik ini juga memiliki
kontaminasi yang lebih minimal dibandingkan dengan kateterisasi.
ANALISIS PICO
Problem : Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah penyebab paling umum infeksi bakteri pada bayi dengan demam yang berusia kurang dari 90 hari. Penegakan diagnosis ISK membutuhkan pengumpulan urin yang dapat dilakukan menggunakan salah satu dari empat metode: kateterisasi uretra, aspirasi suprapubik, kantung urin atau teknik clean-catch. Kateterisasi dan aspirasi suprapubik dianggap sebagai metode yang paling terpercaya karena dapat meminimalisir hasil positif palsu, namun metode ini cukup infasif dan tidak nyaman bagi anak. Penggunaan kantung urin merupakan metode alternatif yang non-infasif dan mudah, tetapi memiliki rerata positif palsu yang cukup tinggi.
Penggunaan teknik clean-catch untuk
memperoleh sampel urin merupakan metode yang direkomendasikan pada anak dengan toilet-trained.
Intervention: Sampel urin diinokulasi dengan 10 μL putaran kalibrasi secara paralel dalam medium kromogenik mieloperoksidase dan medium cystein lactose electrolyte-deficient (Becton, Dickinson and Company, USA). Kemudian sampel
diinkubasi pada suhu lingkungan 37°C. Hasil kultur urin dievaluasi setelah 24 jam.
Sampel tanpa pertumbuhan atau pertumbuhan koloni yang minimal
dinyatakan negatif. Identifikasi pertumbuhan bakteri yang memiliki hasil kultur positif didasari oleh reaksi biokimia dan termasuk di dalam database Microscan WalkAway 96 commercial system (Siemens, Germany). Ketika evaluasi setelah diinkubasi selama 24 jam tidak jelas, maka piringan di cek kembali setelah 48 jam. Interpretasi hasil kultur dilakukan secara independen oleh teknisi. Kultur urin dinyatakan positif bila ditemukan pertumbuhan murni
>10.000 colony
forming units (CFU/mL) pada spesimen yang diperoleh melalui kateterisasi, dan >100.000 CFU/mL bila spesimen didapat melalui teknik clean-catch. Kultur urin dinyatakan negatif bila pertumbuhan murni yang ditemukan <1.000 colony forming units (CFU/mL) pada spesimen yang diperoleh melalui kateterisasi, atau <10.000 CFU/mL bila spesimen didapatkan melalui teknik clean-catch. Jumlah menengah dengan nitrit dan/atau leukosit esterase dalam urin dianggap positif dan mereka yang tidak dianggap negatif. Kultur urin dinyatakan terkontaminasi bila ditemukan adanya campuran bakteria yang tumbuh atau adanya pertumbuhan satu atau lebih bakteria nonpatogen (Lactobacillus sp, Staphylococci koagulase negatif dan Corynebacterium sp), terlepas dari jumlah koloni. Manajemen pasien selanjutnya dilakukan sesuai dengan protokol saat ini di Infanta Sofia University Hospital. Hasil data di analisis dengan uji sensitivitas dan spesifisitas dengan menggunakan software SPSS 18.0 (IBM corporation, USA).
Comparison: Sampel urin yang bersih adalah hal yang penting dalam ketepatan diagnosis ISK. Teknik umum non-invasif yang sering digunakan adalah dengan menggunakan
kantung
steril.
Tetapi
hal
ini
berhubungan
ketidaknyamanan pasien dan kontaminasi spesimen urin.
dengan
Penggunaan teknik
clean-catch direkomendasikan untuk anak yang kooperatif. Namun, pada anak dengan kontrol sphincter yang masih kurang, teknik ini cukup sulit dan membutuhkan waktu yang lama, sehingga terkadang diperlukan pengambilan
spesimen dengan kateterisasi dan aspirasi suprapubik. Kini terdapat suatu teknik stimulasi yang dapat memfasilitasi pengosongan kandung kemih dengan rerata keberhasilan yang cukup tinggi (Fernandez et al, 2013). Penelitian lain menyatakan bahwa kebanyakan praktisi memperoleh urin dari bayi demam melalui kateterisasi dibandingakan dengan penggunaan kantung urin. Meskipun perbedaan hasil kultur urin dan urinalisis kedua sampel kecil, hal tersebut tetap menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan klinis (Alan et al, 2005). Pengambilan sampel urin dari anak-anak yang tidak toilet-trained dapat menggunakan kateterisasi uretra, aspirasi suprapubik, kantung urin atau meninggalkan anak tanpa popok. Meskipun mengumpulkan urin menggunakan kantung steril merupakan metode yang sederhana dan noninvasif, sampel memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi (hingga 63%), membuat sehingga hasil kultur tidak dapat diandalkan untuk diagnosis ISK (Robinson, Finlay, Lang & Bortolussi, 2014). Ramage et al membandingkan teknik clean catch dan punksi suprapubic pada bayi <24 bulam, menggunakann teknik hitung koloni yang sama yang didapatkan dari urin clean
catch yang digunakan dalam studi kali ini dam
didapatkan hasil sensitifitas 88,9%, dan spesifitas 95%. Ulasan yang sistemastis menilai keabsahan urin yang diperoleh dengan menggunakan urin pancaran tengah dibandingakn dengan aspirasi suprapubik pada anak umur <5 tahun, didapat sensitivitas anatara 71,4% dan 100%, dan spesifitas antara 57% dan 100%. Hasil penelitain ini sangat beragam karena peneliti menggunakan berbagai tipe pasien dan kecilnya standarisasi dalam pengumpulan sampel.
Outcome: Hasil kultur dari sampel teknik clean-catch adalah 37 positif (62%), 20 negatif (33%), dan 3 terkontaminasi (5%). Hasil dari sampel kateterisasi adalah 34 positif (57%), 21 negatif (35%), dan 5 terkontaminasi (8%). Tidak ada penghitungan dengan jumlah menengah (intermediate) yang diperoleh dari sampel yang ada. Pada teknik clean-catch terdapat 2 kultur positif palsu (10%) dan 1 negatif palsu (7%), sesuai dengan tingkat sensitifitas 97% (95% CI 82% sampai
100%), spesifisitas 89% (95% CI 65% sampai 98%). Prevalensi ISK pada kasus ini adakah 63% (95% CI 49% sampai 76%). Rasio kemungkinan positif adalah sebesar 9,21% (95% CI 24,8 sampai 34,22) jika hasil urin clean-catch positif. Rasio kemungkinan negatif adalah sebesar 0,03 (95% CI 0,00 sampai 0,23). Posttest kemungkinan mengalami ISK adalah sebesar 94% (95% CI 81% sampai 98%) jika kultur urin teknik clean-catch positif.
Hasil kultur kedua metode
pengambilan sampel urin dirangkum dalam Tabel 1. Tabel 2 menunjukkan hasil urinalisis kecuali sampel yang terkontaminasi. Clean-catch dan kateterisasi menunjuukan pertumbuhan bakteria yang sama pada 32 pasien: Escherichia coli diisolasi pada 27 kultur, Enterobacter cloacae 2 pasien, Enterococcus faisalis 1 pasien, Klebsiella pneumoniae 1 pasien, dan Serratia mercescens 1 pasien. Terdapat 2 hasil kultur positif yang diperoleh dengan menggunakan teknik clean-catch terhadap bakteri E.coli, sedangkan dengan metode kateterisasi didapatkan hasil negatif. Satu kultur positif E.coli dengan menggunakan metode kateterisasi dinyatakan negatif pada sampel kultur clean-catch.