1. Introduction 1.1 Sounds Absorber from natural materials Polusi suara merupakan salah satu masalah yang cukup menjadi perhatian lingkungan dan di tengah-tengah masyarakat. Faktanya, Polusi suara kini menjadi salah satu sumber polusi ketiga yang memiliki pengaruh buruk terhadap lingkungan, kesehatan manusia dan ekonomi. Solusi untuk mengurangi masalah yang ditimbulkan oleh kebisingan menjadi masalah yang penting. Terdapat dua cara untuk mengendalikan masalah kebisingan yaitu control secara aktif dan control pasif [1]. Cara pertama adalah dengan melakukan pengurangan produksi kebisingan melalui sumber kebisingan, tetapi cara tersebut hanya bisa mengontrol suara pada rentang yang sempit. Sedangkan control pasif dilakukan dengan cara menggunakan bahan penyerapan suara yang tinggi dimana mampu menyerap suara pada rentang frekuensi yang luas dan efektif dalam membuang energy yang dihasilkan suara pada proses ketika gelombang suara merambat. Penyerap suara secara umum dibagi menjadi 3 jenis, yaitu porous absorber, membrane absorber, and volume absorber [2]. Lalu porous absorber dibagi lagi menjadi tiga jenis yaitu cellular, fibrous, and granular [3]. Fibrous merupakan jenis yang paling sering digunakan. Bidang seperti arsitektur, industry otomotif dan peralatan audio banyak menggunakan Fibrous type absorber. Examples of fiber-based absorbers including natural material groups such as cotton [5] [6], sugarcane [7], wood [8], tea-leaf-fiber [9], rice straw [10][11], kapok [4]; synthetic material group such as glass woll [12], polyacrylonitrile [13], and polyester [14]. Dalam beberapa tahun terakhir, komposit tengah menarik banyak perhatian kepada para ilmuwan dan insinyur di bidang material karena memiliki sifat mekanik yang baik, ringan, biodegradable dan juga ramah lingkungan [2]. Tetapi, sebagai bahan berserat, serat alami berporos telah menjadi hal penting dalam menghasilkan variasi struktur penyerap suara baru. Serat sintetis seperti serat kaca dan wol mineral, serat alami yang mana juga merupakan salah satu jenis serat pastinya memiliki mekanisme sama dalam penyerapan akustik. Mekanisme dari penyerapan suara dalam bahan serat berpori merupakan efek viskositas yang diakibatkan oleh gesekan internal antara dinding serat dengan aliran udara, selain itu juga efek kerugian termal yang diakibatkan oleh perpindahan panas di antara serat berbeda [8]. Dikarenakan banyak membutuhkan banyak energy dalam proses produksi dan dampak negative yang ditimbulkan oleh serat sintetis mulai dari pemanasan global, polusi udara yang berpotensi menyebabkan gangguan pada mata dan pernafasan [17] Maka dari itu dilakukan penelitian untuk mencari alternative solusi yang ramah lingkungan dan penyerap akustik yang lebih baik. 1.2 Previous study on natural fibres Fouladi et al. [5,6] mempelajari sejumlah peredam dengan serat berlapis yang melibatkan ruang udara dan pelat berlubang mikro, dilakukan dengan cara simulasi dan percobaan. Ditemukan bahwa Memiliki serat yang keras dan berdiameter besar, kerapatan serat bulk yang besar merupakan hal penting untuk tujuan mendapatkan koefisien absorpsi yang baikpada frekuensi menengah hingga rendah. Ersoy dan Küçü k [7] Mempelajari tentang kinerja limbah industry dari daun teh. Koefisien absorpsi pada serat akan meningkat signifikan ketika didukung dengan kain katun tenunan tunggal. Angka rata-rata koefisisen absorpsi 0,7 dari 6,3 KHz pada ketebalan 20 mm [8]. Yang dan Li [8] mempelajari sejumlah serat, yaitu, serat rami, kapak dan rami dalam bentuk komposit. Hasil pengukuran koefisien serapan suara dibandingkan dengan
komposit serat sintetis menunjukkan bahwa komposit alami memiliki kemampuan reduksi kebisingan yang memuaskan, sama halnya dengan serat sintetis. Or et al. [19] Pada pengontrol kebisingan yang terbuat dari serat tandan kosong kelapa sawit, ditemukan bahwa sampel tebal 50 mm dengan kepadatan curah 292,3 kg / m3 memiliki koefisien penyerapan optimal di atas 0,9 dengan kisaran angka 1000-1500 Hz. Bastos et al. [9] panel pengontrol kebisingan yang terbuat dari serat nabati yang terdiri dari kelapa, sawit, sisal, dan açaí, dalam hal kinerjanya menunjukkan bahwa hasilnya dapat lebih besar dalam kasus-kasus tertentu bila dibandingkan dengan bahan busa akustik sintetis. [11] mempelajari serat limbah tebu dan ditemukan bahwa koefisien penyerapan suara sebanding dengan serat sintetis komersial. Xiang et al. [4] Penelitian ini mempelajari kinerja penyerapan suara dalam serat kapuk yang menunjukkan bahwa serat kapuk memiliki kinerja akustik yang serupa dengan woll glass dan kinerja yang lebih baik pada kepadatan curah yang lebih rendah. Jurnal pada Kali ini akan membahas tentang potensi dari penyerap suara menggunakan serat kelapa sawit dimana meruapakan serat dari bahan alami, hijau dan berkelanjutan. Secara konvensional, serat SPT digunakan sebagai makanan untuk cacing [21] dan media pertumbuhan jamur [22]. Sampai saat ini, pengembangan awal penelitian telah dilakukan pada serat batang kelapa sawit sebagai bahan baku dalam produksi glukosa [22], penguatan dalam produksi komposit [23] [24], dan bahan baku produksi briket [25]. Sebagai salah satu limbah dalam industri pengolahan tepung dengan kuantitas berlimpah, serat SPT juga menyebabkan masalah lingkungan [26]. Mempertimbangkan potensi serat SPT, makalah ini berkontribusi pada pengayaan bahan akustik dan kesempatan untuk menggunakan serat SPT sebagai penyerap komersial dan memberikan resolusi limbah padat dalam industri pengolahan tepung sagu. Serat aren (SPF) merupakan serat alami yang berasal dari pohon Arenga pinnnata yang tummbuh di Asia Tenggara [1]. Tanaman ini memiliki banyak kemampuan sebagai bahan pembuatan suatu produk. Salah satunya adalah getah yang dimiliki pohon ini bagus untuk digunakan dalam produksi bahan bakar alcohol. Lalu limbah dari pohon tersebut bisa digunakan sebagai serat pengisi dalam polimer komposit [2]. Dari semua hal tersebut serat aren memiliki peluang besar untuk dikembangkan, salah satunya adalah pengembangan limbah serat aren dalam hal penyerapan suara yang diharapkan mampu mengatasi masalah kebisingan.