JURNAL GERIATRI
Efektivitas Latihan Fisik Dalam Pengobatan Depresi Pada Dewasa Tua sebagai Alternatif Antidepresan Dalam Perawatan Primer
Oleh : Rilla Fiftina
PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2019
Efektivitas Latihan Fisik Dalam Pengobatan Depresi Pada Dewasa Tua sebagai Alternatif Antidepresan Dalam Perawatan Primer
Abstrak Latar belakang: Bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa latihan fisik dapat bermanfaat bagi pasien depresi dan mungkin sebanding dengan pengobatan antidepresan, cara yang paling baik untuk menerapkan rekomendasi ini dalam praktik klinis masih belum diketahui. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memastikan non-inferioritas latihan fisik yang diawasi sebagai pengobatan obat antidepresan, dalam hal mengurangi gejala depresi pada pasien dengan kriteria klinis episode depresi (ICD-10), yang di awasi selama 6 bulan.
Metode: Menggunakan uji klinis acak yang dilakukan pada layanan perawatan primer, di mana total 312 pasien di atas usia 65 tahun dengan depresi klinis yang signifikan akan secara acak diberi perlakuan program latihan fisik yang disupervisi, atau sebagai terapi alternatif pengobatan antidepresan yang biasa digunakan dalam praktik klinis. Kondisi fisik peserta akan dinilai pada awal, dan kemudian diulang pada hari ke 15 dan bulan ke 1, 3 dan 6. Program latihan yang disupervisi ini, akan terdiri dari 2 sesi mingguan yang dibagi per kelompok terdiri dari 10-12 pasien dalam periode 6 bulan, di mana seorang instruktur olahraga akan melatih pasien untuk melakukan setidaknya 30 menit aktivitas rutin pada intensitas sedang hampir setiap hari, termasuk latihan aerobik, penguatan otot, fleksibilitas, dan penguatan keseimbangan. Penilaian secara berkala pada semua kelompok meliputi: status gejala depresi; tingkat aktivitas fisik; status kesehatan yang dipersepsikan sendiri; efek samping yang nampak; dan kepatuhan terhadap program latihan fisik atau pengobatan antidepresan. Prinsip utama dari variabel yang dihasilkan adalah pengurangan dari skor skala gejala depresi saat pra perawatan (Montgomery-Asberg Depression Rating Scale dan Geriatric Depression Scale).
Diskusi: Percobaan klinis ini mengungguli penelitian penelitian sebelumnya dalam hal jumlah pasien dan durasi tindak lanjut. Tujuannya adalah untuk memberikan bukti ilmiah yang kuat tentang sumber daya terapeutik latihan fisik yang memiliki manfaat kesehatan yang tidak dapat disangkal dan dapat diterapkan pada masalah kesehatan tertentu, seperti gangguan
2
depresi, yang jumlahnya sangat banyak dan relevansi sosial-ekonomi yang besar, dan memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup orang dewasa tua.
Latar Belakang Saat ini, terdapat banyak bukti untuk menunjukkan manfaat kesehatan dari latihan fisik. Studi Global Burden of Disease telah mengklasifikasikan sedentarisme sebagai penyebab utama kelima beban penyakit di Eropa Barat dan sebagai salah satu faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi. Meskipun demikian, rekomendasi untuk mempromosikan olahraga sebagai strategi yang mampu mengurangi beban penyakit kronis, frekuensi dan intensitas aktivitas fisik dalam populasi agak mengkhawatirkan. Aktivitas fisik saat ini berada di antara faktor faktor penentu kesehatan yang memberikan pengaruh paling besar terhadap morbiditas dan mortalitas. Selain itu, olahraga dapat mengurangi efek penuaan pada fungsi fisiologis dan menghemat cadangan fungsional pada orang dewasa tua. Depresi adalah kondisi yang sering terjadi dan melemahkan, diderita oleh lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia setidaknya satu dari lima orang selama masa hidup mereka dan memiliki dampak yang signifikan pada status kesehatan. Walaupun biasanya diobati dengan antidepresan dan atau psikoterapi, perawatan seperti itu tidak efektif dalam semua kasus, dan fokus perhatian baru-baru ini ditujukan pada beberapa alternatif, dan biasanya adalah latihan aerobik. Gangguan depresi pada usia lanjut merupakan suatu paradigma perawatan geriatri terutama dalam hal pentingnya pencegahan, perbedaan patogenesis, kompleksitas diagnostik dan terapeutik, terkait risiko kegagalan yang tinggi, dan dampak parah pada kualitas hidup. Lanjut usia adalah waktu kehidupan dimana terjadi kerapuhan emosional. Selain perubahan neurobiologis di otak, penuaan yang tak terhindarkan menimbulkan penurunan dalam waktu beberapa tahun, tidak hanya dalam hal emosi individu, tetapi juga dalam hal kondisi fisik dan status sosial mereka. Depresi adalah gangguan psikologis paling umum terjadi di antara orang di atas usia 65 tahun dan mempengaruhi sekitar 15% dari kelompok usia ini. Beberapa tahun terakhir telah menunjukkan peningkatan dramatis dalam hal peresepan terapi antidepresan, dimana pengeluaran biaya kesehatan telah meningkat tajam. Lebih dari setengah dari total biaya depresi berhubungan dengan biaya langsung, hal ini sangat relevan jika dikaitkan dengan penggunaan obat antidepresan. Obat-obatan ini memiliki efek yang tidak diinginkan, terutama di kalangan populasi yang lebih tua, dengan penggunaannya sering 3
dilanjutkan tanpa batas waktu dan tidak diperlukan. Oleh karena itu akan tampak masuk akal untuk menguji modalitas terapi baru yang secara apriori akan memiliki lebih sedikit efek samping dan kemungkinan besar dampak yang lebih rendah pada pengeluaran kesehatan. Beberapa alasan mengapa olahraga dapat memperbaiki depresi adalah keyakinan bahwa di satu sisi olahraga dapat bertindak sebagai pengalih perhatian dari pikiran negatif dan di sisi lain adalah dimungkinkan pentingnya untuk memiliki keterampilan baru. Selain itu, kontak sosial dapat menjadi bagian dari mekanisme ini. Aktivitas fisik dapat memiliki efek fisiologis, seperti membawa perubahan kadar endorfin dan monoamina, atau penurunan kadar kortisol, hormon stres, yang dapat mengakibatkan peningkatan suasana hati pasien. Studi terbaru menunjukkan bahwa olahraga merangsang pertumbuhan sel saraf baru dan melepaskan protein, misalnya faktor neurotropik yang diturunkan dari otak, untuk meningkatkan kelangsungan hidup sel saraf. Meski begitu, efektivitas olahraga pada depresi belum terbukti signifikan, terutama karena pertimbangan metodologis. Harus ditekankan bahwa dewasa tua cenderung kurang terwakili dalam uji klinis di mana tindakan farmakologis dan non-farmakologis untuk penilaian gangguan depresi. Oleh karena itu, karena kelainan ini menunjukkan karakteristik khusus dan derajat polimorfisme klinis yang luas di kalangan lansia (kesulitan mengenali gejala depresi, keluhan somatik yang sering, dll.), Maka akan menarik untuk melakukan uji klinis secara eksklusif pada orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun. Kelompok populasi ini sering mengalami komorbiditas dan sebagai akibatnya mungkin menjalani perawatan polifarmasi. Oleh karena itu penting untuk menunjukkan efektivitas tindakan non farmakologis, seperti latihan fisik dalam kasus gangguan depresi. National Institute for Clinical Excellence (NICE) melakukan tinjauan sistematis tentang kemungkinan remisi, pengurangan gejala dan kepatuhan terhadap pengobatan di antara pasien dengan depresi yang melakukan olahraga dan mereka yang tidak melakukan olahraga, serta berbagai perawatan yang tersedia (farmakologis, psikoterapi, dll), termasuk total 25 uji klinis. Meskipun data yang membandingkan antara aktivitas fisik dengan obat antidepresan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan, convidence interval penelitian yang meragukan, didasarkan pada bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk sampai pada kesimpulan. Secara keseluruhan, penelitian sebagian besar menyarankan mengenai manfaat pada aktivitas fisik dan lebih khusus untuk aktivitas fisik berbasis kelompok dalam pengobatan depresi minor dan depresi ringan sampai sedang pada depresi mayor. Selain itu, aktivitas fisik 4
memiliki keunggulan dalam menyumbang manfaat kesehatan lainnya, selain peningkatan perbaikan dalam gejala depresi. Guidline Institute for Clinical Systems Improvement menganggap bahwa aktivitas fisik bisa menjadi alat yang berguna untuk memperbaiki gejala-gejala depresi mayor. Tinjauan sistematis lain, di mana hanya tiga studi dengan pasien yang menderita depresi mayor dimasukkan, melaporkan bahwa program latihan fisik secara signifikan mengurangi gejala depresi, meskipun kesimpulan dibatasi oleh heterogenitas dan kelemahan dalam metodologi dari tiga studi tersebut. Review Cochrane menganalisis hubungan antara latihan fisik dan depresi. Upaya telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah olahraga mungkin lebih efektif daripada obatobatan, terapi psikologis atau abstain terapi dalam mengurangi gejala depresi. Untuk tujuan ini, total 39 uji klinis dengan kualitas yang sangat berbeda dianalisis bersama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: perbandingan antara tanpa pengobatan atau kelompok kontrol, olahraga mungkin memiliki efek yang sangat menguntungkan pada gejala depresi; dan dibandingkan dengan pengobatan farmakologis atau terapi psikologis, tidak ada perbedaan dalam bukti (kesimpulan berdasarkan sedikit studi). Hanya pada 4 percobaan, yang mencakup total 298 pasien, dimana latihan fisik dibandingkan dengan pengobatan farmakologis (sertraline), dan tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik yang diamati, meskipun hanya satu dari studi ini yang secara khusus menargetkan orang di atas usia 65 tahun dan hanya memasukkan 37 subyek. Lebih lanjut, tidak satupun dari penelitian ini yang ditindaklanjuti lebih dari 16 minggu. Ulasan ini adalah pembaharuan dari tinjauan sebelumnya yang menyarankan bahwa olahraga dapat mengurangi gejala depresi. Diperlukan studi penelitian baru untuk merinci lebih lanjut jenis olahraga apa yang dapat bermanfaat bagi orang dewasa tua dengan depresi, menganalisis apakah olahraga semacam itu bisa menjadi alternatif terapi untuk antidepresan atau perawatan psikologis, dan menentukan risiko dan biaya terkait. Menentukan latihan fisik di ruang konsultasi, sebagai penanganan seolah-olah itu adalah untuk penyakit kronis, sehingga membutuhkan pengetahuan tentang olahraga mana yang paling cocok, durasi, frekuensi, dan intensitas yang diperlukan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa olahraga dapat bermanfaat bagi pasien depresi dan sebanding dengan pengobatan antidepresan. Oleh karena itu, cukup beralasan bahwa berolahraga dapat direkomendasikan pada orang-orang dengan gejala depresi dan mereka 5
yang memenuhi kriteria diagnostik untuk depresi. Namun demikian, cara terbaik untuk menerapkan rekomendasi ini dalam praktik klinis belum diketahui (Sonnott, 2013). Belum memungkinkan untuk memberikan informasi akurat kepada pasien tentang seberapa efektif olahraga dapat dilakukan, manfaat relatif dari aerobik, resistensi atau latihan kombinasi, apakah lebih baik melakukan latihan seperti itu secara individu atau dalam kelompok, dan durasi sesi yang optimal. Oleh karena itu, untuk mendapatkan alasan yang lebih akurat tentang efek olahraga terhadap depresi di kalangan orang dewasa tua, ada kebutuhan untuk uji coba baru berdasarkan metodologi yang solid secara ilmiah, jumlah peserta yang memadai, dan tindak lanjut yang cukup lama. Tujuannya adalah untuk memastikan non-inferioritas dari latihan fisik yang diawasi dengan terapi obat antidepresan dalam hal mengurangi gejala depresi di antara pasien dengan kriteria klinis episode depresi (International Classification of Diseases -10th revision/ ICD-10) yang didiagnosis pada perawatan primer.
Metode Desain Penelitian dan seting Menggunakan bentuk uji klinis acak (Gambar 1) yang akan dilakukan di pusat-pusat kesehatan di Area Kesehatan Albacete (Spanyol).
6
Rekruitmen pada layanan primer Kriteria inklusi dan eksklusi Persetujuan Penilaian Kondisi Fisik
Pengelompokkan Acak
Grup Latihan Fisik Penilaian awal Memenuhi kriteria pada program latihan fisik
Pada hari ke 15 dan 1,3,6 bulan Penilaian gejala depresi Level aktivitas fisik Persepsi kesehatan diri Deteksi efek samping Latihan fisik Kepatuhan pada program olahraga
Grup Terapi Antidepresan Penilaian awal Memulai dengan antidepresan
Pada hari ke 15 dan 1,3,6 bulan Penilaian gejala depresi Level aktivitas fisik Persepsi kesehatan diri Deteksi efek samping Latihan fisik Kepatuhan minum obat
Karakteristik Peserta Populasi target adalah subyek berusia di atas 65 tahun dengan kriteria klinis episode depresi “signifikan secara klinis”. Kami bermaksud untuk menggunakan kriteria ICD-10, yang membutuhkan minimal 4 dari 10 gejala, termasuk setidaknya 2 dari 3 berikut, yaitu, mood yang depresi, anhedonia dan kehilangan energi. 10 gejala termasuk: mood depresi; kehilangan minat atau kegembiraan; kehilangan atau menambah berat badan; insomnia atau hipersomnia; agitasi atau memperlambat gerakan; kelelahan atau kehilangan energi; perasaan tidak mampu atau bersalah; konsentrasi yang buruk; harga diri yang buruk; dan pemikiran berulang tentang kematian. Durasi episode harus minimal dua minggu. Kriteria inklusi adalah sebagai berikut: subyek dengan kriteria episode depresi ringan atau sedang dari pusat kesehatan yang berpartisipasi. Kriteria eksklusi adalah: keterbatasan fisik
7
atau mental yang menghalangi partisipasi dalam penelitian; kontraindikasi untuk melakukan latihan fisik (angina tidak stabil, hipertensi arteri dengan tekanan darah sistolik> 200 atau tekanan darah diastolik> 110 mmHg, hipotensi ortostatik> 20 mmHg disertai dengan gejala, saluran keluar ventrikel kiri akibat stenosis aorta berat / sedang atau miokardiopati obstruktif hipertensi, miokardiopati obstruktif, aritmia supraventrikular atau ventrikel dengan kerusakan hemodinamik yang tidak terkontrol dengan pengobatan, gagal jantung dekompensasi, blok atrioventrikular derajat ketiga tanpa implantasi alat pacu jantung, dan masalah ortopedi); pasien dengan gangguan depresi berat (gangguan penting dalam fungsi sosial atau pekerjaan, gejala psikotik, ide bunuh diri aktif atau situasi ditinggalkan pribadi); gangguan depresi karena penyakit medis atau yang disebabkan oleh zat, gangguan depresi pada remisi parsial atau total dan gangguan depresi yang spesifik; subyek dengan bukti aktivitas fisik tingkat tinggi menurut International Physical Activity Questionnaire (IPAQ); dan pasien yang menggunakan obat antidepresan. Pada semua peserta, kondisi fisik awal akan diukur dengan menentukan detak jantung istirahat mereka dengan monitor detak jantung dan detak jantung submaksimal mereka, dihitung dari detak jantung maksimum (220-usia) pada latihan sepeda (70-85% dari maksimum denyut jantung pada beban kerja dan kecepatan konstan selama 6 menit), elektrokardiogram, dan fleksibilitas (menggunakan tes duduk dan jangkauan).
Pengukuran sampel Berdasarkan perkiraan respon positif pada 75% peserta (pengurangan setidaknya 50% dari skor pra-perawatan pada Montgomery-Asberg Depression Rating Scale / MADRS) di kedua intervensi (latihan fisik yang diawasi) dan kelompok kontrol (terapi antidepresan) ), risiko alfa 0,025, risiko beta 0,20, margin non-inferioritas 15% (perbedaan maksimum respons untuk dianggap tidak kalah dengan perlakuan eksperimental) dan persentase kehilangan 20%, total 156 pasien pada setiap kelompok (n = 312). Peserta akan dipilih secara berurutan di 20 klinik keluarga milik 3 pusat kesehatan.
Intervensi Semua peserta akan diamati selama 6 bulan, dengan penilaian dilakukan pada awal dan diulangi lagi pada 15 hari dan 1, 3 dan 6 bulan. Dalam setiap kasus di mana gejalanya memburuk, dengan profil klinis pasien memburuk dari depresi ringan atau sedang ke berat, 8
pasien akan dirujuk ke layanan kesehatan mental, yang kemudian akan masuk pada program perawatan yang harus diikuti. Percobaan akan dianggap telah berakhir dalam keadaan berikut: penyelesaian periode pengamatan; pasien yang melakukan penarikan; atau penarikan persetujuan. Pasien akan dimasukkan dalam kelompok intervensi (latihan fisik) atau kelompok kontrol (terapi antidepresan) dengan pengacakan sederhana yang dihasilkan oleh program perangkat lunak komputer. Urutan pengacakan akan disembunyikan selama periode perekrutan. Sehubungan dengan terapi obat antidepresan, pedoman NICE berpegang pada pandangan umum bahwa ada sedikit perbedaan di antara berbagai antidepresan dalam hal efikasi. Akibatnya, dokter pasien akan memutuskan obat yang paling cocok dalam setiap kasus. Disarankan kepada subyek yang ditugaskan pada kelompok intervensi agar mereka berpartisipasi dalam program latihan fisik yang terdiri dari dua sesi 1 jam per minggu untuk periode 6 bulan (total 48 sesi dalam kelompok yang terdiri dari 10-12 orang), untuk diberikan oleh pelatih olahraga dan diadakan di fasilitas olahraga. Konten pendidikan aktivitas fisik, berdasarkan rekomendasi dari American College of Sports Medicine, akan mencakup yang berikut: bagaimana meningkatkan upaya fisik dalam kegiatan kehidupan sehari-hari; cara melakukan olahraga teratur disesuaikan dengan usia dan kondisi individu, untuk membantu mempertahankan berat badan ideal; bagaimana melakukan olahraga atau olahraga aerobik; cara pemanasan; bagaimana melakukan latihan peregangan (stretching musculotendinous) bagaimana melakukan periode latihan pendinginan dan relaksasi; dan bagaimana cara melakukan penguatan otot dan pelatihan fleksibilitas. Peserta akan ditunjukkan bagaimana meningkatkan tingkat aktivitas fisik mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan anjuran bahwa setidaknya 30 menit dari rata-rata aktivitas sedang pada hampir setiap hari yang harus dilakukan selama periode tindak lanjut. Program latihan fisik akan mencakup: latihan aerobik (sasaran: minimal 30 menit aktivitas aerobik dengan intensitas sedang lima hari per minggu); latihan penguatan otot (target: minimal dua hari per minggu tidak berturut-turut, dengan 10–15 pengulangan setiap latihan pada tingkat intensitas sedang hingga tinggi); latihan fleksibilitas (sasaran: setidaknya dua kali per minggu selama setidaknya 10 menit); dan latihan penguatan keseimbangan (target: setidaknya tiga kali per minggu). Intervensi pendidikan akan dilakukan dari sudut pandang perilaku, yang bertujuan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan pasien, dan membawa perubahan menuju perbaikan 9
dalam kebiasaan mereka. Hal yang diperlukan adalah sebagai berikut: garis dasar untuk mengadopsi dan mempertahankan perubahan gaya hidup; komitmen pasien untuk dan peran aktif dalam proses; dan desain linier, dengan fase pembelajaran secara consekutive disesuaikan dengan kebutuhan.
Variabel studi Variabel hasil utama adalah terjadi pengurangan gejala depresi: penurunan skala pada 10item Montgomery-Asberg Depression Rating Scale (MADRS) dan 15-item Geriatric Depression Scale (GDS) skor, dimana skala ini dinilai pada awal dan selanjutnya pada 15 hari dan 1, 3 dan 6 bulan. Pada awal penelitian, variabel-variabel berikut akan dinilai pada semua peserta: masalah kesehatan (seperti diklasifikasikan oleh Klasifikasi Internasional Perawatan Primer / ICPC-2); penggunaan narkoba (Klasifikasi Terapi Anatomi); kebiasaan toksik (konsumsi tembakau, jumlah alkohol/minggu dan zat lainnya); riwayat gangguan depresi dan penggunaan obat antidepresan; dan karakteristik sosio demografis (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, kelas sosial berdasarkan pekerjaan, dan status perkawinan). berikut akan dinilai pada semua peserta. Variabel-variabel yang akan dinilai pada semua peserta dimulai pada awal penelitian dan kemudian diulangi lagi setelah hari ke 15, 1, 3 dan 6 bulan, yaitu sebagai berikut: tingkat aktivitas fisik (dengan pasien diklasifikasikan sebagai tidak aktif, aktif atau sebagian aktif, menggunakan IPAQ); status kesehatan yang dipersepsikan sendiri, menggunakan kuesioner EQ-5D
(mengevaluasi
dimensi
mobilitas,
perawatan
diri,
kegiatan
biasa,
nyeri/ketidaknyamanan dan kecemasan/depresi, serta skala analog visual dari kesehatan yang dilaporkan sendiri, mendapat skor dari 0 ke 100); pengukuran antropometrik (berat, tinggi, indeks massa tubuh dan lingkar pinggang); tekanan darah menggunakan alat monitor tekanan darah digital otomatis yang dipasang di lengan; dan adanya efek samping. Variabel yang akan diperoleh dalam kelompok intervensi adalah: kehadiran peserta pada sesi program latihan fisik dan kemungkinan alasan penarikan; tingkat kepuasan dan penerimaan program pendidikan (skala 1 hingga 5 poin, mulai dari "sangat tidak puas" hingga "sangat puas"); dan kepatuhan dengan rekomendasi latihan menggunakan alat sederhana berdasarkan pada pencatatan sendiri aktivitas fisik harian (catatan ini akan digunakan untuk menilai frekuensi, intensitas, durasi dan jenis latihan yang dilakukan). 10
Pada pasien yang menerima pengobatan dengan obat antidepresan, hal-hal berikut akan dinilai: jenis antidepresan (N06A Group Anatomical Therapeutic Classification); perubahan dalam pengobatan selama periode tindak lanjut; kepatuhan (kuesioner Morisky-Green); dan kepuasan pengobatan (Kepuasan dengan Antidepresan Treatment Questionnaire Cuestionario de Evaluación de la Satisfacción con el Antidepressant treatment / ESTA). Analisis efektivitas biaya akan memperhitungkan biaya langsung dari program latihan dan antidepresan, termasuk biaya staf, obat-obatan, kunjungan tindak lanjut dan pemantauan.
Analisis statistik Semua analisis statistik akan dilakukan secara blinded untuk memastikan bahwa afiliasi kelompok subyek masing-masing tetap tidak diketahui oleh penilai. Setelah tahap awal debugging, analisis eksplorasi, dan kategorisasi variabel atau transformasi telah selesai, variabel yang diteliti, stratifikasi variabel dan potensi pengganggu pada awal dalam dua kelompok akan dibandingkan, dan homogenitas dari nilai dasar variabel penelitian akan diperiksa. Untuk mendukung analisis akan digunakan untuk menghitung parameter berikut dengan convidence interval yang sesuai: peningkatan manfaat absolut; peningkatan manfaat relatif; dan jumlah yang diperlukan untuk dirawat. Kecenderungan parameter pada dua kelompok akan dijelaskan dan dibandingkan (perbandingan proporsi dan rata-rata dalam kelompok independen). Analisis oleh subkelompok akan dilakukan sesuai dengan variabel yang berbeda, termasuk jenis kelamin, intensitas aktivitas fisik, kepatuhan terhadap rekomendasi, dll. Akhirnya, efek intervensi dalam hal mengurangi gejala depresi dapat diperkirakan menggunakan model regresi logistik, dengan penyesuaian statistik antara kemungkinan pengganggu dan ketentuan dari interaksi. Model akan ditafsirkan berdasarkan signifikansi statistik dari koefisien dan nilai odds ratio dari variabel penjelas.
Diskusi Hasilnya bisa berguna ketika menemukan pendekatan yang lebih baik dan lebih efektif untuk masalah kesehatan yang lazim di kalangan orang dewasa tua, dan mengurangi beban penyakit terkait pada masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal jumlah pasien dan masa tindak lanjut, uji klinis yang diusulkan adalah proyek yang telah mengungguli beberapa studi tentang hal ini yang sebelumnya telah dilakukan pada orang tua. Tujuannya adalah untuk memberikan bukti 11
ilmiah tentang sumber daya terapeutik latihan fisik yang memiliki manfaat kesehatan yang tidak dapat disangkal dan dapat diterapkan pada masalah kesehatan tertentu, seperti gangguan depresi dan relevansi sosial ekonomi yang sangat besar, dan memiliki dampak signifikan pada kualitas kehidupan orang dewasa tua. Proyek ini akan memungkinkan untuk menetapkan jenis rekomendasi latihan fisik spesifik yang mampu mengurangi gejala depresi di antara orang tua yang memenuhi kriteria klinis untuk gangguan depresi. Selain itu, durasi, frekuensi dan intensitas diperlukan untuk memastikan efikasi yang serupa dengan obat yang tersedia, dengan demikian dapat memperbaiki beberapa kekurangan yang ada dalam penelitian yang dilakukan hingga saat ini. Jika hipotesis terbukti benar, terlibat dalam latihan fisik dapat dianggap sebagai sumber terapi baru dalam perawatan primer untuk mengobati depresi pada orang dewasa yang lebih tua, dan dimasukkan ke dalam pedoman praktik klinis bersama dengan perawatan farmakologis atau psikoterapi yang saat ini direkomendasikan. Sumber daya terapi baru ini dapat memiliki dampak yang menguntungkan pada kesehatan dan kesejahteraan orang dewasa tua, dan berfungsi untuk mengurangi biaya perawatan kesehatan. Hambatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, harus disebutkan tentang sulitnya melakukan uji coba dengan jumlah pasien usia lanjut yang tinggi, perlunya koordinasi yang memadai antara profesional yang berbeda, dan kepatuhan yang diperlukan untuk program latihan fisik oleh para peserta untuk mendapatkan manfaat yang diharapkan. Perkiraan ukuran sampel telah ditingkatkan sebesar 20% untuk mengimbangi hilangnya subjek yang harus di tindak lanjut. Lebih lanjut, ini adalah uji coba terbuka, mengingat apa yang sedang diuji di sini bukanlah intervensi farmakologis tetapi program aktivitas fisik selama enam bulan, sesuatu yang membuat penggunaan teknik masking tidak dapat diganggu gugat. Meski begitu, diperkirakan bahwa semua analisis statistik akan dilakukan secara blinded, untuk memastikan bahwa afiliasi kelompok masing-masing subjek tetap tidak diketahui oleh penilai dan dengan demikian mengurangi kemungkinan penilaian dampak intervensi yang bias. Singkatnya, uji klinis ini memungkinkan perubahan pada pendekatan yang dapat diambil pada gangguan depresi dalam praktek klinis, dengan menawarkan alternatif terapeutik untuk perawatan yang ada, tidak terbebani oleh banyak efek samping dari terapi antidepresan dan mampu mengurangi seringnya polimedikasi orang dewasa yang lebih tua.
12
Selain itu, manfaat olahraga juga dapat dilihat pada sistem kardiovaskular dan gangguan muskuloskeletal, sehingga berkontribusi pada penuaan yang lebih aktif dan tingkat kesehatan keseluruhan yang lebih baik.
13