ANALISA SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECODRAINAGE) DI PASAR LARANGAN KABUPATEN SIDOARJO Annisah Paramadyastha*), Ganes Siswahyu Pradhana P.*), Awan Risdiyanto*), dan Ma’un**) *)
Tenaga Ahli CV. Tirta Buana (SKA SDA) Anggota INTAKINDO Jawa Timur, Surabaya **) Sekertaris DPP INTAKINDO Jawa Timur, Surabaya
ABTRAKSI : Saluran drainase merupakan salah satu prasarana bagi lingkungan masyarakat yang berfungsi untuk mengalirkan air di permukaan yang bersumber dari air hujan secepatnya menuju badan air penerima. Sedangkan ekodrainase merupakan konsep baru penanganan sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan yang memperhatikan kondisi dan daya dukung lingkungan serta memiliki prinsip meresapkan air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah. Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis kondisi eksisting sistem drainase yang ada di wilayah Pasar Larangan dan merencanakan pengembangan sistem drainase yang berwawasan lingkungan (ekodrainase) di wilayah tersebut. Perencanaan ini dilakukan dengan dua tahap, yakni evaluasi kondisi eksisting sistem drainase yang ada di wilayah rencana dengan cara memperbandingkan kondisi saluran eksisting dengan saluran rencana, merencanakan ekodrainase dengan teknologi lubang resapan biopori untuk upaya pelestarian air tanah serta mengurangi debit limpasan air hujan yang menjadi beban saluran drainase. Dari hasil perencanaan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa teknologi pada ekodrainase dapat menyerap air sebanyak 3,16 x 10-4 m3/det sehingga total Q (debit) air limpasan yang dibuang ke saluran sebanyank 0,1945 m3/det yang terbagi dalam 2 jalur pengaliran. Kata Kunci : sistem drainase, debit, ekodrainase, eksisting 1.
PENDAHULUAN
Drainase merupakan infrastuktur yang sangat penting bagi suatu wilayah. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Sedangkan drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang mengkhususkan pegkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial Budaya yang ada di kawasan kota tersebut (s.n,1997,hlm.3). Suatu sistem drainase yang baik haruslah mampu menampung dan mengalirkan air semaksimal mungkin, sehingga tidak akan terjadi genangan air dan banjir saat hujan turun. Seiring dengan berkembangnya infrastruktur di Kabupaten Sidoarjo khususnya di Kawasan Pasar Larangan, yang diiringi pula dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka menyebabkan semakin bertambah pula kegiatan dan kebutuhannya. Saat ini salah satu permasalahan yang dihadapi adalah timbulnya genangan saat hujan turun. Hal ini dikarenakan dampak kurangnya rasa kedisplinan dan kepedulian masyarakat dalam membuang sampah. Sehingga saluran-saluran drainase yang ada dipenuhi oleh sedimentasi
dan juga sampah-sampah, akibatnya saluran tidak dapat bekerja optimal untuk mengalirkan air hujan yang ada. Dalam dua dekade terakhir ini, telah terjadi pergeseran konsep pengelolaan sistem drainase perkotaan, dari Konsep Konvensional yaitu mengalirkan dan/atau membuang kelebihan air (hujan) secepatnya menuju badan air penerima/sungai menjadi Konsep Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage) yaitu mengelola air hujan dan limpasannya dengan tujuan meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian serta konservasi lingkungan. Ekologi drainase (ecological drainage atau Ecodrainage) merupakan suatu pemikiran yang ditujukan untuk mendukung suatu sistem drainase berkelanjutan di wilayah perkotaan terutama di negara berkembang. Tujuan yang ingin dicapai pada studi ini adalah untuk menganalisis kondisi eksisting sistem drainase yang ada di wilayah Pasar Larangan dan merencanakan pengembangan sistem drainase yang berwawasan lingkungan (ekodrainase) di wilayah tersebut yang selaras dengan rencana tata kota maupun master plant drainase 2.
GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
Studi ini dilakukan di kawasan Pasar Larangan yang berada di wilayah Desa Larangan, Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Memiliki luas 0,057 km2 atau sekitar 5,7 ha, dengan dominasi penggunaan lahan untuk bangunan toko dan rumah (berkisar 90%) dan sisanya berupa ruang terbuka dan jalan. Permasalahan umum yang terjadi di wilayah studi adalah 1. Pada jaringan drainase eksisting terdapat beberapa saluran yang terputus, sehingga direncanakan ulang saluran drainase di lokasi studi. 2. Saluran drainase dipenuhi dengan sedimentasi dan sampah sehingga menimbulkan genangan pada saat hujan turun 3. Kurangnya kedisplinan dan kepedulian masyarakat tentang pentingnya saluran drainase. 3.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Data yang Digunakan 1. 2. 3.
3.2.
Data curah hujan jam-jaman selama 10 tahun (2008 – 2017) dari stasiun penakar Durung Bedug yang terletak di Kecamatan Candi, untuk perhitungan hujan rencana. Peta topografi dan peta jaringan drainase eksisting Data koefisien permeabilitas tanah, diperoleh melalui uji laboratorium mekanika tanah terhadap sampel tanah di daerah lokasi studi. Uji Konsistensi Data Hujan
Sebelum data hujan ini dipakai terlebih dahulu harus melewati pengujian untuk kekonsistenan data tersebut. Metode yang digunakan adalah metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) (Buishand,1982). Pengujian konsistensi dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-
rata dibagi dengan akar komulatif rerata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi bisa dilihat pada rumus berikut:
S 0 0
(1)
k
Sk Yi Y dengan k = 1,2,3,...,n i 1
k
S
Sk Dy
(3)
n
D 2y
Y
i
i 1
(2)
Y
2
n
(4)
nilai statistik Q dan R
Q = maks S k 0 k n R = maks S
k
- min S
k
0kn
(5) 0kn
(6)
Dengan melihat nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai Q/n dan R/n. Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/n syarat dan R/n syarat, jika lebih kecil maka data masih dalam batasan konsisten. 3.3.
Analisa Curah Hujan Rencana
Analisa curah hujan Rencana atau distribusi frekuensi ini dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan rencana yang ditetapkan berdasarkan patokan perancangan tertentu. Pada studi ini analisa curah hujan rencana dihitung menggunakan metode Log Pearson Tipe III dengan persamaan sebagai berikut : (7) Keterangan : Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm) Log X
= Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)
K
= Karakteristik distribusi log pearson tipe III sesuai dengan tabel faktor frekuensi log pearson tipe III = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan
Slog 3.4.
Analisa Debit Banjir Rencana
Karena tidak tersedianya data banjir dilokasi studi, maka untuk perhitungan hidrograf banjir digunakan hidrograf satuan sintetik. Perhitungan debit untuk daerah dengan luas kurang dari 300 ha dapat menggunakan metode Rasional (USSCS, 1973; Goldman, et.al, 1986 dalam Suripin, 2004. Persamaan umum metode rasional adalah sebagai berikut: Qp = 0.278 C I A
(8)
(9) (10)
(11) dimana : Q : Debit air periode ulang tertentu (m3/detik) C : Koefisien Aliran I : Intensitas hujan (mm/jam) A : Luas daerah Aliran sungai (km2) Tc : Waktu konsentrasi (jam) R : Hujan harian (mm) L : Panjang sungai utama H : Beda tinggi antara titik tertinggi DAS dan titik peninjauan. (Ir. Suyono Sosrodarsono, Hidrologi Untuk Pengairan) Koefisien Aliran (C) tergantung dari beberapa faktor, antara lain : jenis tanah, kemiringan, luas dan bentuk Aliran sungai. Sedangkan besarnya nilai koefisien Aliran dapat dihitung dengan rumus :
(12) dimana : Ai : Prosentase (%) luasan lahan Ci : Koefisien aliran dari masing-masing tata guna lahan 3.5.
Sistem Drainase
Drainase perkotaan adalah sistem prasarana drainase dalam wilayah kota yang intinya berfungsi selain untuk mengendalikan dan mengalirkan limpasan air hujan yang berlebihan dengan aman, juga untuk mengendalikan dan mengalirkan kelebihan air lainnya yang mempunyai dampak mengganggu dan/atau mencemari lingkungan perkotaan, yaitu air buangan atau air limbah lainnya. (Hardjosuprapto, 1999) 3.6.
Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage)
Drainase berwawasan lingkungan dimaksudkan sebagai upaya mengelola kelebihan air dengan cara meresapkan sebanyak-banyaknya air ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan air ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya (Kementerian PU, 2011). Arahan penanganan drainase dapat dibagi menjadi 3 wilayah penanganan sebagai berikut (Kementerian PU, 2011):
1. 2.
3.
Wilayah Hulu Limpasan air hujan dialirkan untuk kemudian diresapkan (pola retensi). Wilayah Tengah Limpasan air hujan dialirkan ke kolam tampungan untuk ditampung sementara atau diresapkan bila memungkinkan (gabungan pola retensi dan detensi). Wilayah Hilir Air limpasan dialirkan melalui saluran drainase ke waduk atau kolam untuk penampungan sementara (pola detensi) sebelum dialirkan atau dipompa ke badan air (sungai atau laut).
Metode Ecodrainage dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1. Lubang Resapan Biopori 2. Sumur Resapan 3. Kolam Konservasi (detensi atau retensi) 4. Parit Infiltrasi 5. Rorak 6. Side River Polder 7. Penampung Air Hujan (PAH) 3.7.
Lubang Resapan Biopori
Biopori adalah lubang yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dengan kedalaman 80-100 cm atau dalam kasus permukaan air tanah yang dangkal, kedalaman tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 11/PRT/M/2014 tentang Pengelolaan Air Hujan pada Bangunan Gedung dan Persilnya, penggunaan vegetasi dan pembuatan lubang biopori direkomendasikan kepada pemilik bangunan sebagai ketentuan tambahan untuk memaksimalkan daya kelola air hujan pada pekarangan/ruang terbuka hijau. Diameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 cm (Sutandi, dkk, 2013), sehingga beban resap dan luas permukaan biopori menjadi tiga kali dari biopori dengan ukuran diameter 10 cm. Perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Vlimpasan = Qlimpasan x T x 1000 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚2 ) = 𝑛 𝑏𝑖𝑜𝑝𝑜𝑟𝑖 = 3.8.
(13)
𝑉𝑙𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑙) 𝑙
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑠𝑎𝑝 ( 2 ) 𝑚
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚2 ) 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑏𝑖𝑜𝑝𝑜𝑟𝑖 (𝑚2 )
(14) (15)
Tahapan Penelitian
Tahapan dan langkah penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menentukan luas daerah tangkapan (A) serta kemiringan lahan berdasarkan peta topografi dan peta tata guna lahan. 2. Penentuan arah aliran dan dimensi saluran dari peta jaringan drainase eksisting atau survey lapangan.
3.
7. 8. 9.
Uji konsistensi data curah hujan menggunakan analisis RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). Mengelompokkan data curah hujan maksimum untuk setiap tahun berdasarkan durasi, kemudian dihitung intensitas hujan. Analisa frekuensi data intensitas hujan kala ulang 5 tahun menggunakan distribusi Log Pearson Tipe III Uji kesesuaian distribusi menggunakan Uji Chi-Kuadrat dan Uji SmirnovKolmogorov, untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang akan dianalisis. Analisa debit banjir rencana metode rasional Evaluasi kapasitas saluran drainase eksisting Pengembangan saluran drainase berwawasan lingkungan (Ecodrainage)
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 5. 6.
4.1.
Uji Konsistensi Data Hujan
Untuk menguji konsistensi data hujan digunakan metode Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS). Sebagaimana uji konsistensi yang ditampilkan pada Tabel 1, diperoleh nilai Q/n0.5 hitung = 0.54 dan nilai Q/n0.5 kritis pada Interval 90% = 1.05, sehingga nilai Q/n0.5 hitung < Q/n0.5 kritis. Hasil ini menunjukkan bahwa data hujan pada stasiun pencatat hujan Durung Bedug adalah konsisten. Tabel 1 : Uji Konsistensi Metode RAPS Stasiun Durung Bedug
4.2.
Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Log Pearson Tipe III
Langkah awal untuk melakukan analisa frekuensi data curah hujan durasi pendek adalah dengan mengelompokkan data curah hujan maksimum tahunan. Analisa frekuensi data menggunakan distribusi Log Pearson Tipe III dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 : Analisa Curah Hujan Rencana Metode Log Pearson Type III Stasiun Durung Bedug
4.3.
Perhitungan Debit Banjir Rencana Metode Rasional
Perhitungan intesitas hujan dan debit banjir rencana metode rasional sesuai persamaan (11) dan (8) pada beberapa kala ulang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3 : Perhitungan Debit Banjir Rencana Metode Rasional di Pasar Larangan
Gambar 1 : Pembagian Sub DAS Pasar Larangan 4.4.
Evaluasi Analisa Kapasitas Saluran Drainase Eksisting
Analisis kapasitas saluran drainase eksisting dilakukan untuk mengetahui kemampuan saluran drainase dalam menampung debit limpasan air hujan dan akan dibandingkan dengan kapasitas saluran drainase rencana. Sebagian besar saluran drainase eksisting di wilayah studi merupakan saluran beton dan sebagian saluran alami. Dengan kondisi relatif baik hingga kotor bahkan rusak sedang. Namun untuk kapasitas penampungannya, sebagian besar masih memenuhi dan dapat menampug debit rencana. Tetapi apabila dilihat dari segi Ecodrainage, saluran eksisting dapat dikatakan tidak sesuai dengan konsep ini karena samgat sedikit sekali air yang diresapkan ke dalam tanah. Untuk data rekapitulasi evaluasi saluran drainase eksisting dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4 : Rekapitulasi Evaluasi Kondisi Saluran Drainase Eksisting
4.5.
Pengembangan Ecodrainage
4.5.1 Analisa Daya Dukung Lingkungan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, sebagian besar saluran drainase eksisting masih dapat menampung debit air hujan. Dalam penerapan metode Ecodrainage perlu diketahui koefisien permeabilitas tanah dari wilayah studi yaitu sebesar 2,1605 x 10-5 cm/detik, sehingga dapat diterapkan beberapa metode Ecodrainage. 4.5.2 Rencana Teknologi Ecodrainage dan Debit Air Hujan Terserap (Qs) 4.5.2.1 Lubang Resapan Biopori (LRB) Pasar Larangan Jalur 1 (sebelah barat dan selatan pasar) Perhitungan jumlah lubang resapan biopori yang dibutuhkan untuk meresapkan debit air yang direncanakan di Pasar Larangan Jalur 1 (sebelah barat dan selatan pasar) : Drainase tanpa Lubang Resapan Biopori: Q
= 0.278 x C x I x A = 0.278 x 0.7 x 17.646 mm/jam x 0.0352 km3 = 0.1207 m3/s
Drainase dengan Lubang Resapan Biopori: Sebelum mencari kedalaman lubang biopori, terlebih dahulu dilakukan analisis untuk menentukan besarnya nilai faktor geometrik (F) dimana direncanakan resapan terletak pada tanah yang seluruhnya porus dengan seluruh dinding lubang permeable dan dasar berbentuk setengah bola sebagai berikut: 𝐹=
2𝜋𝐻 + 𝜋 2 𝑅 ln 2 𝐻 + 2𝑅 𝐻 2 ln { 3𝑅 + √(3𝑅 ) + 1}
Diketahui : H R F
= Kedalaman tiap lubang (1 m) = Jari-jari LRB (0.15 m) = Faktor geometri (m)
𝐹=
2 𝑥 3.14 𝑥 1 + 3.142 𝑥 0.15 ln 2 2 1 + 2 𝑥 0.15 √ 1 ln { + ( ) + 1} 3 𝑥 0.15 3 𝑥 0.15
= 4.04 m Kemudian mencari banyaknya jumlah LRB yang dibutuhkan untuk meresapkan seluruh debit air hujan adalah:
Q
= FxKxH Q H= FxK 0.1207 𝑚3 ⁄𝑑𝑡 𝐻= 4.04 𝑚 𝑥 2.1605 𝑥 10−7 𝑚3 ⁄𝑑𝑡 H = 138435.46 m Untuk menghitung banyaknya lubang resapan biopori (LRB) yang dibutuhkan adalah dengan persamaan berikut: 𝐻 1 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 138435.46 𝑛= 1 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑛=
n = 138435.46 lubang = 138436 lubang Keterangan : Q K F n
= = = =
Debit air terserap oleh LRB (m3/dt) Permeabilitas tanah (2.1605 x 10-5 cm/dt atau 2.1605 x 10-7 m/dt ) Faktor geometri (m) Jumlah LRB
Namun karena tidak tersedianya lahan terbuka untuk membuat 138436 lubang resapan biopori, maka lubang resapan biopori direncanakan akan dibuat di sepanjang tepian jalan dan lahan parkir pasar larangan jalur 1 sebelum air dari jalan masuk ke saluran drainase dengan jarak 1 meter antar lubang, maka: Panjang ruas jalan di Pasar Larangan Jalur 1 = 440 m (sebelah barat dan selatan pasar) 𝑛=
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 440 𝑚 = = 440 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 1𝑚
Kedalaman tiap lubang = 1 meter, maka H total = 440 x 1 m = 440 m, sehingga untuk menghitung debit yang terserap adalah Q s1 = F x K x H Q s1 = 4.04 m x 2.1605 x 10-7 m/dt x 440 m Qs1 = 0.000384 m3/dt Pasar Larangan Jalur 2 (sebelah timur pasar) Perhitungan jumlah lubang resapan biopori yang dibutuhkan untuk meresapkan debit air yang direncanakan di Pasar Larangan Jalur 2 (sebelah timur pasar) :
Drainase tanpa Lubang Resapan Biopori: Q
= 0.278 x C x I x A = 0.278 x 0.7 x 17.646 mm/jam x 0.0217 km3 = 0.0745 m3/s
Drainase dengan Lubang Resapan Biopori: Sebelum mencari kedalaman lubang biopori, terlebih dahulu dilakukan analisis untuk menentukan besarnya nilai faktor geometrik (F) dimana direncanakan resapan terletak pada tanah yang seluruhnya porus dengan seluruh dinding lubang permeable dan dasar berbentuk setengah bola sebagai berikut: 2𝜋𝐻 + 𝜋 2 𝑅 ln 2 𝐹= 𝐻 + 2𝑅 𝐻 2 ln { 3𝑅 + √(3𝑅 ) + 1} 𝐹=
2 𝑥 3.14 𝑥 1 + 3.142 𝑥 0.15 ln 2 ln {
2 1 + 2 𝑥 0.15 √ 1 + ( ) + 1} 3 𝑥 0.15 3 𝑥 0.15
= 4.04 m Kemudian mencari banyaknya jumlah LRB yang dibutuhkan untuk meresapkan seluruh debit air hujan adalah: Q
= FxKxH Q H= FxK 0.0745 𝑚3 ⁄𝑑𝑡 𝐻= 4.04 𝑚 𝑥 2.1605 𝑥 10−7 𝑚3 ⁄𝑑𝑡 H = 85450.68 m Untuk menghitung banyaknya lubang resapan biopori (LRB) yang dibutuhkan adalah dengan persamaan berikut: 𝐻 𝑛= 1 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 85450.68 𝑛= 1 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 n = 85450.68 lubang = 85451 lubang Namun karena tidak tersedianya lahan terbuka untuk membuat 85451 lubang resapan biopori, maka lubang resapan biopori direncanakan akan dibuat di sepanjang tepian jalan dan lahan parkir sebelum air dari jalan masuk ke saluran drainase dengan jarak 1 meter antar lubang, maka: Panjang ruas jalan di Pasar Larangan Jalur 2 = 362 m (sebelah timur pasar)
𝑛=
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 362 𝑚 = = 362 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 1𝑚
Kedalaman tiap lubang = 1 meter, maka H total = 362 x 1 m = 362 m, sehingga untuk menghitung debit yang terserap adalah Q s2 = F x K x H Q s2 = 4.04 m x 2.1605 x 10-7 m/dt x 362 m Qs2 = 0.000316 m3/dt Sehingga untuk sistem drainase dengan menerapkan lubang resapan biopori (LRB) di Pasar Larangan adalah:
Q tanpa LRB Jalur 1 Pasar Larangan = 0.1207 m3/dt Q tanpa LRB Jalur 2 Pasar Larangan = 0.0745 m3/dt
Q terserap dalam LRB Jalur 1 Pasar Larangan = 0.000384 m3/dt Q terserap dalam LRB Jalur 1 Pasar Larangan = 0.000316 m3/dt
Q yang masuk ke saluran drainase Pasar Larangan Qsaluran = (Qtanpa LRB1 – Qs1) + (Qtanpa LRB1 – Qs1) = (0.1207 - 0.00038) + (0.0745 – 0.000316) = 0.1203 + 0.0742 = 0.1945 m3/dt
Gambar 2 : Model Lubang Resapan Air Hujan Biopori 5.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan Dari hasil analisa penerapan ekodrainase pada sistem drainase di Pasar Larangan Kabupaten Sidoarjo, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Dari hasil analisa curah hujan rancangan dengan metode Log Pearson III, didapatkan Hujan Rancangan yang terjadi dalam kala ulang 10 tahun (R10th) di daerah Pasar Larangan adalah sebesar 168,069 mm.
2.
Dalam analisa debit banjir rancangan digunakan Metode Rasional, didapatkan masingdebit banjir rancangan dengan kala ulang 10 tahun (Q10th) adalah sebagai berikut 0,195 m3/dt
3.
Sebagian besar dimensi saluran drainase eksisting di sekitar Pasar Larangan masih mampu menerina limpasan air hujan, namun kondisi fisiknya sebagian besar cukup buruk seperti terjadinya pendangkalan oleh sedimen, banyaknya sampah, serta terdapat beberapa saluran yang terputus.
4.
Direncanakan sistem drainase berwawasan lingkungan (Ecodrainage) dengan menerapkan bangunan peresapan berupa lubang resapan biopori (LRB) yang dibuat pada: Pasar larangan jalur 1 (sebelah selatan dan barat pasar) di sepanjang tepian jalan dan lahan parkir berjumlah total 440 lubang, sehingga total debit yang terserap adalah 3,84 x 10-4 m3/s (sekitar 0,32) dan sisa debit yang masuk ke saluran drainase adalah 0,1203 m3/s. Pasar larangan jalur 2 (sebelah timur pasar) di sepanjang tepian jalan dan lahan parkir berjumlah total 362 lubang, sehingga total debit yang terserap adalah 3,16 x 10-4 m3/s (sekitar 0,42) dan sisa debit yang masuk ke saluran drainase adalah 0,0745 m3/s.
5.2. Saran 1.
2.
Sebaiknya dilakukan pemeliharaan secara berkala pada saluran drainase seperti pembersihan sampah dan sedimen, serta pada bangunan peresapan yang telah dibuat, dan dilakukan perbaikan bila diperlukan. Sebagai upaya pelestarian air tanah dan penanganan genangan air di kawasan pasar dan perkotaan sebaiknya dilakukan penambahan bangunan peresapan baik jenis bangunan yang telah ada maupun jenis bangunan peresapan baru.
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2014 Tentang Pengelolaan Air Hujan Pada Bangunan Gedung dan Persilnya. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: ANDI. Eka Sari, Kartika, Donny Harisuseno, dan Cut Amelinda Shafira. 2018. Pengendalian Air Limpasan Permukaan dengan Penerapan Konsep Ekodrainase (Studi Kasus Kelurahan Oro-Oro Dowo Kota Malang). Jurnal Plano Madani. Volume 7: Nomor 1 hal 24-36
Wulan, Nawang. 2017. Potensi Penggunaan Saluran Porus Dalam Mengurangi Genangan dan Banjir Di Perkotaan Sidoarjo Rayon Selatan (Sub Das Sidokare Dan Sub Das Sekardangan). Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Institut Tekonologi Sepuluh Nopember. Ardiyana, Mita, Mohammad Bisri, dan Sumiadi. 2016. Studi Penerapan Ecodrain pada Sistem Drainase Perkotaan (Studi Kasus : Perumahan Sawojajar Kota Malang). Jurnal Teknik Pengairan. Volume 7: Nomor 2 hal 295 – 309 Sarah Sanitya, Ria, dan Hani Burhanudin. 2013. Penentuan Lokasi Dan Jumlah Lubang Resapan Biopori Di Kawasan Das Cikapundung Bagian Tengah. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Voume 13: No.1 Kamila, Nisaul, Irawan Wisnu Wardhana dan Endro Sutrisno. 2014. Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage) Di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang dalam Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Lingkungan. Malang: Universitas Diponegoro Rosma Permana, Yose, Endro Sutrisno, dan Irawan Wisnu Wardhana. 2016. Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage) Di Kelurahan Sambirejo, Tanjung, Kalijambe, Rembes, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 5: No. 1 Unnatiq Ulya, Annida, Endro Sutrisno dan Irawan Wisnu Wardhana. 2015. Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan (Ekodrainase) di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 4: No. 1