JURNAL BELAJAR KEANEKARAGAMAN HEWAN (KH) Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd.
Hari, Tanggal
:
Kamis - Jumat, 1 - 2 November 2018
Nama/ NIM
:
Maya Andya Garini/170341615032
Kelas
:
B
Prodi
:
S1 Pendidikan Biologi
Topik
:
Mengamati katak dan kodok serta mempresentasikan dendogram
kelas Pisces Tujuan
:
Mempelajari dan memahami lebih dalam mengenai klasifikasi Kelas Amphibi
I.
Konsep Belajar
PISCES V E R T E B R A T A
ANURA AMPHIBI
CAUDATA GYMNOPHIONA
REPTIL
AVES
MAMALIA
II.
Bukti Belajar
AMPHIBI Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu “Amphi” (rangkap) dan “bios” (hidup). Atau dapat diartikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paruparu. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat. Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. Amfibia mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut: Penutup tubuh
Kulit yang berlendir
Alat gerak
Dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang.
Alat pernapasan
Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
Suhu tubuh
tidak tetap, berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya (berdarah dingin/poikiloterm)
Peredaran darah
Tertutup
Alat penglihatan
Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam
Berkembang biak
Dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal
Jantung
Terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik
Sedangkan, ciri-ciri khusus dari amphibi yaitu: Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai sisik
Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)
Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik
Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat
di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang
Memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan ruang mulut yang mempunyai klep untuk menahan air
Umumnya pada mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat dikeluarkan
Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam
Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
Otak memiliki 10 pasang sarang krainal
Fertilisasi secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar dengan stadium larva dalam air dan bermetamorfosis menjadi dewasa.
B. Klasifikasi dalam Kelas Amphibi Adapun kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu: Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Upafilum : Vertebrata Superkelas : Tetrapoda Kelas : Amphibia Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Gymnophiona (Caecilia), Caudata (Salamander), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah). 1. Ordo Gymnophiona Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Gymnophiona terjadi secara internal. Ordo Gymnophiona mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Gymnophiona mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae.
Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di provinsi DIY.
2. Ordo Caudata Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Caudata hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Caudata mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae.
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa).
Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat bertahan hidup tanpa adanya paruparu akan tetapi pada family terbesar Salamander yaituPlethodontidae memiliki karakteristik tidak adanya paru-paru. Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Beberapa penjelasan telah disusun untuk menunjukkan keuntungan dari hilangnya paru-paru pada Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan dengan evolusi hilangnya paru-paru adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus yang terdapat di dalam tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk menangkap mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu pernapasan pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat bantu pernapasan jika dia memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi mekanisme penjuluran lidah untuk menangkap mangsa dikarenakan paru-paru mereduksi. Anggota dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih jauh daripada panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine. Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses
perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial. Caudata atau Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies, tersebar terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi. Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota dari family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki tungkai yang berkembang dengan baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi dikarenakan adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar anggotanya memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari family ini yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh betina melalui bibir kloakanya. 3. Ordo Anura Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu: Ascaphidae Leiopelmatidae Bombinatoridae Discoglossidae Pipidae Rhinophrynidae Megophryidae Pelodytidae Pelobatidae Allophrynidae Bufonidae Branchycephalidae
Centrolenidae Hylidae,Leptodactylidae Pseudidae Sooglossidae Dendrobatidae Hyperoliidae Ranidae
Heleophrynidae Myobatrachidae Rhinodermatidae Arthroleptidae Hemisotidae Microhylidae, Rachoporidae
Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai berikut: a.
Bufonidae Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacara diapophisis melebar, Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genus dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica.
(Bufo melanostictus)
b. Megophryidae Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana danLeptobranchium hasselti.
Megophrys montana c.
Ranidae Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.
Rana temporaria
d. Microhylidae Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina.
Microhyla achatina e.
Rachoporidae Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal.
4. Ordo Proanura Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa.
Ciri-ciri umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam daur hidupnya. C. Morfologi Kelas Amphibi
Kelompok hewan amfibi adalah binatang bertulang belakang berkulit lembab tanpa bulu yang hidup di dua alam. Kebanyakan hewan amfibi pada waktu berupa berudu hidup di air dan bernapas dengan insang. Selanjutnya setelah dewasa hidup di darat dan bernapas dengan paru-paru dan kulit. Hewan amfibi termasuk kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya. Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah halus lunak. Pada kepala mempunyai mulut yang lebar untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares externa yang kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan, terdapat sepasang mata yang bulat, dibelakangnya terdapat 2 lubang pipih tertutup oleh membrane tympani yang berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap mata mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya mempunyai selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi mata apabila berada di dalam air. Di bagian ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang sisa-sisa makananyang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari alat reproduksi. Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti).
D. Anatomi Amphibi
2.7 Sistem Reproduksi Katak Kelompok amphibia, misalnya katak, merupak jenis hewan ovipar. Katak betina dan katak jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak juga terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak betina dan katak jantan akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemuidan katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan katak betina diselaputi oleh selaput telur atau membran vitelin. Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui saluran telur atau oviduk. Dekat opangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung telur atau uterus. Oviduk katak betina terpisah dengan ureter (saluran kemih). Oviduk berkelok-kelok dan bermuara di kloaka. Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Soperma yang dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam saluran sperma (vas deferens). Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter (saluran kemih). Dari vas deferens sperma bermuara di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti oleh cairan kental, sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur. Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernafas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat isap. Makanannya berupa pitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivor. Berudu awal berkembang lebih lanjut dari herbivor menjadi karnivor atau insektivor (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya, celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah tiga bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernafas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai. Penjelasan Reproduksi Katak : 1.
Sistem Genitalia Amphibi Jantan Pada amphibi jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen.
Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai. Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai bulat dan lebih kompak. Pada caecilian, strukturnya panjang seperti rangkaian manik-manik. Pada salamander testis terlihat lebih pendek dengan permukaan yang tidak rata. Badan lemak terlihat pada gonad jantan. 2. Sistem Genitalia Amphibi Betina
Pada betina, ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal.
Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka.
3. Pembuahan Eksternal Sistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secara eksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara internal. Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita membedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu merupakan ovarium yang penuh berisi sel telur, jumlahnya mencapai ribuan. Pada katak betina juga ditemukan semacam lekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat ”pegangan” bagi katak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangi oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus pada kaki depannya, yaitu berupan telapak yang lebih kasar. Fungsinya untuk memegang erat katak betina ketika terjadi fertilisasi.
E. Habitat dan Persebaran Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas sendiri. Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk di seluruh indonesia. Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya. Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.
E. Peranan Amfibi banyak dimanfaatkan manusia, antara lain sebagai berikut.
Katak diambil daging dan telurnya untuk dimakan Kulit Katak dapat diberi samak, untuk dibuat jaket dan barang kerajinan lainnya Katak berfungsi sebagai pemberantas nyamuk secara biologis dan sebagai pengendali serangga hama pertanian
III.
Katak dapat digunakan untuk tes kehamilan (missal Bufo melanostictus), karena menghasilkan hormone perangsang gonad yang memiliki efek yang sama dengan hormone gonad pada urin wanita hamil Racun bufotalin dan bufotenin yang dihasilkan oleh kodok Bufo marinus dimanfaatkan sebagai penguat denyut jantung Orang Indian menggunakan racun katak untuk racun panah.
Relevansi
Berikut merupakan relevansi saya dalam mengikuti perkuliahan No
Sebelum Saya
1
belum
memahami
Sesudah mengenai Saya sudah banyak memahami perbedaan
perbedaan yang jelas antara katak dan spesifik antara katak dengan kodok yang kodok yang termasuk ke dalam Amphibi.
termasuk ke dalam kelas Amphibi.
Saya sudah memahami sistem pencernaan, Saya belum memahami mengenai system respirasi, saraf, reproduksi, dan ekskresi yang 2
pencernaan, respirasi, saraf, reproduksi, dan dimiliki oleh katak maupun kodok yang ekskresi baik yang terdapat pada katak termasuk ke dalam kelas Amphibi. Bahkan saya maupun kodok.
juga mengetahui kelengkapan organ dari katak maupun kodok.
IV.
Identifikasi Masalah Semua masalah yang ditanyakan dalam diskusi kelas, beserta dengan jawabannya. 1. Bagaimanakah perbedaan spesifik antara katak dan kodok? Jawab: Faktor
Katak
Katah
Pembeda
Kulit
Memiliki kulit yang halus dengan
Memiliki kulit yang kasar
warna yang bervariasi dan
dengan disertai adanya bintilbintil dan cenderung kering
Bentuk Telur
cenderung lembab serta dilengkapi
serta mayoritas berwarna
dengan adanya lendir
coklat.
Telur katak bergerombol berbentuk
Telur kodok cenderung tersusun
menyerupai anggur dan dibawa oleh
memanjang dan menyerupai
induk betina diletakkan diatas
rantai. Dan biasanya diletakkan
punggung.
pada tanaman air.
Bentuk Tubuh Katak memiliki tubuh yang ramping
Jari
Tungkai
Kodok memiliki bentuk tubuh
dan cenderung atletis.
yang lebih berisi dan pendek.
Ujung jari berbentuk bulat kecil
Ujung jari berbentuk cakar yang
yang digunakan untuk menempel
digunakan untuk menggali
pada pepohonan.
tanah atau lumpur.
Memiliki tungkai yang lebih pnjang
Pada kodok cenderung
dan terlihat lebih kuat. Dan
memiliki tungkai yang lebih
dilengkapi dengan adanya selaput.
pendek.
Cara Bergerak Melompat dan jarang merangkak,
Bergerak dengan merangkak,
bahkan lompatannya lebih jauh dari
apabila melompat jarak
panjang tubuhnya.
lompatannya jauh lebihpendek dibandingkan dengan panjang tubuhnya.
Racun
Tidak beracun.
Sebagaian spesies beracun yang terletak pada tonjolan yang terdapat pada lehernya.
Habitat
Hidup di pohon, danau, sungai,
Hidup pada tepi sungai, sekitar
sawah, dan lain-lain.
rumah, dan kayu yang telah lapuk.
V.
Elemen yang menarik Pada pertemuan minggu ini, banyak hal menarik yang diberikan oleh mahasiswa KPL S2
terutama pada model pembelajarannya. Pada 2 pertemuan dalam minggu ini saya tidak merasa
bosan atau mengantuk pada jam matakuliah Keanekaragaman Hewan ini. Justru saya bersemangat karena model pembelajaran yang diberikan menarik dan seru. Dengan hal ini, saya bisa dengan mudah mempelajari materi yang dipelajari dan dipresentasikan pada hari itu.
VI.
Refleksi Diri (Umum) dan Pengalaman Belajar Setelah melalui pertemuan pada minggu kemarin, saya mendapat dan mengetahui banyak
ilmu baru yang sebelumnya sudah pernah saya pelajari tetapi tidak sedetail ini. Saya telah memahami klasifikasi dari kelas Amphibi, perbedaan yang terdapat pada masing-masing ordo, ciri khusus dari masing-masing ordo, sekaligus memahami berbagai sistem yang terdapat pada kelas ini, saya juga telah memahami berbagai hal mengenai kedua tersebut. Mulai dari klasifikasi, ciri, dan berbagai sistem yang digunakan oleh ordo tersebut untuk bertahan hidup, terutama pada katak dan kodok.
VII.
Refleksi Diri (khusus) Pada pertemuan minggu ini, saya merasa mendapatkan semangat baru dan banyak sekali
ilmu baru dengan metode pembelajaran yang diberikan oleh mahasiswa KPL S2 untuk matakuliah Keanekaragaman Hewan ini. Saya bisa lebih mudah memahami berbagai perbedaan yang terdapat dalam kelas Amphibi ini. Meskipun jam pulang sama seperti pertemuan sebelumnya, akan tetapi pada pertemuan minggu ini saya tidak merasakan bosan, capek, bahkan mengantuk. Tidak seperti pertemuan sebelumnya. Semoga model pembelajaran yang dilakukan kedepannya tetap seperti ini dengan pendamping yang ceria, ramah, dan friendly pada mahasiswanya supaya mood mahasiswa juga tidak terpengaruh dengan raut wajah atau ekspresi asisten dosennya.
DAFTAR RUJUKAN Indriwati, Sri E. 2016. Keanekaragaman Hewan. Malang: UM.
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L.Cain, S.A. Waserman, P.V. Minorsky &R.B. Jackson (2010). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: PT. Erlangga.