Faktor-faktor yang Terkait Dengan Kontrol Glikemik Pada Orang Dengan Diabetes Mellitus Abstrak Menyelidiki faktor-faktor yang terkait dengan kontrol glikemik pada penderita diabetes mellitus (DM). Studi cross-sectional pada 746 orang dengan DM tipe-2 berusia 40 tahun atau lebih. Variabel-variabel berikut dipilih : sosial ekonomi, data klinis, gaya hidup, dan risiko terjadinya ulkus kaki. Pengumpulan data melalui wawancara, analisis rekam medis, dan pemeriksaan klinis pada tungkai bawah. Kami menggunakan model regresi multiple Poisson untuk menentukan rasio prevalensi (PR) dari perubahan glikemik. Perubahan dalam tes hemoglobin terglikasi (HbA1c) dianggap sebagai variabel dependen dalam penelitian ini, yang diklasifikasikan sebagai tinggi ketika hasilnya >7%. Perubahan dalam HbA1c sebanyak 68,9% dari prevalensi terbanyak pada usia antara 50 dan 69 (PR = 1,38 / IC95% = 1,09-1,75), menggunakan insulin (PR = 1,35 / IC95% = 1,24- 1,47), obesitas (PR = 1,14 / IC95% = 1,03-1,25) dan yang memiliki risiko ullus kaki (PR = 1,14 / IC95% = 1,09-1,28). Individu berusia antara 50 dan 69, pengguna insulin, obesitas, dan yang memiliki risiko ulserasi kaki, menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi pada perubahan hemoglobin terglikasi.
Kata kunci : Diabetes mellitus, Hemoglobin A, Glikosilasi, Perawatan Kesehatan Primer, Keperawatan
Pendahuluan Peningkatan angka harapan hidup penduduk berkontribusi pada transisi dalam profil morbiditas dan mortalitas, di mana Chronic Non Comunicable Disease (CNCD) telah menjadi penyebab utama kematian di dunia. Diantara CNCD, Diabetes Mellitus (DM) dianggap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius karena tingginya prevalensi, yang telah mencapai proporsi epidemic, menjadi salah satu faktor risiko utama untuk kejadian penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular.1,2 DM terdiri dari sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan adanya gangguan dalam sintesis dan / atau aksi insulin, yang menghasilkan keadaan hiperglikemia konstan. Pada 90-95% kasus merupakan DM tipe 2 (DM2).1 Pada 2014, 387 juta orang di seluruh dunia dengan
rentang usia 20-79 tahun memiliki DM, dengan prevalensi 8,3%, dimana 77% tinggal di negara belum berkembang. Di Brasil, 11,6 juta orang menderita DM, prevalensi 8,6% pada orang dewasa, dan diperkirakan menjadi 16,3 juta orang pada tahun 2030.2 Sebuah penelitian dilakukan dengan data dari Survei Kesehatan Nasional (PNS), sebuah survei rumah tangga yang dilakukan di Brasil pada tahun 2013 oleh Brazilian Institute of Geography and Statistics (IBGE), menemukan bahwa prevalensi diabetes meningkat seiring dengan penigkatan usia, mencapai sekitar 20% dari populasi usia 65-74 tahun dan 75 tahun ke atas, sebuah kontingen lebih dari 3,5 juta orang.3 Perkembangan DM2 dikaitkan dengan faktor keturunan, perilaku dan sosial ekonomi. Pengendalian penyakit ini melibatkan tindakan individu untuk perawatan diri, terkait dengan dukungan dari tim kesehatan pasien yang memberikan panduan tentang rencana tindak lanjut diet, pemantauan glikemia kapiler, praktik kegiatan fisik, dan penggunaan obat yang benar.4 Salah satu strategi untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan DM adalah pemeriksaan laboratorium periodik dengan pengukuran hemoglobin terglikasi (HbA1c), yang mewakili persentase dari hemoglobin yang terikat dengan glukosa dan dipertimbangkan menjadi referensi dasar untuk kontrol glikemik. Hal ini merupakan alat penting bagi tenaga kesehatan dalam pemantauan penderita diabetes dan analisis efektivitas terapi.1,5 Meskipun literatur menunjukkan pentingnya uji HbA1c sebagai indikator kontrol glikemik DM21,4, kami tidak mengidentifikasi setiap studi nasional yang mencakup evaluasi tes ini pada orang usia >40 tahun, usia di mana kebanyakan orang dengan DM2 didiagnosis1,6, dan faktor yang terkait dengan perubahannya. Sebagai tambahan, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi situasi penderita DM2 dipantau oleh Fasilitias Kesehatan Primer, berdasarkan indikator outcome terapi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki faktor-faktor terkait dengan kontrol glikemik pada orang dengan diabetes mellitus.