PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN SILABUS DAN CONTOH / MODEL SILABUS SMA / MA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X, PROGRAM IPA, IPS, DAN BAHASA
BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN DIKDASMEN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
KATA PENGANTAR Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah/madrasah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Panduan Penyusunan KTSP terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama berupa Panduan Umum dan bagian kedua Model KTSP. Panduan Umum memuat pedoman dan rambu-rambu yang perlu diacu, dijabarkan dari berbagai ketentuan-ketentuan tentang kurikulum yang terdapat dalam UU No. 20 tahun 2003 dan PP No. 19 tahun 2005, serta aturan pada umumnya yang berlaku dalam mengembangkan kurikulum. Panduan Umum diterbitkan terpisah dari model KTSP. Satuan Pendidikan yang telah melakukan uji coba kurikulum 2004 secara menyeluruh diperkirakan mampu secara mandiri mengembangkan kurikulumnya berdasarkan SKL, SI dan Panduan Umum. Bagian kedua Panduan Penyusunan KTSP terdiri atas contoh atau model KTSP sebagai hasil pengembangan SKL dan SI dengan menggunakan Panduan Umum. Sebagai contoh hendaknya tidak secara utuh digunakan oleh satuan Pendidikan, namun dapat dimanfaatkan sebagai referensi. Satuan pendidikan perlu memperhatikan kepentingan dan kekhasan daerah, sekolah dan peserta didik dalam mengembangkan KTSP. Untuk itu dapat menggunakan model KTSP sebagai referensi dengan melakukan perubahan dan penyesuaian yang diperlukan. Model KTSP terlampir berupa model silabus setiap mata pelajaran, ditujukan terutama bagi satuan pendidkan yang saat ini belum mampu mengembangkan kurikulum secara mandiri. Bagi satuan pendidikan, mempunyai waktu sampai dengan tiga tahun untuk mengembangkan kurikulumnya, yaitu selambat-lambatnya pada tahun ajaran 2009/2010. BSNP menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Pusat Kurikulum dan Direktorat di lingkungan Depdiknas, serta Depag. Selain itu, ucapan terima kasih juga ditujukan kepada para guru bidang studi di lingkungan SMA dan MA yang telah membantu proses validasi dan uji keterbacaan. Berkat bantuan dan kerjasama yang baik dari mereka, model silabus mata pelajaran untuk SMA/MA ini dapat diselesaikan.
Jakarta,
Juli 2006 i
Ketua BSNP
BAMBANG SOEHENDRO
i
PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X, PROGRAM IPA DAN IPS
A. Pendahuluan Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Standar nasional pendidikan (SNP) digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selain mengacu pada SNP juga berpedoman pada Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterbitkan oleh BSNP. Salah satu bagian penting dari KTSP adalah Silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Agar silabus dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi peserta didik, potensi daerah diperlukan petunjuk teknis. Dalam dokumen ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan silabus mencakup : 1. Prinsip-prinsip pengembangan silabus 2. Karakteristik Mata Pelajaran 3. Langkah-langkah Pengembangan Silabus Dengan adanya petunjuk teknis dan contoh silabus ini diharapkan sekolah dapat menyusun/ mengembangkan silabus secara mandiri sesuai karakteristik mata pelajaran, kondisi dan kebutuhan masing-masing sekolah.
Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
i
B. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Standar Isi Mata pelajaran Bahasa Indonesia memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berbahasa dan bersastra Indonesia yang masing-masing mencakup empat aspek berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Karena itu, Pengembangan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia haruslah memperhatikan hakikat bahasa dan sastra sebagai sebuah sarana komunikasi dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling mengait. Pada satu sisi bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi, dan sastra merupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas; sedangkan pada sisi lain bahasa dan sastra Indonesia seharusnya diajarkan kepada siswa melalui pendekatan tertentu yang sesuai dengan hakikat dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan aspek kinerja dan atau kemahiran berbahasa dan fungsi bahasa adalah pendekatan komunikatif. Sedangkan, pendekatan pembelajaran sastra yang menekankan pada apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif. Pembelajaran Bahasa Indonesia harus mencakup empat atau sekurang-kurangnya dua aspek berbahasa. Misalnya: (1) mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis; (2) membaca, berbicara, dan menulis, atau (3) menulis dan berbicara. Materi tentang kebahasaan dalam Standar Isi tidak tercantum. Akan tetapi, materi tersebut tetap diajarkan. Namun, pembelajarannya tidak terlepas dari keempat aspek berbahasa, melainkan terintegrasi ke dalam empat aspek berbahasa sebagaimana tersebut di atas. Misalnya, mengidentifikasi ciri, bentuk, sruktur, dan fungsi kebahasaan terintegrasi dalam aspek mendengarkan dan membaca; menggunakan bentuk dan struktur kebahasaan dalam aspek berbicara dan menulis, serta menyunting bentuk dan struktur kebahasaan, serta EYD dalam aspek membaca dan menulis. Standar kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia secara jelas telah ditunjukkan pada rumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang kemudian akan dijabarkan menjadi materi pembelajaran. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar disusunlah silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia. Standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia di sekolah (baca SMA) tidak ditekankan pada penguasaan sistemnya, melainkan pada kemampuan menggunakan bahasa Indonesia secara benar sesuai dengan tuntutan Kompetensi Dasar dan situasi tutur.
Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
i
Untuk mengetahui keterkaitan antaraspek berbahasa dalam pembelajaran, di bawah ini digambarkan diagram keterkaitan tersebut.
Mendengarkan
Berbicara
Tema Apresiasi
Membaca
Menulis
Kompetensi kebahasaan disajikan pada diagram di atas secara terpadu dengan kompetensi yang lainnya. Tema bukan untuk tujuan pembelajaran, tetapi hanya sebagai payung atau media untuk mencapai kompetensi.
Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
i
B. Langkah-langkah Penyusunan Silabus Langkah-langkah dalam penyusunan silabus meliputi tahap-tahap: identifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Pemetaan SK dan KD, penentuan indikator; Pengembangan materi pembelajaran, penetapan kegiatan pembelajaran, penetapan jenis penilaian, penentuan alokasi waktu, dan penentuan sumber bahan/ alat. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca uraian berikut: 1. Identifikasi SK dan KD, serta Pemetaan Materi Pembelajaran Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran bahasa Indonesia memberi penekanan pada keempat aspek berbahasa Indonesia dan setiap aspek tersebut dapat dilihat secara rinci dalam Standar Isi (SI) dalam bentuk Standar Kompetensi (SK) dan Kompetens Dasar (KD). Sebelum menyusun silabus guru harus mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagaimana tercantum pada Standar Isi tersebut, dengan memperhatikan hal-hal berikut: a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi (SI); b. keterkaitan antara Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran; c. keterkaitan antara Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antarmata pelajaran. d. keterkaitan antara Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran Contoh: KD 1.1 Menanggapi siaran atau informasi dari media elektronik (berita dan nonberita) terkait dengan KD 2.2 Mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel, atau buku) KD 1.1 dapat dilakukan dengan kegiatan pembelajaran berupa penugasan terstruktur; kemudian akan dilanjutakan dengan KD 2.2 dengan kegiatan pembelajaran berupa tatap muka; dan dilanjutkan dengan pembelajaran kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi KD 1.1 dan KD 2.2. Indentifikasi antarkompetensi dasar seperti itu sangat bermanfaat terutama untuk menghemat waktu; dalam satu kegiatan pembelajaran dapat mencapai dua KD. 2. Pemetaan SK dan KD
Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
v
Pembelajaran bahasa Indonesia , tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi (SI). Oleh karena itu, perlu adanya pemetaan SK dan KD. Pemetaan tersebut sangat bermanfaat bagi guru terutama dalam penghematan waktu. Pemetaan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Mengelompokkan SK dan KD yang mempunyai materi pembelajaran yang sama. Hal ini tidak terbatas hanya dalam semester yang sama, tetapi untuk seluruh tingkat. b. Menentukan sistematika penyajian dengan mempertimbangkan tingkat kemudahan dan kebermanfaatan bagi siswa dalam menguasai kompetensi. Contoh Pemetaan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia KELAS X SEMESTER 1 Silabu s 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kemampuan Berbahasa Mendenga rkan 1.1
Berbicara
Membaca
2.2
3.2
Kemampuan Bersastra Menulis
Mendenga rkan
Berbicara
5.1 1.2
2.3
Membaca
Menulis
7.1
8.1
4.1 5.2
8.2 6.1 6.2
2.1 3.1
7.2
4.2 4.3
Catatan: Materi kebahasaan disesuaikan dan terintegrasi dalam KD-K 3. Pengembangan Indikator Kompetensi dasar (KD) dijabarkan menjadi indikator. Indikator menunjukkan tanda-tanda, perbuatan dan/atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik dalam pembelajaran. Indikator juga merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional (kata Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
v
kerja operasional terlampir) yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Satu KD dapat dijabarkan menjadi dua, tiga, empat, lima, atau lebih indikator, tetapi jangan terlalu rinci dan terlalu lebar. Indikator dipilih yang dirasa dapat mewakili untuk mencapai kompetensi tertentu. Akan tetapi, ada pula KD yang hanya cukup dengan satu indikator. Penjabaran indikator dilakukan secara sistematis sesuai hierarki konsep sehingga mencerminkan tahapan-tahapan perbuatan/ tindakan yang dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi. Artinya, untuk mencapai kompetensi tertentu, peserta didik harus melakukan tindakan-tindakan secara runtut yang tertuang dalam indikator.
Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
v
Contoh Standar Kompetensi: Berbicara Kompetensi Dasar: Mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel, atau buku) Pembelajarannya dikaitkan dengan: Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan diskusi, presentasi bacaan. Untuk mengetahui bahwa siswa sudah menguasai kompetensi tersebut, dapat dijabarkan melalui indikator. Indikator yang dijabarkan haruslah sistematis atau melalui tahapan-tahapan yang runtut. Contoh indikator yang disusun secara sistematis, sesuai SK dan KD di atas dengan materi pembelajaran menentukan masalah dalam artikel atau berita, sebagai berikut: Siswa dapat: a. Mencatat masalah dari berbagai sumber (berita, artikel, buku) b. Menanggapi masalah dalam berita, artikel, dan buku c. Mengajukan saran dan pemecahan terhadap masalah yang disampaikan Dengan penyajian indikator secara jelas, runtut, dan menggunakan kata-kata operasional, pembelajaran akan berlangsung dengan sistematis (runtut) pula serta efektif dan efisien. 4. Pengembangan Materi Pembelajaran Materi pembelajaran bahasa Indonesia dikembangkan berdasarkan indikator pencapaian kompetensi dasar dengan memperhatikan potensi peserta didik; kebermanfaatan bagi peserta didik; aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; relevansi dengan kebutuhan peserta didik, sesuai dengan tuntutan lingkungan dan alokasi waktu (yang tersedia). Contoh: KD 6.2 Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi Menentukan materi pembelajaran dari KD tersebut yaitu dengan memilih cerita pendek yang temanya sesuai dengan kehidupan remaja seusia peserta didik. Di samping itu, isinya mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik. Selanjutnya, cerita pendek tersebut disesuaikan dengan
Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
v
karakteristik daerah, misalnya untuk daerah Jawa Barat dapat dipilih cerita pendek yang menggambarkan nilai-nilai budaya yang dimiliki daerah tersebut. 5. Penetapan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang dari indikator untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, peserta didik dengan lingkungan, dan peserta didik dengan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. e. Pengalaman belajar mencerminkan perpaduan aspek berbahasa sekurang-kurangnya perpaduan dua aspek berbahasa. Kegiatan pembelajaran dirancang berdasarkan indikator pencapaian kompetensi. Penetapan kegiatan pembelajaran harus memperhatikan hal-hal seperti berikut: a. Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia melibatkan empat atau sekurang-kurangnya dua aspek berbahasa. Misalnya, kegiatan pembelajaran mendengarkan siaran berita (KD 1.1), kegiatan pembelajaran tersebut bukan hanya mendengarkan, tetapi diikuti dengan kegiatan menulis dan berbicara. Kegiatan menulis dan berbicara merupakan proses untuk mencapai kompetensi mendengarkan. b. Jika KD 1.1 (mendengarkan siaran berita ) dan KD 2.2 (mendiskusikan masalah) menjadi satu dalam kegiatan pembelajaran, kompetensi yang dicapai adalah mendengarkan dan berbicara. Kegiatan pembelajaran KD 1.1 dapat berupa penugasan terstruktur, Hasil dari penugasan tersebut dilanjutkan
Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
i
dengan kegiatan pembelajaran KD 2.2 yang berupa tatap muka. Setelah pembelajaran berlangsung, dapat dilanjutkan dengan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Contoh: KD 1.1
: Siswa ditugaskan mendengarkan siaran radio atau televisi, kemudian menuliskan isi siaran tersebut dalam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami. (penugasan terstruktur) KD 2.2 : Siswa membacakan isi siaran berita yang didengarkan melalui radio atau televisi, kemudian mendiskusikannya (kegiatan tatap muka) KD 1.1, KD 2.2 : Siswa ditugasi untuk mendengarkan siaran berita dan mendiskusikan isi siaran tersebut.Kemudian melaporkannya dalam bentuk tertulis. (kegiatan mandiri tidak terstruktur) a. Kegiatan pembelajaran harus mencerminkan keaktifan siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. b. Kegiatan dan materi pembelajaran diarahkan pada ciri khas kedaerahan dan bersifat kontekstual. Contoh kegiatan pembelajaran KD 1.1 dan KD 2.2 a. Mendengarkan berita tentang bencana alam ( Misal: Gunung Merapi Yogyakarta, gempa dan tsunami Aceh, lumpur panas Lapindo Jawa Timur)* b. Menuliskan isi berita dalam beberapa kalimat c. Menyampaikan secara lisan isi berita d. Mendiskusikan isi berita 6. Penetapan Jenis Penilaian Untuk menetapkan penilaian yang dilakukan dalam satu pembelajaran, haruslah dirancang sedemikian rupa dalam indikator pembelajaran. Karena suatu penilaian yang dilakukan, mengacu kepada indikator pembelajaran tersebut. Dengan demikian: a. penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian bahasa Indonesia dapat menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/ atau produk, penggunaan portofolio, dan penilain diri. b. setiap KD dan Indikator sudah mencerminkan alat penilaian yang akan digunakan. c. indikator dari satu KD dapat juga sebagai alat ukur bagi KD lain terutama pada penilaian berbasis kelas. Contoh: Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
x
Kompetensi dasar mendengarkan laporan, penilaian yang dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mendengarkan laporan tentang sesuatu sesuai dengan materi pembelajaran yang berlangsung. Akan tetapi, bila memungkinkan boleh dilakukan penilaian untuk kompetensi lain. Pembelajaran mendengarkan tersebut dapat pula dilakukan penilaian tertulis. Misalnya, siswa menuliskan kembali rangkuman isi laporan yang didengarnya. Dapat pula dilakukan penilaian kebahasaan. Misalnya, dalam menuliskan rangkuman isi laporan dikaitkan dengan materi kebahasaan tertentu (misalnya: penggunaan ejaan, kata penghubung, frasa atau klausa). Selain itu, dapat pula dilakukan penilaian membaca. Misalnya, siswa membacakan rangkuman isi laporan yang ditulisnya; dan penilaian berbicara. Misalnya, siswa dapat menanggapi isi laporan yang dibacakan siswa (temannya). 7. Penentuan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap Kompetensi Dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah Kompetensi Dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan Kompetensi Dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Penentuan alokasi waktu yang terencana pada setiap KD yang dijabarkan dalam indikator diharapkan sebagai acuan tercapainya ketuntasan dalam waktu yang ditentukan dalam seluruh materi.
Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
x
Contoh langka-langkah penentuan alokasi waktu a. Menghitung jumlah minggu efektif per semester, misalnya: 17 minggu b. Jumlah jam per minggu, 4 jam c. Jumlah jam keseluruhan per semester adalah 17 x 4 jam = 68 d. Jumlah KD Kelas X semester 1 adalah 18 KD. e. Alokasi waktu tiap KD rata-rata 3 atau 4 jam (68 : 18 ), f. Alokasi per KD tidak sama sesuai dengan kedalaman, keluasan, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentinagn Kompetensi Dasar. Contoh: KD Menanggapi siaran atau informasi dari media elektronik (berita dan nonberita) dengan indikator: a. Menuliskan isi siaran radio/ televisi dalam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami. b. Menyampaikan secara lisan isi berita yang telah ditulis secara runtut dan jelas c. Mengajukan pertanyaan/ tanggapan berdasarkan informasi yang didengar (menyetujui, menolak, menambahkan pendapat) Penyajian pembelajaran KD tersebut cukup 2 jam karena materi tersebut tidak terlalu luas dan pembahasannya tidak terlalu dalam. 8. Menentukan Sumber Bahan/ Alat Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Contoh : Siswa sebelum menulis paragraf deskriptif melakukan observasi di lingkungan sekolah. Misalnya, mengamati taman, kantin, tempat parkir, atau lapangan olahraga. Lingkungan sekolah tersebut dalam pembelajaran sebagai sumber belajar di luar kelas.
Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
x
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Dikmenum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kurikulum 2004 SMA Depdiknas (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Biro Hukum dan Organisasi. Sekjen Depdiknas. Jakarta Depdiknas (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia – Sekolah Menengah Umum, Pusat Kurikulum: Badan Penelitian dan Pengembangan. Depdiknas. Jakarta Djemari Mardapi (2004). Pedoman Umum Pengembangan Silabus. Dit. Dikmenum. Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. Jakarta Depdiknas (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Depdiknas (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Umum) SMA
x