A. Judul
: Penentuan Kadar Vitamin C Metode Titrasi
B. Tujuan
: menentukan kadar vitamin C pada suatu sampel dengan metode titrasi
C. Dasar Teori
: Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki
peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam Meskipun jeruk dikenal sebagai buah penghasil vitamin C terbanyak, sebenarnya salah besar, karena lemon memiliki kandungan vitamin C lebih banyak 47&% daripada jeruk. Vitamin C merupakan senyawa-senyawa organic tertentu yang diprlukan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang, namun berperan penting untuk untuk rekasi metabolisme dalm sel dan sipriyadi, melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Vitamin C atau dikenal dengan asam askorbat (C6H8O6) tergolong vitamin larut dalam air, yang dapat diperoleh dari sayuran hijau dan buah-buahan. Salah satu peran vitammin C dalm tubuh adalah sebagai antioksidan. Kadar vitamin C dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan larutan kalium iodot (titran), dengan melibatkan larutan kalium iodide(Poedjiadi, 1994). Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor. Bebrapa contoh dari titrasi redoks antara lain adalah titrasi permanganometri dan titrasi iodometri/iodimetri. Titrasi iodometri menggunakan larutan iodium (I2) yang merupakan suatu oksidator sebagai larutan standar. Larutan iodium dengan konsentrasi tertentu dan jumlah berlebih ditambahkan ke dalam sampel, sehingga terjadi reaksi antara sampel dengan iodium. Selanjutnya sisa iodium yang berlebih dihiung dengan cara mentitrasinya dengan larutan standar yang berfungsi sebagai reduktor (Harjadi,1990)
Metode titrasi langsung dinamakan iodimetri mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar .Sedangkan metode titrasi tak langsung dinamakan iodometri adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod ,digunakan suatu larutan iod dalam kalium iodide, dan karena itu spesi reaktifnya adalah ion triiodida. Zat-zat pereduksi yang kuat ( zat-zat dengan potensial yang jauh lebih rendah), seperti timah(II)klorida, asam sulfat, hydrogen sulfida, dan natrium tiosulfat bereaksi lengkap dan cepat dengan iod, bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalent, atau stibium trivalent, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit suasana asam. Pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum, atau daya mereduksinya adalah maksimum (Sinaga, 2011). Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji. Pengukuran kadar Vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator. Pada proses titrasi, setelah semua Vitamin C bereaksi dengan Iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap (Pratama, 2011). Iod dalam jumlah kecil dapat diperoleh dari ganggang laut yang dikeringkan, karena beberapa tanaman laut dapat meneyerap dan memekatkan I-, secara selektif dari kehadiran Cl- dan Br-. Dari sumber ini oksidasi I- dengan bermacam pengoksidasi dimungkinkan.dari segi komersial , iod kurang penting dari brom dan klor sekalipun senyawanya dapat diterapkan sebagai katalis (Sudarmadji,1989).
D. Alat dan Bahan 1. Alat No
Nama Alat
Kategori
1.
Gelas Kimia
1
Gambar
Fungsi Wadah
menampung
larutan seperti aquades dan sampel
2.
Gelas Ukur
1
Untuk mengukur volume dari suatu larutan yang digunakan
3.
Pipet Tetes
1
Untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
4.
Erlenmeyer
1
Untuk menampung larutan yang akan di titrasi
5.
Buret
1
Untuk
meneteskan
sejumlah reagen cair pada sampel yang akan di titrasi 6.
Statif dan Klem
1
Untuk menegakkan buret yang
digunakan
untuk
titrasi.
7.
Kaca Arloji
1
Sebagai proses larutan.
wadah
dalam
mengukur
berat
8.
Spatula
1
Untuk mengambil bahan kimia
yang
berbentuk
padatan
9.
Batang Pengaduk
1
untuk mengaduk cairan dalam gelas kimia
10.
Corong
1
untuk
membantu
memasukkan
larutan
dalam buret
11.
Neraca Analitik
2
Untuk mengukur bahan (sampel), atau zat kimia
2. Bahan No
Nama Bahan
Kategori
Sifat Fisik
Sifat Kimia
1.
Asam Askorbat
Umum
- Bentuk kristal tidak
- Berat molekul 178
(C6H8O6)
berwarna - Titik cair 190-192˚C - Bersifat larut dalam air
2.
Sampel
Umum
Floridina Orange
- Berwarna kuning
- Berat molekul Rendah - Rumus molekul C6H8O6 - Tidak berbahaya
- Larutan encer - Memiliki rasa manis
3.
Kalium Iodat (KIO3)
Khusus
- Berwarna putih - berbentuk serbuk
- Massa molar 214,001 g/mol
- Kepadatan 3,89 g/cm3 - Rumus molekul KIO3 4.
Kalium Iodida
Khusus
(KI)
- Titik lebur 681 - Titik didih 1330
- Massa molar 166,0028 - Nama iupac kalium Iodide
5.
Asam Klorida
Khusus
(HCl)
- Larutan jernih
- Sangat korosif
- Tidak berwarna
- Sebagai campuran Biner
6.
Amilum
Khusus
(C6H10O5)n
- Serbuk putih
- Merupakan
- Densitas 1,5 g/cm3
karbohidrat
- Tidak berbau
kompleks - Rumus molekul (C6H10O5)n
7.
Aquadest (H2O)
Umum
- Tidak berbau - Tidak berasa
- Merupakan pelarut universal - Rumus molekul H2O
E. Prosedur Kerja 1. Analisis vitamin C standar Asam Askorbat - Menimbang sebanyak 0,5 gram
- Melarutkan dengan 150 mL aquadest - Menambahkan 5 mL larutan KI 0,6 M dan 5 mL HCl 1 M serta 1 mL indikator - Mentitrasi campuran dengan KIO3 hingga terjadi perubahan warna - Mencatat volume KIO3 yang dibutuhkan - Melakukan triplo Volume KIO3 = 29,5 mL Larutan berwarna gold kekuningan
2. Analisis vitamin C pada sampel minute maid
- Mengencerkan 100 mL sampel dengan
aquadest 50 mL - Menambahkan 5 mL larutan KI 0,6 M dan 5 mL HCl 1 M serta 1 mL indikator - Mentitrasi campuran dengan KIO3 hingga terjadi perubahan warna - Mencatat volume KIO3 yang dibutuhkan - Melakukan triplo
V1 = 3 mL V2 = 2,2 mL V3 = 2 mL Larutan coklat pudar
F. Hasil pengamatan No
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.
Mengencerkan sampel Minute maid 10 mL dengan
-
5 mL aquades
2.
Sampel
berwarna
orange
Memasukkan dalam labu erlenmeyer
-
Terdapat
sampel
minuman
(minute
maid) yang berwarna orange 3.
Menambahkan KI 0,6 M dan HCl 1 M masingmasing
sebanyak
10
tetes
larutan
-
dan
Menitrasi dengan menggunakan KIO3 0,002 M
campuran
larutan yang berwarna
menambahkan 3 tetes indikator amilum 4.
Terdapat
kuning di erlenmeyer -
Larutan berubah warna dari kuning menjadi, larutan
sampel
1
coklat, sampel 2 dan 3 coklat pudar 5.
Melakukan triplo pada sampel
-
Volume titrasi 1 = 3 mL
-
Volume titrasi 2 = 2,2 mL
-
Volume titrasi 3 = 2 mL
Larutan standar
1.
Melarutkan 0,5 gram vitamin C dengan aquades
-
Larutan
berwarna
orange
150 mL 2.
Menambahkan 5 mL larutan KI 0,2 M dan 5 mL HCl 1 M dan 3 tetes indikator amilum
-
Terdapat
campuran
larutan
berwarna
orange
3.
Menitrasi dengan KI 0,002 M
-
Terjadi
perubahan
warna kuning pudar -
Volume 29,5mL
Perhitungan volume titrasi vit. C standar = 29,5 mL Dit : kadar vitamin C pada sampel Peny : 500 𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡.𝐶 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
? 𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡.𝐶 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 500 𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡.𝐶 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 29,5 𝑚𝐿
=
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛
? 𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡.𝐶 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 2,4 𝑚𝐿
= 40,6 mg Jadi kadar vitamin C dalam sampel adalah 40,6 mg
titran=
G. Pembahasan Kadar vitamin C pada suaatu sampel dapat ditentukan dengan cara sederhana menggunakan metode titrasi redoks dengan larutan kalium iodat (titrat), dengan melibatkan larutan kalium iodide. Vitamin merupakan senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang, namun berperan penting untuk reaksi metabolisme dalam sel dan melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Pada percobaan yang kami lakukan adalah menentukan kadar vitamin C pada suatu sampel dengan menggunakan metode titrasi. Pada percobaan ini, dilakukan penetapan kadar vitamin C dengan metode iodometri. Iodimetri adalah titrasi langsung dan merupakan metode penentuan atau penetapan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan elektron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron). Dalam bidang farmasi penetapan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar yang terkandung di dalam suatu sediaan, apakah sudah sesuai dengan aturan atau tidak. Pada percobaan ini dilakukan dengan dua kali percobaan yaitu percobaan pertama adalah analisis vitamin C standar yang kedua adalah analisis vitamin C pada sampel. Pada analisis pertama yaitu analisis vitamin C standar sebanyak 0,5 gram asam askorbat dilarutkan dengan aquadest sebanyak 150 mL. Aquades digunakan sebagai pelarut karena vitamin C mudah larut didalamnya. Fungsi vitamin yang larut dalam air mampu membantu kulit, mata dan sistem saraf tetap sehat sekaligus membantu metabolisme karbohidrat protein dan lemak.
Selanjutnya 10 mL asam askorbat
dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian menambahkan 5 mL KI 0,6 M, 10 mL larutan KI 0,1 M dan 5 mL larutan HCl 1 M serta 1 mL indicator. Dilakukan penambahan HCl karena vitamin C yang telah diencerkan dengan aquades, kadar keasamannya akan menurun, sehingga harus ditambahkan dengan larutan asam agar vitamin C selalu berada dalam keadaan asam, sebab jika tidak maka hasil titrasi tidak akan maksimal dan untuk mencegah teroksidasinya vitamin C. Selanjutnya larutan vitamin C dititrasi secara
perlahan-lahan dengan larutan KIO3 hingga terjadi perubahan warna. Setelah beberapa saat maka didapatkanlah hasil larutan yang berwarna orange. Hal ini menandakan bahwa vitamin C telah habis bereaksi dan titik akhir titrasi telah tercapai. Warna orange terbentuk karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa membentuk rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul KIO3 yang dapat masuk ke dalam spiralnya., sehingga menyebabkan warna orange pada kompleks tersebut. Volume titrasi pada perlakuan ini adalah volume 29,5 mL.
Gambar 1. Hasil Titrasi Vitamin C Standar
Kemudian analisis yang kedua yaitu analisis vitamin C pada sampel. Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel minuman minute maid, dimana 10 mL sampel minuman minute maid diencerkan dengan aquadest sebanyak 5 mL. Selanjutnya dimasukkan kedalam labu erlenmeyer dan menambahkan 3 tetes KI 0,6 M, 3 tetes larutan HCl 1 M serta 3 tetes indicator amilum. Dan menitrasi dengan KIO3 hingga terjadi perubahan warna, pada perlakuan ini dilakukan secara triplo. Sebelum melakukan penitrasian sampel (minute maid) yang telah diencerkan, terlebih dahulu dicampur dengan larutan asam pekat. Asam pekat yang digunakan disini adalah KI 0,6 M dan HCl 1 M serta indikator amilum. Hal ini dilakukan karena vitamin C yang telah diencerkan dengan aquadest, kadar keasamannya akan menurun sehingga harus ditambahkan dengan larutan asam, sebab jika tidak maka hasil titrasi tidak akan maksimal. Kemudian larutan sampel (minute maid) dititrasi secara perlahan-lahan dengan larutan KIO3. Ketika akan mencapai batas akhir titrasi larutan sampel (minute maid) pada percobaan ini menimbulkan warna kecoklatan, akan tetapi warna kecoklatan tersebut mulai memudar. Hal ini dikarenakan masih ada vitamin C pada larutan sampel (minute maid)
yang belum bereaksi dengan larutan iodium. Setelah beberapa saat maka didapatkanlah hasil larutan yang berwarna coklat pudar. Hal ini menandakan bahwa vitamin C pada larutan sampel (minute maid) telah habis bereaksi dan titik akhir titrasi telah tercapai. Warna coklat pudar terbentuk karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa membentuk rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya. Sehingga menyebabkan warna coklat pudar pada kompleks tersebut. Fungsi larutan iod ialah pereaksi untuk memperlihatkan jumlah vitamin C yang terdapat dalam sampel menjadi senyawa dihidroaskorbat sehingga akan berwarna coklat pudar karena pereaksi yang berlebih,dan volume titrasi pada perlakuan ini adalah volume 3 mL, Volume 2 = 2,2 mL, Volume 3 = 2 mL. Berikut ini reaksi yang terjadi antara vitamin C pada larutan sampel (floridina orange) dengan iodium : C6H8O6 + I2
C6H6O6 + 2I- + 2H
Kemudian setelah itu dihitung kadar vitamin C pada larutan sampel (floridina orange) yang terkandung di dalam sampel. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar vitamin C dalam sampel (floridina orange) sebesar 40,6 mg
Gambar 2. Sebelum di titrasi dengan KIO3
Gambar 3. Setelah di titrasi dengan KIO3
H. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C pada minuman minute maid dapat ditentukan dengan cara sederhana yaitu menggunakan metode titrasi. Hasil yang diperoleh dari percobaan analisis vitamin C standar berwarna orange, sedangkan analisis vitamin C pada sampel berwarna coklat. Dan vitamin C pada minuman minute maid adalah 40,6 mg.
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, Ibnu G. dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harjadi, W, 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Jakarta : PT Gramedia
Poedjiadi, Anna, 1994, Dasar-Dasar Biokimia, Jakarta : Universitas Indonesia
Sudarmadji, Slamet dkk, 1989, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Yogyakarta : Liberty