Judul Skripsi

  • Uploaded by: Amri Ashshiddieq
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Judul Skripsi as PDF for free.

More details

  • Words: 3,544
  • Pages: 22
REFERAT CARSINOMA MAMMAE

Disusun oleh: Amri Ashshiddieq

1810221009

Pembimbing: dr. Lopo Triyanto, SpB-KOnk

DEPARTEMEN ILMU BEDAH RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO JURUSAN KEDOKTERAN UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

2018

BAB I PENDAHULUAN

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. World Health Organization (2016) menyebutkan kanker payudara adalah kanker paling umum terjadi pada wanita baik di negara maju dan berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih dari 508.000 wanita meninggal pada tahun 2011 karena kanker payudara. Meskipun kanker payudara dianggap penyakit dari negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara dan 58% kematian terjadi di negaranegara kurang berkembang. Seperti wanita, pria memiliki jaringan payudara, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil. Ini berarti bahwa pria juga dapat terkena kanker payudara, meskipun tidak banyak. Risiko seorang pria didiagnosa menderita kanker payudara sebelum usia 75 tahun adalah satu dari 1258 orang. Sedangkan, risiko seorang wanita didiagnosa menderita kanker payudara sebelum usia 85 tahun adalah satu dari delapan orang Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Meskipun demikian, riset mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu tertentu, yang meliputi: keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa, usia yang makin bertambah, tidak memiliki anak, kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun, periode menstruasi yang lebih lama (menstruasi pertama lebih awal 2 atau menopause lebih lambat), faktor hormonal (baik estrogen maupun androgen). Meskipun beberapa pengurangan risiko dapat dicapai dengan pencegahan, strategi ini tidak dapat menghilangkan sebagian besar kanker payudara yang berkembang di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana kanker payudara didiagnosis pada tahap yang sangat terlambat.

Pemeriksaan deteksi dini perlu dilakukan sehingga kanker payudara dapat disembuhkan. Pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan memeriksa payudara sendiri (SADARI) dan pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Bila dibutuhkan, akan dilakukan tes untuk mendiagnosa kondisi payudara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 DEFINISI Carsinoma mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas serta tumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mammae yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase. Penyakit kanker payudara adalah penyakit keganasan yang berasal dari struktur parenkim payudara. Paling banyak berasal dari epitel duktus laktiferus (70 %), epitel lobulus (10%) sisanya sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit payudara, kanker payudara tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang beberapa waktu menyebar melalui saluran limfe (penyebaran sisitemik) ke organ vital lain seperti paru-paru, tulang, hati, otak dan kulit.

II.2 ANATOMI Payudara terletak dari costa 2 sampai costa 6, batas medial sternum dan lateral sampai linea axillaris anterior. Jaringan payudara meluas dari garis clavicula di garis tengahnya sampai costa 8 ke linea axillaris posterior, yang dikenal sebagai daerah disseksi mastektomi radikal. Sebagai tambahan axillary tail (Spencer tail) meluas da ri tepi atas dan luar supero lateral. Kelenjar payudara merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral atasnya, jaringan ini keluar dari bulatannya ke arah ak sila, disebut penonjolan Spence atau ekor payu dara. Setiap payudara terdiri atas 12 sampai dengan 20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus laktiferus. Di antara kelenjar susu dan fascia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara.

Gambar anatomi mammae.

Payudara diinervasi atau diperdarahi oleh cabang: 1. Arteri mammaria interna mendarahi tepi medial. 2. Arteri thorakalis lateralis (mammaria eksterna) mendarahi bagian lateral. 3. Arteri thorako-akromialis mendarahi bagian dalam. 4. Arteri thorako-dorsalis mendarahi M. latissimus dorsi dan M. serratus magnus.

Sistem pembuluh vena meliputi Vena interkostalis dari spatium intercosta 2 sampai 6 untuk memasuki v.vertebralis di posterior. Vena interkostalis juga bisa memasuki Vena azygos yang bermuara ke dalam Vena cava superior. Vena aksilaris menerima darah dari bagian superior dan lateral payudara. Aliran vena mengikuti sistem arteri. Aliran limfe dari payudara dibagi menjadi 3, yaitu dari kulit payudara yang mengalir ke Lnn.supraclavicula, Lnn.mammaria interna, dan Lnn.pektoralis, dari papilla dan areola mengalir ke plexus subareola, dan dari jaringan payudara yang mengalir ke plexus pektoralis. Aliran kelenjar limfe dari payudara kurang lebih 75 % ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial, dan ada pula aliran ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat kirakira 50 buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brachialis. Saluran limfe dari seluruh payudara mengalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang

v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di fosa supraklavikular. Persarafan kulit payudara disarafi oleh cabang pleksus servikalis dan nervus intercostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri disarafi oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni n.intercostobrachialis dan n.cutaneus brachius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut.

II.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara yaitu : 1. usia > 30 tahun 2. Menarche dini. Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelumusia 12 tahun. 3. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempuyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun. 4. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai resiko sepertiganya. 5. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara. Wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.

6. Obesitas, resiko rendah diantara wanita pascamenopause. Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat. 7. Kontraseptif oral. Wanita yang menggunakan kontraseptif oral beresiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Resiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi. 8. Terapi pengganti hormone. Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang (Lebih dari 10-15 tahun) dapat

mengalami

peningkatan

risiko. Sementara penambahan progesteron terhadap penggantian estrogen meningkatkan insiden kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan risiko kanker payudara. 9. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang menkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Resikonya dua kali lipat diantara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari. Di negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur (misal: Prancis dan Italia), Angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa temuan menunjukkan bahwa wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun berikutnya.

II.4 PATOFISIOLOGI Kejadian karsinoma payudara dihubungkan dengan terjadinya hiperplasia sel dengan perkembangan sel-sel atipik, kemudian terjadi karsinoma intraepitelial (karsinoma insitu), setelah terjadinya karsinoma in situ akan terjadi multiplikasi selsel dengan cepat. Selanjutnya sel-sel tersebut akan menginvasi stroma jaringan ikat di sekitarnya pada payudara. Membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 7 tahun pada karsinoma untuk tumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang

cukup besar untuk dapat teraba (diameter sekitar 1 cm). Pada ukuran itu sekitar ¼ kasus sudah disertai dengan kejadian metastasis.

II.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas. Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri. Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak, seperti: a. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan. b. Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat payudara ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara. c. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi pembengkakan. d. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil dibawah ketiak. e. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam dan yang tadinya berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan. f. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang sedang tidak hamil. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.

g. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati seperti pada gambar h. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) akibat dari neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting kulit. Payudara yang mengalami peau d’orange dapat dilihat pada gambar

Gambar Luka pada payudara

Gambar peau d’orange

Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang dialami wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolah hanya dialami di satu payudara, dan bila diraba terasa keras dan menggerenjil. Bila stadium kanker sudah lanjut, ada perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya bertambah merah, mengerut, tertarik ke dalam, atau puting mengeluarkan cairan. Perbedaan penderita kanker payudara pada pria dan wanita dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar Kanker Payudara pada Pria (kiri) dan Wanita (kanan)

2.4. Stadium Kanker Payudara Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi klinik yaitu: Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot) . Besar tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%. Stadium II : Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat selsel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30 - 40 %. Stadium III A : Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain. Menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini. Stadium III B : Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2 - 5 cm. Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada. Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan Metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang

bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah palliatif bukan lagi kuratif (menyembuhkan). Pembagian stadium kanker menurut Portmann dapat dilihat pada gambar

Gambar Kanker Payudara berdasarkan stadium menurut Portmann

a. Stadium I

b. Stadium II

c. Stadium IIIA

c. Stadium IIIB

e.Stadium IV

2.5. Diagnosis Kanker Payudara Terdiri dari diagnosis klinis, pemeriksaan penunjang dan diagnosis pasti.

2.5.1. Diagnosis Klinis Diagnosis klinis di dasarkan atas: a. Wawancara dengan pengajuan pertanyaan umum dan terarah sehubungan dengan kanker payudara. b. Pemeriksaan klinis payudara untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemerikasaan payudara dilakukan saat ± 1 minggu dari hari terakhir menstruasi. Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka dan posisi badan tegak. c. Insfeksi untuk melihat simetri payudara kanan dan kiri,kelainan papila, letak dan bentuk, retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda radang, dan ulserasi. Dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat keatas untuk melihat ada tidaknya bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal. d. Palpasi dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila.

2.5.2. Pemeriksaan Penunjang Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk menuju diagnosis pasti suatu kanker payudara, yaitu: a. Wawancara dengan pengajuan pertanyaan umum dan terarah sehubungan dengan kanker payudara. b. Pemeriksaan klinis payudara untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemerikasaan payudara dilakukan saat ± 1 minggu dari hari terakhir menstruasi. Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka dan posisi badan tegak. c. Insfeksi untuk melihat simetri payudara kanan dan kiri,kelainan papila, letak dan bentuk, retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda radang, dan ulserasi. Dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat keatas untuk melihat ada tidaknya bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal. d. Palpasi dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila.

a. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red. b. Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar x yang diradiasikan pada

payudara. Kelebihan

mammografi adalah kemampuannya mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini. Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 114 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar antara 83%-95%. c. Ultrasonografi, metode ini dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kistik, dan hanya dapat membuat diagnosis dugaan berdasarkan pemantulan gelombang suara. d. Scintimammografi adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radioisotop. Dalam

protokol

penanganan

kanker

payudara,

pemeriksaan yang dianjurkan adalah mammografi dan ultrasonografi. Pemeriksaan gabungan ultrasonografi dan mammografi memberikan angka ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.

2.5.3. Diagnosis Pasti Diagnosis pasti hanya ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan berbagai cara, yaitu: a. Biopsi aspirasi (fine needle biopsy) b. Needle core biopsy dengan jarum Silverman c. Excisional biopsy dan pemeriksaan potong beku waktu operasi.

II.9 PENATALAKSANAAN Dalam hal pengobatan yang perlu diketahui : 1. Pengobatan pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan dan memberi harapan hidup yang baik. 2. Jenis – jenis pengobatan : Pada stadium I , II , III awal ( stadium operable ), sifat pengobatan adalah kuratif. Semakin dini semakin tinggi kurasinya. Pengobatan pada stadium I , II , IIIA adalah operasi yang primer, terapi lainnya hanya bersifat adjuvant. Untuk stadium I , II pengobatan adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi, dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant. Berdasarkan protokol di RSCM , diberikan terapi radiasi pasca operasi radikal mastektomi, tergantung dari kondisi kelenjar getah bening aksila. Jika kelenjar getah bening aksila tidak mengandung metastase, maka terapi radiasi dan sitostatika adjuvant tidak diberikan. Stadium IIIA adalah simple mastektomi dengan radiasi dan sitostatika adjuvant. Stadium IIIB dan IV, sifat pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama untuk mengurangi penderitaan pasien dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIB atau localy advanced pengobatan utama adalah radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas lainyaitu hormonal terapi dan sitostatika ( kemoterapi ). Stadium IV pengobatan yang primer adalah bersifat sistemik yaitu hormonal dan kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi pada daerah – daerah tulang weight bearing yang mengandung metastase atau pada tumor bed yang berdarah difuse dan berbau yang mengganggu sekitarnya. Perlu dikemukaan suatu metode pengobatan kanker payudara stadium dini yaitu breast conservating treatment. Cara ini yaitu hanya dengan mengangkat tumor (tumorektomi atau segmentektoni atau kwadrantektomi ) dan diseksi aksila dan diikuti dengan radiasi kuratif. Hanya dikerjakan untuk stadium I atau II ( 3 cm,untuk yang lebih besar belum dikerjakan dan mempunyai prognosa yang buruk dari terapi radikal ).

Oleh karena itu penerapan cara ini memerlukan pertimbangan yang lebih jauh, antara lain

• Penentuan stadium harus betul – betul akurat • Tersedianya fasilitas terapi radiasi yang cukup, karena pad a breast conserving treatment antara operasinya dan radiasi merupakam satu kesatuan. • Pendidikan masyarakat atau penderita yang baik dan mau control secara teratur. • Dan teknik diseksi aksila benar – benar dikerjakan dengan baik. Diseksi aksila dikerjakan lebih sulit karena otot-otot pectoral tetap intake dan jaringan payudara sendiri masih ada yang menghambat pembukaan lapangan operasi aksila yang baik.

Hormonal terapi 1. Dari pemberian terapi hormonal ini adalah kenyataan bahwa 30 – 40 % kanker payudara adalah hormone dependen. Terapi ini semakin berkembang dengan ditemukannya hormone estrogen dan progesteron reseptor. Pada kanker payudara dengan estrogen reseptor dan progesteron reseptor yang positif respon terapi hormonal sampai 77 %. 2. Hormonal terapi merupakan terapi utama pada stadium IV disamping khemoterapi karena kedua-keduanya merupakan terapi sistematik. 3. Dibedakan 3 golongan penderita menurut status menstruasi yaitu :

Premenoupause. Untuk premenopause terapi hormonal berupa terapi ablasi yaitu bilateral opharektomi. 1 – 5 tahun menoupause. Untuk 1 – 5 tahun menopause, jenis terapi hormonal tergantung dari aktivitas efek estrogen. Efek estrogen positif dilakukan terapi ablasi, efek estrogen negativedilakukan pemberian obat – obatan anti estrogen.

Postmenoupause. Untuk postmenopause terapi hormonal berupa pemberian obat anti estrogen.

Kemoterapi. Terapi ini bersifat sistemik, bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan pada kanker payudara yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada kanker payudara yang sudah dilakukan operasi mastektomi dengan adanya metastase

bersifat

terapi

adjuvant.

Tujuannya

adalah

menghancurkan

mikrometastasis yang biasanya terdapat pada pasien yang kelenjar aksilanya sudah mengandung metastasis. Biasanya diberikan terapi kombinasi CMF.( C : Cyclophosphamide = endoxan ; M : methotrexate ; F : 5-Fluorouracil) selama 6 bulan pada wanita pramenopause, sedangkan pada wanita pascamenopause diberikan terapi adjuvant hormonal berupa pil anti estrogen.

II.10 PROGNOSIS Prognosis kanker payudara ditentukan oleh : 1. Staging ( TNM ) Semakin dini semakin baik prognosisnya. Stadium I : 5 – 10 tahun 80 % Stadium II : 60 % Stadium II I: 30 % stadium IV : 5 % 2. Jenis histopatologis keganasan Karsinoma in situ

mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan

karsinoma yang sudah invasive. Suatu kanker payudara yang disertai oleh gambaran peradangan dinamakan mastitis karsinomatosa, ini mempunyai prognosis

yang sangat buruk. Harapan hidup 2 tahun hanya kurang lebih 5 %. Tepat tidaknya tindakan terapi yang diambil berdasarkan staging sangat mempengaruhi prognosis.

II.11 PENCEGAHAN Pencegahan dapat dilakukan dengan cara : 1. Kesadaran SADARI dilakukan setiap bulan.

Gambar pemeriksaan SADARI

2. Berikan ASI pada Bayi. Memberikan ASIpada bayi secara berkala akan mengurangi tingkat hormone tersebut. Sedangkan kanker payudara berkaitan dengan hormone estrogen. 3. Jika menemukan gumpalan / benjolan pada payudara segera ke dokter. 4. Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga. Menurut penelitian 10 % dari semua kasus kanker payudara adalah faktor gen.

5. Perhatikan konsumsi alcohol. Dalam penelitian menyebutkan alcohol meningkatkan estrogen. 6. Perhatikan BB, obesitas meningkatkan risiko kanker payudara. 7. Olah raga teratur. Penelitian menunjukkan bahwa semakin kurang berolah raga, semakin tinggi tingkat estrogen dalam tubuh. 8. Kurangi makanan berlemak. Gaya hidup barat tertentu nampaknya dapat meningkatkan risiko penyakit. 9. Usia > 50 th lakukan srening payudara teratur. 80% Kanker payudara terjadi pada usia > 50 th 10.Rileks / hindari stress berat. Menurunkan tingkat stress akan menguntungkan untuk semua kesehatan secara menyeluruh termasuk risiko kanker payudara.

BAB III KESIMPULAN

1. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai prevalensi cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. 2. Carsinoma mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas serta tumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mammae yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase. 3. Kejadian karsinoma payudara dihubungkan dengan terjadinya hiperplasia sel dengan perkembangan sel-sel atipik, kemudian terjadi karsinoma intraepitelial (karsinoma insitu), setelah terjadinya karsinoma in situ akan terjadi multiplikasi sel-sel dengan cepat. Selanjutnya sel-sel tersebut akan menginvasi stroma jaringan ikat di sekitarnya pada payudara. 4. Membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 7 tahun pada karsinoma untuk tumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba (diameter sekitar 1 cm). Pada ukuran itu sekitar ¼ kasus sudah disertai dengan kejadian metastasis. 5. Gambaran klinis : Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah ketiak bentuknya tak beraturan d an terfiksasi. Nyeri di daerah massa. Perubahan bentuk dan besar payudara, Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada areola mammae. Edema dengan “peau d’ orange (keriput seperti kulit jeruk) Pengelupasan papilla mammae Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer padahal ibu tidak sedang hamil / menyusui. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi.

6.Pemeriksaan fisik meliputi anamnesa seperti mengenai keluhan-keluhan, perjalanan penyakit, keluhan tambahan, dan faktor-faktor resiko tinggi. 7. Pengobatan pada kanker payudara bergantung pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan dan memberi harapan hidup yang baik. 8. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara kesadaran SADARI dilakukan setiap bulan, Perhatikan BB, obesitas meningkatkan risiko kanker payudara, usia > 50 tahun lakukan screning payudara teratur, serta rileks / hindari stress berat.

DAFTAR PUSTAKA 1. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 1997. Halaman: 211-237. 2. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid 2. Media Aesculapius fakultas kedokteran UI. Jakarta. 2000. Halaman: 283 – 287. 3. Pierce A. Grace n Neil R. Borley, At a Glance, ilmu bedah. Edisi III. Penerbit Erlangga,Jakarta. 2006. Halaman: 130-131. 4. Djamaloeddin, Prof. Dr.H. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Penerbit Binarupa Aksara.Jakarta. 1995. Halaman: 342-363

Related Documents

Judul Skripsi
June 2020 22
Judul Skripsi
October 2019 38
Rekap Judul Skripsi
April 2020 23
Rekap Judul Skripsi
April 2020 24

More Documents from "Gudang Skripsi Dan Makalah"