Silsilah 25 Nabi dan Rasul Telah disebut dalam sunah Nabi saw, bahwa bilangan para Rasul yang diutus oleh Allah ada 24000 Rasul, adapun yang disebut dalam al Quran hanya 25 sesuai dengan firman Allah “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan diantara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu” al-Ghafir, 78. Karena sedikitnya bilangan mereka yang diketahui dan banyak diantara kita yang tidak mengetahui silsilah mereka, maka terlampir di bawah ini silsilah 25 Nabi dan Rasul yang diutus Allah. Semoga bermangfaat. Hasan Husen Assagaf. Menurut istilah ahli hadist, hadist ialah segala ucapan nabi, segala perbuatan dan segala keadaannya. Masuk ke dalam pengertian keadaannya,segala yang diriwayatkan dalam buku sejarah seperti hal keputraannya, tempatnya dan segala yang bertalian dengannya. Pengertian ini samalah dengan pengertian sunnah menurut istilah golongan ahli hadith. Tetapi pengertian ini berlainan dengan pengertian ahli usul. Dan sebab berlainan ini ialah kerana berlainan jurusan yang mereka lihat dan mereka tinjau.
Tidak dihalalkan seorang Muslim memulau sesama Muslim lebih dari 3 hari 3 malam, maka siapa yang memulau lebih dari 3 hari 3 malam lalu mati akan masuk ke dalam api neraka. - Riwayat Abu Dawud & Annsa'i Hadis riwayat Anas ra.: Bahwa beberapa orang sahabat Nabi saw. bertanya secara diam-diam kepada isteri-isteri Nabi saw. tentang amal ibadah beliau. Lalu di antara mereka ada yang mengatakan: Aku tidak akan menikah dengan wanita. Yang lain berkata: Aku tidak akan memakan daging. Dan yang lain lagi mengatakan: Aku tidak akan tidur dengan alas. Mendengar itu, Nabi saw. memuji Allah dan bersabda: Apa yang diinginkan orang-orang yang berkata begini, begini! Padahal aku sendiri salat dan tidur, berpuasa dan berbuka serta menikahi wanita! Barang siapa yang tidak menyukai sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku (Hadis riwayat Abdullah bin Mas`ud ra) Tidak halal bagi seorang muslim memutuskan saudaranya (tidak menegur sapa) lebih daripada tiga hari; bila keduanya bertemu maka yang seorang ini berpaling dan yang seorang lagi membelakangi. Dan orang yang lebih baik dari keduanya ialah orang yang memulakan dengan ucapan salam. (Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Sabda Rasulullah SAW: Tiga golongan manusia yang sangat dimurkai Allah iaitu yang cenderung kepada perkara yang haram, orang yang mengikut perbuatan jahilliyah dan orang membunuh orang lain tanpa hak. -Riwayat Bukhari dan Muslim.
Siapa menghulurkan kepadamu suatu kebaktian maka balaslah dia, jika kamu tiada apa-apa balasan, maka hendaklah kamu doakan kepadanya" (Riwayat AlTabrani)
Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah, beramar ma’ruf dan nahi mungkar yang kalian lakukan untuk saudaranya adalah sedekah, dan kalian menunjukkan jalan bagi seseorang yang tersesat adalah sedekah. (Hadis Riwayat At Tirmizi dan Abu Dzar)
Nabi s.a.w. bersabda, maksudnya: 'Tidak ada muslim yang ditimpa kesusahan, kesakitan yang berlanjutan, kerisauan, kesedihan, kecederaan atau kekhuatiran ataupun oleh duri yang mencucuknya melainkan Allah akan menjadikannya ganti rugi bagi dosa-dosanya.' (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Tiada dosa yang lebih layak untuk disegerakan Allah s.w.t. seksanya didunia disamping apa yang disediakan kelak diakhirat daripada aniaya dan memutuskan hubungan kekeluargaan" (Riwayat Al-Tarmizi & Ibn Majah dari Abu Bakar AlSiddiq r.a.)
Rasullulah s.a.w bersabda : “Barangsiapa dari umatku membaca selawat ke atasku satu kali Allah menetapkan untuknya sepuluh kebaikan, menghapuskan daripadanya sepuluh keburukan, mengangkat untuknya sepuluh darjat”. ( Sahih. R.Ahmad )
1
DHADIST ARBAIN NO. 5 dari Ummul Mukminin Ummi 'Abdillah 'Aisyah Ra beliau berkata: " Rasulullah SAW berkata :" Barangsiapa mengada-ada sesuatu yang baru dalamSAW urusan agama kami ini, yang tidak kami perintahkan, maka hal itu Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad 2 ditolak". dalam riwayat Muslim: " Barangsiapa di atas tanganku. Wahai Tuhanku, umurku telah lanjut dan kekuatanku telah(HR Bukhari dan Muslim, mengerjakan sesuatu pekerjaan yang tidak cocok dengan syara' kami, maka lemah. Maka genggamkan (matikan) aku untukmu bukan untuk manusia. hal itu ditolak". ) (Sayidina Umar bin Khattab)
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh para sahabat tentang siapakah golongan yang selamat itu. Lalu beliau menjawab :"Mereka adalah orang-orang yang mengikuti langkahku, dan langkah sahabat-sahabatku." Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah laksana berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya.Mereka itu orang-orang yang berlaku adil dalam menetapkan hukum baik kepada rakyat maupun kepada keluarga.-Hadis Riwayat Muslim Barangsiapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya,maka Allah akan memperhatikan kepentingannya. Barangsiapa yang melapangkan suatu kesulitan sesama muslim,maka Allah akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitan dihari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kejelekan orang lain maka Allah akan menutupi kejelekannya dihari kiamat. -Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim Setiap muslim yang memberikan pakaian kepada muslim yang tidak berpakaian, Allah akan memberikan pakaian syurga kepadanya.Setiap muslim yang memberi muslim lain yang kelaparan,Allah akan memberikan buah syurga kepadanya dan setiap muslim yang memberi minum kepada muslim yang kehausan Allah akan memberikan minum kepadanya dari ar-Rahiqul Makhtum.-Hadis Riwayat Abu Daud Daripada 'Uqbah Bin 'Amir r.a. menceritakan : Rasulullah S.A.W keluar dan kami berada di tempat duduk masjid yang beratap. Maka beliau bersabda: Siapakah di antara kamu yang suka keluar di pagi hari pada setiap hari menuju ke Buthan atau 'Atiq, dan dia mengambil darinya dua ekor unta yang gemuk dalam keadaan dia tidak melakukan dosa dan tidak putus hubungan silaturrahim. Kami menjawab : Kami suka demikian itu. Sabda Rasulullah S.A.W kenapakah kamu tidak pergi ke masjid belajar atau membaca dua ayat Al Quran lebih baik dari dua ekor unta, tiga ayat lebih baik dari tiga ekor, empat ayat lebih baik dari empat ekor unta demikianlah seterusnya mengikut bilangan ayatnya.( Riwayat Muslim )
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah saw bersabda: Apabila seseorang meninggal dunia maka terputuslah segala amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak solih yang mendoakan nya. (Hadis Riwayat Muslim) Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya. Riwayat At Tabrani dan Baihaqi. Rasulullah s.a.w bersabda :"Apabila seseorang darimu hendak mendirikan sembahyang, maka hendaklah ia sembahyang laksana sembahyang orang yang memberi selamat tinggal, iaitu orang yang sama sekali tidak fikir ia akan dapat kembali bersembahyang lagi." (Riwayat Al-Dailami dari Ummi Salamah) Nabi s.a.w. bersabda; "Jagalah dirimu dari api neraka meski pun dengan sedekah separuh dari sebiji kurma, maka jika tidak dapat maka sepatah kata yang baik." - Sahih Bukhari & Muslim < Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya para malaikat menaungi dengan sayapnya orang yang mencari ilmu, dikeranakan reda kepada apa yang dicari. (Hadis Hasan Riwayat Ahmad) Malu (salah satu akhlak yang mulia) dan iman merupakan dua hal yang tidak boleh dipisahkan antara satu sama lain, maka apabila salah satunya diangkat (hilang) maka hilanglah yang lain. (Hadis Riwayat Al Hakim dan Ath Thabrani) Sabda Rasulullah saw: "Sesungguhnya Allah telah berfirman: Dan tidak mendekat seorang hambaKu kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Kusukai daripada menjalankan kewajipannya, dan selalu hambaKu mendekat kepadaKu dengan melakukan sunat-sunat sehingga Kusukainya. Maka apabila Allah telah kasih kepadanya, Akulah yang menjadi pendengarannya dan pengelihatannya, dan sebagai tangan yang dipergunakannya dan kaki yang dijalankannya." (HR Bukhari)
3
Barangsiapa yang menutupi aib saudara muslimnya, maka Allah akan menutup aibnya di dunia mahupun di akhirat. (Hadis Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)
Tidaklah seorang mu'min itu suka mencela, dan tidak pula suka melaknat, dan tidak keji mulut dan tidak berkata kotor - Riwayat Muslim.
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, kerana yang ketiganya ialah syaitan. (Riwayat Ahmad)
Daripada Abu Hurairah r.a, bahawasanya Rasullullah SAW telah bersabda, maksudnya: "Jika ada seseorang berkata: "Orang ramai sekarang ini sudah rosak", maka orang yang berkata itu sendiri yang paling rosak di antara mereka." -H.R. Muslim
Diriwayatkan daripada Abu Syuraih al-Khuza'iy r.a katanya: Nabi s.a.w bersabda: Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia berbuat baik kepada jiran tetangganya. Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia memuliakan para tetamunya. Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia bercakap hanya perkara yang baik atau diam. Apabila salah seorang di antara kamu makan, hendaklah dia makan dengan menggunakan tangan kanannya dan apabila dia minum hendaklah dia minum dengan menggunakan tangan kanannya kerana sesungguhnya syaitan itu, dia makan dengan menggunakan tangan kirinya dan minum juga dengan menggunakan tangan kirinya." (Hadis riwayat Imam Muslim). Sesiapa yang menangguhkan hutang orang yang belum dapat membayarnya atau membebaskannya, pada hari kiamat kelak Allah s.w.t. akan menaunginya di bawah naungan Arasy, di mana pada hari tersebut tidak ada naungan kecuali naunganNya.-Hadis riwayat Al-Tirmizi Sedekah itu bermula dengan dirimu, kemudian keluargamu. Jika berlebihan maka untuk kerabatmu dan seterusnya. ( Sahih. R.Nasaai ) Dari Abu Musa r.a. katanya Rasulullah s.a.w bersabda; "Orang Mukmin sesama orang Mukmin bagaikan sebuah rumah. Satu sama lain hendaklah saling menguatkan." -Hadis Riwayat Muslim Semua anak Adam (manusia) itu sering membuat kesalahan (dosa) dan sebaikbaik manusia yang membuat kesalahan (dosa) itu ialah orang-orang yang suka bertaubat" -Riwayat Al-Tirmizi
Orang mukmin sama ada lelaki ataupun perempuan akan sentiasa diuji oleh Allah s.w.t, sama ada dirinya, anaknya ataupun hartanya sehinggalah dia menghadap Allah s.w.t tanpa dia membawa dosa sedikitpun. -Hadis riwayat Imam Tirmizi. Allah tidak menurunkan sesuatu penyakit, kecuali telah menjadikan ubatnya – Riwayat Bukhari dan Muslim. Daripada Abu Malik Al-Asy'ari r.a. bahawasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya ada sebahagian dari umat ku yang akan meminum thamar dan mereka menamanya dengan nama yang lain (mereka meminum) sambil dialunkan dengan bunyi muzik dan suara artis-artis. Allah swt. akan menenggelamkan mereka ke dalam bumi (dengan gempa) dan Allah swt. akan merubah mereka menjadi kera atau babi". -Riwayat: H.R. Ibnu Majah Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa dan seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka". Maka salah seorang sahabat bertanya "Apakah dari kerana kami sedikit pada hari itu?" Nabi s.a.w. menjawab, "Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali, tetapi kamu umpama banjir, dan Allah s.w.t. Namabuih asli di waktu : Johan Wahyudi akan mencabut rasa gerun terhadap kamu dari hati musuh-musuh dan Allah Tmpt tgl lhr : Surabaya, kamu, 08-11-1984 s.w.t. akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit 'wahan"'. Seorang Nama Islam : Muhammad Ghufron sahabat bertanya, "Apakah wahan itu hai Rasulullah?" Nabi Muhammad Habib Al-Firqatuns.a.w. Najiyah kita menjawab, "Cinta pada dunia dan takut pada mati". - Hadis riwayat Abu Daud Sesungguhnya sebuah keputasan berjalan kejalan allah swt & rasullullahnya itu lebih baik, Dari pada mementingkan duniawi (Al-Firqatun Najiyah) Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan padanya. Dan siapakah yang lebih Muhammad Ghufron 4 benar hadits (perkataan) nya daripada Habib Al-Firqatun Wallahu Alam Bisshawab... Allah?” [Q.S. 4:87] Najiyah
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Daripada Abu Hurairah r.a., bahawasanya Rasulullah s.a.w. telah bersabda, yang bermaksud : “Tidak akan berlaku Hari Kiamat sehinggalah Sungai Furat (Euphrates di Iraq) kering dan mengeluarkan gunung (timbunan) emas yang menyebabkan manusia berbunuh-bunuhan. Maka seramai 99 daripada 100 orang telah dibunuh dan setiap lelaki dari kalangan mereka itu akan mengharapkan kejayaan itu menjadi miliknya.”- Hadis riwayat Muslim. Dari Abdullah bin Amr ra ia berkata, ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. "Ya Rasulullah amalan apakah di dalam Islam yang baik". Seraya Rasulullah saw menjawab: "Memberi makan (orang yang lapar) dan memberi salam kepada orang yang kalian kenal maupun tidak kalian kenal" (HR Bukhari). Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah telah bersabda: Jauhilah tujuh perkara yang boleh membinasakan kamu iaitu menyebabkan kamu masuk Neraka atau dilaknati oleh Allah. Para Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah tujuh perkara itu ? Rasulullah bersabda: Mensyirikkan Allah iaitu menyekutukanNya, melakukan perbuatan sihir, membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah melainkan dengan hak, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan pertempuran dan memfitnah perempuanperempuan yang baik iaitu yang boleh dikahwini serta menjaga maruah dirinya, juga perempuan yang tidak memikirkan untuk melakukan perbuatan jahat serta perempuan yang beriman dengan Allah dan RasulNya dengan fitnah melakukan perbuatan zina -Hadis riwayat Bukhari dan Muslim Dari Anas bin Malik ra berkata,”Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman,”Wahai anak Adam, selama kamu berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku mengampuni dosa-dosa lampaumu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, meski dosamu sepenuh langit, namun bila kamu meminta ampun kepada-Ku, pastilah Ku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, meski kamu datang kepada Ku dengan dosa sepenuh bumi namun bila kamu menemui-Ku tanpa syirik kepaa-Ku, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh itu juga. (HR. At-Tirmizy)
Bertakwalah kepada ALLAH dimana saja engkau berada, dan ikutilah perbuatan kejahatan itu dengan kebaikan supaya terhapus kejahatan, dan bergaullah dengan sesama manusia dengan budi yang baik - (HR. At-Tirmizy). Rasullullah SAW telah bersabda: “Tiada seorang Muslim yang kematian tiga anaknya sebelum mereka mencapai umur baligh, melainkan Allah pasti memasukannya kedalam syurga kerana kasih sayangnya kepada mereka” -Hadis riwayat Bukhari dan Muslim Terdapat 99 bahagian tarikan pada wanita berbanding lelaki, lalu Allah kurniakan ke atas mereka sifat malu." (Hadis riwayat Baihaqi) Apabila seorang perempuan itu sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya." -Riwayat Al Bazzar. Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik." Al Ahzab: 32. Sabda SAW, "Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi." Riwayat Ibn Majah. Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium baunya.- Riwayat Bukhari dan Muslim. Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya.-Riwayat Bukhari dan Muslim.
20
21
22
23
Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah- Riwayat Bukhari dan Muslim.
Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang solehah.(HR. Muslim)
Menurut Bukhari, "Rasullulah melaknat perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening." Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: jika isteri berkata kepada suaminya: talaklah aku/ wanita ceraikan aku!memakai Maka nanti di hari kiamat ia tidak berdaging, lidahnya Siapa sahaja yang wangi-wangian kemudian melewati suatu keluar melalui tengkuknya dan akan dimasukkan ke dalam neraka jahanam kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap walaupun puasa harimata danada solat malam." (Hadis dari Abu Bakar Shiddiq) melakukaniazina dandisiang tiap-tiap zina. (Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban) Setiap isteri yang minta cerai dari suaminya tanpa apa-apa (tanpa alasan yang dapat dibenarkan) maka "Jangan haram atasnya syurga" -Hadis Riwayat Abu pandangan Daud & AlSabda Nabi SAW, sampaibau pandangan yang satu mengikuti Tirmizi lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama, pandangan seterusnya tidak dibenarkan." Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi. Dari Ammar bin Yasir bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidak akan masuk syurga suami yang Abu dayus”. (Hadis AbuRasullulah Daud) dengan memakai pakaian yang Asma Binti Bakar telahriwayat menemui tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah Diriwayat Abuboleh Sa'idbaginya al-Khudri r.a katanya:anggota Seorangbadan lelakikecuali datangpergelangan mengadu kepada berhaid tidak menzahirkan Rasulullah kerana anak gadisnya tidak mahu berkahwin. Sabda Nabi kepada gadis tangan dan wajah saja." Riwayat Muslim dan Bukhari. itu: Patuhilah kehendak bapamu. Jawab gadis: Saya tidak akan kahwin sehingga Rasulullah menyatakan apatelah tanggungjawab sayaS.A.W sebagai isteri. perkahwinan Baginda Rasulullah Daripada Anas r.a, katanya bersabda nabi bahawa s.a.w Jika suamimu lalu engkau kudisnya adalahbersabda: sunnahku, sesiapa yangberkudis, benci sunnahku, makarawat dia bukan daridengan golonganku. mulutmu, maka perbuatan itu tidak wajar dianggap sebagai keterlaluan. Jawab gadis: Allah, kalau begitu tugasyang isteri, aku(isteri tidak solehah) akan kahwin selamaPilihlahDemi tempat menyimpan air mani baik dan kahwinilah lamanya. Sabda Nabi kepada bapanya: Jangan engkau paksa dia kahwin. Biarlah dia wanita yang sepadan. (Riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim). membuat keputusan sendiri. Kahwinilah perempuan yang keturunan anak ramai, sesungguhnya aku berbangga Seorang perempuan bertanya kepada Rasulullah SAWdan serta menerangkan dengan kamu keranadatang ramainya ummah. (Riwayat Abu Daud Nasa'i). katanya: “ Sesungguhnya sepupuku meminangku, maka sebelum aku berumah tangga , ajarkanlah kepadaku, apakah hak adalah suami terhadap isterinya? Rasulullahdan Orang mukmim yang sempurna imamnya yang terbaik budi pekertinya SAW “ Sesungguhnya isterinya lemahmenjawab: lembut kepada keluarganya hak dan suami sebaikterhadap baik kawan, ialah sangatlah yang baikbesar, kepada sehingga apabila mengalir darah hidung atau nanah suaminya, lalu dijilat isterinya, isterinya -Riwayat Al-Termizi masih belum terbayar hak suaminya itu. Dan jika sekiranya manusia dibolehkan sujud kepada manusia, nescaya aku perintahkan si isteri untuk sujud kepada suaminya.”(HR. Al-Hakim)
Rasulullah SAW bersabda: “Dinikahi perempuan itu kerana 4 perkara: Pertama, kerana hartanya. Kedua, kerana keturunannya. Ketiga, kerana kecantikannya. Keempat, kerana agamanya. Maka yang lebih utama adalah perempuan yang Ibnu Abbas r.aengkau berkata:akan “Ada seorang wanita Bukhari dari Khats’am datang kepada beragama, pasti beruntung.”(HR. Muslim) Rasulullah SAW lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, saya adalah seorang wanita yang sudah dan saya inginke kahwin yang saya tanyakan apakah Apabila suamijanda, mengajak isterinya tempatlagi, tidur laluingin dia enggan, maka tidurlah hak suami itu? keadaan Rasulullah SAW menjawab:Akibatnya “Setengahmalaikat daripadaturut hakmarah suami atas suami itu dalam marah kepadanya. isterinya itu adalah apabila suami itu menginginkan isterinya itu untuk kepadanya sehingga Subuh. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim). bercumbu rayu, walaupun isterinya itu di atas punggung unta, maka jangan sekali-kali isteri itu menolaknya.(HR. Baihaqi) Jika seseorang diantara kamu hendak bersatu dengan isterinya, maka bacalah: ‘Bismillah’ ‘Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari Rasulullah SAWengkau bersabda: “Seorang perempuan datang menghadap kepada (anak) yang akan kurniakan kepada kami.’ Kemudian jika berbuah dari Rasulullah SAW, ia bertanya: “Ya Rasulullah, saya ini adalah utusan dari kaum mereka ini seorang anak, maka syaitan tidak akan merugikannya selama-lamanya wanita untuk Bukhari menghadap Ada jihad yang diwajibkan kepada kaum lelaki, -Hadis riwayat dantuan. Muslim apabila mereka menang, mereka akan mendapat pahala, kalau mereka terbunuh mereka tetap hidup di sisi Tuhannya, mereka tetapisteri mendapat Sedangkan Rasulullah SAW bersabda:"Sesungguhnya seorang belumrezeki. dapat dikatakan kami kaum wanita, kamilah yang memelihara mereka, kami akan memperolehi telah menunaikan kewajipannnya terhadap Allah sehingga ia menunaikan apa? Rasulullah SAWsuaminya menjawab: Sampaikanlah setiap kaum wanita kewajipannya terhadap seluruhnya. Dan kepada jika suaminya yang kamu jumpai; bahawasanya, taat kepada suami, memenuhi hak-hak suami memerlukannnya, sedangkan pada waktu itu dia sedang berada di atas sama pahalanya jihad, sedikit sekali diThabrani) antara golonganmu yang kenderaaan, maka dengan tidak boleh diatetapi menolaknya."(HR. melakukannya.”(Hadis dari Ibn Abbas) Rasulullah SAW bersabda: “ Isteri yangisterinya, mengeraskan suara melebihi Sesungguhnya apabila seorang suamimanapun memandang dan isterinya suara suaminya, maka dia akan mendapat laknat dari segala sesuatu yang membalas pandangan tersebut dengan penuh kasih dan cinta, maka Allah disinari matahari.”(Hadis Umar bin Khattab) memandang mereka dengandari pandangan kasih mesra, dan jika si suami membelai tangan isterinya, maka dosa mereka jatuh berguguran di celah-celah jari tangan Rasulullah SAW bersabda: “Apabila wanita yang meratap tangis tidak bertaubat mereka.”-Hadis Riwayat Maisyarah sebelum ia meninggal, maka dia akan dibangkitkan pada hari kiamat, dan ditubuhnya dikenakan pakaian yang penuh dengan penyakit kubis.”(HR. Rasulullah SAW bersabda: “Jika jubah seorang isteri berkata kepada suaminya, belum Muslim) pernah aku mendapatkan atau merasakan kebaikan darimu, maka bererti telah gugur amalnya.” -Hadis Riwayat Ibn Ady dan As-Syakir Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang wanita mendirikan solat yang lima, berpuasa pada bulan Ramadhan, memelihara kemaluannya dan mentaati suaminya, maka dia masuk syurga dari pintu-pintu syurga manapun yang dikehendakinya.”(HR. Ibn Hibban)
24
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang wanita redha atas kehamilannya dari suaminya yang sah, sesungguhnya ia telah mendapat ganjaran pahala seperti ibadah puasa dan mengerjakan ibadah-ibadah lainnya dijalan Allah; dan jika ia merasa berat, letih atau lesu, tidaklah dapat dibayangkan oleh penghuni langit dan bumi, betapa kesenangannya disediakan oleh Allah di hari akhirat nanti. Apabila anaknya lahir, maka dari setiap teguk air susu yang dihisap oleh anak, si ibu mendapat kebajikan pahala. Apabila si ibu berjaga malam (kurang tidur kerana anak) maka si ibu mendapat ganjaran pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba sahaya kerana Allah.”(HR. Ibn Hibban) Tiada seorang perempuan pun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah.Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah. Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti.-Riwayat Ahmad, Abu Daud, An Nasaii dan Ibn Majah. Jika seorang berzina maka keluarlah iman daripadanya bagaikan payung diatas kepalanya dan bila menghentikannya maka kembalilah iman kepadanya (Riwayat Abu Daud, Al-Baihaqi & Al-Tarmizi) Daripada Abu Hurairah r.a, bahawasanya Rasullullah SAW telah bersabda: “ Barang siapa berkata kepada seorang kanak kanak: ‘ Kemarilah dan ambillah’, tapi kemudian ia tak diberikan apa, maka ia telah melakukan satu pendustaan.” -Hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Abu Dunya&nbbsp; Rasullullah SAW telah bersabda: “Org yang terbaik diantara kamu ialah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” Daripada Muaz Bin Jabal r.a bahawasanya Rasullullah SAW telah bersabda: “ Jauhilah olehmu sekalian bermewah-mewah, kerana hamba-hamba Allah bukanlah org yg suka bermewah-mewah” -Hadis riwayat Ahmad & Abu Naim
Daripada Ali b Abi Talib berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: Sudah hampir sampai suatu masa dimana tidak tinggal lagi daripada Islam itu kecuali hanya namanya, dan tidak tinggal daripada quran itu kecuali hanya tulisannya. masjidmasjid mereka tersergam indah, tetapi ia kosong daripada hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah kolong (naungan) langit. Dari mereka berpunca fitnah, dan kepala mereka fitnah itu akan kembali. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda: "Di dalam bulan Ramadhan umatku diberi lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada umat-umat sebelumnya: 1. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. 2. Para malaikat selalu meminta keampunan untuk mereka hingga mereka berbuka. 3. Setiap hari Allah menghias syurga Nya sambil berkata, 'Hamba-hamba Ku yang saleh ingin melepas beban dan penderitaannya dan mereka rindu untuk memasukimu.' 4. Pada bulan ini diikatlah syaitan-syaitan yang derhaka sehingga mereka tidak berleluasa mencapai apa yang dapat dicapainya pada bulan lain. 5. Mereka diampuni oleh Allah SWT pada malam yang terakhir dari bulan itu. Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah itu malam Lailatul Qadar?' Beliau menjawab, 'Tidak, kerana orang yang bekerja itu akan dipenuhi upahnya manakala sudah menyelesaikan pekerjaannya.' (HR Ahmad) Sabda Rasulullah s.a.w.; "Tiga doa yang sangat mustajab, doa orang yang puasa, doa orang yang di zalimi dan orang yang musafir." - Riwayat Ahmad, Bukhari, Abu Dawud & Tirmidzi Dari Anas, Rasulullah s.a.w. bersabda; "Bersahurlah. Sesungguhnya sahur itu berkat." - Riwayat Al Bukhari & Muslim 25
Dari Sahl b. Saad Rasulullah s.a.w. bersabda; "Orang yang segera berbuka puasanya sentiasa dalam kebaikkan." - Riwayat Bukhari & Muslim Anas r.a. berkata Nabi s.a.w bersabda; "Lima macam yang membatalkan puasa dan membatalkan wuduk: dusta, mengumpat dan bermuka-muka dan melihat yang bukan muhrim dengan syahwat dan sumpah palsu." - Riwayat Al-Azdi & Addailami Nabi s.a.w. bersabda maksudnya; "Makan sahur itu berkat, kerana itu jangan kamu tinggalkan walau seteguk air kerana Allah merahmati orang-orang yang sahur dan malaikat mendoakan orang yang sahur." - Riwayat Ahmad Dari Ibnu Abbas r.a. katanya, ada lelaki datang bertanya kepada Rasulullah s.a.w.; "Ya Rasulullah! Ibu saya telah meninggal dunia dan dia ketinggalan puasanya satu bulan. Bolehkah aku puasa untuk membayar puasa itu?" Jawab Nabi s.a.w.; "Ya boleh! Hutang kepada Allah lebih berhak untuk di bayar." - Sahih Bukhari Perawi Hadith : Abu ad-Dardaa' r.a Nabi s.a.w bersabda: "Tidak ada satu hari yang terbit mataharinya melainkan ada di kiri kanan matahari itu: dua Malaikat yang menyerukan seruan yang didengari oleh semua makhluk Allah selain dari manusia dan jin, katanya: "Wahai sekalian manusia! Marilah kamu semua berusaha mengerjakan amal bakti kepada Tuhan kamu, kerana sesungguhnya pendapatanpendapatan yang sedikit serta mencukupi keperluan hidup di dunia adalah lebih baik daripada pendapatan-pendapatan yang banyak serta melalaikan bekalan akhirat; dan tidak masuk matahari melainkan ada di kiri kanannya dua Malaikat yang menyerukannya seruan yang didengarinya oleh semua makhluk Allah selain dari manusia dan jin, katanya: "Ya Tuhan kami! Berikanlah ganti yang bergandaganda kepada orang yang mencurahkan nikmat-nikmat yang dikurniakan kepadanya pada jalan yang diredhai Allah, dan timpakanlah kerugian yang besar ke atas orang yang menahan nikmat-nikmat Allah itu daripada mengeluarkannya pada jalan yang dituntut oleh Allah."
Jabir berkata: “Kami bersama-sama dengan Nabi Muhammad s.a.w. dalam suatu peperangan. Ketika kami kembali ke Madinah, kami hendak masuk (ke rumah-rumah kami). Maka beliau bersabda: “Sabarlah, sampai masuk malam, agar isteri berhias dari kusut masai dan berdandan (berhias) perempuan yang (lama) dtinggalkan oleh suaminya.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim) Daripada Abi Nijih 'Irbadh bin Sariyah r.a. berkata, "Telah menasihati kami oleh Rasulullah saw. akan satu nasihat yang menggetarkan hati kami dan menitiskan air mata kami ketika mendengarnya, lalu kami berkata, Ya Rasulullah! Seolaholah ini adalah nasihat yang terakhir sekali maka berilah pesanan kepada kami." Lalu baginda pun bersabda, "Aku berwasiat kepada kamu supaya sentiasa bertakwa kepada Allah dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) sekalipun yang memimpin kamu itu hanya seorang hamba. Sesungguhnya sesiapa yang panjang umurnya daripada kamu pasti ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kamu berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa Al Rasyidin Al Mahdiyin (Khalifah-khalifah yang mengetahui kebenaran dan mendapat pimpinan ke jalan yang benar) dan gigitlah sunahsunah itu dengan gigi geraham dan jauhilah perkara-perkara yang baru (bid'ah) yang diada-adakan, kerana sesungguhnya tiap-tiap bid'ah itu adalah sesat." Riwayat: Abu Daud dan Tirmizi Sebaik sahaja Rasulullah s.a.w wafat, Saidina Abu Bakar r.a terus memegang teraju pemerintahan sebagaimana yang diamanahkan oleh baginda s.a.w. Keadaan ini menyebabkan beberapa kelompok masyarakat Arab bertukar kembali menjadi kafir. Saidina Umar r.a bertanya Saidina Abu Bakar: Bagaimana kamu akan memerangi manusia sedangkan Rasulullah s.a.w telah bersabda: Aku diarahkan supaya memerangi manusia sehinggalah mereka mengucapkan Dua Kalimah Syahadah. Sesiapa yang mengucapkannya bererti dia dan hartanya bebas daripada aku kecuali apa yang dibenarkan oleh syariat dan segala-galanya terserahlah kepada Allah s.w.t untuk menentukannya. Abu Bakar menjawab: Demi Allah aku akan memerangi mereka yang membezakan antara sembahyang dan zakat kerana zakat merupakan tuntutan terhadap harta. Demi Allah, andaikata mereka enggan membayar zakat tersebut sedangkan mereka pernah membayarnya kepada Rasulullah s.a.w, aku tetap akan memerangi mereka. (Sahih Muslim) 26
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas bin Malik r.a. berkata bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: Siapa yang suka bertemu kepada Allah, maka Allah suka menerimanya dan siapa yang tidak suka bertemu kepada Allah, Allah juga tidak suka menerimanya.
Hadis Ibnu Umar r.a: Diriwayatkan daripada Nabi s.a.w katanya: Baginda telah bersabda: Kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua akan bertanggungjawab terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang pemerintah adalah pemimpin manusia dan dia akan bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi ahli keluarganya dan dia akan bertanggungjawab terhadap mereka. Manakala seorang isteri adalah pemimpin rumah tangga, prihatin terhadap suami dan anak-anaknya, dia akan bertanggungjawab terhadap mereka.
Dari Umar bin Khattab r.a, katanya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tiaptiap amal harus disertai dengan niat. Balasan bagi setiap amal manusia, ialah pahala bagi apa yang diniatkannya. Maka barangsiapa (niat) hijrahnya kerana Allah dan Rasul-Nya, baginya pahala hijrah kerana Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa (niat) hijrahnya kerana dunia yang hendak diperolehnya atau kerana perempuan yang hendak dikahwininya, maka (pahala) hijrahnya sesuai dengan niatnya, untuk apa dia hijrah". Riwayat Imam Bukhari.
Seorang hamba adalah penjaga harta tuannya dan dia juga akan bertanggungjawab terhadap jagaannya. Ingatlah, kamu semua adalah pemimpin, dan kamu semua bertanggungjawab terhadap orang yang kamu pimpin.
Nabi s.a.w. bersabda; "Bertenang-tenang itu dari Allah dan bergopoh-gopoh itu dari Syaitan." - Riwayat Al-Baihaqi
Sesiapa saja yang melihat kemungkaran hendaklah ia bertindak mengubahnya denga lisannya (kata-kata) dan jika masih tidak berdaya, hendaklah ia mengubahnya dengan hatinya, dan itu merupakan iman yang paling lemah. ( Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim )
Dari Abdullah r.a., katanya Nabi SAW bersabda,"Memaki orang muslim adalah durhaka (fasik) dan membunuhnya kafir." H.R. Bukhari Daripada Mughirah bin Syu' bah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Sentiasa di kalangan kamu ada golongan yang berjaya (dalam perjuangan mereka), sehingga sampailah suatu saat yang dikehendaki oleh Allah swt. Mereka sentiasa berjaya". H.R. Bukhari
Demi Allah yang diriku dalam kuasa-Nya, kamu tidak akan masuk syurga, sebelum kamu beriman. Dan kamu tidak beriman sebelum kamu cintamencintai dan sayang-menyayangi satu sama lain. (Riwayat Muslim). Bukan dari umatku orang yang tidak memuliakan orang tua dan mengasihi anak-anak muda kami dan tidak mempelajari daripada orang-orang alimRiwayat Abu DaudAllah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada bentuk kalian. Allah hanya melihat kepada hati dan perbuatan kalian (Hadis riwayat Muslim)
Sabda RASULULLAH S.A.W: “Mahukah kamu sekalian saya beritahu sebaik-baik amal perbuatanmu, dan perbuatanmu yang paling suci di sisi Tuhanmu, amal perbuatan yang paling tinggi untuk memperoleh darjatmu, dan yg paling bagus di dlm mendermakan emas dan perak, serta sesuatu yg paling bagus daripada kamu sekelian berjumpa musuhmu kemudian mereka kamu pukul lehernya atau kamu yg dipukul lehermu? Iaitu zikir/ingat kepada Allah ta’ala”.
Sampaikanlah apa-apa yang datang dariku walaupun satu ayat. (Hadis Riwayat Bukhari)
27
Sesempurna-sempurna iman seorang mukmin adalah mereka yang paling bagus akhlaknya. (Hadis Riwayat Muslim)
Rahasia Sholat 5 Waktu
Sabda Rasullullah saw lagi, 'Manakala shalat Asar, adalah saat di mana Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat Asar akan diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir.'
Ali bin Abi Talib r.a. berkata, "Sewaktu Rasullullah SAW duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansar, maka dengan tiba-tiba datanglah satu rombongan orang-orang Yahudi lalu berkata, 'Ya Muhammad, kami hendak bertanya kepada kamu kalimat-kalimat yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa A.S. yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat muqarrab.'
Selepas itu Rasullullah saw membaca ayat yang bermaksud, 'Jagalah waktuwaktu shalat terutama sekali shalat yang pertengahan. Shalat Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam a.s. diterima. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan shalat Maghrib kemudian meminta sesuatu daripada Allah, maka Allah akan perkenankan.'
Lalu Rasullullah SAW bersabda, 'Silahkan bertanya.' Berkata orang Yahudi, 'Coba terangkan kepada kami tentang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu.'
Sabda Rasullullah saw, 'Shalat Isya’ (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi menunaikan shalat Isyak berjamaah, Allah S.W.T haramkan dirinya daripada terkena nyala api neraka dan diberikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi Titian Sirath.'
Sabda Rasullullah saw, 'Shalat Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada Tuhannya. Shalat Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Shalat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam a.s. Maka setiap mukmin yang bershalat Maghrib dengan ikhlas dan kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya. Shalat Isyak itu ialah shalat yang dikerjakan oleh para Rasul sebelumku. Shalat Subuh adalah sebelum terbit matahari. Ini kerana apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan di situ sujudnya setiap orang kafir.'
Sabda Rasullullah saw seterusnya, 'Shalat Subuh pula, seseorang mukmin yang mengerjakan shalat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh Allah S.W.T dua kebebasan yaitu: 1. Dibebaskan daripada api neraka. 2. Dibebaskan dari nifaq.
Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah saw, lalu mereka berkata, 'Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakanlah kepada kami apakah pahala yang akan diperoleh oleh orang yang shalat.'
Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan daripada Rasullullah saw, maka mereka berkata, 'Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (saw). Kini katakan pula kepada kami semua, kenapakah Allah S.W.T mewajibkan puasa 30 hari ke atas umatmu?'
Rasullullah SAW bersabda, 'Jagalah waktu-waktu shalat terutama shalat yang pertengahan. Shalat Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat pada ketika itu akan diharamkan ke atasnya uap api neraka Jahanam pada hari Kiamat.'
Sabda Rasullullah saw, 'Ketika Nabi Adam memakan buah pohon khuldi yang dilarang, lalu makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam a.s. selama 30 hari. Kemudian Allah S.W.T mewajibkan ke atas keturunan Adam a.s. berlapar selama 30 hari.
28
Sementara diizin makan di waktu malam itu adalah sebagai kurnia Allah S.W.T kepada makhluk-Nya.'
Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Kini kami mengakui dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa annaka Rasulullah (kami percaya bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau utusan Allah).'
Kata orang Yahudi lagi, 'Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu. Kini terangkan kepada kami mengenai ganjaran pahala yang diperolehi daripada berpuasa itu.'
Sedikit peringatan untuk kita semua: "Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Surah Al-Baqarah: ayat 155)
Sabda Rasullullah saw, 'Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan ikhlas kepada Allah S.W.T, dia akan diberikan oleh Allah S.W.T 7 perkara: 1. Akan dicairkan daging haram yang tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh daripada makanan yang haram). 2. Rahmat Allah sentiasa dekat dengannya. 3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal. 4. Dijauhkan daripada merasa lapar dan dahaga. 5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang amat mengerikan). 6. Diberikan cahaya oleh Allah S.W.T pada hari Kiamat untuk menyeberang Titian Sirath. 7. Allah S.W.T akan memberinya kemudian di syurga.'
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (Surah Al-Baqarah: ayat 286) Makna Islam Sebagai Rahmat Bagi Alam Semesta Memahami Rahmat Islam “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS 21: 107). Ayat di atas sering dijadikan hujjah bahwa Islam adalah agama rahmat. Itu benar. Rahmat Islam itu luas, seluas dan seluwes ajaran Islam itu sendiri. Itu pun juga pemahaman yang benar.
Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami kelebihanmu di antara semua para nabi.'
Sebagian orang secara sengaja (karena ada maksud buruk) ataupun tidak sengaja (karena pemahaman Islamnya yang tidak dalam), sering memaknai ayat tersebut diatas secara menyimpang. Mereka ini mengartikan rahmat Islam harus tercermin dalam suasana sosial yang sejuk, damai dan toleransi dimana saja Islam berada, apalagi sebagai mayoritas. Sementara dibaliknya sebenarnya ada tujuan lain atau kebodohan lain yang justru bertentangan dengan Islam itu sendiri, misalnya memboleh-bolehkan ucapan natal dari seorang Muslim terhadap umat Nasrani atau bersifat permisive terhadap ajaran sesat yang tetap mengaku Islam.
Sabda Rasullullah saw, 'Seorang nabi menggunakan doa mustajabnya untuk membinasakan umatnya, tetapi saya tetap menyimpankan doa saya (untuk saya gunakan memberi syafaat kepada umat saya di hari kiamat).'
29
Islam sebagai rahmat bagi alam semesta adalah tujuan bukan proses. Artinya untuk menjadi rahmat bagi alam semesta bisa jadi umat Islam harus melalui beberapa ujian, kesulitan atau peperangan seperti di zaman Rasulullah. Walau tidak selalu harus melalui langkah sulit apalagi perang, namun sejarah manapun selalu mengatakan kedamaian dan kesejukan selalu didapatkan dengan perjuangan. Misalnya, untuk menjadikan sebuah kota menjadi aman diperlukan kerjakeras polisi dan aparat hukum untuk memberi pelajaran bagi pelanggar hukum. Jadi logikanya, agar tercipta kesejukan, kedamaian dan toleransi yang baik maka hukum Islam harus diupayakan dapat dijalankan secara kaffah. Sebaliknya, jangan dikatakan bahwa umat Islam harus bersifat sejuk, damai dan toleransi kepada pelanggar hukum dengan alasan Islam adalah agama rahmat.
Kedua, al-Qur'an. Al-Qur'an telah meletakkan dasar-dasar atau pokok-pokok ajaran yang abadi dan permanen bagi kehidupan manusia yang selalu dinamis. Kitab suci terakhir ini memberikan kesempatan bagi manusia untuk beristimbath (mengambil kesimpulan) terhadap hukum-hukum yang bersifat furu’iyah. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari tuntutan dinamika kehidupannya. Begitu juga kesempatan untuk menemukan inovasi dalam hal sarana pelaksanaannya sesuai dengan tuntutan zaman dan kondisi kehidupan, yang semuanya itu tidak boleh bertentangan dengan ushul atau pokok-pokok ajaran yang permanen. Dari sini bisa kita pahami bahwa al-Qur'an itu benar-benar sempurna dalam ajarannya. Tidak ada satu pun masalah dalam kehidupan ini kecuali al-Qur'an telah memberikan petunjuk dan solusi. Allah berfirman, “Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan,” (QS al-An’aam: 38). Dalam ayat lain berbunyi, “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri,” (QS an-Nahl: 89).
Mencari Rahmat Islam Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya. Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu,” (QS al-Baqarah: 208) Ada banyak dimensi dari universalitas ajaran Islam. Di antaranya adalah, dimensi rahmat. Rahmat Allah yang bernama Islam meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia. Allah telah mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi seluruh manusia agar mereka mengambil petunjuk Allah. Dan tidak akan mendapatkan petunjuk-Nya, kecuali mereka yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan-Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orangorang yang berbuat baik,” (QS al-‘Ankabuut: 69).
Ketiga, penyempurna kehidupan manusia Di antara rahmat Islam adalah keberadaannya sebagai penyempurna kebutuhan manusia dalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Rahmat Islam adalah meningkatkan dan melengkapi kebutuhan manusia agar menjadi lebih sempurna, bukan membatasi potensi manusia. Islam tidak pernah mematikan potensi manusia, Islam juga tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati hasil karyanya dalam bentuk kebaikan-kebaikan dunia. “Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hambaNya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” (QS al-A`raf: 32). Islam memberi petunjuk mana yang baik dan mana yang buruk, sedang manusia sering tidak mengetahuinya. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216).
Bentuk-bentuk Rahmat Islam Ketika seseorang telah mendapat petunjuk Allah, maka ia benar-benar mendapat rahmat dengan arti yang seluas-luasnya. Dalam tataran praktis, ia mempunyai banyak bentuk. Pertama, manhaj (ajaran). Di antara rahmat Allah yang luas adalah manhaj atau ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw berupa manhaj yang menjawab kebahagiaan seluruh umat manusia, jauh dari kesusahan dan menuntunnya ke puncak kesempurnaan yang hakiki. Allah SWT berfirman, “Kami tidak menurunkan al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),” (QS. Thahaa: 2-3). Di ayat lain, Dia berfirman, “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu…,” (QS Al-Maidah: 3).
30
Keempat, jalan untuk kebaikan. Rahmat dalam Islam juga bisa berupa ajarannya yang berisi jalan / cara mencapai kehidupan yang lebih baik, dunia dan akhirat. Hanya kebanyakan manusia memandang jalan Islam tersebut memiliki beban yang berat, seperti kewajiban sholat dan zakat, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, kewajiban memakai jilbab bagi wanita dewasa, dan sebagainya. Padahal Allah SWT telah berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” (QS al-Baqarah: 286). Pada dasarnya, kewajiban tersebut hanyalah untuk kebaikan manusia itu sendiri. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri,” (QS alIsra’: 7).
Islam Itu Agama Yang Mudah Islam mempunyai karakter sebagai agama yang penuh kemudahan seperti telah ditegaskan langsung oleh Allah Swt. dalam firmanNya: “…dan Dia tidak menjadikan kesukaran dalam agama atas diri kalian.” Sementara dalam sebuah haditsnya, Nabi Saw. pun bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt. tidak mengutusku untuk mempersulit atau memperberat, melainkan sebagai seorang pengajar yang memudahkan.” (HR. Muslim, dari ‘Aisyah ra.) Visi Islam sebagai agama yang mudah di atas termanifestasi secara total dalam setiap syari’atnya. Sampai-sampai, Imam Ibn Qayyim menyatakan, “Hakikat ajaran Islam semuanya mengandung rahmah dan hikmah. Kalau ada yang keluar dari makna rahmah menjadi kekerasan, atau keluar dari makna hikmah menjadi kesia-siaan, berarti itu bukan termasuk ajaran Islam. Kalaupun dimasukkan oleh sebagian orang, maka itu adalah kesalahkaprahan.”
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ajaran Islam itu adalah rahmat dalam artian yang luas, bukan rahmat yang dipahami oleh sebagian orang menurut seleranya sendiri. Rahmat dalam Islam adalah rahmat yang sesuai dengan kehendak Allah dan ajaran-Nya, baik berupa perintah atau larangan. Memerangi kemaksiatan itu adalah rahmat, sekalipun sebagian orang tidak setuju dengan tindakan tersebut. Jihad melawan orang kafir yang zalim adalah rahmat, meskipun sekelompok manusia tidak suka jihad dan menganggapnya sebagai tindakan kekerasan atau terorisme. Allah berfirman, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216).
Ada beberapa prinsip yang secara kuat mencerminkan betapa Islam merupakan agama yang mudah, diantaranya : Pertama, menjalankan syari’at Islam boleh secara gradual (bertahap). Dalam hal ini, seorang muslim tidak serta-merta diharuskan menjalankan kewajiban agama dan amalan-amalan sunnah secara serentak. Ada tahapan yang mesti dilalui: mulanya kita hanya diperintahkan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok agama. Setelah yang pokok-pokok berhasil dilakukan dengan baik dan rapi, kalau punya kekuatan dan kesempatan, maka dianjurkan untuk menambah dengan amalan-amalan sunnah.
Hendaknya kita jujur dalam mengungkapkan sebuah istilah. Jangan sampai kita menggunakan ungkapan seperti sejuk, damai, toleransi, rahmat, dan sebagainya, kemudian dikaitkan dengan kata ‘Islam’. Sementara ada tujuan lain yang justru bertentangan dengan Islam itu sendiri. Wallahu a’lam bish shawab.
Disadur dari tulisan DR. Muslih Abdul Karim, www.aldakwah.org 31
Izin untuk mengamalkan syari’at Islam secara bertahap ini telah dicontohkan oleh RasululLah Saw. sendiri. Suatu hari, seorang Arab Badui yang belum lama masuk Islam datang kepada RasululLah Saw. Ia dengan terus-terang meminta izin untuk sementara menjalankan kewajiban-kewajiban Islam yang pokok saja, tidak lebih dan tidak kurang.
Beberapa Sahabat Nabi menunjukkan kekurang-senangannya karena menilai si Badui enggan mengamalkan yang sunnah. Tapi dengan tersenyum, Nabi Saw. mengiyakan permintaan orang Badui tersebut. Bahkan beliau bersabda: “Dia akan masuk surga kalau memang benar apa yang dikatakannya.”
Ketiga, Islam tidak mendukung praktek beragama yang menyulitkan. Disebutkan dalam sebuah riwayat, ketika sedang menjalankan ibadah haji, RasululLâh Saw. memperhatikan ada Sahabat beliau yang terlihat sangat capek, lemah dan menderita. Maka beliau pun bertanya apa sebabnya. Ternyata, menurut cerita para sahabat yang lain, orang tersebut bernadzar akan naik haji dengan berjalan kaki dari Madinah ke Mekkah. Maka RasululLâh Saw. langsung memberitahukan, “Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan tindakan penyiksaan diri sendiri, seperti yang dilakukan oleh orang itu.” (HR. Bukhâri dan Muslim, dari Anas ra.)
Kedua, adanya anjuran untuk memanfaatkan aspek rukhshah (keringanan dalam praktek beragama). Aspek Rukhshah ini terdapat dalam semua praktek ibadah, khususnya bagi mereka yang lemah kondisi tubuhnya atau berada dalam situasi yang tidak leluasa. Bagi yang tidak kuat shalat berdiri, dianjurkan untuk shalat sambil duduk. Dan bagi yang tidak kuat sambil duduk, dianjurkan untuk shalat rebahan. Begitu pula, bagi yang tidak kuat berpuasa karena berada dalam perjalanan, maka diajurkan untuk berbuka dan mengganti puasanya di hari-hari yang lain.
Demikianlah, Islam sebagai agama yang rahmatan lil’ ‘alamin secara kuat mencerminkan aspek hikmah dan kemudahan dalam ajaran-ajarannya. Dan kita sebagai kaum muslimin, telah dipilih oleh Allah Swt. untuk menikmati kemudahan-kemudahan tersebut. Diceritakan oleh ‘Aisyah ra. bahwa RasululLâh Saw. sendiri dalam kesehariaannya, ketika harus menentukan antara dua hal, beliau selalu memilih salah satunya yang lebih mudah, selama tidak termasuk dalam dosa. (HR. Bukhâri dan Muslim)
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya Allah suka kalau keringanan-keringananNya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci kalau kemaksiatan terhadap perintah-perintahNya dilakukan.” (HR. Ahmad, dari Ibn ‘Umar ra.) Dalam sebuah perjalanan jauh, RasululLah Saw. pernah melihat seorang Sahabatnya tampak lesu, lemah, dan terlihat berat. Beliau langsung bertanya apa sebabnya. Para Sahabat yang lain menjawab bahwa orang itu sedang berpuasa. Maka RasululLah Saw. langsung menegaskan: “Bukanlah termasuk kebajikan untuk berpuasa di dalam perjalanan (yang jauh).” (HR. Ibn Hibbân, dari Jâbir bin ‘AbdilLâh ra.)
Akan tetapi, kemudahan dalam Islam bukan berarti media untuk meremehkan dan melalaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan. Rukhshah tidak untuk dijadikan apologi, keringanan-keringanan dari Allah bagi kita jangan sampai membuat kita justru menjadi jauh dariNya. Karakter Islam sebagai agama yang mudah merupakan manifestasi nyata bahwa ajaran Islam bukanlah sekumpulan larangan yang intimidatif, melainkan ajaran yang menyebarkan kasih-sayang. Sehingga dengan demikian, ketika kita menjalankan ajaran-ajaran Islam, motivasinya sebaiknya bukan karena kita takut kepada Allah Swt., tapi lebih karena kita rindu dan ingin lebih dekat denganNya. Bukan karena kita ngeri akan nerakaNya, namun lebih karena kita ingin bersimpuh di haribaanNya –di dalam surga yang abadi.
32
33
34
Makna Amalan Sufi (Basmallah) Makna Basmallah Telah menjadi semacam keharusan pada setiap penulisan materi keagamaan untuk mengemukakan pembahasan kalimat Bismillâhirrahmânirrahîm (Basmallah) pada Mengisi perut denganDimakanan yangBasmallah halal, yang kelak akan sebagai membentuk setiap Muqaddimah. sini makna akan dibahas salahkebersihan satu bagian seluruh jasad, mempercepat diterimanya doa dan permohonan kepada Allah SWT. pembahasan ilmu tasawuf. Doa seperti dijelaskan, merupakan pembuka pintu langit, sedang kunci-kuncinya adalah makanan yangsampai halal. Syarat adalahkata permohonan hati yang Akan tetapi sebelum kepadalainnya pembahasan demi katadengan dari makna ikhlas dan jiwa yang khusu'. Basmallah, karena kitab ini menguraikan sekitar ilmu tasawuf, maka terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian tasawuf secara singkat. Allah berfirman: "Mohonlah kepada Allah dengan penuh keikhlasan....." Ilmu Tasawuf adalah ilmu yang membahas secara karakteristik sifat dan sikap Allah SWT berfirman kepada Nabi MusaDi AS: "Wahai Musa,maksud jika engkau manusia baikpernah yang terpuji maupun yang tercela. sini terkandung agar berkeinginan agarm7sembersihkan doamu terkabul,hati maka makanan yangutama masukpengamalan ke dalam manusia mampu danhindarilah jiwanya sebagai tujuan perutmu dari makanan haram dan jagalah tubuhmu ilmu tasawuf dan pintu yang gerbang memasuki alamanggota shufiyah. Dengandari caraperbuatan ini akan dosa." mudah bagi manusia menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat yang mulia ber-taqarrub dan ber-musyahadah dengan Allah SWT. Lafal ar-Rahmân( )adalah rahmat Allah yang sangat banyak bagi semua makhluk. Sesuai dengan rahmat Allah itu, maka hendaklah manusia menaruh rasa Hukum mempelajari ilmu tasawuf, melihat peranannya bagi jiwa manusia, adalah belas kasih kepada sesama makhluk. wajib 'ain bagi setiap mukallaf. Sebab apabila mempelajari semua hal yang akan memperbaiki dan memperbagus lahiriyah menjadi wajib, maka demikian juga halnya Ka'bul Akhbar mengatakan bahwa di dalam Kitab Injil tertera kalimat yang berbunyi: mempelajari semua ilmu yang akan memperbaiki dan memperbagus batiniyah "Wahai anak Adam, karena Allah telah mengasihimu, maka kasihi pula sesamamu. manusia. Bagaimana kalian akan mengharapkan rahmat Allah, apabila kalian tidak menaruh rasa kasih kepada sesama hamba Allah?" Karena fungsi ilmu tasawuf adalah untuk mensucikan batin agar dalam bermusyahadah kepada Allah semakin kuat, maka kedudukan ilmu tasawuf diantara ajaranar-Rahîm Islam merupakan dari semua ilmu. Hubungan tasawuf dengan aspek Lafal ( )induk adalah rahmat yang banyak dan khusus serta terinci dari batin manusia, adalah seperti hubungan denganBahkan aspek lahiriyah manusia. Para Allah kepada hamba-hamba-Nya jika ia Fiqh memohon. Allah akan murka kepada ulama penegak pilar-pilar yang menjadi sandaran ilmu tasawuf telah menciptakan hamba yang tidak berdoa kepada-Nya. istilah-istilah untuk memudahkan jalan bagi mereka yang ingin menapak ilmu tasawufsuatu yangriwayat sesuai dengan kedudukannya pembersih dan pensuci hati dan Dalam Nabi Muhammad SAWsebagai bersabda: jiwa. "Allah SWT sangat murka kepada orang yang enggan berdoa." (HR. Bukhari).
( ) ditiadakan pada lafal ismu (
termasuk huruf syafawi yang memiliki sifat Infitah (
)
), sebab huruf Ba
(kemegahan Allah). (keluhuran Allah).
Lafal
bermakna
(kemuliaan Allah).
Lafal bermakna (ampunan Allah bagi orang-orang berdosa). ( ) artinya: "Bukankah Aku Tuhan kalian," kemudian dijawab Lafal bermakna (orang-orang yang suci). dengan kalimat BALÂ ( ) artinya: "Benar Engkau Tuhan kami." Kalimat tersebut dimulai dengan huruf Ba. (orang-orang yang menepati janji). Lafal bermakna Lafal bermakna (orang-orang yang hati). Bismillâhirrahmânirrahîm huruf pertamanya adalah Bakeras ( ), terbaca kasrah ( ), karena di dalam ucapan itu terdapat sesuatu yamg rendah dan sulit, yang Dikatakan bermakna juga oleh para sufi bahwa Allah SWT menyimpan semua ilmu pada huruf Ba ( ) dalam ungkapan yang berbunyi BÎ KÂNA WA MÂ KÂNA ( ) BÎ YAKÛNU WA MÂ YAKÛNU ( ) artinya: "Aku menemukan bahwa kemuliaan yang sesungguhnya hanyalah pada Allah SWT." dengan izin-Ku (Allah) jua segala sesuatu yang telah ada itu dapat "Hanya Sebagaimana terwujud, dan bunyi hanyaungkapan: dengan izin Allah sajalah semua yang akan ada dapat terwujud." "Saya bersama dengan orang-orang yang bersedih hati." Nabi SAW bersabda Sehingga dengan demikian lebih"Barangsiapa jelaslah, bahwa dan seluruh seperti bunyi ungkapan di atas: yangwujud suka alam merendahkan dirinya isinya hanyalah karena izin Allah dan hakikat segala perwujudan ini adalah karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya." atas nama Allah belaka. Syarat-syarat diterimanya doa seorang hamba diantaranya adalah makanan Huruf alif dalam kalimat Basmallah dihilangkan yang halal, perut dan anggota tubuh lainnya harus bebas dari makanan dan karena huruf alif ( ) dianggap mengandung makna kesombongan. minuman yang haram. Pendapat yang masyur tentang lafal Allâh (
), karena lafal Allâh (
),
termasuk Ismul zham,( ) yakni nama-nama Allah yang Agung. Dengan isim ini manusia menjadikannya sebagai perantara ketika berdoa agar doanya dikabulkan Allah.
) bukan huruf lain, lalu huruf alif
) diganti oleh huruf Ba (
bermakna bermakna
Ulama tasawuf lainnya memberi makna: = terbuka. Diucapkan dengan bibir terbuka tidak sama dengan huruf-huruf lainnya. Lafal bermakna (tangisan orang yang bertobat). Kaitannya ialah, karena huruf ba ( ) pertama-tama keluar dari mulut manusia di awal penciptaannya, seperti firman Allah ALASTU Lafal bermakna (lupanya orang-orang yang lalai). BIRABBIKUM
Dikatakan juga oleh seorang Sufi: Kami tidak melihat sesuatu kecuali kami melihat Allah berada padanya (di sisinya)." Hikmah mengawali Basmallah dengan huruf Ba (
Lafal Lafal
35
Dijelaskan bahwa setiap doa dan permohonan harus dengan adab dan sejumlah syarat. Tanpa dipenuhinya syarat-syarat dan adab ini maka doa sulit dikabulkan. Rasulullah SAW bersabda : "Pada suatu malam ketika aku dimi'rajkan ke langit, maka diperlihatkan kepadaku keadaan-keadaan surga. Ada surga yang terdapat empat sungai di dalamnya. Satu sungai mengalirkan air tawar, ada sungai yang mengalirkan air susu, ada yang mengalirkan arak, dan satu lagi mengalirkan madu. Aku bertanya kepada malaikat fibril, dimana sumber air itu dan ke arah mana mengalirnya. Jibril menjawab, "Sungai-sungai itu mengalir ke sebuah telaga yang bernama al-Kautsar. Akan tetapi saya tidak mengetahui di mana letak sumbernya. Mohonlah kepada Allah agar engkau diberitahu sumber keempat sungai itu." Aku pun memohon kepada Allah, sehingga datang sesosok malaikat. Sambil mengucapkan salam malaikat itu berkata:
Sungai yang mengalirkan air tawar berasal dari huruf MIM ( BISMI
) dari lafal
( ). Sumber air susu, berasal dari HA ( ) dari lafal Allah. Sumber arak, berasal dari huruf MIM ( ) dari lafal Rahman. Sedangkan sumber madu berasal dari huruf MIM ( ), lafal Rahim dengan demikian tahulah aku bahwa sumber empat sungai itu berasal dari lafal BASMALLAH." Allah SWT berfirman dalam salah satu Hadits Qudsi: "Barangsiapa mengingat Aku dengan menyebut nama-nama-Ku (termasuk Asmaul Husna), dengan hati yang ikhlas, tidak diperlihatkan kepada orang lain, dimulai dengan mengucapkan Bismillâhirrahmânirrahîm, maka ia kan menikmati minuman dari air sungai-sungai itu." Diterangkan pula dalam hadits lain: "Allah SWT tidak menolak doa yang diawali dengan Bismillâhirrahmânirrahîm."
"Wahai Muhammad pejamkan kedua matamu". Setelah itu malaikat tersebut menyuruhku membuka mata kembali. Di saat aku membuka mataku, aku telah berada di samping sebuah pohon, dan di situ aku melihat sebuah Kubah yang terbuat dari mutiara burung-burung yang sedang bertengger di atas bukit-bukit. Adapun sumber air sungai yang empat itu berada di bawah Kubah. Ketika aku akan kembali pulang, malaikat itu memanggil seraya berkata: "Mengapa engkau tidak masuk ke dalam Kubah itu?" Aku menjawab, "bagaimana aku bisa masuk sedangkan pintunya masih terkunci. Malaikatitu berkata: "Kuncinya adalah membaca Bismilâhirrahmânirrahîm." Akupun mendekati pintu itu seraya mengucapkan Bismillâhirrahmânirrahîm. Maka terbukalah pintu itu sehingga aku masuk ke dalamnya. Maka tahulah aku sumber empat sungai tersebut yang airnya mengalir berasal dari empat sudut Kubah itu."
36
Tasawuf di Abad Modern Kaum sufi yang merupakan kaum elit dan kaum terdepan. Merupakan roda penggerak utama islam pada masanya.Sepanjang abad ke-18, ke-19 dan awal abad ke-20, gerakan-gerakan sufi besar di Afrika dan Asia sering dihubungkan dengan gerakan-gerakan Islam umumnya. Kaum sufi adalah kaum elit masyarakatnya, dan sering memimpin gerakan pembaruan, atau perlawanan terhadap penindasan dan dominasi asing atau kolonial. Maka, misalnya, mereka terlibat jauh dalam gerakan politik seperti kebangkitan di Maroko dan Aljazair melawan Prancis, dan pembangunan kembali masyarakat dan pemerintahan Islam di Libya, yang sebagian besar dilakukan oleh para anggota tarekat Sanusi. Di Nigeria utara, Syekh 'Utsman dan Fobio (m. 1817), seorang anggota Tarekat Qadiriyah, memimpin jihad melawan para penguasa Habe yang telah gagal memerintah menurut syariat Islam, yang telah mengadakan pembebanan pajak yang dibuat-buat, korupsi umum, penindasan, dari menjatuhkan moralitas Islam pada tingkat rakyat maupun istana. Lebih jauh ke timur, Syekh Muhammad Ahmad al-Mahdi (m. 1885), anggota tarekat Tsemaniyah, berhasil menentang pemerintahan kolonial Inggris di Sudan. Fenomena serupa terjadi pula di Timur. Misalnya, kaum sufi Naqsabandiyyah dan Syah Waliyullah menentang kekuasaan kolonial Inggris di India.
Demikianlah kaum sufi beraksi di banyak negara di masa penjajahan, menentang usaha kolonial untuk menjungkirkan pemerintahan Islam, dan berusaha menghidupkan kembali serta mempertahankan Islam yang asli. Mereka sering membentuk atau berada di jantung kelompok-kelompok sosial yang kuat, dan mempunyai banyak pengikut di banyak bagian dunia. Yang membuat gerakangerakan ini tetap berhubungan dan kuat ialah kenyataan bahwa selama abad ke-19 rakyat tidak aktif, dan kendali atas pemilikan tanah, bersama dengan pengaruh tradisi kultural yang telah lama mapan, memainkan peranan penting dalam stabilitas masyarakat. Namun, di abad ke-20 situasi ini mulai berubah secara cepat dan radikal Penjajahan Barat atas kebanyakan negeri Muslim hampir sempurna menjelang akhir Perang Dunia Pertama. Setelah itu, kedatangan para penguasa sekuler dan sering "klien", yang ditunjuk atau disetujui oleh Barat, menentukan suasana. Kepentingan serta pengaruh agama dan kaum sufi menjadi nomor dua, karena erosi yang cepat dalam nilai-nilai dan gaya hidup masa lalu dan tradisional, dan menjadi bertambah sulit dan berbahaya untuk mengikuti jalan Islam yang asli secara utuh di negeri-negeri Muslim. Berlawanan dengan apa yang terjadi di Timur, banyak organisasi dan masyarakat spiritual muncul di Barat, sering dimulai oleh para pencari pengetahuan Barat. Kenyataan bahwa banyak orang dari masyarakat Barat mengikuti gerakan-gerakan agama semu (psendo-religions), seperti gerakan Bahai dan Subud, maupun berbagai cabang Budhisme, Hinduisme, dan agama-agama baru minor lainnya, atau versi-versi agama lama yang dihidupkan kembali, menunjukkan kehausan dan minat akan pengetahuan spiritual di Barat, dimana berbagai versi agama Kristen yang lebih berdasarkan pikiran atau emosi ketimbang berdasarkan "hati", telah gagal memberikan santapan rohani yang sesungguhnya selama beberapa abad. Lebih berpengaruh dari berbagai gerakan ini adalah gerakan kaum Teosofi dan Mason. Menjelang awal abad ke-20 kita dapati perhatian yang amat besar pada spiritualisme di Eropa maupun Amerika Utara. Karya para orientalis yang berusaha menggali dimensi spiritual agama-agama Timur --sekalipun dalam kerangka konseptual mereka yang khas, termasuk Islam, turut memperbesar minat terhadap spiritualisme dan pencarian pengalaman mistik di Barat, melalui tulisan dan terjemahan mereka atas karya-karya asli tentang tradisi-tradisi, kesenian, kultur, falsafah dan agama-agama Timur. Tasawuf mulai tiba di Barat bersama dengan gerakan spiritual semu atau gerakan spiritual sesungguhnya.
Kedatangan banyak guru India dan ahli kebatinan Budha bertepatan dengan lahirnya perhatian terhadap tasawuf. Di pertengahan abad ke-20, cukup banyak masyarakat dan gerakan sufi muncul di Eropa dan Amerika Utara, sebagian didirikan oleh orang sufi yang sesungguhnya dan sebagian oleh sufi semu. Dengan berjalannya waktu, lebih banyak informasi tentang tasawuf dan Islam yang lengkap dapat diperoleh di Barat. Krisis minyak di Barat dan ledakan minyak di sejumlah negara Timur Tengah juga membantu meningkatkan kontak dengan Timur Tengah dan bahasa Arab serta informasi tentang Islam. Kemudian datang Revolusi Islam Iran di tahun 1979 yang menyebabkan bangkitnya perhatian dunia kepada tradisi Islam. Tidaklah lepas dari konteks apabila dikatakan di sini bahwa kediaman Imam Khomeini sebelumnya, dan tempat di mana ia menyambut tamu-tamu rakyatnya di utara Teheran, adalah masjid dan tempat suci sufi. Sebenarnya Imam Khomeini berkonsentrasi pada ilmu tasawuf dan 'irfaan (gnosil), pada tahun-tahun awal di sekolah agama di Qum. dan tulisan-tulisannya yang awal terutama mengenai makna batin dari berjaga malam (qiyamul-lail), shalat malam dan kebangunan-diri. Perlu diperhatikan bahwa kita jangan merancukan kualitas spiritual dari seorang individu dengan kejadian lahiriah. Imam 'Ali, guru semua sufi, hanya mengurusi peperangan selama bertahun-tahun sebagai pemimpin umat Islam. Kejadian-kejadian lahiriah kadang membingungkan penonton dan menyembunyikan cahaya orang-orang semacam itu. Tentang keadaan tasawuf di Barat di masa lalu yang lebih belakangan ini, kami mengamati dan menyimpulkan bahwa banyak kelompok yang menerima tasawuf untuk mengambil manfaat dari beberapa disiplin, doktrin, praktik atau pengalamannya, telah mulai terpecah belah. Kelompok-kelompok gerakan zaman baru ini yang mengikuti sejumlah gagasan yang diambil dari tasawuf sedang terpecah-pecah karena jalan hidup mereka tidak selaras dengan garis umum Islam yang asli, dan oleh karena itu mereka tidak mendapat perlindungan lahiriah yang diperlukan untuk melindungi dan menjamin keselamatan gerakan batinnya. Maka selama beberapa dasawarsa terakhir abad ini, kita lihat bahwa kebanyakan gerakan sufi di Barat telah menguat karena berpegang pada amal-amal lahiriah Islam, 37 atau melemah dan merosot karena tidak berlaku demikian.
Ma’had Abu Bakar Ash-Shiddiq Jl. Jojoran 1 Blok K no. 18-20, Surabaya (031) 5921921 Kontak Person : Zubair (0856 45678 232) 1.Tafsir As-Sa’di Pemateri : Ust Abu Ahmad Hari & Waktu Kajian/Dauroh : Setiap Senin, Selasa, Sabtu, Ahad, / ba’da shubuh Peserta Kajian/Dauroh : Ikhwan/Akhwat 2. Jawami’ul Akhbar Pemateri : Ust Agus Su’aidi Hari & Waktu Kajian/Dauroh : Setiap Senin ba’da ashar (16.30) Peserta : Ikhwan/Akhwat 3. Diroril Baghiyyah Pemateri : Ust Muhammad Irfan Hari & Waktu Kajian : Setiap Rabu ba’da ashar (16.30) Peserta Kajian/Dauroh : Ikhwan/Akhwat 4. Al-adabul Mufrod Pemateri : Ust Afifuddin As-Sidawy Hari & Waktu Kajian/Dauroh : Setiap Jum’at ba’da ashar (16.30) Peserta Kajian : Ikhwan/Akhwat 5. Nahwu Wadhih & Durusul Lughoh Pemateri : Abu Salman Hari & Waktu Kajian/Dauroh : Rabu, Jum’at / ba’da shubuh Peserta Kajian/Dauroh : Ikhwan 7. Washoya al-aba lil abna’ Pemateri / Ustadznya : Ust Abu Ahmad Hari & Waktu Kajian : Setiap kamis ba’da maghrib Peserta Kajian : Ikhwan Tempat : Masjid Darul Arqom Perumahan Babatan Indah Jl.Raya Wiyung — Surabaya Pengajar : Ustadz Hariyadi, Lc (alumni Universitas Islam Madinah) Waktu : Ba’da Maghrib s.d Isya’ Jadwal Kajian Umum Rutin: (pria & wanita) Senin : Tsalatsatil Ushul (Tiga Landasan Utama) karya Muhammad bin Abdul Wahhab Rabu : ‘Umdatul Ahkam karya Abdul Ghoni Al Maqdisi Jum’at : Adab-Adab Islami (Bab Adab Shohih Muslim) Sabtu : Tafsir Juz ‘Amma Minggu : Riyadush Sholihin karya Imam An Nawawi
Keajaiban Sholat Subuh 1. Sholat Subuh adalah faktor dilapangkannya rezeki 2. Sholat Subuh menjaga diri seorang muslim 3. Sholat Subuh sama dengan sholat malam semalam suntuk 4. Sholat Subuh adalah tolok ukur keimanan 5. Sholat Subuh adalah penyelamat dari neraka 6. Sholat Subuh adalah salah satu penyebab seseorang masuk surga 7. Sholat Subuh akan mendatangkan nikmat berupa bisa melihat wajah Allah yang mulia 8. Sholat Subuh adalah suatu syahadah (kesaksian, bukti), khususnya bagi yang konsisten memeliharanya 9. Sholat Subuh adalah kunci kemenangan 10. Sholat Subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya
38
Tanda-tanda kematian… Tanda-tanda kematian 1. 100 hari : Seluruh badan rasa bergegar. 2. 60 hari : Pusat rasa bergerak-gerak. 3. 40 hari : Daun dengan nama orang yang akan mati di arash akan jatuh dan malaikat maut pun datang kepada orang dengan nama tersebut lalu mendampinginya sehingga saat kematiannya. Kadang-kadang orang yang akan mati itu akan merasa atau nampak kehadiran malaikat maut tersebut dan akan sering kelihatan seperti sedang rungsing. 4. 7 hari : Mengidam makanan. 5. 5 hari : Anak lidah bergerak-gerak. 6. 3 hari : Bahagian tengah di dahi bergerak-gerak. 7. 2 hari : Seluruh dahi rasa bergerak-gerak. 8. 1 hari : Terasa bahagian ubun bergerak-gerak di antara waktu subuh dan ashar. 9. Saat akhir : Terasa sejuk dari bahagian pusat hingga ke tulang solbi (di bahagian belakang badan) Seelok-eloknya bila sudah merasa tanda yang akhir sekali, mengucap dalam keadaan qiam and jangan lagi bercakap-cakap. Bila Malaikat Mencabut Nyawa Baginda Rasullullah S.A.W bersabda : “Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”
sambung Rasullullah S.A.W. lagi: “Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibril A.S. akan menebarkan sayapnya yang disebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya. Ini adalah kerana sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibril A.S.” Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibril A.S. Akan menebarkan sayap disebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang di sekelilinginya. Ini adalah kerana terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya. Dari sebuah hadis bahwa apabila Allah S.W.T. menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata: “Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah S.W.T.” Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada Allah S.W.T. dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu. Lalu Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud: “Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain.” Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah S.W.T. maka malaikat maut pun cuba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anakanak yatim dan keluar penulisan ilmu. Maka berkata tangan : Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan.” Oleh kerana malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut cuba pula dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: “Tidak ada jalan bagimu dari 39 arah ini kerana kaki ini sentiasa berjalan berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu.”
Apabila gagal malaikat maut, mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut cuba pula dari arah telinga. Sebaik saja malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata:”Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir.”
Orang-orang Yang Didoakan Oleh Para Malaikat Inilah orang – orang yang didoakan oleh para malaikat : 1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”.
Akhir sekali malaikat maut cuba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata:”Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takutkan Allah.”Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah S.W.T.
(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37) 2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’”
Kemudian Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud : “Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu.” Sebaik saja mendapat perintah Allah S.W.T. maka malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah S.W.T. Sebaik saja melihat Asma Allah dan cintanya kepada Allah S.W.T maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan tenang. Abu Bakar R.A. telah ditanya tentang kemana roh pergi setelah ia keluar dari jasad. Maka berkata Abu Bakar R.A:”Roh itu menuju ketujuh tempat :
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469) 3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan”
1. Roh para Nabi dan utusan menuju ke Syurga Adnin. 2. Roh para ulama menuju ke Syurga Firdaus. 3. Roh mereka yang berbahagia menuju ke Syurga Illiyyina. 4. Roh para shuhada berterbangan seperti burung di syurga mengikut kehendak mereka. 5. Roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak di langit sampai hari kiamat. 6. Roh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik. 7. Roh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijjin, mereka diseksa berserta jasadnya hingga sampai hari Kiamat.”
(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130) 4. Orang – orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf). Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf”
Telah bersabda Rasullullah S.A.W: Tiga kelompok manusia yang akan dijabat tangannya oleh para malaikat pada hari mereka keluar dari kuburnya: 1. Orang-orang yang mati syahid. 2. Orang-orang yang mengerjakan solat malam dalam bulan ramadhan. 3. Orang berpuasa di hari Arafah.
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272) 40
5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”.
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’”
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782) 6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia”
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733) 9. Orang – orang yang berinfak. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini) 7. Orang – orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah. Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’”
(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010) 10. Orang yang sedang makan sahur. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang – orang yang sedang makan sahur” (Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
41
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh”
Mengundang Kehadiran Malaikat Ke Rumah Diantara para malaikat itu ada yang sengaja keliling untuk menebarkan rahmat dan kedamaian di tengah manusia sebagaiamna syetan berkeliling untuk menebarkan kejahatan di tengah mereka.
(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)
Lalu rumah mana saja yang akan dihadiri para malaikat itu?
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”
Diantaranya adalah : 1. Rumah yang diliputi dzikir kepada Allah yang di dalamnya ada ruku dan sujud 2. Rumah yang senantiasa bersih 3. Rumah yang penghuninya adalah orang-orang yang jujur dan menepati janji 4. Rumah yang dihuni oleh orang-orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim 5. Rumah yang dihuni oleh orang yang makanannya halal 6. Rumah yang dihuni oleh orang yang senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya. 7. Rumah yang senantiasa ada tilawah Al-Quran 8. Rumah yang dihuni oleh para penuntut ilmu 9. Rumah yang penghuninya ada isteri solehah 10. Rumah yang bersih dari barang-barang haram 11. Rumah yang dihuni oleh orang yang rendah hati, sabar, tawakal, qana’ah, dermawan pemaaf yang senantiasa bersih lahir batin dan para penghuninya makan tidak terlalu banyak
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
42
Di bawah ini akan dipaparkan beberapa dalil yang menunjukkan pada hal di atas.
Tentang rumah orang dermawan yang akan dimasuki malaikat disebutkan dalam sebuah hadits bahwa malaikat akan senantiasa mendoakan mereka : Rasulullah Saw bersabda, “Tiap-tiap pagi malaikat turun, yang satu mendo’akan, “Ya Allah beri gantilah untuk yang menderma, dan yang lain berdo’a, Ya Allah Musnahkan harta si bakhil.”
Mengenai orang-orang yang berada dalam majlis dzikir Rasulullah bersabda : “Jika kalian melewati kebun-kebun surga maka mampirlah di tempat itu! Para sahabat berkata, “Apa yang dimaksud dengan kebun-kebun surga itu wahai Rasulullah?” Nabi bersabda, “Kelompok manusia yang berdzikir. Karena sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang senantiasa keliling mencari kelompok manusia yang berdzikir dan jika mereka datang ke tempat mereka malaikat itu dan mengitarinya”, hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Umar sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawi dalam buku Al-Adzkar. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda
Rumah-rumah yang di dalamnya ada kejujuran, ada kasih sayang, amanah, ada syukur dan sabar ada taubat dan istighfar akan senantiasa terbuka untuk dimasuki para malaikat sedangkan rumah-rumah yang selain itu maka maka malaikat akan menjauhi rumah tadi.
“Tidaklah sekali-kali sebuah kaum duduk dengan berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan dikelilingi malaikat dan akan disirami rahmat dan akan turun kepada mereka ketenangan. Allah akan menyebutkan tentang mereka pada malaikat yang ada di sisi-Nya” (HR. Muslim)
Rumah-rumah yang akan dijauhi malaikat misalnya, rumah yang di dalamnya ada anjing, ada patung-patung dan gambar-gambar, dan ada bau busuk di rumah itu. Islam adalah agama yang cinta kebersihan sehingga mengingatkan bahayanya memiliki anjing, bahkan melarang memelihara anjing kecuali untuk kepentingan penjagaan keamanan atau pertanian. Tidak sedikit nash hadits yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang. Rasulullah bersabda: “ Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar (patung)" [HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah]
Ini semua menunjukkan bahwa dzikir kepada Allah di rumah kita akan menjadikan malaikat memasuki rumah kita dan akan berada dengan kita. Sebaliknya rumah yang dikosongkan dengan dari dzikir maka malaikat juga akan menjauhinya. Sementara itu orang yang membcan Al-Quran disebutkan dalam sabdanya : “Sesungguhnya rumah itu akan terasa luas bagi penghuninya, akan didatangi malaikat, dijauhi syetan dan akan membanjir pula kebaikan ke dalamnya, jika dibacakan Al-Quran di dalamnya. Sebaliknya, rumah itu akan terasa sempit bagi penghuninya, akan dijauhi malaikat dan akan didatangi syetan serta tidak akan banyak kebaikan di dalamnya, jika tidak dibacakan Al-Quran” (HR. Ad-Darimi).
Ibnu Hajar berkata : "Ungkapan malaikat tidak akan memasuki...." menunjukkan malaikat secara umum (malaikat rahmat, malaikat hafazah, dan malaikat lainnya)". Tetapi, pendapat lain mengatakan : "Kecuali malaikat hafazah, mereka tetap memasuki rumah setiap orang karena tugas mereka adalah mendampingi manusia sehingga tidak pernah berpisah sedetikpun dengan manusia. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Ibnu Wadhdhah, Imam Al-Khaththabi, dan yang lainnya.
Mengenai penuntut ilmu yang dinaungi sayap malaikat Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu karena suka dengan apa yang sedang dia tuntut” (HR. Tirmidzi).
43
Sementara itu, yang dimaksud dengan ungkapan rumah pada hadits di atas adalah tempat tinggal seseorang, baik berupa rumah, gubuk, tenda, dan sejenisnya. Sedangkan ungkapan anjing pada hadits tersebut mencakup semua jenis anjing. Imam Qurthubi berkata : "Telah terjadi ikhtilaf di antara para ulama tentang sebab-sebabnya malaikat rahmat tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat anjing. Sebagian ulama mengatakan karena anjing itu najis, yang lain mengatakan bahwa ada anjing yang diserupai oleh setan, sedangkan yang lainnya mengatakan karena di tubuh anjing menempel najis.” Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengadakan perjanjian dengan Jibril bahwa Jibril akan datang. Ketika waktu pertemuan itu tiba, ternyata Jibril tidak datang. Sambil melepaskan tongkat yang dipegangnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Allah tidak mungkin mengingkari janjinya, tetapi mengapa Jibril belum datang ?" Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menoleh, ternyata beliau melihat seekor anak anjing di bawah tempat tidur. "Kapan anjing ini masuk ?" tanya beliau. Aku (Aisyah) menyahut : "Entahlah". Setelah anjing itu dikeluarkan, masuklah malaikat Jibril. "Mengapa engkau terlambat ? tanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Jibril. Jibril menjawab: "Karena tadi di rumahmu ada anjing. Ketahuilah, kami tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung)" [HR. Muslim].
Malaikat juga tidak suka masuk rumah yang berbau tidak sedap. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah, dan makanan tidak sedap lainnya, maka jangan sekali-kali ia mendekati (memasuki) masjid kami, oleh karena sesungguhnya para malaikat terganggu dari apa-apa yang mengganggu manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim). Juga adanya penghuni rumah yang mengancam saudaranya (muslim) dengan senjata. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa mengarahkan (mengancam) saudaranya (muslim) dengan benda besi (pisau misalnya), maka orang itu dilaknat oleh malaikat, sekalipun orang itu adalah saudara kandungnya sendiri.” (HR Muslim). Kita semua berharap rumah kita akan senantiasa dikelilingi malaikat dan dijauhkan dari syetan laknat. Maka tidak ada cara lain bagi kita kecuali senantiasa meningkatkan bobot dan kapasitas keimanan, keislaman dan keihsanan kita, setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Peningkatan ini kita butuhkan karena hidup ini tidak pernah henti berputar. Waktu kita terus bergulir dan kita tidak bisa menghentikannya. Umur kita terus mengkerut dan kita tidak bisa lagi merentangnya. Hanya ada satu kata dalam kehidupan kita : beramal saleh dengan segera, tanpa ditunda!!
Malaikat rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orangorang yang berteman dengan anjing. Abu Haurairah Radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Rasulullah bersabda : “ Malaikat tidak akan menemani kelompok manusia yang di tengah-tengah mereka terdapat anjing". [HR Muslim] Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut : "Hadits di atas memberikan petunjuk bahwa membawa anjing dan lonceng pada perjalanan merupakan perbuatan yang dibenci dan malaikat tidak akan menemani perjalanan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan malaikat adalah malaikat rahmat (yang suka memintakan ampun) bukan malaikat hafazhah yang mencatat amal manusia. [Lihat Syarah Shahih Muslim 14/94]
44
Arti Dakwah Makna etimologis Dakwah dapat dilihat dari kata dakwah dalam Al-Quran yang memiliki banyak arti, antra lain : - Menyampaikan dan menjelaskan (lihat QS Fushilat:24, Yusuf : 108 dll) - Berdo’a dan berharap (lihat QS Al-A’raf : 55) - Mengajak dan mengundang (lihat QS Yusuf : 33) Para ulama dan pemikir muslim memberi makna dakwah secara terminologis dengan definisi yang variatif seperti : Ibnu Taimiyah : "Dakwah ke jalan Allah adalah dakwah untuk beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa nabi Muhammad SAW, yang mencakup keyakinan kepada rukun iman dan rukun Islam (Lihat Al Fatawa al-Kubro 15/158, cet 1, Mathobi’al-Riyadh) Al-Ustadz Al bahi-al-Khuli : "Dakwah Islam yaitu menghantarkan umat dari satu tempat/ kondisi ke tempat/ kondisi yang lain (Tadzkiroh ad-Du’at hal:35,th.1379H, Daarul Qalam). Rauf Syalabi : "Dakwah Islam adalah gerakan revitalisasi sistem Illahi yang diturunkan Allah kepada Nabi terakhir" (Ad-Dakwah al Islamiyah Fi 'Ahdiha alMakky, Manahijuha wa Ghoyatuha, hal : 32) Abu Bakar Dzikri : "Dakwah ialah bangkitnya para ulama Islam untuk mengajarkan Islam kepada umat Islam, agar mereka faham tentang agamanya dan tentang kehidupan, sesuai kemampuan setiap ulama (ad-Dakwah ila al-Islam, hal:8 Maktabah Darul Arubah Mesir). Penulis memahami definisi-definisi tersebut diatas secara utuh dan lengkap dengan menyimpulkan, bahwa "Dakwah Islam ialah menyampaikan Islam kepada umat manusia seluruhnya dan mengajak mereka untuk komitmen dengan Islam pada setiap kondisi dan dimana serta kapan saja, dengan metodologi dan sarana tertentu, untuk tujuan tertentu".
Cara Membersihkan Diri / Fiqih Thaharah Fiqh Thaharah Pada dasarnya, thaharah (bersuci) tidak terlepas dari air yang digunakan untuk bersuci dan kotoran (dalam hal ini najis) yang ingin dibersihkan. Oleh karena itu, artikel ini memaparkan secara sederhana mengenai hukum air, macam-macam najis, bagaimana cara membersihkan najis, dan bagaimana adab-adab buang hajat. Semoga bermanfaat. Hukum Air Empat macam air itu adalah: 1. Air Muthlaq, seperti air hujan, air sungai, air laut; hukumnya suci dan mensucikan 2. Air Musta’mal, yaitu air yang lepas dari anggota tubuh orng yang sedang berwudhu atau mandi, dan tidak mengenai benda najis; hukumnya suci seperti yang disepakati para ulama, dan tidak mensucikan menurut jumhurul ulama 3. Air yang bercampur benda suci, seperti sabun dan cuka, selama percampuran itu sedikit tidak mengubah nama air, maka hukumnya masih suci mensucikan, menurut Madzhab Hanafi, dan tidak mensucikan menurut Imam Syafi’i dan Malik. 4. Air yang terkena najis, jika mengubah rasa, warna, atau aromanya, maka hukumnya najis tidak boleh dipakai bersuci, menurut ijma’. Sedang jika tidak mengubah salah satu sifatnya, maka mensucikan, menurut Imam Malik, baik air itu banyak atau sedikit; tidak mensuciakn menurut Madzhab Hanafi; mensucikan menurut Madzhab Syafi’i jika telah mencapai dua kulah, yang diperkirakan sebanyak volume tempat yang berukuran 60 cm3. Su’r (sisa) yaitu air yang tersisa di tempat minum setelah diminum: 1. Sisa anak Adam (manusia) hukumnya suci, meskipun ia seorang kafir, junub, atau haidh. 2. Sisa kucing dan hewan yang halal dagingnya, hukumnya suci. 3. Sisa keledai dan binatang buas, juga burung, hukumnya suci menurut madzhab 45 Hanafi. 4. Sedangkan sisa anjing dan babi, hukumnya najis menurut seluruh ulama
Najis dan Cara Membersihkannya
C. Adab Buang Hajat
A. Najis Najis adalah kotoran yang wajib dibersihkan oleh setiap muslim, dengan mencuci benda yang terkena.
Jika seorang muslim hendak buang hajat, maka harus memperhatikan hal-hal berikut ini: 1. Tidak membawa apapun yang ada nama Allah, kecuali jika takut hilang.
Macam najis:
2. Membaca basmalah, isti’adzah ketika masuk, dan tidak berbicara ketika ada
1. Air kencing, tinja manusia, dan hewan yang tidak halal dagingnya, telah disepakati para ulama. Sedangkan kotoran hewan yang halal dimakan dagingnya, hukumnya najis menurut madzhab Hanafi dan Syafi’i; dan suci menurut madzhab Maliki dan Hanbali. 2. Madzyi, yaitu air putih lengket yang keluar ketika seseorang sedang berpikir tentang seks dan sejenisnya. 3. Wadi, yaitu air putih yang keluar setelah buang air kecil. 4. Darah yang mengalir. Sedangkan yang sedikit di-ma’fu. Menurut madzhab Syafi’i darah nyamuk, kutu, dan sejenisnya dima’fu jika secara umum dianggap sedikit. 5 . Anjing dan babi 6. Muntahan. 7. Bangkai, kecuali mayat manusia, ikan dan belalang, dan hewan yang tidak berdarah mengalir.
di dalamnya. 3. Tidak menghadap kiblat atau membelakanginya. Hal ini harus menjadi perhatian setiap muslim jika membangun kamar mandi. 4. Jika sedang berada di perjalanan, tidak boleh melakukannya di jalan, atau di bawah teduhan. Harus menjauhi liang hewan. 5. Tidak kencing berdiri, kecuali jika aman dari percikan (seperti kencing di tempat kencing yang tinggi; urinoir) 6. Wajib membersihkan najis yang ada di organ pembuangan dengan air atau dengan benda keras lainnya, tidak dengan tangan kanan. Membersihkan tangan dengan air dan sabun jika ada. 7. Mendahulukan kaki kiri ketika masuk dengan membaca:
B. Menghilangkan najis
“ الله ّم إني أعوذ بك من الخبث والخبائث وأعوذ بك ربي أن يحضرون, dan keluar dengan
Jika ada najis yang mengenai badan, pakaian manusia, atau lainnya, maka wajib dibersihkan. Jika tidak terlihat, maka wajib dibersihkan tempatnya sehingga dugaan kuat najis telah dibersihkan. Sedangkan pembersihan bejana yang pernah dijilat anjing, wajib dibasuh dengan tujuh kali dan salah satunya dengan debu. Sedangkan sentuhan anjing dengan fisik manusia, tidak membutuhkan pembersihan melebihi cara pembersihan yang biasa . Sedang najis sedikit yang tidak memungkinkan dihindari, hukumnya dimaafkan. Demikianlah hukum sedikit darah dan muntahan. Diringankan pula hukum air kencing bayi yang belum makan makanan, hanya cukup dengan diperciki air.
kaki kanan sambil membaca: غفرانك
46
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami Al Hadits terkait dengan sanadnya ialah :
Definisi Hadits Hadits (bahasa arab: )الحديثsecara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam perkataan dimaksud adalah perkataan dari Nabi Muhammad SAW. Namun sering kali kata ini mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah sehingga berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum dibawah Al Qur'an.
- Keutuhan sanadnya - Jumlahnya - Perawi akhirnya Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam.Hal ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi.
STRUKTUR HADITS Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi).
Matan Matan ialah redaksi dari hadits. Dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan ialah:
Contoh:Musaddad mengabari bahwa Yahyaa sebagaimana diberitakan oleh Syu'bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri" (Hadits riwayat Bukhari)
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri" Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadist ialah:
Sanad Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad, memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Jika diambil dari contoh sebelumnya maka sanad hadits bersangkutan adalah Al-Bukhari > Musaddad > Yahyaa > Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thaqabah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thaqabah sanad akan menentukan derajat hadits tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits.
Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan, Matan hadist itu sendiri dalam hubungannya dengan hadist lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang). KLASIFIKASI HADITS Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya ujung sanad, keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (periwayat) serta tingkat keaslian hadits (dapat diterima atau tidaknya hadits bersangkutan)
47
Berdasarkan ujung sanad Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi 3 golongan yakni marfu' (terangkat), mauquf (terhenti) dan maqtu' : Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad SAW (contoh:hadits sebelumnya) Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu'. Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris) menyampaikan bahwa Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan: "Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah". Namun jika ekspresi yang digunakan sahabat seperti "Kami diperintahkan..", "Kami dilarang untuk...", "Kami terbiasa... jika sedang bersama rasulullah" maka derajat hadits tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara dengan marfu'. Hadits Maqtu'adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi'in (penerus). Contoh hadits ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini (hadits) adalah agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu". Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor lain seperti keadaan rantai sanad maupun penuturnya. Namun klasifikasi ini tetap sangat penting mengingat klasifikasi ini membedakan ucapan dan tindakan Rasulullah SAW dari ucapan para sahabat maupun tabi'in dimana hal ini sangat membantu dalam area perdebatan dalam fikih ( Suhaib Hasan, Science of Hadits). Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad Berdasarkan klasifikasi ini hadits terbagi menjadi beberapa golongan yakni Musnad, Munqati', Mu'allaq, Mu'dal dan Mursal. Keutuhan rantai sanad maksudnya ialah setiap penutur pada tiap tingkatan dimungkinkan secara waktu dan kondisi untuk mendengar dari penutur diatasnya.
Ilustrasi sanad : Pencatat Hadits > penutur 4> penutur 3 > penutur 2 (tabi'in) > penutur 1(Para sahabat) > Rasulullah SAW - Hadits Musnad, sebuah hadits tergolong musnad apabila urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu. Yakni urutan penutur memungkinkan terjadinya transfer hadits berdasarkan waktu dan kondisi. - Hadits Mursal. Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (penutur2) mengatakan "Rasulullah berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya). - Hadits Munqati' . Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3 - Hadits Mu'dal bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut. - Hadits Mu'allaq bila sanad terputus pada penutur 4 hingga penutur 1 (Contoh: "Seorang pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah mengatakan...." tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah). Berdasarkan jumlah penutur Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari sanad, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadits tersebut. Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi atas hadits Mutawatir dan hadits Ahad. - Hadits mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah) berimbang. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadits mutawatir (sebagian menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad). Hadits mutawatir sendiri dapat dibedakan antara dua jenis yakni mutawatir lafzhy (redaksional sama pada tiap riwayat) dan ma'nawy (pada redaksional terdapat perbedaan namun makna sama pada tiap riwayat) 48
- Hadits ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain : Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak penutur) Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan) Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir.
Jenis-jenis lain Adapun beberapa jenis hadits lainnya yang tidak disebutkan dari klasifikasi di atas antara lain: - Hadits Matruk, yang berarti hadits yang ditinggalkan yaitu Hadits yang hanya dirwayatkan oleh seorang perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta. - Hadits Mungkar, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya/jujur. - Hadits Mu'allal, artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa juga disebut Hadits Ma'lul (yang dicacati) dan disebut Hadits Mu'tal (Hadits sakit atau cacat) - Hadits Mudlthorib, artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidaksama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan - Hadits Maqlub, yakni hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan ileh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi) - Hadits gholia, yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah - Hadits Mudraj, yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh perawinya - Hadits Syadz, Hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi orang yang terpercaya yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi yang lain. - Hadits Mudallas, disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya. Yaitu Hadits yang diriwayatkan oleh melalui sanad yang memberikan kesan seolaholah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad atau pada gurunya. Jadi Hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya
Berdasarkan tingkat keaslian hadits Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni shahih, hasan, da'if dan maudu' Hadits Shahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut: - Sanadnya bersambung; Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya. - Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan hadits . Hadits Hasan, bila hadits yg tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat. Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal)dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat. Hadits Maudu' , bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta.
49
50
Beberapa istilah dalam ilmu hadits
Periwayat Hadits yang diterima oleh AhlusSunnah walJamaah
Berdasarkan siapa yang meriwayatkan, terdapat beberapa istilah yang dijumpai pada ilmu hadits antara lain:
Aturan-aturan Hadits dari Sunni mendapatkan bentuk terakhirnya kurang lebih 3 abad setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Ilmuwan hadits yang kemudian memperdebatkan keotentikan beberapa hadits tetapi otoritas dari buku-buku tersebut meningkat dengan pesat. Aturan-aturan ini, ada yang menyatakan dengan Koleksi Enam Hadits Utama ada pula dengan Koleksi Tujuh Hadits Utama, termasuk:
Muttafaq Alaih (disepakati atasnya) yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, dikenal dengan Hadits Bukhari dan Muslim As Sab'ah berarti tujuh perawi yaitu: Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasa'i dan Imam Ibnu Majah
- Shahih Bukhari, disusun oleh Bukhari (194-256 H) - Shahih Muslim, disusun oleh Muslim (204-262 H) - Sunan Abu Daud, disusun oleh Abu Dawud (202-275 H) - Sunan at-Turmudzi, disusun oleh At-Turmudzi (209-279 H) - Sunan an-Nasa'i, disusun oleh an-Nasa'i (215-303 H) - Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Ibnu Majah (209-273).
As Sittah maksudnya enam perawi yakni mereka yang tersebut diatas selain Ahmad bin Hambal Al Khamsah maksudnya lima perawi yaitu mereka yang tersebut diatas selain Imam Bukhari dan Imam Muslim
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim biasanya dianggap yang paling dipercaya dari koleksi ini. Ada beberapa perdebatan yang terjadi apakah anggota ke-6 dari aturan ini seharusnya Ibnu Majah atau Al Muwaththa dari Imam Malik. Selain itu, ada pula yang memasukkan Musnad dari Ahmad bin Hanbal sebagai bagian dari aturan tersebut.
Al Arba'ah maksudnya empat perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim Ats Tsalatsah maksudnya tiga perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Majah.
Sebagai catatan, kelompok Syi'ah hanya mempercayai hadits yang diriwayatkan oleh keturunan Muhammad saw, melalui Fatimah az-Zahra, atau oleh pemeluk Islam awal yang memihak Ali bin Abi Thalib. Syi'ah tidak menggunakan hadits yang berasal atau diriwayatkan oleh mereka yang menurut kaum Syi'ah diklaim memusuhi Ali, seperti Aisyah, istri Muhammad saw, yang melawan Ali pada Perang Jamal. Ada beberapa sekte dalam Syi'ah, tetapi sebagian besar menggunakan: Ushul al-Kafi, Al-Istibshar, Al-Tahdzib Man La Yahduruhu al-Faqih
51
2. Perbuatan Perbuatan Nabi Muhammad saw. merupakan penjelasan praktis dari peraturan-peraturan yang belum jelas cara pelaksanaannya. Misalnya, cara cara bersalat dan cara menghadap kiblat dalam salat sunah di atas kendaraan yang sedang berjalan telah dipraktikkan oleh Nabi dengan perbuatannya di hadapan para sahabat. Perbuatan beliau tentang hal itu kita ketahui berdasarkan berita dari sahabat Jabir r.a., katanya, "Konon Rasulullah saw. bersalat di atas kendaraan (dengan menghadap kiblat) menurut kendaraan itu menghadap. Apabila beliau hendak salat fardu, beliau turun sebentar, terus menghadap kiblat." (HR Bukhari). Tetapi, tidak semua perbuatan Nabi saw. itu merupakan syariat yang harus dilaksanakan oleh semua umatnya. Ada perbuatan-perbuatan Nabi saw. yang hanya spesifik untuk dirinya, bukan untuk ditaati oleh umatnya. Hal itu karena adanya suatu dalil yang menunjukkan bahwa perbuatan itu memang hanya spesifik untuk Nabi saw. Adapun perbuatan-perbuatan Nabi saw. yang hanya khusus untuk dirinya atau tidak termasuk syariat yang harus ditaati antara lain ialah sebagai berikut.
Memahami Pengertian Hadits Para muhadditsin (ulama ahli hadits) berbeda pendapat di dalam mendefinisikan alhadits. Hal itu karena terpengaruh oleh terbatas dan luasnya objek peninjauan mereka masing-masing. Dari perbedaan sifat peninjauan mereka itu, lahirlah dua macam pengertian tentang hadits, yaitu pengertian yang terbatas di satu pihak dan pengertian yang luas di pihak lain. Dalam definisi atau pengertian (ta’rif) yang terbatas, mayoritas ahli hadis berpendapat sebagai berikut. "Al-hadits ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw., yaitu berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, dan yang sebagainya." Definisi ini mengandung empat macam unsur: perkataan, perbuatan, pernyataan, dan sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad saw. yang lain, yang semuanya hanya disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. saja, tidak termasuk hal-hal yang disandarkan kepada sahabat dan tidak pula kepada tabi'in. Pemberitaan tentang empat unsur tersebut yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. disebut berita yang marfu', yang disandarkan kepada para sahabat disebut berita mauquf, dan yang disandarkan kepada tabi'in disebut maqthu'.
a. Rasulullah saw. diperbolehkan menikahi perempuan lebih dari empat orang, dan menikahi perempuan tanpa mahar. Sebagai dalil adanya dispensasi menikahi perempuan tanpa mahar ialah firman Allah (yang artinya) sebagai berikut. "... dan Kami halalkan seorang wanita mukminah menyerahkan dirinya kepada Nabi (untuk dinikahi tanpa mahar) bila Nabi menghendaki menikahinya, sebagai suatu kelonggaran untuk engkau (saja), bukan untuk kaum beriman umumnya." (Al-Ahzab: 50). b. Sebagian tindakan Rasulullah saw. yang berdasarkan suatu kebijaksanaan semata-mata, yang bertalian dengan soal-soal keduniaan: perdagangan, pertanian, dan mengatur taktik perang. Misalnya, pada suatu hari Rasulullah saw. pernah kedatangan seorang sahabat yang tidak berhasil dalam penyerbukan putik kurma, lalu menanyakannya kepada beliau, maka Rasulullah menjawab bahwa "kamu adalah lebih tahu mengenai urusan keduiaan". Dan, pada waktu Perang Badar Rasulullah menempatkan divisi tentara di suatu tempat, yang kemudian ada seorang sahabat yang menanyakannya, apakah penempatan itu atas petunjuk dari Allah atau semata-mata pendapat dan siasat beliau. Rasulullah kemudian menjelaskannya bahwa tindakannya itu semata-mata menurut pendapat dan siasat beliau. Akhirnya, atas usul salah seorang sahabat, tempat tersebut dipindahkan ke tempat lain yang lebih strategis.
1. Perkataan Yang dimaksud dengan perkataan Nabi Muhammad saw. ialah perkataan yang pernah beliau ucapkan dalam berbagai bidang: syariat, akidah, akhlak, pendidikan, dan sebagainya. Contoh perkataan beliau yang mengandung hukum syariat seperti berikut. Nabi Muhammad saw. bersabda (yang artinya), "Hanya amal-amal perbuatan itu dengan niat, dan hanya bagi setiap orang itu memperoleh apa yang ia niatkan ... (dan seterusnya)." Hukum yang terkandung dalam sabda Nabi tersebut ialah kewajiban niat dalam seala amal perbuatan untuk mendapatkan pengakuan sah dari syara'.
52
c. Sebagian perbuatan beliau pribadi sebagai manusia. Seperti, makan, minum, berpakaian, dan lain sebagainya. Tetapi, kalau perbuatan tersebut memberi suatu petunjuk tentang tata cara makan, minum, berpakaian, dan lain sebagainya, menurut pendapat yang lebih baik, sebagaimana dikemukakan oleh Abu Ishaq dan kebanyakan para ahli hadis, hukumnya sunah. Misalnya, "Konon Nabi saw. mengenakan jubah (gamis) sampai di atas mata kaki." (HR Al-Hakim).
4. Sifat-Sifat, Keadaan-Keadaan, dan Himmah (Hasrat) Rasulullah Sifat-sifat beliau yang termasuk unsur al-hadits ialah sebagai berikut. a. Sifat-sifat beliau yang dilukiskan oleh para sahabat dan ahli tarikh (sejarah), seperti sifat-sifat dan bentuk jasmaniah beliau yang dilukiskan oleh sahabat Anas r.a. sebagai berikut. "Rasulullah itu adalah sebaik-baik manusia mengenai paras mukanya dan bentuk tubuhnya. Beliau bukan orang tinggi dan bukan pula orang pendek." (HR Bukhari dan Muslim).
3. Taqrir b. Silsilah-silsilah, nama-nama, dan tahun kelahiran yang telah ditetapkan oleh para sahabat dan ahli sejarah. Contoh mengenai tahun kelahiran beliau seperti apa yang dikatakan oleh Qais bin Mahramah r.a. "Aku dan Rasulullah saw. dilahirkan pada tahun gajah." (HR Tirmizi).
Arti taqrir Nabi ialah keadaan beliau mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau. Contohnya, dalam suatu jamuan makan, sahabat Khalid bin Walid menyajikan makanan daging biawak dan mempersilakan kepada Nabi untuk menikmatinya bersama para undangan. Rasulullah saw. menjawab, "Tidak (maaf). Berhubung binatang ini tidak terdapat di kampung kaumku, aku jijik padanya!" Kata Khalid: "Segera aku memotongnya dan memakannya, sedang Rasulullah saw. melihat kepadaku." (HR Bukhari dan Muslim).
c. Himmah (hasrat) beliau yang belum sempat direalisasi. Misalnya, hasrat beliau untuk berpuasa pada tanggal 9 Asyura, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. "Tatkala Rasulullah saw. berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan untuk dipuasai, para sahabat menghadap kepada Nabi, mereka berkata, 'Ya Rasulullah, bahwa hari ini adalah yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.' Sahut Rasulullah, 'Tahun yang akan datang, Insya Allah aku akan berpuasa tanggal sembilan'." (HR Muslim dan Abu Daud). Tetapi, Rasulullah tidak menjalankan puasa pada tahun depan karena wafat. Menurut Imam Syafii dan rekan-rekannya, menjalankan himmah itu disunahkan, karena ia termasuk salah satu bagian sunah, yakni sunnah hammiyah. Ringkasnya, menurut ta'rif (definisi) yang terbatas yang dikemukakan oleh mayoritas ahli hadis di atas, pengertian hadis itu hanya terbatas pada segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. saja, sedang segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat, tabi'in, atau tabi'it tabi'in, tidak termasuk al-hadits.
Contoh lain adalah diamnya Nabi terhadap perempuan yang keluar rumah, berjalan di jalanan pergi ke masjid, dan mendengarkan ceramah-ceramah yang memang diundang untuk kepentingan suatu pertemuan. Adapun yang termasuk taqrir qauliyah yaitu apabila seseorang sahabat berkata "aku berbuat demikian atau sahabat berbuat berbuat begitu" di hadapan Rasul, dan beliau tidak mencegahnya. Tetapi ada syaratnya, yaituperkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang sahabat itutidak mendapat sanggahan dan disandarkan sewaktu Rasulullah masih hidup dan orang yang melakukan itu orang yang taat kepada agama Islam. Sebab, diamnya Nabi terhadap apa yang dilakukan atau diucapkan oleh orang kafir atau munafik bukan berarti menyetujuinya. Memang sering nabi mendiamkan apa-apa yang diakukan oleh orang munafik lantaran beliau tahu bahwa banyak petunjuk yang tidak memberi manfaat kepadanya.
Dengan memperhatikan macam-macam unsur hadis dan mana yang harus didahulukan mengamalkannya, bila ada perlawanan antara unsur-unsur tersebut, mayoritas ahli hadis membagi hadis berturut-turut sebagai berikut. a. Sunnah qauliyah, b. Sunnah fi'liyah, c. Sunah taqririyah, dan d. Sunnah hammiyah.
53
Sebuah Hadits Tentang Jalan Menuju Surga Dari Abdullah Jabir bin Abdillah Al-Anshari r.a. bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw.: “Bagaimana pendapatmu jika aku melaksanakan shalat-shalat fardhu, berpuasa di bulan ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram serta aku tidak menambah dengan sesuatu apapun selain itu, apakah (dengan hal tersebut) bisa menjadikan aku masuk surga?” Rasulullah saw. menjawab, Ya.” (HR. Muslim) Gambaran Umum Tentang Hadits Ini Para ulama hadits mengemukakan bahwa hadits ini memberikan gambaran penting tentang kaidah beramal secara umum dalam Islam. Oleh karenanya sebagian bahkan mengatakan bahwa hadits ini mencakup seluruh ajaran Islam. Kaidah yang digambarkan hadits ini adalah bahwa sesungguhnya segala “amal perbuatan” itu boleh dilaksanakan selagi terpatri dengan kewajiban-kewajiban syariat serta tidak melanggar prinsip umum hukum Islam, yaitu menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Terkait dengan hal ini, ulama ushul fiqh bahkan memberikan satu kaidah tersendiri mengenai “bolehnya” melakukan segala perbuatan dalam muamalah dengan kaidah: Hukum asal dalam bermuamalah adalah “boleh”, kecuali ada dalil yang melarang perbuatan tersebut. Makna Hadits Ini Hadits ini memberikan gambaran sederhana mengenai cara untuk masuk ke dalam surga. Dikisahkan bahwa seseorang sahabat (dalam riwayat lain disebutkan bahwa sahabat ini adalah An-Nu’man bin Qauqal) datang dan bertanya kepada Rasulullah saw. dengan sebuah pertanyaan sederhana, “Ya Rasulullah saw, jika aku melaksanakan shalat yang fardhu, puasa yang wajib (puasa ramadhan), kemudian melakukan yang halal dan meninggalkan yang haram, apakah dengan hal tersebut dapat mengantarkanku ke surga?” Pertanyaan sederhana ini dijawab oleh Rasulullah saw. dengan jawaban sederhana, yaitu “ya”.
Hadits di atas secara dzahir menggambarkan “kesederhanaan” amalan yang dilakukannya sebagai seorang sahabat, yaitu hanya melaksanakan shalat dan puasa serta melakukan perbuatan yang dihalalkan dan meninggalkan perbuatan yang diharamkan. Dan ketika perbuatannya tersebut “ditanyakan” kepada Rasulullah saw., beliau pun tidak mematahkan “keterbatasan” yang dimiliki sahabat tersebut, namun justru menyemangatinya dengan membenarkan bahwa dengan hal sederhana tersebut insya Allah dapat membawa dirinya masuk ke dalam surga. Itu artinya, Rasulullah saw dapat memahami bahwa tidak semua muslim memiliki kemampuan yang “lebih”, sehingga ia dapat maksimal melakukan berbagai aktivitas ibadah secara bersamaan sekaligus, seperti ibadah, jihad, tilawah, shaum, shadaqah, haji, birrul walidain dan sebagainya. Namun di antara kaum muslimin terdapat juga yang hanya memiliki kemampuan terbatas; hanya dapat mengimplementasikan Islam sebatas amaliyah fardhu, namun tetap menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Dan Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya (Al-Baqarah: 286). Menghalalkan Yang Halal Dan Mengharamkan Yang Haram Kesederhanaan amalan yang dilakukan seorang muslim hingga dapat membawanya ke dalam surga, dibingkai dengan bingkai “menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram”. Menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram artinya bahwa dirinya atau keinginannya mengikuti apa yang dihalalkan oleh Allah swt. serta menjauhi apa yang diharamkan oleh Allah swt. Dan bukan atas dasar keinginan serta kemauan diri pribadinya (AlKahfi: 28). Bahkan dalam hadits, Rasulullah saw. menegaskan bahwa hanya dengan melaksanakan kewajiban seperti shalat, puasa dan zakat saja, namun belum menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, itu semua belum cukup:
54
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw. bersabda, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut?” Sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta.” Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan shalat, puasa dan zakat. Namun ia juga mencela (orang) ini, menuduh zina (orang) ini, memakan harta (orang) ini, menumpahkan darah dan memukul (orang) ini. Lalu diambillah kebaikannya untuk menutupi hal tersebut. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum terlunasi “perbuatannya” tersebut, maka diambillah dosa-dosa mereka (yang menjadi korbannya) dan dilemparkan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke dalam api neraka (HR. Ahmad).
· Beramal sosial. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah di antara kalian yang berpuasa hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Kemudian beliau berkata, “Siapakah di antara kalian yang hari ini mengiringi jenazah?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Kemudian beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang telah memberikan makan pada orang miskin hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Kemudian beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menjenguk saudaranya yang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah saw.” Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah semua hal di atas terkumpul dalam diri seseorang, melainkan ia akan masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim)
Banyak Jalan Menuju Surga Kunci Surga adalah La Ilaha Ilallah Sesungguhnya jika diperhatikan hadits-hadits Rasulullah saw. lainnya akan didapatkan bahwa banyak amalan sederhana yang jika dilakukan akan mengantarkan kita menjadi ahlul jannah, di antaranya adalah: · Melaksanakan shalat subuh dan ashar. Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang shalat dua waktu dingin (subuh dan ashar), maka ia akan masuk surga (HR. Bukhari). · Tauhidkan Allah dan melaksanakan ibadah fardhu. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa seorang Badui datang menemui Rasulullah saw. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkan padaku satu amalan yang jika aku laksanakan dapat mengantarkanku ke dalam surga?” Beliau menjawab, “Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukannya terhadap apapun, melaksanakan shalat fardhu, membayar zakat yang wajib serta melaksanakan puasa di bulan ramadhan.” (HR. Bukhari) · Mentaati Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Sahabat bertanya, “Siapa yang enggan, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Barangsiapa yang mentaatiku masuk surga, dan siapa yang maksiat terhadapku (tidak mentaatiku) maka ia adalah yang enggan.” (HR. Bukhari)
Pada hakikatnya, kunci surga itu adalah kalimat tauhid “Tiada Ilah selain Allah swt”. Sehingga seorang mu’min yang telah mengucapkan kalimat itu dan ia meyakini sepenuh hati atas segala konsekuensinya, maka ia berhak untuk masuk ke dalam surga Allah swt. Dari Ubadah bin Al-Shamit r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang bersaksi bahwasanya tiada tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan bahwasanya Isa a.s. adalah hamba dan utusannya yang merupakan kalimat dan ruh yang ditiupkan pada Maryam, dan bahwasanya surga dan neraka adalah benar adanya, maka Allah swt. akan memasukkannya dalam surga sesuai amal perbuatannya (HR. Bukhari). Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa seorang mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah, berhak mendapatkan surga dari-Nya. Dan sekiranya ia melakukan perbuatan maksiat, maka ia tetap berhak mendapatkan surga namun setelah dosa-dosanya dihapuskan dalam neraka.
55
Celaan Terhadap Orang Yang Mengikuti Hawa Nafsu Penyebab seseorang melakukan satu perbuatan maksiat yang dilarang oleh Allah. adalah karena mengikuti hawa nafsunya. Oleh karenanya dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. pernah mengatakan, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (syariat Allah swt.).” Dalam Alquran Allah memberikan perumpamaan yang amat hina bagi orang yang mengikuti hawa nafsunya: seperti anjing. (Al-A’raf: 176) Mengikuti hawa nafsu ini dapat menjadikan seseorang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. Ini kebalikan dari pesan yang tersurat dari hadits di atas. Oleh karenanya, salah satu bentuk “menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram” adalah dengan membuang jauh-jauh hawa nafsu yang cenderung mengajak pada kemaksiatan pada Allah swt. Dan insya Allah, hal ini akan dapat menjadikan kita termasuk calon penghuni surga. Hikmah Tarbawiyah Bagi seorang mukmin yang senantiasa mengharap ridha Allah swt. ketika membaca sebuah hadits, ia akan berupaya untuk mentadaburi hadits tersebut sehingga memberikan bekal dalam perjalanan panjangnya. Di antara hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas adalah: 1. Bahwa kesederhanaan dalam beramal, disertai ketulusan dan keikhlasan untuk senantiasa berpijak pada syariat Allah, insya Allah akan mengantarkan seseorang pada surga Allah swt. 2. Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk memiliki “prestasi” yang menonjol dalam amalan ukhrawi, sehingga tidak baik bagi seorang dai untuk ‘memaksakan’ suatu amaliyah tertentu pada obyek dakwahnya yang tidak sanggup mengembannya. Namun bukan berarti bahwa setiap orang harus dinilai berdasarkan ‘pengakuan’ dan ‘keinginannya’ saja. Karena manusia jika tidak dipacu untuk maju, akan sukar baginya untuk maju.
3. Bahwa dalam muamalah, Islam memberikan kebebasan mutlak untuk melakukan inovasi amal, selama tidak ada dalil yang melarang satu perbuatan tertentu. Apakah di bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, seni, budaya, dan lain sebagainya. Namun semua hal ini tetap harus dalam ‘frame’ untuk menegakkan kalimatullah di muka bumi ini, serta harus diproteksi dengan sistem yang dapat menjaganya dari kekeliruan dan potensi penyelewengan. Hal ini berbeda dengan masalah ibadah, yang tidak boleh dilakukan kecuali adanya dalil yang memerintahkannya. 4. Seorang dai haruslah bersikap bijaksana dan senantiasa memotivasi objek dakwahnya untuk beramal, kendatipun kecilnya amalan tersebut. Karena dengan adanya motivasi, seseorang akan terus tergerak untuk beramal yang lebih baik dan baik lagi. Sikap ini tergambar dari jawaban Rasulullah saw. dalam hadits di atas. 5. Sebuah cita-cita yang besar demi kemaslahatan umat, tidaklah bisa dijadikan satu alasan untuk meninggalkan perkara-perkara yang kecil. Hadits Abu Bakar Al-Siddiq di atas menggambarkan kepada kita, betapa perhatiannya Abu Bakar terhadap masalah kecil, seperti menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, memberi makan orang miskin, dan sebagainya. Padahal beliau merupakan sahabat yang paling besar andilnya dalam mensukseskan dakwah pada masanya. Sehingga jangan sampai karena alasan cita-cita yang besar, seorang dai mengabaikan amaliyah-amaliyah kecil. 6. Dalam beberapa hadits, shalat dan puasa selalu disebutkan sebagai amalan yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga. Hal ini menunjukkan ‘pentingnya’ peranan shalat dan puasa. Sehingga tiada alasan bagi seseorang mengabaikan kedua ibadah ini dalam kondisi apapun juga. 7. Penyebutan shalat dan puasa yang berulang-ulang, sekaligus menunjukkan bahwa sesungguhnya shalat dan puasa memiliki implikasi positif dalam diri siapapun yang mengamalkannya. Shalat dan puasa bukanlah sebuah ritual yang ‘wajib’ dilaksanakan dan setelah itu sudah. Namun shalat dan puasa adalah ibarat pondasi dasar dan pagar yang dapat membentengi iman dari kerusakan dan kehancuran.
56
Catattan : Tarjamatur Rawi · Jabir bin Abdillah bin Amru bin Haram Beliau adalah Jabir bin Abdillah bin Amru bin Haram Abu Abdillah Al-Anshari, salah seorang sahabat Rasulullah saw. Tinggal di Madinah dan wafat pula di Madinah pada tahun 78 H. Beliau termasuk sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadits Rasulullah saw. Tercatat hadits riwayat beliau sekitar 1.540-an hadits. Beliau juga termasuk sahabat terakhir yang wafat di Madinah. Beliau wafat dalam usia 94 tahun. · Abu Al-Zubair Beliau adalah Muhammad bin Muslim Abu Al-Zubair Al-Azady, salah seorang di bawah wushta minat tabiin. Wafat tahun 136 H. Beliau mengambil hadits dari sahabat dan juga dari tabiin, di antaranya adalah Anas bin Malik, Aisyah ra, Umar bin Khatab, Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin Zubair, Ibnu Abbas, dan Thawus bin Kaisan. Sedangkan murid-murid beliau adalah Hammad bin Salamah bin Dinar, Sufyan bin Uyainah, Sulaiman bin Mihran, Syu’bah bin Hajjaj, dan Malik bin Anas. Adapun dalam derajat jarh wa ta’dil-nya, sebagian mengkategorikannya tisqah, sebagian lainnya shaduq. Ibnu Hajar Al-Atsqalani mengkategorikan beliau sebagai Shaduq. · Ma’qil bin Ubaidillah Beliau adalah Ma’qil bin Ubaidillah, Abu Abdullah Al-Harani Al-Abasy, salah seorang Atba’ Tabiin. Wafat pada tahun 166 H. Beliau mengambil hadits di antaranya dari Atha’ bin Abi Ribah, Ikrimah bin Khalid, Amru bin Dinar, dan Ibnu Syihab AlZuhri. Sedangkan murid-muridnya adalah Makhlad bin Yazid, Muhammad bin Abdullah bin Zubair bin Umar bin Dirham, dan Abdullah Muhammad bin Ali bin Nufail. Dalam jarh wa ta’dil beliau dikategorikan sebagai shoduq
Sebuah Hadits Mengenai Amal Yang Diterima Allah Dari Amirul Mukminin, Umar bin Khathab r.a., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada niatnya dan tiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan pahala hijrah karena Allah dan Rasulullah. Barang siapa yang hijrahnya karena faktor duniawi yang akan ia dapatkan atau karena wanita yang akan ia nikahi, maka ia dalam hijrahnya itu ia hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (H.R. Bukhari-Muslim) Bunyi hadits di atas adalah: سلّ َم َ َس ِمعْتُ رَسُولَ الِّ صَلّى الُّ عََليْهِ و َ َعنْ ُه قَال َ ُّضيَ ال ِ َخطّابِ ر َ ْعمَ َر بْنَ ال ُ ٍحفْص َ عَنْ َأمِيرِ اْلمُؤ ِمنِينَ أبي ن كَانَتْ ِهجْ َرتُهُ إِلَى ال ورسوله فهجرته إلي ال ْ َئ مَا نَوَى َفم ٍ ل امْ ِر ّ ُل بِالنّيّاتِ وَِإّنمَا ِلك ُ عمَا ْ َيَقُولُ ِإّنمَا ْال حهَا َفهِجْ َرتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ ِإَليْهِ )رَوَاهُ البُخَارِي ُ ِج َرتُهُ ل ُد ْنيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَ ٍة َي ْنك ْ ِن كَانَتْ ه ْ َورسوله َم ُ) َومُسِْلم Tentang Hadits Hadits ini hanya diriwayatkan oleh satu alur sanad, yaitu alur sanad Yahya bin Said Al-Anshari dari Muhammad bin Ibrahim At-Taimi, dari ‘Alqamah bin Abi Waqash Al-Laitsi, dari Umar bin Khathab. Setelah Yahya bin Said Al-Anshari inilah kemudian banyak ulama dan ahli hadits yang meriwayatkan. Diriwayatkan lebih dari 200 orang rawi. Ada yang mengatakan bahwa yang meriwayatkan dari Yahya ini sekitar 500 orang. Di antara ulama yang meriwayatkan dari Yahya adalah Imam Malik, Ats-Tsauri, Al-Auza’i, Ibnu Mubarak, Al-Laits bin Saad, Hamad bin Zaid, Syu’bah, Ibnu ‘Uyainah dan ulama lainnya.
57
Para ulama sepakat mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits shahih. Menurut Imam Ahmad bahwa hadits ini adalah satu dari tiga hadits dasar-dasar Islam. Imam Syafii mengatakan bahwa hadits ini adalah sepertiga ilmu. Hadits ini masuk pada 70 bab fiqih. Abdurrahman bin Mahdi berkata, “Jika aku akan menulis satu bab, maka aku meletakkan hadits ini pada tiap bab. Barang siapa yang mau menyusun buku, maka mulailah dengan hadits ini. Para ulama lain juga selalu menyebutkan hadits ini pada mukadimah kitabnya, seperti Imam Bukhari pada kitab Hadits Shahihnya. Karena itu pulalah penulis memulai rubrik ini dengan hadits niat. Penjelasan Hadits Hadits ini menegaskan bahwa diterimanya amal perbuatan manusia tergantung keikhlasan kepada Allah. Al-Qur’an juga menegaskan dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 dan Az-Zumar ayat 2-3. Ada dua penyakit hati yang bisa merusak amal manusia. Pertama adalah penyakit ujub dan yang kedua adalah penyakit riya. Dua penyakit ini akan mengakibatkan amal perbuatan manusia tidak bernilai. Diriwayatkan oleh Al-Qasim bin Al-Mukhaimarah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak akan menerima amal perbuatan yang di dalamnya masih terdapat riya walau sebesar biji sawi.” Para ulama fiqih menegaskan bahwa niat adalah pembeda antara ibadah dan adat, membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya; misalnya mandi, bisa mandi untuk kesegaran, untuk kebersihan atau mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar atau mandi sunat shalat Jum’at. Jadi, niat dalam Islam merupakan asas ibadah dan tempat niat itu ada di hati. Apabila seseorang niat shalat atau puasa di dalam hati, tanpa dilafalkan oleh lisan, maka sudah cukup. Ada ibadah-ibadah yang tidak dapat diwakili, karena ئ مَا نَوَى ٍ ل امْ ِر ّ ُ( ِلكseseorang akan mendapatkan apa yang ia niatkan) dan apa pula beberapa ibadah yang boleh diwakilkan, seperti zakat atau sembelih kurban atau menghajikan orang yang sudah meninggal.
Al-Fudhail bin ‘Iyadh mengomentari ayat, ًعمَل َ ُ ِل َيبْلُ َوكُمْ َأّيكُم َأحْسَنbahwa maksud dari amal yang ihsan (paling baik) adalah amal yang akhlash (paling ikhlas) dan yang ashwab (paling benar). Ada dua syarat diterimanya amal ibadah manusia, ikhlas dan benar. Amal perbuatan, termasuk ibadah yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata tetapi pelaksanaannya tidak sesuai dengan syariat Islam, maka amal tersebut tidak akan diterima Allah. Begitu juga sebaliknya, jika perbuatan dan ibadah dilakukan sesuai dengan syariat, tetapi yang melaksanakannya tidak semata-mata karena Allah, maka amalnya tidak diterima. Seseorang yang niat ikhlas ketika membangun masjid, tetapi dana untuk membangun masjid tersebut didapat dengan cara yang haram dan itu bertentangan dengan tuntunan agama, maka amalnya ditolak Allah. Seseorang yang niatnya ikhlas untuk shalat Subuh, tetapi pelaksanaannya sengaja dilebihkan rakaat karena semangat sampai 3 atau 4 rakaat, maka ibadahnya tidak diterima Allah. Semua ibadah atau perbuatan yang niatnya baik, tetapi dilakukan tidak berdasarkan syariat, maka tidak akan diterima oleh Allah. Begitu juga sebaliknya. Itulah yang dimaksud dengan amal shalih seperti dalam surat Al-Kahfi ayat 110 disebutkan, “Barang siapa berharap berjumpa dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. Umat Islam perlu memahami makna hijrah yang lebih luas, yaitu meninggalkan negeri yang tidak dijalankan syariat ke negeri yang dijunjung syariat Islam. Selain ditentukan Allah dan Rasul-Nya, keutamaan tempat juga ditentukan oleh penghuninya. Dan keutamaan muslim ditentukan oleh ketaatan dan ketaqwaannya. Abu Darda pernah mengirim surat kepada Salman Al-Farisi, “Berangkatlah ke sini, ke bumi muqaddas, bumi yang suci.” Salman pun membalas surat itu dan mengatakan, “Sesungguhnya bumi tidak akan membuat orang menjadi mulia, tetapi seorang hamba akan mulia dengan amalnya.
58
Salman telah dipersaudarakan oleh Rasulullah saw dengan Abu Darda. Salman lebih menguasai hukum fiqih daripada Abu Darda. Untuk menguatkan pengertian ini, Allah menegaskannya ketika Dia berfirman kepada Musa a.s, “Aku akan perlihatkan kepadamu bumi orang-orang fasik” (Al-A’raf: 145), yaitu negeri para begundal bertubuh besar. Kemudian dengan perubahan penghuninya, negeri itu menjadi negeri orang-orang beriman. Sosial Kemasyarakatan Penggunaan kata ٍ( امْرِئseseorang) pada ئ مَا نَوَى ٍ ل امْ ِر ّ ُ وَِإّنمَا ِلكmerupakan suatu ungkapan yang tepat, karena ungkapan ini mencakup wanita dan pria. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak membedakan antara pria dan wanita dalam menjalankan syariah, seperti juga disebut dalam surat An-Nisa ayat 124, “Barang siapa yang mengerjakan amalamal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.” Islam mengarahkan peran sosial kepada tugas pria dan wanita secara proporsional seperti disebut dalam surat At-Taubah ayat 71, “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Tidak ada perbedaan pahala bagi pria atau wanita ketika beramal atau melakukan perbuatan baik. Semuanya sama di sisi Allah, siapa yang beramal ikhlas dan sesuai syariat, pria atau wanita, pasti akan mendapatkan kebaikan. Ketika Barat memberikan kebebasan multak dengan emansipasinya kepada wanita atau Timur yang membelenggu hak-hak wanita Islam, Islam justru meletakkan wanita pada tempat yang layak sesuai dengan kodrat kewanitaannya. Islam tidak membelenggu kebebasan dan kemerdekaan wanita dan juga tidak melepaskannya sama seperti pria, tanpa memperhatikan kodrat kewanitaan yang berbeda dengan pria, seperti haidh, melahirkan, menyusui dan lain-lain.
Dari ungkapan Rasulullah saw. “ن كَانَتْ ِهجْ َرتُهُ إِلَى ال ورسوله فهجرته إلي ال ورسوله ْ ََفم menunjukkan bahwa perintah hijrah pada masa Rasulullah saw. adalah perintah yang sangat penting dan melaksanakan perintah tersebut merupakan bagian dari strategi politik dakwah. Allah memerintahkan Rasulullah dan sahabat untuk membina masyarakat Islam di kota Yatsrib. Hijrah secara bahasa berarti “tarku” (meninggalkan). “Hijrah ila syai” berarti “intiqal ilaihi ‘an ghairi” (berpindah kepada sesuatu dari sesuatu). Menurut istilah, hijrah berarti “tarku maa nahallahu ‘anhu” (meninggalkan sesuatu yang dilarang Allah) Hijrah menurut sejarah penetapan hukum (tarikh tasyri) adalah berpindahnya kaum muslimin dari kota Mekah ke kota Madinah, dan juga dari kota Mekah ke kota Habasyah. Pengertian hijrah secara khusus dibatasi hingga penaklukan kota Mekah. Setelah itu hijrah dengan makna khusus sudah berakhir, maka tinggallah perintah hijrah dengan makna umum, yaitu berpindah dari negeri kafir ke negeri iman. Makna kedua ini berlaku setelah penaklukan kota Mekah. Hijrah dalam sejarah perjuangan Rasul merupakan strategi dakwah Islam. Para sahabat berlomba-lomba melakukan hijrah, baik dari kota Mekah maupun dari negeri dan kawasan sekitar Mekah, karena mereka memahami bahwa hijrah adalah bagian dari syariat dan strategi dakwah Rasul. Melaksanakan perintah hijrah merupakan bagian dari strategi politik dakwah dan hukumnya wajib bagi para sahabat yang berada di luar kota Madinah. Allah memerintahkan Rasulullah saw dan sahabat untuk membina masyarakat Islam di kota Yatsrib. Hijrah dalam sejarah perjuangan Rasul merupakan strategi dakwah Islam. Para sahabat berlomba-lomba melakukan hijrah, baik dari kota Mekah maupun dari negeri dan kawasan sekitar Mekah, karena mereka memahami bahwa hijrah adalah bagian dari syariat dan strategi dakwah Rasul.
59
Rasulullah saw. menjanjikan pahala yang besar bagi yang berhijrah dan menjadi catatan atau aib jika seorang muslim tidak berhijrah. Semangat hijrah adalah semangat mentaati pemimpin dan semangat melaksanakan kebijakan dakwah. Kesempatan untuk mendapatkan keutamaan hijrah pun dibatasi dengan takluknya kota Mekah. Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada lagi hijrah setelah penaklukan kota Mekah. Yang masih ada adalah jihad dan niat.” Kenapa, karena memang strategi hijrah pada masa Rasul saat itu adalah mengumpulkan kekuatan dari kota Mekah ke kota Madinah. Disebutkan dalam riwayat dengan sanad yang lemah dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Suatu perkataan tidak akan bermanfaat kecuali dengan perbuatan. Suatu perkataan dan perbuatan tidak bermanfaat kecuali dengan niat. Tidak akan bermanfaat suatu perkataan, perbuatan dan niat kecuali jika sesuai dengan syariat Islam.” Kerja dakwah yang sangat besar ini harus dipikul oleh banyak orang. Agar lebih rapih dan hasilnya maksimal, maka diperlukan pembagian kerja yang proporsional. Sehingga setiap job dan lapangan dakwah diisi oleh orang yang paham dan ahli. Jenis job dan pekerjaan itu sendiri tidaklah sama antara satu dengan yang lain. Ada yang menjadi pemimpin, ada yang dipimpin. Ada panglima, ada tentara. Ada ketua, ada anggota. Ada yang menjadi panitia, ada yang menjadi penceramah. Ada yang tampil, ada yang tidak tampil. Ada yang memimpin rapat, ada yang menyiapkan teh dan seterusnya. Semua di sisi Islam adalah sama, yaitu ibadah dan taat kepada Allah. Semua itu bergantung pada niat pelakunya. Jika semua bekerja dengan niat yang ikhlas, maka bangunan Islam akan tampak megah dan menarik. Tetapi jika masingmasing ingin tampil dan ingin dikenal, maka akan terlihat Islam penuh dengan umat yang saling baku hantam satu dengan yang lain. Sangat bijak apa yang dikatakan oleh Ibnu Mubarak, “Berapa banyak pekerjaan yang kecil dan ringan, tetapi menjadi besar pahalanya karena niat. Dan berapa banyak pekerjaan yang besar, tetapi menjadi tidak bernilai karena niatnya tidak ikhlas.”
Penutup Pemahaman dapat menjaga dan meningkatkan ma’nawiyah. Keikhlasan tidak boleh bergantung kepada orang lain, tetapi berdasarkan pemahaman bahwa Allahlah yang melihat, memberi balasan dan menghukum, bukan orang lain. Jika kita menyaksikan saudara muslim kita yang lebih senior melakukan kekhilafan atau melanggar komitmen, maka hal itu tidak akan mengendorkan semangat dan keikhlasan dalam bekerja. Atau jika aktivis sudah banyak berbuat untuk dakwah, maka keikhlasannya tidak akan terganggu dan rusak hanya karena diberikan jabatan atau tidak. Jika aktivis dakwah melihat para yuniornya tidak menghormati dan tidak menghargainya, maka dengan niat yang ikhlas dia tidak akan tersinggung, karena dia yakin bahwa apa yang pernah ia lakukan akan dicatat dan diberikan ganjaran oleh Allah, diketahui manusia atau tidak. Disebut-sebut oleh manusia atau tidak. Keikhlasan janganlah dijadikan alasan untuk tidak profesional dan tidak mau tampil. Profesionalisme merupakan karakter hamba yang dicintai Allah dan merupakan tuntutan amal da’wi dan amal tarbawi. Dengan kepribadian dan dengan profesionalisme seseorang dituntut untuk tampil ke depan agar masyarakat melihat citra Islam yang baik. Gerakan dakwah harus memiliki tokoh dan sekarang saatnya bagi aktivis dakwah untuk ditokohkan di masyarakat melalui berbagai sarana. Masyarakat kita memerlukan tokoh bersih dan idealis. Semua upaya memunculkan tokoh janganlah dibenturkan dengan keikhlasan. Pemunculan tokoh dalam tiap bidang adalah bagian dari kerja dakwah jangka menengah dan jangka panjang. Proses ke sana itu harus dilakukan dengan profesional. Penutup kalam bahwa ikhlas adalah salah satu rahasia Allah yang tidak dapat diketahui oleh manusia, kecuali Allah saja dan orang yang bersangkutan. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk menilai seseorang, ikhlas atau tidak ikhlas. Wallahu a’lam.
60
Fiqih Shalat Shalat adalah salah satu dari lima rukun Islam. Shalat merupakan tiang agama yang tidak akan tegak tanpanya. Shalat adalah ibadah pertama yang Allah wajibkan. Shalat adalah amal pertama yang diperhitungkan di hari kiamat. Shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah saw. kepada umatnya ketika hendak meninggal dunia. Shalat adalah ajaran agama yang terakhir ditinggalkan umat Islam. Allah swt. menyuruh memelihara shalat setiap saat, ketika mukim atau musafir, saat aman atau ketakutan. Firman Allah: { فإذا أمنتم فاذكروا ال،ًلّ قانتين * فإن خِفتم فَرجالً أو رُكبانا ِ حافظوا على الصّلوات والصّلة الوسطى وقوموا 239 ،238 :]كما علّمكم ما لم تكونوا تعلمون{ ]البقرة “Peliharalah segala shalat-(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (Al-Baqarah: 238-239)
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka’at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siapsiagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat-(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa: 101-103)
Sebagaimana Allah telah menjelaskan cara shalat di waktu perang, yang menegaskan bahwa shalat tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi yang paling genting sekalipun. Firman Allah:
Allah swt. mengancam orang-orang yang mengabaikan shalat,
{وإذا ضَربتم في الرض فليس عليكم جُناح أن تَقصروا من الصّلة إن خفتم أن يَفتِنكُم الذين كَفروا إنّ الكافرين فإذا سَجدُوا،حتَهم َ ت فيهم فأَقمتَ لهمُ الصل َة فَلْتقم طائف ٌة منهم مَعك و ْليَأخذوا أسل َ كانوا لكُم عدوّا مُبينًا * وإذا كُن و ْلتَأت طائِفةٌ أخرى لَم يُصَلّوا ف ْليُصلّوا معك ولْيأخذُوا حِذرهم وأسِلحَتهم ودّ الذين كَفروا لو،فَلْيكونوا من ورائِكم ى مِن مَطر أو كُنتم ً ن كان بكُمْ أذ ْ َتغْفُلون عن أَسِلحَتكم وأ ْمتِعتكم فَيميلون عَليكم مَيلةً واحِدةً ول جناح عليكم إ حذْركم إن ال أعدّ للكافِرين عذابًا مُهيناً * فإذا قَضيتُم الصلة فاذْكروا ال ِ مرضى أن تَضَعوا أسلِحَتكم وخذوا :قِياماً وقُعوداً وعلى جُنو ِبكُم فإذا اطمأ َننْتُم فأَقيموا الصّلة إنّ الصل َة كانَت على المؤمِنين كِتابًا مَوقوتاً{ ]النساء 103 - 101]
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59). Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (Al-Ma’un: 4-5)
{ٌ { َف َويْل: وقال،[59:ت فَسوف يَلقَون غيّا{ ]مريم ِ خلْفٌ أضاعوا الصّلة واتّبعوا الشهوا َ َفخَلف مِن َبعْدِهم 5 ،4 :]للمصلّين الذين هُم عَن صلتِهم ساهون { ]الماعون
Rasulullah saw. telah menjelaskan bahwa shalat menghapus kesalahan. “Bagaimana pendapatmu jika ada sungai di depan pintu rumah di antaramu, mandi di sana lima kali sehari, apakah masih ada daki di tubuhnya?” Mereka menjawab, “Tidak ada, ya Rasulallah.” Sabda Nabi, “Itulah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapus kesalahan dengan shalat.” (Bukhari dan Muslim)
61
Ada beberapa hadits dari Rasulullah saw. tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat, antara lain: 1. Hadits Jabir r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda, بين الرجلِ والكُفر تركُ الصّلة “Batas antara kufur dengan seseorang adalah shalat.” (Muslim, Abu Daud, At Tirmidziy, Ibnu Majah, dan Ahmad) 2. Hadits Buraidah, berkata: Rasulullah saw. bersabda, فمن تَركها فَقد َكفَر،العهدُ الذي بيننا وبَينهم الصّلة “Perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya, maka ia kafir.” (Ahmad dan Ashabussunan) 3. Hadits Abdullah bin Syaqiq Al-‘Uqailiy, berkata, “Para shahabat Nabi Muhammad saw. tidak pernah menganggap amal yang jika ditinggalkan menjadi kafir selain shalat. (Tirmidzi, Hakim, dan menshahihkannya dengan standar Bukhari Muslim) Para sahabat dan para imam telah berijma’ bahwa barangsiapa yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya atau melecehkannya, hukumnya kafir murtad. Sedangkan jika meninggalkannya dengan sengaja, tidak mengingkari kewajibannya, hukumnya kafir juga menurut sebagian shahabat, antara lain Umar bin Khaththab, Abdullah ibnu Mas’ud, Abdullah ibnu Abbas, Mu’adz bin Jabal, demikian juga menurut Imam Ahmad bin Hanbal. Sedangkan menurut jumhurul ulama, bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan tidak mengingkari kewajibannya, tidak membuatnya kafir, akantetapi fasik yang disuruh bertaubat. Jika tidak mau bertaubat, maka dihukum mati, bukan kafir murtad menurut Asy-Syafi’i dan Malik. Abu Hanifah berkata, “Tidak dibunuh, tetapi dita’zir dan disekap (dipenjara) sampai mau shalat.” Meskipun shalat tidak diwajibkan kecuali kepada muslim yang berakal dan baligh, hanya saja shalat dianjurkan untuk diperintahkan kepada anak-anak yang sudah berumur tujuh tahun. Dan dipukul jika tidak mengerjakannya setelah berusia sepuluh tahun. Ini agar shalat menjadi kebiasaannya. Seperti dalam hadits, “Perintahkan anakmu shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika berusia sepuluh tahun, pisahkan tempat tidur mereka.” (Ahmad, Abu Daud, dan Hakim, yang mengatakan hadits ini shahih sesuai dengan persyaratan Imam Muslim)
WAKTU SHALAT Shalat yang diwajibkan atas setiap muslim sehari semalam adalah lima waktu, sesuai dengan hadits seorang A’rabiy yang menemui Rasulullah saw. dan bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang shalat fardhu yang telah Allah wajibkan kepadaku?” Jawab Nabi, “Shalat lima waktu, kecuali jika kamu beribadah sunnah.” Kemudian orang itu bertanya dan Rasulullah memberitahukan beberapa syariat Islam. Orang itu berkata, “Demi Allah yang telah memuliakanmu, saya tidak akan beribadah sunnah sedikitpun dan tidak akan mengurangi kewajiban sedikitpun.” Lalu Rasulullah bersabda, «ّأفلحَ العرابي صدَق َ ْ“ »إنOrang A’rabiy itu beruntung jika ia benar (dengan ucapannya).” (Bukhari dan Muslim) Allah swt. telah menetapkan waktu setiap shalat fardhu, dan memerintahkan kita untuk berdisiplin memeliharanya. Firman Allah, “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An Nisa: 103). Dan waktu shalat adalah: 1. Shalat fajar, waktunya sejak terbit fajar shadiq sehingga terbit matahari, disunnahkan pelaksanaannya di awal waktu menurut Syafi’iyah[1], inilah yang lebih shahih, dan disunnahkan melaksanakannya di akhir waktu menurut madzhab Hanafi.[2] 2. Shalat zhuhur, waktunya sejak tergelincir matahari dari pertengahan langit, sehingga bayangan benda sama dengan aslinya. Disunnahkan mengakhirkannya ketika sangat panas, dan di awal waktu di selain itu. Seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas r.a.[3] 3. Shalat ashar, waktunya sejak bayangan benda sama dengan aslinya, di luar bayangan waktu zawal, sampai terbenam matahari. Disunnahkan melaksanakannya di awal waktu, dan makruh melaksanakannya setelah matahari menguning. Shalat ashar disebut shalat wustha. 4. Shalat maghrib, waktunya sejak terbenam matahari, sehingga hilang rona merah. Disunnahkan melaksanakannya di awal waktu,[4] dan diperbolehkan mengakhirkannya selama belum hilang rona merah di langit. 5. Shalat isya’, waktunya sejak hilang rona merah sehingga terbit fajar. Disunnahkan mengakhirkan pelaksanaannya hingga tengah malam. Diperbolehkan juga melaksanakannya setelah tengah malam, dan makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan berbincang sesudahnya.
62
Dari Jabir bin Abdillah r.a, bahwa Rasulullah saw. kedatangan Malaikat Jibril a.s., dan berkata, “Bangun lalu shalatlah”, maka Rasulullah shalat zhuhur ketika matahari bergeser ke arah barat. Kemudian Jibril a.s. datang kembali di waktu ashar dan mengatakan, “Bangun dan shalatlah.” Maka Rasulullah saw. shalat ashar ketika bayangan benda sudah sama dengan aslinya. Kemudian Jibril a.s. mendatanginya di waktu maghrib ketika matahari terbenam, kemudian mendatanginya ketika isya’ dan mengatakan bangun dan shalatlah. Rasulullah shalat isya’ ketika telah hilang rona merah. Lalu Jibril mendatanginya waktu fajar ketika fajar sudah menyingsing. Keesokan harinya Jibril datang waktu zhuhur dan mengatakan, “Bangun dan shalatlah.” Rasulullah shalat zhuhur ketika bayangan benda telah sama dengan aslinya. Lalu Jibril mendatanginya waktu ashar dan berkata, “Bangun dan shalatlah.” Rasulullah saw. shalat ashar ketika bayangan benda telah dua kali benda aslinya. Jibril a.s. mendatanginya waktu maghrib di waktu yang sama dengan kemarin, tidak berubah. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu isya’ ketika sudah berlalu separuh malam, atau sepertiga malam, lalu Rasulullah shalat isya’. Kemudian Jibril mendatanginya ketika sudah sangat terang, dan mengatakan, “Bangun dan shalatlah.” Maka Rasulullah shalat fajar. Kemudian Jibril a.s. berkata, “Antara dua waktu itulah waktu shalat.” (Ahmad, An-Nasa’i dan Tirmidzi. Bukhari mengomentari hadits ini, “Inilah hadits yang paling shahih tentang waktu shalat.”)
Makruh hukumnya shalat sunnah setelah shubuh sehingga terbit matahari, dan sesudah ashar sehingga terbenam matahari. Sedangkan shalat fardhu, maka sah hukumnya tanpa makruh. Dan menurut madzhab Syafi’i tidak makruh shalat sunnah pada dua waktu ini jika ada sebab tertentu seperti tahiyyatul masjid. Sedangkan ketika matahari terbit, terbenam, dan ketika tepat di tengah, maka hukum shalat di waktu itu tidak sah menurut madzhab Hanafi, baik shalat fardhu maupun sunnah, baik qadha maupun ada’ (bukan qadha). Dan menurut madzhab Syafi’i makruh hukumnya shalat sunnah tanpa sebab. Kecuali jika sengaja shalat ketika sedang terbit atau saat terbenam, maka haram. Dan menurut madzhab Maliki haram hukumnya shalat sunnah pada waktu itu meskipun ada sebab. Tetapi diperbolehkan shalat fardhu baik qadha maupun ada’ pada saat terbit atau terbenam matahari. Sedang ketika saat matahari berada tepat di tengah, maka hukumnya tidak makruh dan tidak haram.
Waktu-waktu yang dijelaskan dalam hadits di atas adalah waktu jawaz (boleh), dan dalam kondisi udzur dan darurat, waktu shalat itu membentang sampai datang waktu shalat berikutnya. Kecuali waktu shalat fajar yang habis dengan terbitnya matahari. Seperti yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwa Rasulullah saw. bersabada, “Waktu zhuhur itu ketika matahari telah bergeser sampai bayangan seseorang sama dengan tingginya, selama belum datang waktu ashar; dan waktu ashar itu selama matahari belum menguning; waktu maghrib selama belum hilang awan merah; waktu isya’ hingga tengah malam; dan waktu shubuh dari sejak terbit fajar sehingga terbit matahari.” (Muslim)
Sedang iqamat dengan menambahkan ( )حيّ على الفلحsetelah 2) قد قامت الصلةx) Adzan dan iqamat hukumnya sunnah muakkadah untuk melaksanakan shalat fardhu, bagi munfarid maupun berjamaah, menurut jumhurul ulama. Keduanya hukumnya wajib di masjid menurut imam Malik dan fardhu kifyaah menurut imam Ahmad.
Jika seorang muslim tertidur sebelum melaksanakan shalat fardhu atau lupa belum melaksanakannya, maka ia wajib melaksanakannya ketika ingat, seperti yang pernah disebutkan dalam hadits Rasulullah saw.
ADZAN DAN IQAMAT Adzan artinya pemberitahuan tentang telah datang waktu shalat. Lafadhnya sebagai berikut. 4) ال أكبرx)، 2) أشهد أن ل إله إل الx)، 2) أشهد أن محمداً رسول الx) 2) حيّ على الصلةx) ّحي 2) على الفلحx)، 2) ال أكبرx) ل إله إل ال.
Disunnhkan bagi yang mendengar adzan untuk mengucapkan seperti yang diucapkan oleh muadzdzin kecuali dalam bacaan 2) حيّ على الصلةx) حيّ على الفلح 2)x) yang dijawab dengan : ل حولَ ول قوة إلّ بال العلي العظيkemudian bershalawat atas Nabi sesudah adzan dan mengucapkan : ِب هذهِ الدعوةِ التامّةِ والصلةِ القائمة ّ اللهمّ ر وابعثه مقاماً محموداً الذي وعدته،ت مُحمّدا الوسيلة والفضيلة ِ آ “Ya Allah Pemilik panggilan yang sempurna ini, dan shalat yang tegak. Berikan kepada Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, berikan kepadanya tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan.” (Bukhari)
63
Disunnahkan berdoa antara adzan dan iqamat. Di antara doa ma’tsur dalam hal ini adalah yang diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqas, dari Rasulullah saw, “Barangsiapa yang mengucapkan ketika mendengar mu’adzdzin: ٍ وبمحمد،ً وبالِسل ِم دينا،ً رَضيت بال ربا، وأن مُحمداً عَبده ورسوله،أشهد أن ل إله إلّ ال وحده ل شَريكَ له غَفر ال له ذُنوبه،ًصلى ال عليه وسلم رسول Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Maha Esa, Tiada sekutu baginya. Dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusannya. Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam agamaku, Nabi Muhammad saw, sebagai utusan. Akan diampuni dosa-dosanya.” (Muslim dan Tirmidzi) Disunnahkan ada jarak antara adzan dan iqamat untuk memberi kesempatan orang hadir ke masjid. Diperbolehkan juga iqamat selain orang yang adzan[5]. Disunnahkan bagi yang mendengar qamat untuk mengucapkan seperti yang dikatakan oleh orang yang qamat. Sebagaimana disunnahkan pula berdiri ketika orang yang qamat mengucapkan قد قامت الصلة Diajarkan bagi orang yang mengqadha shalat yang terlewatkan untuk adzan dan iqamat. Dan jika shalat yang ditinggalkan itu banyak, maka adzan untuk shalat pertama dan qamat untuk setiap shalat.
[1] Hujjah Imam Syafi’i adalah hadits Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah saw. shalat shubuh pertama di awal waktu, lalu shalat hari berikutnya di akhir waktu, kemudian shalat Rasulullah pada saat masih gelap setelah itu sampai wafat (AlBaihaqi, dengan sanad shahih). Juga hadits Aisyah r.a., “Bahwasannya para wanita mukminah kembali ke rumahnya setelah shalat shubuh bersama Nabi Muhammad saw., mereka tidak dapat dikenali karena masih gelap.” (AlJama’ah). [2] Dalil madzhab Hanafi adalah hadits: Akhirkan shalat fajar, sesungguhnya ia lebih besar pahalanya.” (Al-Khamsah dan disahihkan oleh Tirmidzi). [3] Adalah Rasulullah jika di saat sangat dingin menyegerakan shalat dan jika di waktu sangat panas menunda sehingga agak dingin ketika shalat. [4] Hadits Rafi’ bin Khudaij, “Kami shalat maghrib bersama Rasulullah saw., ketika selesai shalat di antara kami masih melihat letak sandalnya.” (Muslim) [5]Hadits yang menyatakan, barangsiapa adzan, ia yang qamat, adalah dhaif.
Diperbolehkan berbicara antara qamat dan shalat; dan tidak mengulang iqamat meskipun penghalang itu panjang. Hal ini ditetapkan dalam As-Sunnah seperti dalam riwayat Bukhari. Wanita tidak disunnahkan adzan dan iqamat. Tetapi tidak apa-apa jika melakukannya. Aisyah r.a. pernah melakukannya seperti yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi.
64
Kisah Nabi Allah Khidir Biarpun tidak disebut dalam al-Quran, Nabi Khidir menjadi sebutan umat Islam sejak zaman berzaman, malah ada juga yang percaya beliau masih hidup sehingga sekarang. Siapakah sebenarnya Nabi Khidir sehingga dianggap sedemikian rupa?, Sedangkan 25 orang Rasul yang dinyatakan Allah secara qatie (putus) didalam Al-Quran semuanya telah wafat kecuali Nabi Isa. Kita wajib percaya ujutnya Nabi Khidir sebab didalam Al-Quran dan Hadis begitu jelas menerangkan , tapi kalau kita kata baginda masih hidup itu tidak dapat kita terima. Apa perlunya Nabi Khidir dihidupkan sedangkan jujungan besar kita Nabi Muhamad s.a.w diwafatkan oleh Allah. Malah Nabi Isa juga sebenarnya diwafatkan Allah, Cuma caranya berlainan yaitu roh dan jasadnya diangkat kelangit. Didalam Al-Quran ada menceritakan pertemuan Nabi Musa dengan lelaki soleh yang disebut sebagai hamba-Nya yang diajarkan ilmu laduni. Nabi Musa berguru beberapa ketika dengannya sebelum meneruskan dakwah baginda keatas kaum Bani Israel. Lelaki itulah diyakini para ulama tafsir seperti Ibnu Abas, Ibnu Kathir dan Al-Tabari sebagai Nabi Khidir. Dalam bahasa Arab Khidir bermaksud hijau. Berdasarkan dalil Al-Quran Nabi Khidir diujutkan semasa zaman Nabi Musa, pada suatu ketika Nabi Musa berdakwah kepada kaumnya tentang ajaran Allah, selesai Baginda berucap, bangkitlah seorang lelaki lalu bertanya, “ Wahai Musa! Siapakah manusia yang paling pandai?” dengan pantas Nabi Musa menjawab “Aku!”, Lelaki itu bertanya lagi “Adakah pernah kau tau, ada orang lebih berilmu daripada kau!” “Tidak!” jawab Nabi Musa. Tetapi jawapan Nabi Musa segera ditegur Allah kerana ucapannya itu tercermin riak kesombongan. Lantas Allah menurunkan Wahyu menyatakan ada lagi seorang hamba-Nya yang lebih berilmu (Sahih Bukhari, Hadis ke 72). Insaf dengan teguran Allah itu, Bersama seorang pengikutnya, Yusak Bin Nuh, Nabi Musa bermusafir mencari lelaki soleh tersebut hingga menemuinya disatu tempat dimana bertemunya dua lautan. (Surah alKhafi:60-82). Dikatakan tempat itu ialah dipertemuan Teluk Suez dengan Teluk Akabah dilautan Merah. Ini karana disitulah lokasi peredaran sejarah kehidupan Bani Israel yang dipanggil Daratan Sinai setelah mereka keluar dari bumi Mesir.
Sebagai Pesuruh Allah Nabi Musa memiliki ketinggian ilmu sehingga baginda dapat menghadapi kezaliman dan keangkuhan Firaun, Haman dan Qarun. Malah Baginda juga berhadapan perbagai kerenah Bani Israel sehingga dikurniakan Mukjizat yang hebat seperti boleh membelah lautan, Tongkat menjadi ular dan diturunkan makanan dari langit. Kata-kata Nabi Musa itu telah dicelah Allah dan mengutuskan Nabi Khidir untuk menyedarkan Baginda bahawa masih terdapat hamba-Nya yang lebih berilmu. Nabi Khidir adalah seorang yang Soleh yang berperanan menyebarkan risalah Allah kepada orang disekitarnya. Tetapi Nabi Khidir tidak diutuskan seperti Nabi-Nabi lain yang bertaraf Rasul. Nabi Khidir ditugaskan membimbing Nabi Musa yang hidup dizamannya, sebagaimana kita sekarang wajib menyampaikan dakwah kepada orang lain disekeliling kita. Baginda tidak dikurniakan Mukjizat seperti Nabi Musa sebaliknya diajarkan ilmu secara Laduni. Hal ini turut dimiliki Para Wali Allah dan Alim Ulama yang dianugerahkan Allah Ilmu Makrifat serta Kasyaf. Golongan ini selalunya berhati-hati daripada mendabik dada dengan Ilmu yang mereka miliki. Sifat Warak dan merendah diri pada Baginda inilah yang diamalkan oleh Wali Allah sehingga orang ramai menyebut-nyebut namanya sampai kehari ini. Biarpun ada golongan Sufi mendakwa ada bertemu malah bersahabat dengan Nabi Khidir, Tetapi sebenarnya yang ujut adalah semangat kewarakan Baginda, Seperti Syiekh Kadir Jailani, namanya sentiasa disebut-sebut walaupun telah wafat ribuan tahun yang lampau. Begitu juga orang yang mati syahid seperti Para Sahabat Rasulullah, Al-Quran sendiri menyebut mereka ini tidak mati walaupun hakikatnya jasad mereka telah disemadikan. Oleh itu marilah kita ambil jalan tengah, Setiap manusia itu pasti mati, Begitu juga Nabi Khidir, memikirkan sama ada Nabi Khidir masih hidup atau tidak adalah lebih baik kita menanamkan sifat Nabi Khidir dalam diri kita. Ini kerana bukan saja Nabi Musa mesti mencari Khidir untuk menambah ilmu malah sesiapa saja perlu mencari Khidir. Orang yang mempunyai watak seperti Khidir memang sukar ditemui. Namun kita sering ditemui orang alim yang bertutur penuh hikmah dan kejernihan buah fikirannya dapat dijadikan pedoman hidup. Dipandang dari satu segi dikata ujut ramai Khidir dan dia tidak mati melainkan sentiasa silih berganti. Marilah kita amalkan semangat Nabi Khidir dalam menyebarkan ilmu tanpa sifat angkuh dan sombong. Insyaalah!!.
65
16 Nasihat Ayatullah Khomeini untuk Pembinaan Pribadi Muslim:
KARAKTER MANUSIA SUFI
1.
Sedapat-dapatnya berpuasalah setiap hari Senin dan Kamis
2.
Shalatlah 5 waktu tepat pada waktunya dan berusahalah shalat tahajud
Sulthanul Auliya Syiekh Abul Hasan asy-Syadzili mengatakan: Tasawuf adalah proses pendidikan jiwa agar berpijak pada ubudiyah, dan mengembalikan pada aturan-aturan rububiyah.
3.
Kurangilah waktu tidur dan perbanyaklah membaca Al Quran
4.
Perhatikanlah dan tepatilah sungguh-sungguh janjimu.
Bagi orang sufi, harus senantiasa memiliki empat karakter:
5.
Berinfaklah kepada fakir miskin.
Pertama, berakhlak dengan akhlak Allah (merespons Asma’, Sifat dan Af’al Allah dalam kehambaannya–red).
6.
Hindarilah tempat-tempat maksiat
7.
Hindarilah tempat-tempat pesta pora dan janganlah mengadakannya
8.
Janganlah banyak bicara dan seringlah berdoa
9.
Berpakaianlah secara sederhana
Kedua,
senantiasa berselaras dengan perintah-perintah Allah.
Ketiga, tidak mengandalkan atau menuruti hawa nafsu, karena malu kepada Allah. Keempat, menepati hamparan jiwa dalam kefanaan yang benar ketika bersama Allah.
10. Berolahragalah. 11. Banyak-banyaklah menelaah berbagai buku (agama, sosial, politik,sains,filsafat, sejarah, sastra dll) 12. Pelajarilah ilmu-ilmu teknik yang dibutuhkan negara Islam. 13. Pelajarilah ilmu tajwid dan bahasa Arab, serta perdalamlah 14. Lupakanlah pekerjaan-pekerjaan baikmu dan ingatlah dosa-dosamu yang lalu. 15. Pandanglah fakir miskin dari segi material, dan ulama dari segi spiritual. 16. Ikuti perkembangan umat Islam. disarikan dari buku “Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini” oleh Yaman
66