Jihad Sosial Muhammadiyah Di Bidang Kebencanaan Jurnal

  • Uploaded by: Fathin Nawwar Marhadi
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jihad Sosial Muhammadiyah Di Bidang Kebencanaan Jurnal as PDF for free.

More details

  • Words: 1,819
  • Pages: 8
JIHAD SOSIAL MUHAMMADIYAH DI BIDANG KEBENCANAAN: RAKHINE STATE 2017

Fathin Nawwar Marhadi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [email protected]

Abstract Disasters are events that threaten and disrupt the lives and livelihoods of people caused, either by natural factors or non-natural factors or human factors, resulting in human casualties, environmental damage, end property losses, and psychological impacts. Muhammadiyah as one of the largest Islamic organizations in Indonesia that is not only engaged in religion but also in the field of disaster which is run by one of the disaster agencies, namely Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) which conducts social activities in handling social problems in Rakhine. This paper aims to provide knowledge on how Muhammadiyah's social jihad is in dealing with social problems in Rakhine and what are the factors of support and obstacles they encounter. Keywords: Muhammadiyah, MDMC, Disasters, Rakhine, Jihad, Humanitarian Assistance

Abstrak Bencana merupakan peristiwa yang mengacam dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkuang, kerugian harta enda, dan dampak psikologis. Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi islam terbesar di Indonesia yang tidak hanya bergerak di bidang agama melainkan juga di bidang bencana yang di jalankan oleh salah satu lembaga kebencanaan, yaitu Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang melakukan kegiatan sosial dalam menanggani masalah sosial di Rakhine. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagaimana jihad sosial Muhammadiyah dalam menangani masalah sosial di Rakhine serta apa saja faktor dukungan serta hambatan yang mereka temui. Kata kunci: Muhammadiyah, MDMC, Bencana, Rakhine, Jihad, Bantuan Kemanusiaan.

Pendahuluan Pada dasarnya, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dewasa

ini, bencana bisa dikategorikan menjadi 3 bagian, yaitu bencana alam, bencana non-alam, serta bencana sosial.1 Apa yang terjadi di Rakhine State, Myanmar merupakan peristiwa bencana sosial dimana peristiwa itu disebabkan oleh manusia. Konflik yang terjadi di Rakhine State adalah serangkaian peristiwa konflik antara etnis budha Rakhine dengan etnis muslim Rohingya yang mana penduduk tersebut bertempat tinggal di Rakhine. Penyebab konflik antara kedua etnis ini masih belum jelas sampai sekarang, ada yang mengatakan bahwa konflik ini bermula ketika adanya pemerkosaan dan pembunuhan terhadap seorang wanita Rakhine yang diikuti oleh pembunuhan sepuluh Muslim Burma oleh orang Rakhine sebagai pemicunya. Konflik ini pun memakan banyak korban jiwa termasuk yang terbanyak adalah dari etnis muslim Rohingya. Namun, hal yang menjadi catatan sampai sekarang adalah konflik ini membuat etnis muslim Rohingya mendapatkan perlakuan diskirminasi oleh pemerintah Myanmar serta tidak diakui sebagai warna negara Myanmar. Banyak warga Rohingya menjadi terlantar karena tidak mempunyai rumah dan anak-anak mereka tidak mendapatkan yang layak. Hal ini memberi anggapan masyarakat dunia apa yang terjadi di Rakhine terkhususnya etnis mulism Rohingya sudah melanggar hak asasi manusia. Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi islam terbesar di Indonesia yang memiliki banyak lembaga-lembaga yang berjalan di bidang sosial, ekonomi, dan pendidikan, salah satunya adalah Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah atau Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). MDMC bergerak dalam kegiatan penanggulangan bencana sesuai dengan definisi kegiatan penanggulangan bencana baik pada kegiatan Mitigasi dan Kesiapsiagaan, Tanggap Darurat dan juga Rehabilitasi.2 Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana jihad sosial

1 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Definisi dan Jenis Bencana. Diakses dari https://www.bnpb.go.id/home/definisi, pada tanggal 22 Oktober 2018. 2 Muhmmadiyah Disaster Management Center, Profil MDMC, diakses dari https://mdmc.or.id/profil-mdmc/, pada tanggal 22 Oktober 2018.

Muhammadiyah dalam menanggani bencana terkhususnya apa yang terjadi di Rakhine State, Myanmar. Hadirnya MDMC tentu tidak bisa di lepaskan dari hadirnya Muhammadiyah sebagai organisasi induknya. Muhammadiyah merupakan organisasi dakwah kemasyarakatan yang bertujuan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat yang baldatun thoyibatun wa rabbun ghofur. Muhammadiyah melalui buku fikih kebencanaan berusaha menafsirkan konsep bencana secara etimologi dan secara terminologi berdasarkan Al’Quran dan Hadits. Secara Etimologi, Muhammadiyah menafsirkan bahwasanya bencana ialah suatu kondisi dimana adanya sejumlah manusia yang mengalami kematian, kerusakan pada sejumlah rumah dan bangunan serta dalam situasi yang suram. Untuk gagasan kemanusiaan, Muhammadiyah memandang bahwa setiap muslim wajib membantu setiap orang yang lemah dan yatim piatu. Tanpa perlu memandang status dan identitas sebagai bentuk manifestasi keberagamaan.3 Hal ini merujuk kepada sejarah Muhammadiyah dimana diawal berdirinya Muhammadiyah dengan membuat satu unsur pembantu pimpinan yang bernama “Penolong Kesengsaraan Oemoem” atau PKO yang saat itu di ketuai oleh H. Sudja’ dimana dokter – dokter mayoritas merupakan dokter belanda. PKO Memiliki semangat untuk menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang sehat secara fisik, sehingga sehat secara pikiran dan mampu bekerja dan membantu manusia yang lain sesuai dengan Ruh ke-Islaman. Salah satu etika dari PKO yang diterapkan pada Muhammadiyah saat ini adalah Etika Welas Asih Muhammadiyah yang menjadi landasan konsepsi berfikir kosmopolitanisme MDMC. Memahami semangat tersebut, maka MDMC memandang hukum untuk membantu seseorang yang sedang terkena musibah ialah Fardhu Kifayah.4 3 YAZFI ALAM ALHAQ, Skripsi: “Peran Mdmc (Muhammadiyah Disaster Management Center) Dalam Penanganan Pengungsi Rohingya” (Yogykarta: Universitas Muhammadiyah Yogkarta, 2017), 23-34. 4 Ibid, hlm. 25

Dalam melakukan bantuan Humanitarian Assistance, MDMC menerapkan doktrin zakat dalam kebencanaan. Yang dimaksud doktrin zakat itu adalah ketika ada seseorang yang dalam kondisi lemah, maka ada hak si lemah yang dilekatkan kepada orang yang kuat. Maka menjadi hukum kifayah bagi si kuat untuk membantu si lemah. Kondisi kuat atau lemah ini didasarkan kepada kepemilikan dan ketersediaan sumberdaya. Sumberdaya disini meliputi Harta, Akses, Pengetahuan, Kompetensi dan waktu. Dalam Konteks bantuan kemanusiaan atau Humanitarian Assistance, MDMC memiliki konsep pemenuhan kebutuhan hak dasar manusia. Apabila dalam sebuah daerah terjadi bencana yang menimpa 1000 kepala keluarga dan membutuhkan 1000 kilo beras maka wajib bagi orang muslim orang tidak dalam kondisi bencana membantu 1000 kilogram beras. MDMC meyakini bahwa seseorang yang terkena bencana ialah seseorang yang kehilangan Hak nya dan kewajiban bagi seseorang yang tidak terkena bencana untuk membantu orang yang terkena bencana untuk mendapatkan haknya. Maka logika pemenuhan hak dasar manusia menjadi salah satu konsep MDMC dalam proses kebencanaan. MDMC menggunakan relawan dalam proses penanganan kebencaan dengan konsep Muhammadiyah. Adagium Muhammadiyah “Hidup – hidupilah Muhammadiyah dan jangan cari Hidup di Muhamadiyah” menjadi azaz dasar relawan di Muhammadiyah. 5 Pembahasan Praktik Jihad Muhammadiyah dalam Bidang Bencana Pembentukan lembaga penanggulangan bencana oleh Muhammadiyah tidak lepas dari sejarah adanya PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) itu sendiri. Muhammadiyah bergerak dibidang kebencanaan sudah mulai tahun 1919 ketika meledaknya Gunung Kelud. Saat itu H. Sudja’ dibantu satu orang muridnya membantu korban ledakan Gunung Kelud. Lalu pada tahun 2006, ketika terjadi gempa yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah 5 Ibid, hlm 30

korban yang besar serta keruskan infrastrukur yang parah membuat Muhammadiyah harus mampu menangani kebencanaan secara lebih rapi dan komprehensif.

6

Alasan mengapa

Muhammadiyah membentuk lembaga penanggulangan bencana juga didasari dengan teologi Al-Ma’un dimana ditafsirkan bahwa orang-orang yang harus ditolong adalah mereka yang tidak terperhatikan dan membutuhkan bantuan. Dalam hal menanggulangi bencana, Muhammadiyah melakukan penanggulangan tanpa melihat identitas dan latar belakang korban. Posisi letak Indonesia yang berada didalam ‘Lingkaran Api’ atau dikenal dengan Ring of Fire membuat Muhammadiyah merasa perlu lebih intensif dalam ranah kebencanaan maka pada tahun 2010 dalam Mutamar Muhammadiyah membuat Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB). LPB ini bernama Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang merupakan unsur pembantu pimpinan dibawah koordinasi Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat (MKKM).7 Praktek jihad sosial yang dilakukan Muhammadiyah dalam bidang bencana sudah dipraktekkan sejak awal pembentukan bahkan ketika masih bernama PKO atau “Penolong Kesengsaraan Oemoem”. Diantaranya adalah ketika meletusnya Gunung Kelud pada tahun 1919 serta gempa bumi yang melanda Daerah Istimewa Yogykarta pada tahun 2006. Dalam penangganan bencana yang dilakukan di luar Indonesia, Muhammadiyah dengan nama MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) sudah memberikan bantuannya dibeberapa peristiwa, salah satunya adalah Gempa Nepal. Pada konflik yang terjadi di Rakhine, MDMC telah banyak memberikan kontribusi bantuan kemanusiaannya kepada masyarakat etnis muslim Rohingya. Salah satu bentuknya adalah pembangunan pasar perdamaian di Rakhine State. Melalui dana bantuan yang diterima Lembaga Zakat Persyarikatan Muhammadiyah, LazisMu, akan dibangun pasar di Rakhine State, Myanmar.8 Pasar ini diharapkan sebagai bentuk rekonsiliasi dan upaya pemulihan ekonomi warga. Pembangunan pasar perdamaian ini bukan hanya untuk memulihkan perekonomian di Rakhine State, namun juga sebagai simbol perdamaian. Selain itu, MDMC 6 Ibid, hlm 37. 7 Ibid, 38 8 “Muhammadiyah Bangun Pasar Perdamaian di Rakhine State”, Viva.co.id, diakses dari https://www.viva.co.id/berita/nasional/954628-muhammadiyah-bangun-pasar-perdamaian-di-rakhine-state, pada tanggal 21 Oktober 2018.

yang juga tergabung dalam AKIM (Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar) juga menawarkan solusi kepada Pemerintahan Indonesia. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) akan berkerja secara kongkrit dalam membantu penanganan masalah konflik dan kemanusiaan yang terjadi di Rakhine, Myanmar, melalui pendekatan humanitarian diplomacy yang akan menyasar 4 isu dasar yaitu; kesehatan, pendidikan, mata pencaharian dan pemenuhan layanan dasar (relief). Solusi lain yang ditawarkan juga adalah AKIM bersama entitas masyarakat lain terus berupaya untuk memberikan pelayanan kemanusiaan bagi etnis Rohingya yang melakukan migrasi ke Indonesia karena Indonesia belum meratifikasi konvensi 1951 soal pengungsi.9 Faktor Pendukung & Hambatan Muhammadiyah dalam menanggulangin bencana kemanusiaan yang terjadi di Rakhine State tentunya memiliki faktor-faktor pendukung untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Faktor-faktor

pendukung

diantaranya

adalah

adanya

kerjasama

antara

Muhammadiyah, dalam hal ini Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) bekerjasama dengan LazisMu yang juga organisasi yang berada dibawah naungan Muhammadiyah dalam hal pengumpulan dana Zakat, Infak dan shodaqoh dan pula berperan sebagai Amil dalam mekanisme filantropi Muhammadiyah. MDMC nantinya akan mengalirkan dana-dana tersebut untuk bantuan kebencanaan termasuk bencana kemanusiaan di Rakhine State. Disamping adanya faktor pendukung, Muhammadiyah tentunya juga memilik hambatan-hambatan yang dilalui ketika menanggulangi bencana kemanusiaan di Rakhine. Salah satunya adalah hambatan Muhammadiyah dalam mengirimkan bantuan untuk pengungsi. Bahkan ada juga kebijakan pembatasan pendampingan untuk pengungsi yang juga menjadi kendala karena hanyan mendapatkan izin selama enam bulan saja. Kesimpulan

9 Alhaq, Y. A. (2017). PERAN MDMC (MUHAMMADIYAH DISASTER MANAGEMENT CENTER) DALAM PENANGANAN PENGUNGSI ROHINGYA . BAB IV. Halaman 65.

Bencana sosial yang disebabkan oleh manusia merupakan bencana yang seharusnya bisa kita hindari. Apa yang terjadi di Rakhine State yaitu konflik etnis budha dengan muslim Rohingnya merupakan konflik terburuk yang pernah terjadi. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang besar di Indonesia berusaha untuk memperbaiki apa yang terjadi diwilayah tersebut merupakan tindakan yang wajibkan oleh Islam itu sendiri. Dengan tidak memperdulikan identitas atau golongan yang menjadi korban bencana. Inilah bentuk dakwah dari Muhammadiyah sekaligus sebagai bentuk jihad sosial yang menjujung tinggi perdamaian.

Referensi Alhaq, Y. A. (2017). PERAN MDMC (MUHAMMADIYAH DISASTER MANAGEMENT CENTER) DALAM PENANGANAN PENGUNGSI ROHINGYA. 23-40. Alhaq, Y. A. (2017). PERAN MDMC (MUHAMMADIYAH DISASTER MANAGEMENT CENTER) DALAM PENANGANAN PENGUNGSI ROHINGYA . 63-67. BNPD. (n.d.). Definisi dan Jenis Bencana. Retrieved from Badan Nasional Penanggulangan Bencana: https://www.bnpb.go.id/home/definisi Dr. Sidik Jatmika, M. (2016). Hubungan Internasional Kawasan Timur Tengah. Yogyakarta: Samudra Biru. 77 H. Budi Setiawan, S. (n.d.). Profil MDMC. Retrieved from Muhammadiyah Disaster Management Center: https://mdmc.or.id/profil-mdmc/ Maharani, E. (2017, Desember Jumat). Menlu Silahturahmi ke PP Muhammadiyah. Retrieved from Republika: https://www.republika.co.id/berita/nasional/sangpencerah/17/12/29/p1puqv335-menlu-silaturahim-ke-pp-muhammadiyah Muhammadiyah Bangun Pasar Perdamaian di Rakhine State. (2017, September Jumat). Retrieved from Viva.co.id: https://www.viva.co.id/berita/nasional/954628muhammadiyah-bangun-pasar-perdamaian-di-rakhine-state Muhammadiyah, M. T. (2018, Agustus Rabu). Fiqih Kebencanaan. Retrieved from Suara Muhammadiyah: http://www.suaramuhammadiyah.id/2018/08/15/fikih-kebencanaan/ PP Muhammadiyah usul ASEAN bekukan keanggotaan Myanmar. (2017, September). Retrieved from Rappler: https://www.rappler.com/indonesia/berita/180910-ppmuhammadiyah-usul-asean-bekukan-myanmar-anggota

Lampiran Bukti:

Related Documents


More Documents from "Abu Fathan"